Anda di halaman 1dari 39

STABILISASI BAHAN

UNTUK PERKERASAN
JALAN BERVOLUME
LALU LINTAS
RENDAH

Jl. A.H. Nasution No. 264, Bandung 40294. Telp (022) 7802251-53 Fax (022) 7802726
Email: info@pusjatan.pu.go.id, www.pusjatan.pu.go.id
PENDAHULUAN
 Untuk menghasilkan suatu konstruksi perkerasan jalan yang
berkualitas diperlukan material berkualitas. Kualitas material
umumnya ditetapkan dalam bentuk standar atau spesifikasi.
 Permasalahannya adalah bahwa untuk daerah tertentu,
ketersediaan material berkualitas sesuai standar atau spesifikasi
sangat terbatas. Umumnya harus mendatangkan material
berkualitas dari daerah lain. Hal tersebut berdampak pada
kebutuhan biaya yang sangat tinggi.
 Pemanfaatan material lokal sub standar merupakan salah satu solusi.
 Metode pemanfaatan material lokal substandar antara lain dengan
melakukan Stabilisasi.
 Stabilisasi: Proses pencampuran material yang ada dengan bahan
penstabilisasi (stabilizer) dan dipadatkan.
 Meningkatkan kekuatan atau daya dukung dan stabilitas
 Mengurangi perubahan volume akibat perubahan kadar air
 Meningkatkan ketahanan terhadap erosi, cuaca dan lalu lintas
 Memperbaiki sifat rembesan air (permeabilitas_kapilaritas)
 Dengan stabilisasi, banyak material lokal substandar dapat
digunakan sebagai bahan perkerasan jalan dan menunjukkan
kinerja yang cukup memadai selama umur rencana, khususnya
untuk jalan bervolume lalu lintas rendah (Arora, et al, 1986;
Greening and Rolt, 1997).

 Tanpa mengabaikan kinerja perkerasan jalan yang dapat


dicapai, pemanfaatan bahan lokal sangat berperan terkait
dengan penghematan biaya, pengelolaan sumber bahan dan
lingkungan, (Cook and Gourley, 2003; Bullen, 2003).
 Metode Stabilisasi:
 Stabilisasi Mekanis (Mechanical Stabilization):
Pencampuran dua atau lebih tipe material tanah, umumnya
dimaksudkan untuk memperbaiki gradasi, memperbaiki
kemampuan untuk mengalirkan air (draining), dan/ atau
pemadatan tanah. Penggunaan geosintetik/ geokomposit/ fiber
untuk meningkatkan kekuatan juga termasuk stabilisasi mekanis.
 Stabilisasi Berbasis Bahan Kimia (Chemical Stabilization):
Pencampuran material tanah dengan bahan stabilisasi berbasis
bahan kimia.
 Kegunaan:
 Bahan lapis tanah dasar
 Bahan lapis fondasi perkerasan
STABILISASI BERBASIS BAHAN KIMIA

 Jenis Bahan Kimia

 Konvensional  Non_Konvensional
 Semen  Chlorides
 Electrolyte Emulsions
 Kapur
 Enzymatic Emulsions
 Fly Ash
 Lignosulfonates
 Bitumen (Aspal)  Synthetic_Polymer Emulsions
 Campuran dua atau lebih  Petroleum Resins
bahan kimia konvensional  Tree Resin Emulsions
 Pemilihan Jenis Bahan Kimia

 Metode Ausroad  Metode FHWA


 Jenis Tanah  Lalu Lintas (LHR)
 Kondisi Iklim  Iklim/cuaca
 Terain
 Jenis Tanah
 Metode Ausroad

 Berdasarkan Jenis Tanah (lolos # 200 dan PI)


 Iklim
 Pada daerah basah (kadar air cukup tinggi) penggunaan semen sebagai
stabilizer lebih direkomendasikan walaupun aspal dan campuran semen-
aspal juga dapat digunakan.
 Pada daerah basah, kapur dapat digunakan untuk bahan kohesif
(lempung), yaitu mengurangi kadar air awal. Kapur tidak cocok jika
bahan kohesif berupa lanau. Untuk bahan kohesif berupa lanau tersebut,
kapur harus dikombinasikan dengan penggunaan pozolan seperti fly ash.
 Pada daerah bercuaca kering-dingin, penggunaan aspal emulsi harus
dikombinasikan dengan semen atau kapur, untuk memfasilitasi keluarnya
air dari aspal emulsi selama proses stabilisasi dan untuk meningkatkan
kekuatan bahan yang dihasilkan.
 Metode FHWA
 Penggunaan bahan kimia nonkonvensional umumnya untuk
mengurangi debu (dust suppresant).
 Dengan tingkat pemakaian yang cukup tinggi, bahan kimia
nonkonvensional dapat digunakan sebagai stabilizer.
 Desain Campuran
 Desain campuran yang dilakukan di laboratorium dimaksudkan
untuk menentukan komposisi campuran (persentase stabilizer) yang
diperlukan untuk menghasilkan kriteria minimum yang ditetapkan:
 UCS Umum digunakan
Semen, Kapur, Fly Ash,
Non_Konv.

 CBR UCS < 20,50 kg/cm2)

 Stab. Marshall Stabilisasi aspal


 Kriteria desain
 Umumnya dinyatakan  Efektivitas stabilisasi tanah
dengan UCS. dengan bahan kimia
 Ingles and Metcalf (1979), nonkonvensional dinilai
nilai UCS stab. semen untuk berdasarkan persentase
lapis fondasi bawah dan peningkatan UCS (SI > 100%)
fondasi jalan lalu lintas ringan dan persentase ketahanan
harus berada pada rentang terhadap air (MR < 50%) (Kim,
100 – 200 psi (6,89 – 13,78 Gopalakrishnan dan Ceylan
kg/cm2). (2012).
 Tipikal Hasil Desain Campuran:

Tipikal Desain Campuran Tipikal Desain Campuran


Berdasarkan Nilai UCS Berdasarkan nilai stabilitas Marshall
TIPIKAL HASIL PENGUJIAN STABILISASI BERBASIS BAHAN
KIMIA
 Stabilisasi Semen
Kelompok Nilai UCS 7
Jenis dan Karakteristik Kadar Semen
Atau Hari Sumber
Tanah (%)
Jenis (kg/cm2)
LL=30 SC 1 7,85 Siddique et al., 2002
PI=7 3 12,67
5 16,34

PI = 16 SC 0 1,08 Fransisko et al., 2012


Lolos # 200=25% A-2-6 2 8,45
4 15,60
6 20,22
8 21,85
Kelompok Kadar Nilai UCS 7
Jenis dan
Atau Semen Hari Sumber
Karakteristik Tanah
Jenis (%) (kg/cm2)
PI = 15 SM 0 1,96 Fransisko et al.,
Lolos # 200=43% A-7-5% 2 4,38 2012
4 6,47
6 10,45
8 13,10
PI 19 GC 0 0,85 Fransisko et al.,
Lolos # No.200=15% A-2-6 8 29,75 2012

 Dari Tabel menunjukkan stabilisasi semen juga bisa digunakan untuk tanah dengan
persen lolos # No. 200 > 25% dan PI > 10%, tetapi potensi retak susut tinggi.
 Menurut Kestler (2009), retak susut pada stabilisasi semen dapat dihindari bila nilai
UCS yang dihasilkan lebih kecil dari 49 kg/cm2 .
 Stabilisasi Kapur
Stabilisasi kapur lebih efektif untuk
tanah berbutir halus berplastisitas
tinggi yang ditunjukkan dengan
peningkatan nilai UCS yang lebih
signifikan.

Tipikal UCS stabilisasi Kapur, Curing Time 28 hari


(Fransisko et al., 2012)
 Untuk tanah dengan (IP = 34), penambahan 4% kapur, nilai UCS tanah
meningkat dari 2,05 kg/cm2 menjadi 7,78 kg/cm2, dan terus meningkat
menjadi 23,80 kg/cm2 untuk penambahan kapur 8%. Sedangkan untuk
tanah dengan IP = 15, peningkatan nilai UCS relatif tidak cukup signifikan.
 Stabilisasi Fly Ash
Tergantung persentase penggunaannya, stabilisasi dengan 10% – 20%
Fly Ash mampu meningkatkan nilai CBR tanah lempung dari 2% menjadi
25% - 35%.
 Stabilisasi Aspal
 Untuk rentang kadar aspal
emulsi yang tinggi, stabilitas
cenderung meningkat sesuai
meningkatnya kadar residu
aspal emulsi sampai mencapai
kadar residu aspal emulsi
tertentu, stabilitas menurun
kembali.
Tipikal Stabilitas Mashall
Stab. Tanah Berbutir Kasar dengan Aspal Emulsi

 Tanah yang menurut AASTHO masuk dalam satu golongan (tetapi tidak
menurut USCS) memiliki kadar optimum residu yang berbeda. Oleh sebab
itu, harus ditentukan terlebih dahulu di laboratorium.
 Aspal emulsi dapat juga digunakan untuk menstabilisasi
bahan yang memiliki IP > 10 bahkan tanah dengan IP
sebesar 19-pun masih menghasilkan nilai stabilitas yang
lebih tinggi dari yang disyaratkan dalam MS-19 dari The
Asphalt Institute (TAI, 1989).
 Jika nilai stabilitas dari proses stabilisasi ini menghasilkan
nilai di bawah yang disyaratkan, maka sifat bahan yang
digunakan harus dimodifikasi terlebih dahulu (dengan
menggunakan semen atau kapur) atau dengan
memodifikasi gradasi.
 Stabilisasi dengan Bahan Kimia Non-Konvensional
 Walaupun bahan kimia non-konvensional sudah banyak digunakan
di luar negeri, namun untuk penerapan di Indonesia diperlukan
Penelitian.
 Gambaran hasil pengujian laboratorium penggunaan bahan kimia
non-konvensional (Enzymatic Emulsion, Synthetic_ Polymer Emulsion,
Electrolyte Emulsion) untuk tipe material tanah pasir kelempungan
(Clayed Sand, CS) yang lolos ayakan 0,075 mm = 25% dan PI = 16,
dan lempung (Clay, C) yang lolos ayakan 0,075 mm = 97% dan PI =
34 ditunjukkan pada Gambar berikut.
Hasil Pengujian UCS

Hasil pengujian CBR


 Dari penelitian dibuktikan bahwa pengaruh stabilisasi dengan bahan
kimia non_konvensional yang berhasil untuk suatu jenis tanah tetapi
belum tentu cocok untuk tanah lainnya.
 bahan kimia non_konvensional jenis Enzymatic Emulsion dan
Synthetic-Polymer Emulsion relatif tidak mempunyai pengaruh yang
cukup signifikan terhadap CBR dan UCS tanah CS, sedangkan
Electrolyte Emulsion mampu menghasilkan CBR sekitar 28% atau
meningkat sekitar 65% jika dibandingkan dengan CBR tanah asli.
 Untuk tanah lempung, stabilisasi dengan bahan kimia
non_konvensional mampu menghasilkan CBR sekitar 9% - 11% atau
meningkat sekitar 125% - 175% jika dibandingkan dengan CBR tanah
asli.
 Untuk tanah lempung(C), stabilisasi dengan bahan kimia non-
konvensional mampu menghasilkan nilai UCS antara 7,50 kg/cm2 –
11,00 kg/cm2 atau meningkat sekitar 2,75– 4,50 kali dari nilai UCS
tanah asli.
 Untuk tanah lempung, peningkatan nilai UCS dan CBR cukup
signifikan terjadi untuk bahan kimia non- konvensional jenis
Electrolyte Emulsion. Namun tidak mampu menurunkan kepekaan
bahan yang dihasilkan terhadap peningkatan kadar air.
PELAKSANAAN STABILISASI
 Persiapan lapangan
Pengendalian Lalu Lintas
Pembersihan Permukaan Jalan
Pembentukan Permukaan Jalan
Pemeriksaan Kadar Air Awal Bahan Jalan yang akan Distabilisasi
 Penebaran Bahan Penstabilisasi
 Pencampuran
 Pemadatan dan Perataan Hasil Stabilisasi
 Perawatan (Curing)
1. Penyiapan Badan Jalan

3. Penebaran

2. Penggemburan Mat.
4. Penggemburan Camp.

6. Pencampuran Akhir

5. Penambahan Air
7. Pemadatan dengan Sheepsfoot Roller / Padfoot

8. Pemadatan dengan Alat Roda Baja


9. Curing
PENGENDALIAN MUTU
 Verifikasi Kondisi Awal Bahan Perkerasan Jalan dan Pemeriksaan Kadar Air
 Kondisi Permukaan Lapisan yang Akan Distabilisasi
 Penggemburan
 Kadar Bahan Penstabilisasi
 Jumlah Bahan Penstabilisasi Tertebar
 Homogenitas dan Kedalaman Pencampuran
 Kadar Air Pemadatan dan Derajat Kepadatan
 Kekuatan
 Penyesuaian Dimensi lapisan Stabilisasi
 Waktu dan Lama Pengerjaan Stabilisasi
 Perawatan (Curing)
 Kadar Bahan Penstabilisasi

Kadar bahan penstabilisasi yang digunakan ditentukan


berdasarkan hasil percobaan campuran di lapangan (jika
dilakukan) atau hasil percobaan laboratorium dengan
mempertimbangkan faktor efisiensi alat pencampur.
Misalkan: P = 5%
 UCS rencana = 14 kg/cm2
 Hasil percobaan pencampuran di lapangan:
 UCSlap = 8,5 kg/cm2
 UCSlab = 12 kg/cm2 } FE’ = 0,71

 UCSk = UCS/FE’ = 14/0,71 = 19,8 kg/cm2


 UCSk diplotkan dalam kurva penentuan kadar
bahan penstabilisasi rencana di laboratorium
 pk = 6,8%
 Jumlah Bahan Penstabilisasi Tertebar

 Jumlah penebaran bahan penstabilisasi ditentukan berdasarkan


persentase kadar bahan penstabilisasi yang digunakan pada
pekerjaan stabilisasi di lapangan.

dmax - kepadatan kering maksimum campuran bahan jalan dan bahan penstabilisasi,
dinyatakan dalam kg/m3
pk - persentase bahan penstabilisasi terkoreksi, dinyatakan dalam %
d - kedalaman lapisan padat yang distabilisasi, dinyatakan dalam meter.
 Kontrol jumlah penebaran bahan penstabilisasi:
 Menggunakan talam logam atau matras seluas 1 m2
yang telah diketahui massanya
Penebaran mekanis

 Pemeriksaan kantong-kantong bahan stabilisasi (jarak


sesuai ketentuan)
Penebaran manual
 Pemeriksaan Kedalaman Pencampuran

Pengukuran kedalaman Pengukuran kedalaman


lapis stabilisasi (gembur) lapis stabilisasi (padat)
 Kadar Air Pemadatan dan Derajat Kepadatan

 Pemeriksaan kadar air


 Pengujian kepadatan lapangan, menggunakan alat kerucut
pasir (sand cone)
 Derajat kepadatan

Kadar air pada kepadatan lapangan yang dicapai harus berada


pada rentang kadar air untuk mencapai derajat kepadatan
lapangan minimum yang ditentukan.
 Kekuatan

Kekuatan lapisan hasil stabilisasi dinyatakan dalam nilai UCS


dan/atau CBR rendaman atau lainnya sesuai spesifikasi.
Contoh campuran yang telah menunjukkan keseragaman yang
baik, diambil dan segera dibuat benda uji UCS dan/atau CBR,
masing-masing 3 benda uji untuk setiap variasi umur perawatan (7
hari dan 28 hari atau sesuai spesifikasi).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai