Anda di halaman 1dari 8

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 45 tahun
Alamat : Perengdawe, Yogyakarta
Pekerjaan :-
No. RM : 01-21-xx-xx
Tanggal Periksa : Jumat, 11 September 2020

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan langsung kepada pasien pada Jumat, 11 September 2020.
1. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung yang disertai rasa panas dan benjolan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS Bethesda dengan keluhan nyeri
pada punggung dan terasa panas. Nyeri punggung sudah dirasakan sejak seminggu
lalu. Awalnya, muncul benjolan pada punggung pasien. Kemudan benjolan tersebut
bertambah besar dan keluar nanah hingga menembus baju. Pasien mengaku sudah
mengkonsumsi amoxicillin 2 hari dan obat anti nyeri. Nyeri yang di rasakan sudah
berkurang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


 Keluhan serupa :-
 Hipertensi :-
 DM :-
 Asma :-
 Jantung :-

1
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang mengalami gejala atau keluhan
serupa.
5. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku tidak mengkonsumsi obat sebelumnya

6. Gaya hidup
Pasien mengaku mandi 2 x sehari. Pasien menggunakan handuk pribadi dan tidak
bergantian dengan anggota keluarga lain. Pola makan baik , 3 kali sehari. Pasien rutin
konsumsi obat hipertensi. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun
makanan.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Denyut nadi : tidak dilakukan pemeriksaan
Frekuensi napas : tidak dilakukan pemeriksaan
Suhu : 35,8
Status Generalis :

Kepala : Tidak ditemukan adanya lesi


Leher : Tidak ditemukan adanya lesi
Thorax : Tidak ditemukan adanya lesi
Abdomen : Tidak ditemukan adanya lesi
Ekstremitas : Tidak ditemukan adanya lesi

Status Dermatologis
Deskripsi UKK:
Pada area punggung terdapat lesi berupa nodul eritem, berbatas tegas, soliter,
ukuran diameternya sekitar 12 cm, dengan pustul multiple pada lesinya, penyebarannya
lokalisata.

2
D. DIAGNOSA BANDING
 Furunkel
 Karbunkel
 Blastomikosis
 Folikulitis
 Hidradenitis Suppurativa

E. DIAGNOSA KERJA
Furunkulosis

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dapat dilakukan pemeriksaan Histopatologi dan pewarnaan gram

G. TATALAKSANA
R/ As. Fusidat 2% cr No XIV
S.2.d.d.u.e
R/ Amoxicillin Tab 500 mg No XXI
S.o.8.h tab 1 pc
R/ As. Mefenamat Tab 250 mg No XXI
S.3.d.d tab 1 (bila nyeri)

H. EDUKASI
 Menjelaskan tentang penyakit yang dialami.
 Menjelaskan terkait konsumsi obat dengan teratur.
 Tidak memencet atau menggaruk lesi.
 Jaga kebersihan kulit

I. PROGNOSIS
 Prognosis ad vitam : bonam
 Prognosis ad functionam : bonam
 Prognosis ad sanationam : bonam

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Furunkel adalah peradangan yang terjadi pada folikel rambut dan jaringan subkutan di
sekitarnya. Furunkel sering terjadi pada kulit yang sering mendapat gesekan, tekanan, dan
iritasi lokal, seperti garukan. Sedangkan karbunkel adalah gabungan beberapa furunkel
yang dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang padat.
Perkembanangan dari furunkel menjadi karbunkel bergantung pada status imunologis
penderita. Penyebab keduannya adalah Staphylococcus aureus.

B. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Penyebab utama infeksi pada pioderma adalah Staphylococcus aureus, meskipun dapat
disebabkan oleh Staphylococcus aureus maupun Streptococcus Beta Hemoliticus grup A.
Stratum korneum yang intak merupakan salah satu pertahanan kulit terhadap bakteri
patogen penyebab pioderma. Beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya pioderma
adalah gigitan serangga, trauma lokal, kelainan kulit (terutama dermatitis atopik), higiene
buruk, suhu dan kelembaban tinggi, usia pasien, riwayat pemakaian antibiotik, dan
pemukiman padat. Penularannya terjadi melalui kontak langsung dengan individu
terinfeksi.

Berbagai protein imunomodulator yang dikeluarkan oleh bakteri tersebut adalah toksin,
eksotoksin, dan adesin, yang dimana merupakan penyebab timbulnya gambaran klinis.
Adanya defek imun, misalnya ekskoriasi superfisial, infeksi jamur pada sela jari kaki,
pembedahan, trauma, luka bakar, kateter intravaskular, akan meningkatkan risiko
terjadinya infeksi. Pada pasien imunodefisiensi dan pasien granulomatosa kronik, netrofil
tidak dapat menghancurkan Staphylococcus aureus dan terjadi peningkatan kolonisasi
bakteri sehingga infeksi bakteri penghasil toksin meningkat.

Portal masuk dari organisme ini adalah akroinfundibulum folikel rambut yang merupakan
tempat mereka berkembang biak dan menyebabkan perubahan inflamasi perifollicular
melalui enzim bakteri. Respon primer host terhadap proses infeksi tersebut adalah
aktiavasi sel PMN ketempat masuknya bakteri tersebut. Sel PMN tersebut tertarik secara
kemotaktis oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan
sitokolin TNF (Tumor Necrosis Factor) Serta IL (Interleukin) 1-6 yang dikeluarkan oleh

4
sel endotel dan makrofak yang teraktivasi. Hal tersebut menyebabkan proses inflamasi dan
terbentuklah abses perifollicular, yang diikuti oleh nekrosis dengan kerusakan folikel
rambut.

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang sering muncul pada pasien adalah berupa keluhan nyeri pada daerah
ruam. Selain itu gejala berupa demam dan malaise juga dapat muncul. Pada furnkel
awalnya terbentuk ruam pada daerah kulit yang berupa nodus eritomatosa berbentuk
kerucut dan di tengahnya terdapat pustule. Nodul dapat melunak menjadi abses yang
berisi pus dan jaringan nekrotik yang dapat pecah membentuk fistel. Fistel yang terbentuk
tadi akan keluar melalui lokus minoris resitensie. Setelah seminggu umumnya furunkel
akan pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang dengan sendirinya. Ukuran tonjolan
meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai 3-10 cm. Waktu penyembuhan
kurang lebih 2 minggu. Jaringan permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.

Gambar 1. Perbedaan antara kulit normal, Furunkel dan Karbunkel

5
Gambar 2. Furunkel

Karbunkel merupakan kumpulan dari beberapa Furunkel. Karbunkel biasanya pertama


muncul sebagai tonjolan yang nyeri, permukaann yang halus, berbentuk kubah dan
berwarna merah. Tonjolan tersebut biasanya bersifat indurasi. Ukuran tonjolan tersebut
meningkat dalam beberapa hari dan mencapai diameter 3-10 cm atau bahkan lebih.
Supurasi terjadi setelah kira-kira 5-7 hari dan pus akan dikeluarkan melalui lokus
minoris resitensie, dimana akan keluar secara multipel (multiplefollicular orifices).

Gambar 3. Karbunkel

D. DIAGNOSIS BANDING
1. Blastomikosis : lesi pada penyakit ini juga berupa benjolan multiple dengan beberapa
pustula, daerah sekitarnya melunak. Infeksi disebabkan oleh jamur
2. Hidradenitis Suppurativa : penyakit ini ditandai oleh abses steril dan sering berulang.
Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan karbunkel yaitu pada aksila lipat
paha, pantat, atau di bawah payudara. Adanya jaringan parut yang lama, adanya sinus
dan fistel serta kultur bakteri yang negatif menjadi diagnosa dari penyakit ini.
3. Folikulitis : Berupa papul atau pustule yang eritematosa, biasanya ditengahnya
terdapat rambut dan multiple. Disebabkan oleh infeksi dari Staphylococcus Aureus.

6
E. DIAGNOSIS
Anamnesa
Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul tersebut
meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai diameter 3-10 cm atau bahkan lebih.
Beberapa pasien mengeluh demam dan malaise.

Pemeriksaan fisik
Pada Furunkel lesi mula-mula berupa infiltrat kecil yang dalam waktu singkat membesar
membentuk nodul eritematosa berbentuk kerucut. Kemudian pada tempat rambut keluar
tampak bintik-bintik putih sebagai mata bisul, nodul tadi akan melunak (supurasi) menjadi
abses yang akan pecah melalui lokus minoris resistensie yaitu muara folikel, rambut
menjadi rontok/terlepas.
Pada Karbunkel terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi
terjadi setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar yang
multipel(multiple follicular orifices). Karbunkel yang pecah dan kering kemudian
membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh
perlahan dengan granulasi.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Histopatologis menunjukkan proses inflamasi dengan sel PMN yang banyak
di dermis dan lemak subkutan. Pemeriksaan pewarnaan gram S. Aureus menunjukkan
sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) bergerombol sepertianggur, tidak
bergerak

F. TERAPI
Pengobatan dapat diberikan melalui topikal dan sistemik. Pada lesi yang sedikit dapat
digunakan antibiotik topikal. Untuk lesi banyak dapat diberikan antibiotik topikal dan
sistemik. Untuk pengobatan topikal dapat digunakan salep mupirocin calcium 2% dalam
base paraffin yang putih dan lembut selama 5 hari. Resistensi staphylococcus aureus
terhadap mupirocin hanya didapatkan pada 1 dari 17 pasien. Selain itu
profilaksis dengan asam fusidat 2% yang berupa salep dan krim yang digunakan dua kali
sehari selama 1 minggu telah terbukti efektif dalam mengeliminasi bakteri staphylococcus
aureus.

7
Untuk pengobatan secara sistemik dapat menggunakan antibiotic golongan penicillin,
aminopenicillin, chepallosporins, erithromicyn, dan tetracylines. Obat yang biasanya
digunakan ialah golongan penicillin dan chepallisporins yaitu peniclin dengan sediaan
tablet dosis 250 - 500mg dan Amoksisilin dengan sediaan tablet dosis 500 mg yang
dikonsumsi selama 7 hari dan dikonsumsi selama 8 jam sehari. Untuk golongan
tetrasiklin mempunyai efek samping yang berbahaya bagi anak – anak.

Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA) dapat
diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lain adalah tetrasiklin, namun
obat ini berbahaya untuk anak-anak. Terapi pilihan untuk golongan penicilinase-
resistant penicillin adalah dicloxacilin. Pada penderita yang alergi terhadap penisilin
dapat dipilih golongan eritromisin. Pada orang yang alegiterhadap β-lactam antibiotic
dapat diberikan vancomisin. Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua
bukti inflamasi berkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah
autoinokulasi.

I. PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.
pakaian yang digunakan sebisa mungkin pakaian yang dapat menyerap keringat, ringan
dan longgar serta harus digunakan sesering mungkin. Sejumlah besar bakteri
staphylococcus sering berada pada seprai dan pakaian pasien dengan furunkulosis atau
karbunkel dan dapat menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada
anggota keluarganya. Pakaian secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap
hari. Agar tidak terjadi rekurensi dapat mengatasi faktor predisposisi pada pasien

J. PROGNOSIS

Umumnya pasien mengalami resolusi, setelah mendapatkan terapi insisi dan drainase pus
serta pengunaan antibiotik sistemik secara teratur. Beberapa pasien yang mengalami
rekurensi biasanya terjadi pada penderita dengan penurunan kekebalan tubuh. Untuk
mencegah timbulnya rekurensi dapat mengatasi faktor predisposisi pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai