Secara umum, proporsi aktiva PT Indofood Sukses Makmur Tbk tidak berubah secara
signifikan. Hanya ada beberapa pos yang mengalami perubahan. Untuk pos utama aset lancar
dan aset tidak lancar mengalami perubahan proporsi sekitar 3%. Untuk pos aktiva lancar
proporsinya turun sebesar kenaikan proporsi aktiva tidak lancar.
Di dalam pos aktiva lancar sendiri proporsi kas mengalami penurunan sekitar 4,5% dan
ada kenaikan proporsi dalam investasi jangka pendek sebesar 0,8%, serta akun piutang dan
persediaan juga proporsinya naik. Bisa dikatakan bahwa perusahaan pada tahun 2008 sedang
melakukan investasi sekuritas tambahan, membeli kembali inventori dan tingkat perputaran kas
pada debitor yang agak macet karena kita ketahui bahwa tahun 2008 merupakan tahun terburuk
dalam dasawarsa terakhir karena dunia pada saat itu sedang mengalami krisis global. Meskipun
tidak terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap industri konsumsi di Indonesia karena
memang Indonesia pertumbuhan ekonomi diukur dari segi konsumsi, maka imbasnya bagi
perusahaan manufaktur seperti PT Indofood ini tidak terlalu besar. Untuk aktiva tidak lancar
mengalami kenaikan sebesar proporsi penurunan aktila lancar. Kenaikan terbesar dari pos aktiva
tidak lancar adalah dari aktiva tidak berwujud. Aktiva ini mengalami kenaikan sekitar 6% dari
posisi semula 0%.
Seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya bahwa penurunan aktiva lancar juga sebagian
dialihkan oleh perusahaan untuk memperluas investasi. Hal ini dibuktikan dengan naiknya nilai
uang muka investasi secara cukup signifikan. Perubahan yang paling signifikan adalah naiknya
proporsi aktiva tidak berwujud sebesar 6% dari proporsi total aktiva. Aktiva tidak berwujud ini
terdiri dari merek-merek dagang atas produk yang diproduksi oleh Indolakto, yang timbul
sehubungan dengan transaksi akuisisi. Merek-merek tersebut diantaranya adalah Indomilk, Cap
Enaak, Tiga Sapi, Crima, Kreme dan Indoeskrim. Pengakuan aset tidak berwujud ini sesuai
dengan harga perolehan dan nilainya diamortisasi setiap tahun. Piutang plasma dan tagihan pajak
mengalami kenaikan namun dalam proporsi yang kecil. Untuk beberapa pos mengalami
penurunan karena memang nilainya diamortisasi atau didepresiasi, misalnya untuk pos tanaman
yang menghasilkan dan aktiva tetap termasuk peralatan, mesin, gedung, dll.
Untuk pos pasiva, kondisi dari hutang lancar mengalami penurunan sekitar 2% sedangkan
untuk pos utang jangka panjang proporsinya naik secara cukup tajam, yaitu 6%. Sedangkan
untuk modal berkurang proporsinya sekitar 3%. Untuk utang lancer, beberapa pos mengalami
kenaikan seperti utang trust, utang pada pihak ke tiga untuk mendanai hal-hal di luar operasi
perusahaan dan perusahaan pun mencari kreditur yang benar-benar bisa dipercayai dan telah
menjadi mitra dengan perusahaan.
Utang yang mengalami penurunan antara lain utang obligasi karena memang setiap tahun
perusahaan harus membayar cicilan bunga dan pokok pinjaman yang jatuh tempo. Begitu juga
dengan utang bank dan utang pajak yang harus segera dilunasi karena tempo pembayarannya
telah jatuh. Utang-utang accrual pun proporsinya berkurang karena setiap tahun juga perusahaan
harus membayar biaya-biaya operasional dan biaya-biaya lainnya.
Di sisi lain, utang jangka panjang malah bertambah secara signifikan proporsinya antara
lain utang bank yang naik sekitar 8,8%. Perusahaan mungkin menilai bahwa utang bank yang
tersisa pada tahun 2007 adalah hampir nol, maka mungkin biasanya bank menawari kredit lagi
atau mungkin hal ini pertimbangan dari manajer pula untuk lebih memilih kredit di bank dan
segera melunasi obligasi-obligasi jangka panjang yang sudah jatuh tempo. Nilai dari hak
minoritas perusahaan otomatis turun karena pada tahun 2008 perusahaan telah melakukan
buyback atas sebagian sahamnya dan mungkin juga karena pelaku sentimen dari pasar yang
khawatir mengenai krisis global sehingga mereka para pemilik saham minoritas pada akhirnya
banyak yang melepas sahamya. Perusahaan terlalu berani dalam keadaan krisis global lebih
mendanai dengan utang. Tapi, mungkin juga hal ini dipengaruhi oleh turunnya harga saham.
Namun, turunnya harga saham indofood tidaklah sevolatil industri yang lain.
Modal perusahaan juga secara umum mengalami penurunan. Hal ini bisa dilihat dari
modal disetor proporsinya mengalami penurunan meskipun saham treasury sudah dijual lagi
kepada publik, namun dapat diketahui dari agio saham yang mengalami penurunan bisa
mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami disagio. Jika tidak, maka memang proporsi
kenaikannya sangat tidak sebanding dengan proporsi kenaikan utang jangka panjang.
PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk
DAN ANAK PERUSAHAAN
LAPORAN LABA RUGI COMMON SIZE
Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal
31 Desember 2008, 2007
(Disajikan dalam Persen)
2008 2007
Penjualan Bersih 100,00 100,00
Beban Pokok Penjualan 76,86 76,21
Laba Kotor 23,13 23,78
Beban Usaha
Penjualan 7,06 8,39
Umum dan administrasi 4,87 5,05
Jumlah Beban Usaha 11,94 13,45
Laba Usaha 11,18 10,32
Penghasilan/(Beban) Lain-Lain
Penghasilan bunga 0,43 0,56
Beban bunga dan pendanaan lainnya -2,98 -2,55
Laba/(rugi) kurs - bersih -1,83 0,04
Lain-lain - bersih -0,10 -1,06
Beban Lain-lain - Bersih -4,48 -2,99
Laba Sebelum Manfaat (Beban) Pajak 6,70 7,32
Penghasilan
Manfaat/(Beban) Pajak Penghasilan
Tahun berjalan -3,04 -3,15
Tangguhan 0,97 0,67
Beban Pajak Penghasilan - Bersih -2,06 -2,48
Laba Sebelum Hak Minoritas 4,63 4,85
Atas Laba Bersih Anak Perusahaan dan
Penyesuaian Proforma
Hak Minoritas Atas -2,01 -0,14
Laba Bersih Anak Perusahaan - Bersih
Penyesuaian Proforma 0,05 0,06
Laba Bersih 2,66 3,52
Harga pokok penjualan untuk periode 2008 mengalami kenaikan proporsi sekitar 0,65%.
Hal ini mengindikasikan adanya harga-harga/inflasi yang cukup signifikan untuk harga-harga
bahan baku dan beban produksi sehingga pada tahun 2008 proporsi laba kotor mengalami
penurunan. Selain itu, hal ini juga disebabkan kenaikan jumlah produksi. Hal ini bisa dilihat dari
kenaikan jumlah persediaanyang dimiliki perusahaan dan pos persediaan akhir yang dimiliki.
Namun, untuk tahun 2008 beban administrasi dan penjualan menurun secara proporsi meskipun
secara jumlah meningkat. Pos-pos biaya menurun seperti iklan mengindikasikan belanja iklan
untuk perusahaan memang menurun. Biaya yang naik seperti biaya gaji, upah karyawan. Biaya
untuk barang rusak juga mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan kualitas bahan baku atau
tingkat kualitas distribusi mengalami penurunan. Telekomunikasi dan bahan bakar juga
mengalami kenaikan karena memang perusahaan pada saat itu sedang mengalami kenaikan
penjualan dan sisi permintaan tentunya juga naik sehingga hal ini wajar menimbulkan kenaikan
pada sejumlah pos-pos biaya. Namun pada akhirnya kenaikan ini tidak sebesar proporsi terhadap
penjualan pada tahun 2007 sehingga proporsi laba usaha mengalami kenaikan sekitar 0,86%.
Pos yang paling memengaruhi laba sebelum pajak adalah kerugian selisih kurs karena
kita tahu bahwa rupiah pada tahun 2008 mengalami koreksi yang signifikan dan nilainya terus
melemah sampai awal tahun 2009 nilainya berangsur membaik menuju level Rp 9000-an per
dolar. Kerugian atas selisih kurs mengubah 1,79% proporsi beban. Beban bunga dan lainnya juga
mengalami kenaikan. Selain karena perusahaan menambah utang jangka panjang, juga
perusahaan sedang mengalami kenaikan penjualan sehingga laba sebelu pajak proporsinya jauh
lebih kecil daripada laba tahun 2007 (mengalami penurunan sebesar 0,62%). Untuk pos beban
pajak mengalami penurunan proporsi terhadap penjualan meskipun jumlahnya naik. Proporsi
pajak penghasilan misalnya naik pada pos tangguhan karena perusahaan masih menangguhkan
biaya dan gaji atau karena memang perusahaan menunggu sampai jatuh tempo masa SPT badan.
Sedangkan untuk beban gaji proporsinya mengalami penurunan meskipun memang beban upah
dan gaji mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Laba sebelum hak minoritas juga
mengalami penurunan proporsinya 0,25% dibandingkan dengan tahun 2007.
Hak minoritas atas aktiva proporsinya naik secara signifikan karena memang pada tahun
2008 perusahaan kembali menjual saham treasury nya ke publik sehingga konsekuensinya adalah
kepemilikannya semakin menyebar dan tentu saja pemilik minoritas berhak atas hak-hak atas
aktiva. Hal inilah yang pada akhirnya menurunkan proporsi laba bersih perusahaan pada tahun
2008 dengan tahun 2007 adalah sekitar 0,9% meskipun secara esensi nilainya naik.
B. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF
PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk
DAN ANAK PERUSAHAAN
NERACA KOMPARATIF
31 Desember 2008 dan 2007
(Disajikan Dalam Jutaan Rupiah)
Perubahan
2008 2007 Dalam% Dalam Rp
Penjualan Bersih 38.799.279 27.858.304 39,27 10.940.975
Beban Pokok Penjualan 29.822.362 21.232.761 40,45 8.589.601
Laba Kotor 8.976.917 6.625.543 35,48 2.351.374
Beban Usaha
Penjualan 2.742.292 2.339.821 17,20 402.471
Umum Dan Administrasi 1.893.149 1.409.282 34,33 483.867
Jumlah Beban Usaha 4.635.441 3.749.103 23,64 886.338
Laba Usaha 4.341.476 2.876.440 50,93 1.465.036
Penghasilan/(Beban) Lain-Lain
Penghasilan bunga 168.516 158.347 6,42 10.169
Beban bunga dan pendanaan (1.157.562) (710.615) 62,89 446.947
lainnya
Laba/(rugi) kurs - bersih (713.131) 13.411 -5417,50 (726.542)
Lain-lain - bersih (39.476) (296.174) -86,67 (256.698)
Beban Lain-lain - Bersih (1.741.653) (835.031) 108,57 906.622
Laba Sebelum Manfaat (Beban) 2.599.823 2.041.409 27,35 558.414
Pajak Penghasilan
Manfaat/(Beban) Pajak
Penghasilan
Tahun berjalan (1.181.312) (878.006) 34,54 303.306
Tangguhan 379.759 187.314 102,73 192.445
Beban Pajak Penghasilan - (801.553) (690.692) 16,05 110.861
Bersih
Laba Sebelum Hak Minoritas 1.798.270 1.350.717 33,13 447.553
Atas Laba Bersih Anak
Perusahaan Dan Penyesuaian
Proforma
Hak Minoritas Atas Laba Bersih (782.597) (387.270) 102,08 395.327
Anak Perusahaan - Bersih
Penyesuaian Proforma 18.716 16.910 10,68 1.806
Laba Bersih 1.034.389 980.357 5,51 54.032
Kas perusahaan pada tahun 2008 mengalami penurunan sekitar 5,88% dibandingkan
dengan tahun 2007. Untuk investasi nilainya naik hampir 175%. Memang perusahaan pada saat
itu sedang melakukan banyak pembelian pada sekuritas-sekuritas jangka pendek yang return nya
bisa dihasilkan pada tempo yang telah ditentukan perusahaan. Untuk pos piutang nilainya juga
mengalami kenaikan secara signifikan pada semua pos baik piutang usaha atau bukan usaha
mengindikasikan bahwa tingkat penagihan piutang semakin menurun atau tingkat kemampuan
debtor menurun untuk membayar utang terhadap perusahaan. Nilai persediaan akhir bersih
perusahaan juga mengalami kenaikan.
Kenaikan paling signifikan terjadi pada pos pajak dibayar di muka dan beban yang
ditangguhkan. Namun, secara umum, kenaikan pos aktiva lancar adalah sekitar 23,61%. Aktiva
tidak lancar juga nilainya mengalami kenaikan sekitar 39,65% dari tahun 2007. Kenaikan
terbesar ada di aset tidak berwujud karena memang perusahaan pada waktu itu sedang gencar-
gencar melakukan akuisisi untuk merek-merek tertentu, seperti susu cap enaak, indoeskrim, dll.
Piutang plasma juga nilainya mengalami kenaikan secara signifikan karena memang perusahaan
pada waktu itu sedang melakukan peningkatan pada sektor plasma, sedangkan biaya masih
ditanggung oleh anak perusahaan, dan masih menunggu pencairan dana dari bank.
Aset tetap juga nilainya mengalami kenaikan karena perusahaan juga sedang melakukan
penambahan terhadap aktiva tetap, mungkin disebabkan karena keadaan mesin atau gedung yang
nilai efisiensi telah menurun atau sekedar strategi peningkatan produksi. Aktiva tidal lancar
lainnya juga mengalami kenaikan sekitar 85%. Kenaikan ini terkait dengan sewa atas ruang
perkantoran yang digunakan untuk jangka panjang dan nilainya diakui sebagai aktiva tidak
lancar lainnya. Sewa semacam ini tergolong capital lease. Total aktiva secara keseluruhan
mengalami kenaikan sebesar 33%.
Jumlah kewajiban perusahaan mengalami kenaikan baik lancar maupun tidak lancar.
Kewajiban lancar naik 26,17% dan tidak lancar naik 72%. Utang bank jangka pendek naik
33,14% disebabkan karena perusahaan dalam jangka pendek harus memenuhi berbagai operasi
perusahaan. Selain itu, perusahaan juga mengadakan perjanjian utang dengan pihak pihak yang
dipercaya lainnya dan nilainya meningkat 78,61%. Paling tidak, ada sebagian utang usaha yang
telah dilunasi diindikasikan ada penurunan dari beberapa pos utang meskipun penurunannya
tidak terlalu signifikan.. Utang-utang ini digunakan perusahaan sebagian besar juga untuk
aktivitas investasi jangka pendek dan operasi. Selain itu juga untuk melunasi utang jangka
panjang yang telah jatuh tempo seperti utang obligasi. Utang tidak lancar naik sebesar 72,29%.
Utang ini didominasi oleh utang bank yang membengkak sampai 700%. Utang ini juga
disebabkan agar pendanaan perusahaan untuk meningkatkan operasi maupun investasi tidak
terganggu karena menurunnya nilai pasar saham. Utang bank ini juga dalam rangka mendukung
program plasma perusahaan.
Utang bank ini mayoritas didapatkan dari anak perusahaan Bank BCA dan utang luar
negeri dalam bentuk US$. Utang-utang jangka panjang ini dilakukan karena memang perusahaan
sudah ada perjanjian peminjaman dengan SIMP dengan kriteria ekuitas harus diturunkan dan
penggenjotan modal adalah dari sisi utang. Oleh karena itu, proporsi modal secara umum
menurun dibandingkan dengan tahun 2007 meskipun total ekuitas naik karena memang
perusahaan melakukan penjualan kembali saham treasurinya. Perusahaan mendapatkan banyak
keuntungan diindikasikan dengan nilai agio yang meningkat serta keuntungan yang belum
terealisasi. Harga saham pada waktu itu bisa disimpulkan sedang naik. Modal proforma juga
mengalami penurunan karena pada saatnya modal itu digunakan.
Penjualan mengalami kenaikan 39,27% dan diikuti dengan naiknya HPP sebesar 40%.
Hal ini mengindikasikan bahwa harga-harga bahan baku sedang mengalami kenaikan dan
berbagai macam faktor lainnya. Sehingga kenaikan penjualan ini bukan menjadi tolak ukur
kenaikan penjualan namun kenaikan penjualan ini sebagai dampak dari inflasi dan meningkatnya
HPP. Namun demikian, laba kotor masih naik sebesar 35%. Secara umum, beban usaha juga
meningkat sebesar 23%. Namun, peningkatan beban ini masih di bawah laba kotor sehingga laba
usaha naik 50% dari tahun 2007. Penghasilan atau beban lain-lain inilah yang menyebabkan EBT
turun karena memang penyebab utamanya adalah kerugian selisih mata uang asing. Perlu
diketahui bahwa utang perusahaan juga dalam bentuk dolar. Oleh karena itu, dalam
pelunasannya sepanjang krisis global 2008 mungkin saja mengalami kerugian yang luar biasa.
EBT hanya naik 27,35%. Pajak penghasilan juga bertambah karena memang banyak kenaikan di
sisi yang berhubungan dengan pajak, misalnya gaji dan upah. Laba bersih hanya naik 5% akibat
adanya hak pemegang saham minoritas akibat adanya penjualan kembali saham treasuri. Namun,
secara umum, kondisi operasi perusahaan masih dalam keadaan cukup baik karena masih ada
kenaikan pada laba bersih.
C. ANALISIS RASIO
Rasio Likuiditas
1. Rasio Lancar =
Pemanfaatan Aktiva
Ukuran Pasar
18.791.384 26.432.369
23 Rasio Total Utang 0,63 0,67
29.706.895 39.594.264
Rasio lancar perusahaan dalam dua tahun terakhir menunjukkan kondisi yang tidak
likuid. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang lancar
dengan kewajiban lancar adalah tidak memenuhi syarat. Apalagi rasio ini turun dari 0,92 menjadi
0,89 pada tahun 2008 sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa kenaikan pada utang lancar dan
kondisi aktiva lancar juga naik namun kenaikan pada penyebut akan lebih cenderung mengurangi
secara signifikan nilai rasio lancar ini.
Begitu juga dengan rasio cepat perusahaan yang mengalami penurunan yang signifikan
dari 0,54 menjadi 0,44 pada tahun 2008. Rasio cepat 0,5 menunjukkan bahwa kondisi
perusahaan dalam memenuhi utang lancar benar-benar jauh di bawah kondisi cukup, yaitu
kondisi normal ketika rasio cepat adalah 1.
Kondisi ini juga diperparah dengan penurunan jumlah kas yang dimiliki perusahaan.
Periode penagihan piutang secara umum turun dari 23 hari menjadi 20 hari. Hal ini cukup
mengisyaratkan perkembangan yang bagus karena akan lebih meningkatkan kinerja dan operasi
perusahaan. Namun jumlah hari untuk menjual persediaan malah bertambah 1 hari dari 60 hari
menjadi 61 hari. Hal ini akan berdampak pada kinerja penjualan serta dapat menghambat proses
produksi karena perusahaan harus mempertimbangkan rasio ini untuk mengestimasi barang yang
harus diproduksi terutama dalam segi kuantitas agar produksi perusahaan sejalan dengan
permintaan.
Total utang terhadap ekuitas dari tahun 2007 ke tahun 2008 adalah naik menjadi 3,61.
Hal ini menandakan bahwa sebagian besar modal perusahaan sebagian besar didanai dari utang
dan jumlah utang adalah 3 kali lipat lebih banyak daripada total ekuitas. Jadi perusahaan juga
sangat berisiko untuk membayar beban bunga dan pokok pinjaman apalagi ketika perusahaan
mempunyai kreditor lebih dari 1. Kecuali ketika memang keadaan perusahaan memungkinkan
untuk menambah utang maka hal ini tidak akan menjadi masalah.
Apalagi proporsi utang jangka panjang juga sudah melebihi proporsi ekuitas dengan rasio
utang jangka panjang terhadap ekuitas yang sudah mencapai 1,19. Dalam keadaan krisis global,
hal ini akan sangat berbahaya bagi perusahaan selain terancam masalah kurs juga terancam
operasi macet dan gulung tikar karena banyak pokok pinjaman dan bunga yang mungkin jatuh
tempo dan nilai kas sendiri pun turun. Rasio solvabilitas menunjukkan bahwa perusahaan
sebagian besar pendanaannya berasal dari utang. Memang sebenarnya kebijakan perusahaan
untuk meningkatkan utang adalah untuk memenuhi SIMP, tapi dalam hal ini sebaiknya
perusahaan tetap menjaga rasio solvabilitas agar perusahaan dalam hal ini akan tetap mampu
untuk melunasi jangka panjangnya.
Apalagi dengan turunnya rasio kelipatan bunga dihasilkan. Ini menandakan pula bahwa
perusahaan dengan menambah utang jangka panjang malah akan semakin membebani kondisi
perusahaan. Dengan turunnya rasio kelipatan bunga dihasilkan, hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga yang setiap periode tertentu harus dibayar
adalah menurun. Pembayaran bunga juga menggunakan kas, bukan menggunakan laba. Apalagi
kas perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2007.
ROA turun dari 4,3% menjadi 2,9%. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat penggunaan atas
aktiva untuk mencapai tujuan perusahaan turun.
Sepertinya perusahaan telah menambah dalam jumlah yang signifikan total aset,
termasuk aset tidak lancar. Namun hal ini malah menurunkan kinerja perusahaan atas
penambahan aset tersebut. Margin laba secara umum mengalami penurunan kecuali laba kotor
yang meningkat 1%. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan pemegang saham untuk
menerima dividen adalah menurun, dan secara umum akan berimbas kepada sentimen pasar
saham yang akan menilai kinerja perusahaan menurun dan bisa berdampak terhadap harga saham
perusahaan. Rasio perputaran piutang 15 kali sedangkan perputaran kas hanya 8 kali. Hal ini
mengindikasikan ketidakseimbangan antara piutang dengan penerimaan kas sampai menjadi kas
kembali. Dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini banyak piutang yang masih belum bisa ditagih
dan setiap kali ada transaksi yang berhubungan dengan penambahan piutang sebanyak 2 kali,
transaksi atas penerimaan kas baru bisa dilakukan 1 kali. Hal ini akan mengganggu sekali
tentunya untuk operasi perusahaan dan memenuhi kebutuhan lain akan kas.
Perusahaan mengambil keputusan utang mungkin juga disebabkan oleh kondisi seperti
ini, kekurangan kas karena perputaran dari kas menjadi kas adalah sangat lama dan hanya
setengah dari perputaran piutang. Rasio penjualan terhadap persediaan 7 kali mengindikasikan
bahwa perusahaan harus membeli bahan baku persediaan tujuh kali dalam satu periode. Rasio ini
turun 0,23 mengindikasikan bahwa perusahaan mengurangi intensitasnya untuk membeli
persediaan. Perputaran modal kerja adalah nol karena tidak adanya modal kerja disebabkan total
aktiva lancar kuran dari utang lancar. Hal ini mengindikasikan bahwa segala aset lancar yang
dimiliki perusahaan hanya bisa didedikasikan untuk membayar utang jangka pendeknya, itu pun
masih belum mencukupi karena perusahaan dalam keadaan illiquid. Perputaran aktiva tetap
dibandingkan dengan tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 0,2. Hal ini mengindikasikan
bahwa kegunaan aktiva tetap mengalami penurunan Mungkin hal ini disebabkan kenaikan aktiva
tetap sebagai penyebut meskipun kenaikan terhadap penjualan perusahaan.
Hal ini terjadi juga pada perputaran total aktiva. Idealnya, naiknya total aktiva diikuti
juga oleh naiknya penjualan dalam rasio yang berbeda sehingga dapat meningkatkan rasio
perputaran aktiva. Rasio 2 menunjukkan bahwa total aktiva tidal lancar yang digunakan dalam
penjualan adalah baru 2 kali. Sedangkan untuk penggunaan aktiva secara keseluruhan adalah
baru 1 kali lebih, itupun nilai rasionya menurun. Rasio harga terhadap laba menunjukkan tingkat
apresiasi investor terhadap kondisi perusahaan. Nilai itu turun cukup signifikan 3 poin dari
tahun 2007. Selain karena turunnya harga saham, juga sekali lagi disebabkan oleh krisis global.
Sedangkan imbal laba terhadap saham adalah mengalami kenaikan dari 45% menjadi 52%. Ini
berarti terkandung pesan bahwa setiap lembar saham yang dimiliki investor, akan mendapatkan
pengembalian sebesar 45% dan nilai ini naik pada 2008 menjadi 52%. Oleh karena itu, masih
banyak para investor yang masih tertarik untuk membeli saham perusahaan dan terbukti
perusahaan menjual saham dan mendapat keuntungan dari penjualan tresury.
Harga terhadap nilai buku adalah 25 pada tahun 2007 dan menurun 23 pada tahun 2008.
Nilai ini mencerminkan bahwa harga pasar saham adalah 25 kali harga nominalnya. Sekiranya
perusahaan mau melakukan stocksplit untuk bisa lebih meningkatkan kinerja sahamnya, tidak
akan menjadi masalah. Namun pada tahu 2008, nilai ini turun 2 poin. ROE juga turun 3% yang
berarti bahwa kontribusi modal ekuitas terhadap laba adalah turun 3%.
Secara umum, arus kas turun secara signifikan dari kenaikan 2.262.720 pada tahun 2007
namun sebaliknya pada tahun 2008 mengalami penurunan 289.855. Aktivitas operasi tidak
menunjukkan perubahan yang signifikan karena selain perusahaan menerima kas dari pelanggan,
pembayaran kepada pemasok pun harus dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, pembayaran kas
untuk beban usaha juga mengalami kenaikan.
Dari sisi pendanaan dan investasi menjadikan penurunan arus kas untuk tahun 2008. Dari
segi investasi jelas sekali perusahaan sedang gencar-gencarnya menambah aktivitas pembelian
aktiva termasuk akuisisi, penyewaan kantor, proyek plasma dsb sehingga nilainya mengalami
peningkatan dari 6.454.753 juta menjadi 7.575.214 juta pada tahun 2008. Begitu juga dari
aktivitas pendanaan. Nilainya mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan juga untuk
membayar utang cerukan, pembayaran obligasi jatuh tempo. Untuk kas masuk utang obligasi
nilainya pada tahun 2008 adalah nol rupiah karena perusahaan pada tahun 2008 tidak melakukan
penerbitan obligasi. Untuk penerimaan kas dari penerbitan saham anak perusahaan juga nilainya
menjadi nol karena tahun 2008 anak perusahaan juga tidak menerbitkan saham lagi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa secara penerimaan kas, perusahaan ii sedang mengalami penurunan kinerja
karena pendapatan yang diterima dari setiap macam aktivitas tidak diimbangi oleh pengeluaran
kas dari setiap aktivitas juga