Anda di halaman 1dari 5

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6

Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA TUMBUHAN


DAUN SIRIH (Piper batle L.)

Novi Purnama
Program Studi Pendidikan IPA PPs Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111
Email : novipurnama1994@gmail.com

Abstrak. Daun sirih merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Daun sirih
dipercaya memiliki banyak khasiat untuk mengobati berbagai penyakit yang ada di masyarakat.
Pada umumnya senyawa yang memiliki keefektifan untuk dapat menyembuhkan penyakit
berasal dari senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder tersebut yaitu alkaloid,
flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, tanin. Tanaman yang mengandung senyawa flavonoid
dapat digunakan sebagai antikanker, antioksidan, antiinflamasi, antialergi, dan antihipertensi.
Tujuan percobaan ini adalah mengidentifikasi senyawa flavonoid dari ekstrak daun sirih (Piper
batle L.). Implementasi dalam bentuk kerja laboratorium dengan cara memanaskan ekstrak
kurang lebih 10 menit, kemudian di angkat dan ditambahkan larutan HCl, dan selanjutnya
ditambahkan serbuk Mg. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tumbuhan daun sirih
(Piper Batle L.) diperoleh 80 ml ekstrak etanol cair yang dihasilkan setelah di maserasi selama
2x24 jam. Kemudian dilakukan uji flavonoid dengan cara sampel/ekstrak tumbuhan daun sirih
sebanyak 1 mL dengan penambahan 0,1 g serbuk Mg dan beberapa tetes larutan HCl pekat.
Setelah semua terlarut, hasil menunjukkan bahwa pada ekstrak daun sirih positif terdapat
senyawa flavonoid.
Kata Kunci: Identifikasi, ekstrak, flavonoid, daun sirih.

Abstrak. Betel leaf is a plant that grows a lot in Indonesia. Betel leaf is believed to have many
properties to treat various diseases that exist in the community. In general, compounds that
have effectiveness to cure diseases come from secondary metabolite compounds. Secondary
metabolite compounds are alkaloids, flavonoids, steroids, terpenoids, saponins, tannins. Plants
containing flavonoid compounds can be used as anticancer, antioxidant, anti-inflammatory,
allergic, and antihypertensive. The purpose of this experiment was to identify flavonoid
compounds from betel leaf extract (Piper batle L.). Implementation in the form of laboratory
work by heating the extract of approximately 10 minutes, then in the lift and added HCl
solution, and then added Mg powder. Based on the research that has been done on betel leaf
(Piper batle L.), 80 ml of liquid ethanol extract produced after maceration for 2x24 hours. Then
the flavonoid test was done by sampling / extract of betel leaf plants as much as 1 mL with the
addition of 0.1 g of Mg powder and a few drops of concentrated HCl solution. After all dissolved,
the results showed that on the positive betel leaf extract contained flavonoid compounds.
Keywords:Identification, extract, flavonoid, betel leaf

PENDAHULUAN

Tumbuhan merupakan suatu komponen penting dalam kehidupan manusia,


terutama sebagai sumber makanan dan sebagai obat-obatan. Tumbuhan secara
empiris mempunyai aktivitas antimikroba. Al-Qur’an banyak menyebutkan tentang
tumbuh-tumbuhan untuk dimanfaatkan oleh manusia. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 53 yang artinya : “Bagimu bumi sebagai hamparan
dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari
langit air hujan. Maka bumi tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”. Allah SWT menciptakan berbagai jenis
tumbuhan, mulai dari tumbuhan tingkat tinggi sampai tingkat rendah dan dibalik
penciptaannya tersimpan banyak manfaat yang dapat kita ambil darinya, karena tidak
ada sesuatu yang diciptakan Allah itu sesuatu yang sia-sia, sekecil apapun ciptaannya
pasti memiliki manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. [1] Seperti contohnya daun
sirih (Piper betle L.) yang merupakan salah satu jenis tumbuhan obat yang sering
digunakan sejak dulu untuk menjaga kesehatan, pencegahan dan pengobatan

437
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

berbagai penyakit.[2] Selain sebagai pengobatan tradisional, sirih juga digunakan


sebagai budaya upacara adat di sebagian besar penduduk daerah Indonesia. [3]
Daun sirih memiliki bentuk seperti jantung, berujung runcing, tumbuh
berselang-seling, bertangkai, teksturnya kasar jika di raba, dan mengeluarkan bau
yang sedap (aromatis). Panjang daunnya 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm. Tanaman
sirih hijau (Piper batle L.) tumbuh subur disepanjang Asia tropis hingga Afrika Timur
menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri Lanka, India
hingga Madagaskar.[4]
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat
obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan
ketrampilan yang diwariskan turun-temurun. Indonesia memiliki jenis tanaman obat
yang banyak ragamnya. Jenis tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman obat
mencapai lebih dari 1000 jenis, salah satunya yaitu sirih (Piper betle L.).[5]

Gambar 1.1. Daun sirih (Piper Batle)

Antioksidan adalah zat penghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas yang
dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh, membran dinding sel,
pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit
(Subeki, 1998). Suatu tanaman dapat memiliki aktivitas antioksidan apabila
mengandung senyawaan yang mampu menangkal radikal bebas seperti fenol dan
flavonoid.[1] Ekstrak daun sirih mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, steroid dan
saponin dengan kadarnya yang standar. Senyawa ini diduga bekerja bersama-sama
saling menguatkan, diantara senyawa-senyawa tersebut steroid merupakan senyawa
yang lebih banyak ditemukan sedangkan senyawa alkaloid hanya pada satu pereaksi
dinyatakan positif terkandung dalam ekstrak. Senyawa alkaloid yang berjumlah sedikit
juga berperan sebagai antimikroba melalui mekanisme kerjanya yang berhubungan
dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan DNA bakteri.[2]
Berdasarkan kedudukan taksonomi sirih dalam sistematika tumbuhan adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle
Menurut Fauziah (2007) tanaman sirih ini merupakan tanaman yang tumbuh
merambat, mirip tanaman lada. Tingginya mencapai 5-15 meter, tergantung
pertumbuhan dan tempat merambatnya. Batangnya berwarna hijau kecoklatan. Daun
sirih hijau berbentuk jantung dan berwarna hijau. Rasa sirih hijau tua pedas sehingga
banyak di pakai untuk obat karena kandungan minyak atsirinya lebih tinggi, sirih
berdaun hitam biasanya digunakan sebagai obat. Permukaan daun agak kasar jika di
raba. Bunganya merupakan buah buni, berbentuk bulat, berdaging, dan berwarna

438
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

kuning hijau. Tanaman sirih menyukai tempat yang terbuka atau sedikit terlindungi
dan terdapat tempat untuk merambat. Tanaman sirih dikenal sejak tahun 600 SM dan
banyak ditanam oleh masyarakat. Selain sebagai antiseptik, minyak atsiri dari daun
sirih juga berfungsi sebagai insektisida dan fungsida.[6]
Daun sirih dipercaya memiliki banyak khasiat untuk mengobati berbagai
penyakit yang ada di masyarakat, yaitu sebagai obat sariawan, luka, gatal, mata gatal
dan merah, mimisan atau keluarnya darah dari hidung, serta menghilangkan bau
badan, bau mulut, jerawat, dan menguatkan gigi agar tidak mudah tanggal. Namun,
hanya sedikit yang mengetahui bahwa daun sirih hijau berfungsi sebagai antibiotik
(Inayatullah, 2012; Muhlisah, 2007).
Daun sirih mengandung banyak zat kimia, diantaranya seperti minyak atsiri,
hidroksivacikol, kavicol, kavibetol, allypyrokatekol, karvakol, eugenol, eugenol metil
eter, p-cymene, cineole, cariophyllene, cadinene, estragol, terpenena, sesqiterpena,
fenil, propane, tanin, diastase, gula, dan pati. Efek antibiotik daun sirih hijau diperoleh
dari kandungan minyak atsiri sebesar 4,2% yang komponen utamanya terdiri dari
bethel phenol dan turunannya. phenol dan senyawa turunannya dapat mendenaturasi
protein sel bakteri.[7] Senyawa fenil propanoid bersifat antimikroba dan anti jamur
yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri antara lain,
Salmonella sp, Klebsiella, Pasteurella, dan dapat mematikan Candida albicans
(Reveny, 2011). Minyak atsiri dari daun sirih umumnya aktif terhadap Escherichia
coli,Posiodomonas auruginosa, Strepto coccos epidermidis, Staphylococcus aureus dan
pirogen Streptococcus (Arambewela, et al., 2005)[8].
Tanaman sirih diketahui bisa mengatasi batuk, menghilangkan bau badan,
mengobati luka bakar, menurunkan kolesterol, keputihan, dan gatal-gatal. Berbagai
penelitian terhadap daun sirih dilakukan sebagai reaksi atas kenyataan empiris yang
terus berkembang di masyarakat, yaitu memanfaatkan daun sirih untuk pengobatan
dan penyembuhan penyakit.[5] Pada umumnya senyawa yang memiliki keefektifan
untuk dapat menyembuhkan penyakit berasal dari senyawa metabolit sekunder.
Senyawa metabolit sekunder tersebut yaitu alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid,
saponin, tanin.
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar.
Sebenarnya, flavonoid terdapat dalam semua tanaman hijau dan dalam tanaman
aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai bentuk
struktur. Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun
dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon. Flavonoid adalah senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil
yang tidak terdistribusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat, atau
campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari
jaringan tumbuhan. Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman dapat dilakukan
dengan ekstraksi. Dalam proses ekstraksi ini bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari
yang sesuai sifat kepolarannya.
Flavonoid termasuk salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang
paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi, 1985). Flavonoid
berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau
melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida
(mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon
(Cuppett, 1954).
Tanaman yang mengandung senyawa flavonoid dapat digunakan sebagai
antikanker, antipksidan, antiinflamasi, antialergi, dan antihipertensi (Fauziah, 2010).
Peran penting flavonoid dari sayuran dan buah segar adalah mengurangi resiko
terkena penyakit jantung dan stroke (Safitri, 2004). Menurut Sarastani (2002)
kebanyakan sumber antioksidan alami adalah tanaman yang mengandung senyawa
fenol yang tersebar di seluruh bagian tanaman baik di kayu, biji, daun, buah, akar,
bunga maupun serbuk sari.
Tanaman-tanaman yang tumbuh di alam semesta ini merupakan tanaman yang
baik seperti yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat Asy-Syu’ara ayat 7 yang

439
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

berbunyi : “Dan apakah merekah tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya


Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik”. Ayat
tersebut menggambarkan segala sesuatu yang baik bagi setiap obyek yang disifati-
Nya. Tumbuhan yang baik merupakan tumbuhan yang bermanfaat bagi makhluk
hidup termasuk tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pengobatan.[1]
Tumbuhan yang berbagai macam jenisnya dan dapat digunakan sebagai obat
berbagai penyakit ini merupakan anugerah Allah SWT yang harus dipelajari dan
dimanfaatkan sebaik-baiknya, tidak terkecuali tanaman daun sirih. Oleh sebab itu
peneliti tertarik melakukan percobaan yang bertujuan mengidentifikasi adanya
senyawa flavonoid pada tumbuhan daun sirih.

METODE

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat-alat gelas yang umum
digunakan di laboratorium kimia, timbangan analitik, rak dan tabung reaksi, kaca
arloji, spatula, gelas kimia, corong, kaki tiga, pembakar spiritus, dan blender.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih, alkohol, larutan
HCl, dan serbuk magnesium (Mg).

Persiapan Sampel

Tumbuhan daun sirih (Piper Batle) dikumpulkan dalam keadaan segar,


dicuci, kemudian diangin-anginkan, lalu digerus dan dimasukkan kedalam gelas
kimia untuk di ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut alkohol
selama kurang lebih 2 hari. Tujuan sampel digerus agar luas permukaannya
bertambah besar sehingga palarut lebih mudah menarik senyawa-senyawa yang
terdapat dalam sampel tersebut.

Prosedur kerja

Ekstrak sampel dipanaskan terlebih dahulu didalam penangas air kurang


lebih 10 menit. Kemudian ekstrak tersebut di angkat dan di tambahkan larutan
asam klorida pekat beberapa tetes, dan selanjutnya ditambahkan serbuk
magnesium sebanyak 0,1 gram.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tumbuhan daun sirih (Piper
Batle) diperoleh 80 mL ekstrak etanol cair yang dihasilkan setelah di maserasi selama
2 x 24 jam. Kemudian dilakukan uji flavonoid dengan cara sampel/ekstrak tumbuhan
daun sirih sebanyak 1 mL ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan beberapa tetes larutan
HCl pekat. Setalah semua terlarut hasilnya menunjukkan larutan tersebut berwarna
merah. Hal tersebut menandakan bahwa pada tumbuhan daun sirih positif terdapat
senyawa flavonoid.
Hasil percobaan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sarah Zaidan dan Ratna Djamil. Dimana adanya flavonoid ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol. [9]

SIMPULAN

440
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa pada tumbuhan daun sirih (Piper
Batle) terdapat salah satu senyawa metabolit sekunder yaitu senyawa flavonoid yang
bekerja menghambat fase penting dalam biosintesis prostaglandin, yaitu pada lintasan
siklooksigenase. Flavonoid juga berfungsi menghambat fosfodiesterase,
aldoreduktase, monoamine oksidase, protein kinase, DNA polymerase dan
lipooksigenase.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Latifah. 2015. Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid dan Uji Aktivitas
Antioksidan pada Ekstrak Rimpang Kencur Kaempferia galanga L. Dengan Metode
DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang : Jurusan Kimia Fakultas SAINS dan Teknologi
[2] Puetri, Nona Rahmaida, dan Effa. 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih
(Piper batle L.) terhadap Petumbuhan Staphylococcus Aureus Isolat dari
Penderita Faringitis. Vol. 2, No. 2, 57-65.
[3] Prastyowati, Anika, dkk. 2014. Kualitas Kimia dan Mikrobiologi Permen Kertas Daun
Sirih Hijau (Piper betle L.) sebagai Pakan Ternak Tambahan. Jurnal SAIN
VENTERINER. Yogyakarta : Fakultas Tehnobiologi, Universitas Atma Jaya.
[4] Noventi, Wulan, dan Novita Carolia. 2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper
batle L.) sebagai Alternatif Terapi Acne vulgaris. Volume 5, Nomor 1.
[5] Latuheru, Jean. O, dkk. 2013. Efek Daun Sirih (Piper batle L.) terhadap
Penyembuhan Luka Insisi Kulit Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Jurna e-Biomedic
eBM. Vol. 1, No. 2, hal 802-805.
[6] Yunianti, Lapida. 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle)
Sebagai Insektisida Alami Terhadap Moralitas Walang Sangit (Leptocorisa acuta).
Yogyakarta : Universitas SANATA DHARMA.
[7] Pangaribuan, Benny Bradley Pradana, 2017. Perbandingan Daya Hambat
Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper batle L.) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus. Bandar
Lampung : Universitas Lampung.
[8] Rivai, Harrizul, dkk. 2014. Pembuatan dan Karakterisasi Ekstrak Kering Daun Sirih
Hijau (Piper batle L.). Jurnal Farmasi Higea. Vol. 6, No. 2
[9] Zaidan, Sarah, dan Ratna Djamil. 2014. Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dari Simplisa dan Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius, Poepp).
Jakarta Selatan : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.

441

Anda mungkin juga menyukai