Anda di halaman 1dari 45

THORACOTOMY

1) Anatomi dan Fisiologi Thorax


Komponen-komponen Thorax terletak antara leher dan
perut. Rangka thorax dibentuk oleh columna vertebralis, tulang
costa, cartilago costa, dan sternum. Tulang-tulang tersebutlah
yang melindungi cavum thorax dan beberapa organ abdomen,
contohnya hati dan limpa.
Cavum thorax terdiri dari jantung, paru-paru, trakea,
esophagus dan pembuluh darah.
1) Anatomi dan Fisiologi Thorax

Thoraks adalah daerah pada tubuh manusia yang berada


diantara leher dan abdomen (perut).Rongga thoraks di batasi oleh
diafragma dengan rongga abdomen.Rongga thoraks dapat dibagi
kedalam dua bagian utama, yaitu paru-paru dan mediastinum.

Mediastinum terletak diantara paru-paru kiri dan kanan


dan juga merupakan daerah tempat organ-organ penting thoraks
selain dari paru-paru, seperti jantung, aorta, arteri pulmonalis,
vena cavae, esophagus, trachea, dan lain-lain.
2) Pengertian Thoracotomy
› Thoracotomy merupakan suatu operasi paling sulit, bedah
dengan pembukaan dada tergantung dari menangani pasca
operasi, karena dampaknya sakit dan sakit yangdapat
mengakibatkan pasien sulit untuk bernapas secara lancar,
operasi inimengarah ke atelectasis atau radang paru-paru. Jika
dokter dapat memperoleh kerongga dada oleh pemotongan
melalui dinding dada. Thoracotomy memungkinkanuntuk
pengamatan terhadap kondisi paru-paru, kerusakan dari paru-
paru ataubagian dari paru-paru, kerusakan dari tulang rusuk,
dan pemeriksaan, pengobatan,atau penghapusan suatu organ
dalam rongga dada.. Thoracotomy juga dapatdilakukan
menuju pada organ jantung, kerongkongan, diafragma, dan
bagian aorta yang melewati melalui rongga dada (Anonimus,
'2008)".
3) Tipe Incisi Thorax
Incisi Lateral
› Posterolateral Thoracotomy
› Anterolateral Thoracotomy

Incisi Anterior
› Vertical (median)Thoracotomy
› Transversial Thoracotomy
4) Indikasi dilakukan Operasi
Indikasi yang bisa saja muncul sehingga dilakukannya operasi yaitu :
› Kanker atau tumor paru-paru.
› Trauma pada dada akibat kecelakaan lalu lintas, terkena tembakan
atau terkena benda tajam.
› Penyakit atau infeksi paru (seperti Bronchiestasis, Tuberculosis).
› Ductus anteriosus batolli (Pattern Ductus Arteriosus) PDA.
› Penyakit jantung bawaan (PJK).
› Artrium septal defect.
› Ventrikel septal defect.
› Tetralogi fallot.
› Transpormasi pmbuluh darah besar.
5) Tipe Operasi Paru dan Jantung
Tipe operasi paru :
 Lobectomy
 Pneumonectony
 Segmental Resection
 Wedge Resection
 Pleurectomy

Tipe operasi jantung :


 Open Heart Prosedur
 Heart Transplantation Surgery
6) Faktor Penyebab Resiko Tinggi
Komplikasi Paru Pasca Thoracotomy
 General Anesthesia
 Intubasi
 Nyeri Incisi
 Obat-obat Nyeri
 Bed Rest Total post OP
 Keadaan Umum yang lemah dan letih
Adapun faktor resiko lain yang tidak berhubungan langsung dengan
operasi :
 Usia (>50 Tahun)
 Riwayat perokok berat
 Obesitas
 Gangguan Mental dan Orientasi
 Riwayat COPD/Restriktif paru akibat kelemahan neuromuscular
7) Komplikasi yang sering terjadi Post
Operasi

 Respirasi
 Sirkulasi
 Luka
 Keterbatasan Sendi
 Kelemahan Otot
 Kelainan Postur
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)

Lobectomy adalah pengangkatan satu atau lebih lobus paru-paru kadang-


kadang disertai dengan memotong dinding thoraks, biasa dilakukan pada pasien dengan
carsonima. Sleeve resection adalah pengangkatan lobus atas disertai dengan pemotongan
broncus lobar yang berasal dari bronchus utama (dua ujung bronchus dijahit secara
bersamaan).
Penatalaksanaan Fisioterapi pada pre dan post thoracotomy
a. Pre Operasi
 Assessment Fisioterapi
1. Anamnesis
› Anamnesis Umum
Nama : Tn. R
Usia : 32 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh
Hobby : Nonton Bola
Alamat : Jln. Paccerakkang
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)
› Anamnesis Khusus :
Keluhan utama : nyeri saat batuk
Riwayat penyakit : perokok aktif. 2 minggu yang lalu beliau
divonis oleh dokter terkena Bronchiecstasis yang sangat parah sehingga harus dioperasi.
Pasien biasa mengalami batuk produktif dengan sputum berwarna hijau dengan jumlah
150cc/hari.
Posisi yang memperparah : ketika berbaring
Kondisi umum pasien : pasien mudah mengalami kelelahan
Riwayat keluarga : tidak ada anggota keluarga pasien yang
mengalami penyakit serupa
Volume dan kapasitas paru-paru : hasilnya volume dan kapasitas paru
menurun.
Apakah bapak menggunakan gigi palsu atau tidak? Tidak

2. Inspeksi
› Pasien nampak cemas
› Pola pernapasan pasien tidak teratur (nampak terengah engah)
› Terdapat sianosis perifer yang diakibatkan karena kurangnya suplai oksigen dalam darah
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)
3. Vital Sign
› Tekan darah : 120/80 mmHg
› Denyut nadi : 70x / menit
› Pola pernapasan : 36x / menit
› Suhu tubuh : 36.5o C

4. Pemeriksaan Penunjang
› X-Ray : untuk mengevaluasi paru paru, jantung, dan dinding dada, volume dan
kapasitas paru.

Hasil : volume dan kapasitas paru paru menurun


Pemeriksaan warna sputum : sputum adalah zat mucousy (terdiri dari sel sel dan materi
lainnya) yang disekresikan ke dalam saluran udara dari saluran pernapasan.
(Hasil : Jumlah sputum 125 ml dan berwarna putih)
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)

5. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Mobilitas Ekspansi Thorax


Palpasi dilakukan dengan menempatkan kedua telapak tangan pada
dinding dada untuk memeriksa setiap sisi pengembangan (ekspansi) thoraks
selama inspirasi dan ekspirasi. Pada pemeriksaan ini akan dievaluasi tentang
pengembangan ketiga lobus dengan cara :
a. Pemeriksaan ekspansi upper lobus
Pasien tidur terlentang dihadapan terapis lalu tempatkan kedua ujung
thumb pada mid sterna notch, jari-jari diluruskan di atas clavicula lalu anjurkan
pasien ekspirasi maksimal lalu diikuti inspirasi maksimal dalam.
b. Pemeriksaan ekspansi middle lobus
Posisi tetap seperti diatas letakkan kedua ujung thumb diprocess
xypoideus dan jari-jari ke arah lateral costa lalu anjurkan pasien ekspirasi maksimal
kemudian inspirasi dalam.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)
c. Pemeriksaan Ekspansi Lower Lobus
Letakkan kedua ujung thumb dibelakang pada processus spinosus vertebra
setinggi lower thorax dan luruskan jari-jari mengikuti lengkungan lateral costa, lalu
anjurkan pasien ekspirasi maksimal kemudian inspirasi dalam.
Hasil :
›Gerakan chest asimetris
›Pengembangan thoraks tidak sempurna

6. Aukultasi
Pasien dalam posisi berbaring dan rileks lalu tempatkan stetoskop langsung di atas
kulit anterior dan posterior dinding dada pasien.Stetoskop digerakkan dengan
pola simetris (huruf S) pada dinding dada anterior dan posterior (T2, T6, dan
T10).Anjurkan pasien inspirasi dalam melalui hidung lalu ekspirasi melalui mulut
beberapa kali dan bersamaan dengan terapis menggerakkan stetoskop pada tiap
titik pada dinding dada anterior dan posterior.
Hasil :Terdengar bunyi wheezing atau bunyi pernapasan yang abnormal.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)
7. Perkusi
Prosedur :
Tempatkan jari tengah lurus diantara space intercostal dan ujung jari tengah
tangan yang lain mengetuk pelan jari yang di intercostal tersebut. Ketukannya
diulang beberapa beberapa kali pada beberapa tempat pada bagian area kiri dan
kanan pada anterior dan posterior dinding dada.Untuk mengetahui adanya
perubahan kepekaan/kepadatan paru akibat udara/cairan.
Hasil : Terdengar bunyi dull
Interpretasi :Adanya penumpukan sputum.
8. Fremitus
Merupakan getaran pada dinding dada pasien yang dihasilkan oleh pita suara melalui
sistem broncho pulmonal. Posisi pasien duduk dan FT berada di belakangnya.
Prosedur :
Letakkan kedua telapak tangan terapis secara simetris pada dinding dada bagian
belakang pasien. Intruksikan pasien untuk tarik napas dan tahan sebentar lalu
mengucapkan “99” beberapa kali.
Hasil : Fremitus melemah pada paru-paru sebelah kiri
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)
9. Diagnosa Fisioterapi
“Gangguan fungsional akibat post operasi paru (Bronchiecstasis)”
10. Problematik Fisioterapi
› Adanya kecemasan pasien sebelum dioperasi
› Sesak napas
› Batuk disertai sputum sulit keluar
11. Perencanaan Fisioterapi
Pre operasi
› Postural drainage
› Mengajarkan control pernapasan dan menahan inspirasi
› Mengajarkan kebiasaan latihan postur yang baik (stretching)
› Mengajarkan latihan pada lengan, punggung dan tungkai
› Mengajarkan mobilitas thoraks
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)
12. Edukasi
› Memperoleh kepercayaan pasien dengan menjelaskan tujuan
dilakukan pengobatan yang dimana akan dapat membantu
pemahaman pasien. Mengajarkan latihan yang akan dilakukan setelah
operasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dapat
membantu merugikan rasa takut terhadap operasi.
› Membersihkan area paru-paru

 Penatalaksanaan Fisioterapi
Fisioterapi Pre-Operasi
Ini dimulai 48 jam sampai seminggu sebelum operasi dan sama
seperti pneumonektomi. Satu-satunya variasi adalah latihan
pernapasan akan diajarkan untuk memperluas jaringan paru-paru di
sisi yang terkena yang akan tetap ada setelah operasi.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)
a. Postural drainage
Tujuan :Mengeluarkan sputum dalam paru paru
Prosedur :
Pasien dalam keadaan nyaman dan rileks, fisioterapis
berada di sisi kiri pasien dan kemudian berikan clupping sambil
menginstruksikan pasien menarik napas dan perlahan ekspirasi
dan pasien akan mengalami batuk. Pasien diinstruksikan tentang
bagaimana cara menekan luka pada saat batuk/huffing. Lengan
pada sisi yang tidak terkena diletakkan menyilang di depan
thoraks dan mengitari sisi yang terkena tepat dibawah lokasi
insisi sehingga memberikan tekanan yang kuat dari lengan bawah
dan tangan. Lengan atas dari sisi yang terkena memperkuat
tekanan dan tangan yang terfiksir pada elbow yang berlawanan.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)
b. Mengajarkan control pernapasan dan menahan inspirasi
Latihan inspirasi diajarkan pada paru-paru yang rusak dan secara
bersamaan disertai dengan menahan inspirasi.Latihannya adalah mulai dengan tarik
napas dalam, pertahankan, kemudian bernapas sedikit lebih dalam, pertahankan,
kemudian hembuskan napas.
Catatan : dilatih setelah sekresi bersih
c. Mengajarkan kebiasaan latihan postur yang baik (stretching)
d. Mengajarkan latihan pada lengan, punggung dan tungkai
e. Mengajarkan mobilitas thoraks
› Tujuan :Untuk memelihara mobilitas thoraks
› Prosedur : Posisi pasien sitting -- Pasien meletakkan
genggaman tangan pada samping dada yang sehat

f. Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam bersamaan bengkokkan badan kearah
yang sehat untuk mengulur struktur yang pendek dan mengembangkan samping
dada yang memendek selama inspirasi.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)
13. Evaluasi
› pasien dalam keadaan lebih tenang dari keadaan sebelumnya
› nyeri ketika batuk berkurang
› akumulasi sputum dalam paru-paru berkurang
› pola pernapasan mulai normal
› postur pasien kembali normal

b. Post Operasi Lobactomy


Treatmentnya mirip dengan pneumonektomi. Perbedaan utamanya adalah
pasien memiliki dua saluran air bawah . Keduanya keluar dari dinding dada di bawah
sayatan. Saluran udara biasanya di anterior ke saluran pembuangan cairan (gambar 14.8).
Biasanya ada tetesan di satu tangan. Terapi oksigen dan humidifikasi umumnya
digunakan hingga 24 jam. Menghirup larutan obat Benzion digunakan jika ada sekresi
lengket. Pasien mungkin memiliki papaveretum (omnopon) atau aspirin sebagai
analgesia dan fisioterapi harus dijadwalkan jika memungkinkan bertepatan dengan efek
analgesia maksimum.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)
Program yang sesuai mungkin adalah sebagai berikut :
Hari operasi (diberikan setelah analgesia)
Setengah berbaring :
1. Latihan pernafasan untuk memperluas semua segmen jaringan
paru yang tersisa.
2. Getaran di atas sisi paru-paru yang tidak dioperasikan.
3. Huffing dengan sayatan yang disanggah oleh fisioterapis.
4. Latihan kaki dan pergelangan kaki
Hari 1 (perlakukan 3-4 kali seperlunya)
1. Analgesia diberikan seperlunya sebelum perawatan.
2. Inhalasi dapat diberikan.
Setengah berbaring :
3. Latihan pernafasan seperti di atas tapi tambahkan pegangan
inspirasi.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)

4. Tambahkan getaran ke sisi operasi ditambah percusi sesuai


kebutuhan.
5. Side-lying di atas sisi yang tidak dioperasi.
Saat memposisikan pasien, periksa apakah saluran
pernafasan bebas dan lengan atas bantu oleh bantal. Bagian bawah
bahu seharusnya tidak berada di atas bantal yang menopang
kepala. Hal ini sering membantu pasien untuk memiliki bantal di
bawah lutut atas.
Expansion breathing exercises diberikan untuk jaringan
paru-paru yang tersisa dengan getaran dan perkusi. Jika perlu kaki
ranjang bisa diangkat untuk memberikan posturaldrainase.
Kembalikan pasien ke setengah terbaring dan periksa
posisi sehingga pundak tingkat dan berat badan diambil rata pada
kedua bokong.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)

- Latihan untuk lengan di sisi yang dioperasikan:


› Elevasi lengan yang dibantu
› Gerakan lengan yang dibantu menyentuh
bagian belakang leher dan bahu
berlawanan.
- Latihan kaki diberikan:
› Gerakan kaki dan pergelangan kaki.
› Kontraksi quadriceps
› Alternatif pergelangan tangan dan
pergelangan kaki dan peregangan.
Sore hari pasien akan duduk di tempat
tidur dan penting untuk memastikan bahwa
saluran pembuangan tidak berada dalam
tempat yang mudah dilipat atau diblokir.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)

Hari ke-2
› Sebagai hari pertama
› Tambahkan huffing yang didukung sendiri (lihat gambar 14.5)
› Latihan lengan harus lengkap - otomatis. Ketinggian harus dilakukan
per jam.
› Tambahkan latihan trunk dalam posisi duduk:
• Sebuah Tangan di bahu membungkuk ke samping.
• Tangan di bahu berbelok ke samping.
• Kontraksi perut.
Mencegah pasien dari duduk bersilang karena ini menyebabkan
penutupan jalan arteri dan vena popliteadan dapat menyebabkan
trombosis vena dalam.
Kedua saluran air biasanya dihilangkan pada akhir hari kedua.
Pengaliran cairan bisa tertinggal jika ada kurang dari 200 ml yang terkuras
dalam 24 jam. Yang perlu, botol pengisap di troli.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)

Hari 3 dan 4
Pengobatan dapat dikurangi menjadi satu atau dua per hari.
Latihan trunk dan lengan harus dilanjutkan dan berjalan diperlebar.
Pasien seharusnya dianjurkan untuk berpakaian dengan pakaian normal
dan naik turun tangga.
Pengobatan formal mungkin berhenti dan pasien harus
bergabung dalam terapi kelompok.
Perlakuan Selanjutnya
Berlanjut seperti di atas.
Menganjurkan Latihan pernafasan bilateral .
Jahitan diambil antara 7 dan 10 hari.
Dilepaskan antara 10 dan 12 hari setelah operasi.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)

Catatan / modifikasi pada program ini


Perluasan jaringan paru-paru yang tersisa pada sisi yang
dioperasikan sangat penting untuk memastikan bahwa pleura parietal
dan viseral menjadi berdekatan dan luas permukaan perfusi
maksimum.
Jika sekresi menumpuk di paru-paru yang utuh, pasien mungkin
dirawat berbaring di sisi yang dioperasikan. Ini harus ditunda sampai
saluran pembuangan habis dan kemudian digunakan hanya jika benar-
benar perlu.
Manajemen jangka panjang
Seperti pneumonektomi, pasien akan melakukan pemeriksaan
rutin pada saat mana sangat membantu jika fisioterapis memeriksa
mobilitas toraks, memastikan bekas luka tidak patuh dan semua area
paru-paru berkembang.
8) Contoh kasus penatalaksanaan fisioterapi pada Post
Operasi Thoracotomy paru-pru (Lobectomy)

Evaluasi
› Nyeri ketika batuk berkurang
› Akumulasi sputum dalam paru-aru berkurang
› Pola pernafasan mulai normal
› Postur badan kembali normal
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum untuk
gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi
berkontraksi secara memadai. Ada banyak penyebab kardiopati, penyakit
jantung koroner adalah salah satunya.Konsumsi alcohol berlebihan, infeksi
virus, dan hipertensi adalah beberapa penyebab lainnya.Sesak nafas
merupakan gejala yang sering ditemui berkaitan denga kardiomiopati.
Penatalaksanaan fisioterapi pada pre dan post kardiomiopati
A. Pre dan post operasi
Penatalaksanaan fisioterapi
1. Pemeriksaan (assessment)
a. Anamnesis umum
Nama : Mr. R
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 58 tahun
Pekerjaan : buruh pabrik
Agama : Islam
Alamat : Jln perintis kemerdekaan blok A13
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
b. Anamnesis khusus
Keluhan utama : sesak nafas saat bekerja, lelah, dan lemas.
Riwayat perjalanan penyakit : sesak nafas dialami pasien ketika
melakukan pekerjaan yang berat sejak kurang lebih satu tahun yang
lalu. Kadang disertai nyeri pada dada seperti di tekan benda berat.
Sesak nafas dan nyeri berkurang sejak pengobatandi rumah sakit.
Riwayat penyakit sebelumnya : pasien mengalami hipertensi, berobat
tidak rutin, kebiasaan merokok hingga saat ini, tidak mengidap penyakit
DM.
Riwayat keluarga : tidak ada keluarga yang mengidap penyakit serupa.

c. Vital sign
Tekanan darah : 180/90 mmHg
Denyut nadi : 100x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,9oC
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
d. Inspeksi
Statis :
inspeksi statis dilakukan mulai pasien masuk dalam ruang pemeriksaan
sampai pasien duduk, mengamati postur pasien (bentuk dada, tulang
belakang, bahu dll), mengamati ekspresi pasien, mengamati ujung-
ujung jari pasien.
Hasil pemeriksaan :
Pola nafas pasien tidak teratur
Pasien Nampak cemas
Adanya pembesaran vena jugularis

Dinamis :
inspeksi dinamis dilakukan untuk memperlihatikan pola pernafasan
pasien dll.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
e. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menempatkan kedua telapak
tangan pada dinding- dada untuk memeriksa setiap sisi
pengembangan (ekspansi) thoraks selama inspirasi dan
ekspirasi.Palpasi dilakukan untuk menghitung frekuensi jantung
(health rate) dan harus di perhatikan kedalaman dan teratur
tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill
yaitu getaran ictus cordi.

Caranya : letakkan kedua tangan upper, middle and lower


chest lalu instruksikan pasien menyebut 99 (ninety nine).

Hasil : vibrasi= getaran akan terasa pada dinding chest jika


normal (disebut tactile fremitus)
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
f. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan batas jantung
dimana daerah jantung terdengar pekak.Hal ini bertujuan
untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel
kiri.
Caranya: tempatkan jari-jari di dinding chest (anterior dan
posterior) lalu ketuk pada kuku dengan 2 jari tangan
lainnya.

Hasil :
Bunyi resonan adalah normal
Bunyi dull dan datar bila ada cairan (sekresi) atau tumor
dalam paru-paru.
Bunyi hyperresonan berarti jumlah udara meningkat
diseluruh lapangan paru.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
g. Auskultasi
Pasien dalam posisi berbaring dan rileks lalu tempatkan
stetoskope langsung di atas kulit anterior dan posterior
dinding dada pasien.
Stetoskop digerakan dengan pola simetris (huruf S) pada
dinding dada anterior dan posterior lalu ke sisi lateral dinding
dada setinggi T2-T6-T10.
Anjurkan pasien inspirasi dalam melalui hidung lalu
ekspirasi melalui mulut beberapa kali dan bersamaan dengan
ini terapis menggerakkan stetoskop pada tiap titik pada
dinding dada anterior dan posterior.

Hasil : terdengar bunyi wheezing atau bunyi pernafasan yang


abnormal.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
B. Problematik
a. Impairment :
Pre operasi : Tanda-tanda vital, gangguan jalan nafas adanya
sputum, ventilasi rendah, bentuk thorax (barel chest, dada
burung), gerakan nafas (ritmis cepat, tidak ritmis, antara cepat
dan dalam), dan terbatasnya ROM thorax.
Post operasi : Tanda-tanda vital ada perubahan dari normal, luka
insisi yang tidak enak (sakit daim saat bernafas dan bergerak),
sputum yang bertambah, ventilasi thorax menurun, dan
terbatasnya ROM thorax.
b. Functional Limitation :
Pre operasi : Keterbatasan fungsi vital dan gerakan fungsi thorax
saat melakukan aktivitas.
Post operasi : Penurunan fungsi jantung dan paru, gerakan fungsi
nafas teraganggu, gerakan fungsi thorax menurrun, dan
kemampuan aktivitas ADL menurun.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
c. Participation Restriction
Pre operasi : pasien mengaku tidak nyaman fisik/psikis, gangguan
tidur, cemas/khawatir operasi berbahaya dan berat, dan tidak
nyaman karena kematian.
Post operasi : pasien mengaku gelisah, cemas, takut bergerak a
tau bernapas bebas bahkan merasa tidak aman.
d. Diagnosis
“Gangguan respirasi dan ADL akibat kardiomiopati”

e. Perencanaan
- Memperoleh kepercayaan pasien
- Mengoreksi Postur
Pra-Operasi :
• POSISI SENSE TRAINING
• MOVING AND TURNING
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
f. Tujuan fisioterapi
• Jangka Pendek
- Mengatasi kecemasan pasien sebelum operasi
- Sesak nafas berkurang
- Nyeri dada berkurang
- ROM thorax bertambah
- Expansi thorax bertambah
- Koreksi pastur

• Jangka panjang
Pasien dapat kembali beraktivitas sesuai dengan
kapasitas jantung dan kemampuan fungsionalnya.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
C. Intervensi Fisioterapi
• Memperoleh kepercayaan pasien
Menjelaskan tujuan tentang ft dapat membantu
pemahaman pasien. Mengajarkan latihan yang akan
dilakukan setelah operasi dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan pasien dapat membantu
meringankan rasa takut terhadap operasi. Pasien
juga diperkenalkan kepada anggota tim
transplantasi dan ditampilkan putaran bangsal yang
tepat. Hal ini juga membantu bagi pasien untuk
bertemu orang-orang yang telah menjalani operasi
yang sama.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
• Mengoreksi Postur
- Tujuan : untuk memperbaiki posture
- Prosedur : Pasien diminta memperbaiki posturnya
agar terlihat simetris dengan cara memberikan
edukasi kepada pasien bisa saat posisi duduk di bed
(duduk di bed dengan badan tegak dan pandangan
lurus) atau bisa juga dilakukan di depan cermin.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
• Program fisioterapi dapat dibagi berdasarkan lima masa atau periode
yaitu :
1. Complete bed rest sampai hari ke-2
2. Parsial bed rest sampai hari ke-4
3. Di rumah sakit mulai hari ke empat sampai 2 minggu. Total di
rumah sakit 2 sampai 3 minggu.
4. Setelah keluar dari rumah sakit (3-12 minggu)
5. Rehabilitasi rawat jalan (3 sampai 9 bulan)

D. Pelaksanaan Fisioterapi
Pra-Operasi
• POSISI SENSE TRAINING
Sepanjang program pra operasi, posisi pasien harus dikoreksi
sehingga bahu sejajar, ke bawah dan ke bawah, dan berat badan
diambil secara merata pada kedua bokong. Tidak ada latihan
pernafasan yang harus diajarkan saat pasient tidak sesuai. Dengan cara
ini, perasaan posisi pasien dididik untuk mengenali kesalahan postural
dan bagaimana memperbaikinya
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
• MOVING DAN TURNING
Pasien diajar bagaimana cara berpindah ke sisi berbaring dan berbaring
karena posisi ini bisa digunakan pasca operasi. Penting untuk diingat bahwa
drainase postural dikontraindikasikan oleh aritmia jantung atau edema
paru.Dimana kebijakan rumah sakit sedemikian rupa sehingga pasien akan dirawat
oleh lebih dari satu fisioterapis, penting bagi dia untuk menemui mereka semua
sebelum operasi. Secara keseluruhan, lebih meyakinkan bagi pasien jika
fisioterapis yang sama dapat merawatnya setidaknya selama 48 jam pertama
setelah operasi.

POST OPERASI
Untuk 48 jam pertama setelah operasi jantung, pasien akan berada di unit
perawatan intensif, karena dia dapat berada di bawah pengawasan terus menerus
dan petugas terampil segera ditangani untuk menghadapi keadaan darurat.
Hari Operasi
Fisioterapis harus mencatat posisi menetes, tabung dan garis. Dia harus memeriksa
rekaman seperti suhu, tekanan darah, EKG, denyut nadi, laju pernapasan, waktu
pemberian obat analgesik. Dia akan tahu, dari diskusi dengan staf, tentang
komplikasi selama operasi.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
Jika pasien tidak memerlukan ventilasi buatan dan ada sekresi paru yang
berlebihan, fisioterapi mungkin tertunda hingga tabung endo-trakea telah
dilepaskan.
Pasien dibantu untuk duduk ke depan dari setengah berbaring dan
fisioterapis mendengarkan suara napas, terutama di daerah basal posterior. Dengan
sayatan yang didukung, pasien didorong untuk menarik tiga napas dalam-dalam
dan mencoba beberapa atau dua heng. Dia kemudian direposisi setengah
berbohong dengan dukungan penuh untuk kepala dan bagasi dari bantal.

Hari 1
Pengobatan diberikan empat kali dalam sehari. Latihan pernapasan basal
diafragma dan bilateral dipraktekkan dengan terengah-engah dan kemudian batuk
saat pasien bisa mengelolanya. Setiap sesi pengobatan adalah campuran antara
pengobatan dan assesment karena, sebagai fisioterapis menginstruksikan pasien
dalam latihan pernapasan, dia dapat menilai ekspansi toraks pada waktu
bersamaan. Latihan merasakan posisi dimasukkan karena bahu, kepala dan leher
harus selaras sebelum berolahraga dilakukan dan relaksasi dianjurkan setelah batuk.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
Jika pasien memiliki torakotomi lateral, lengan sisi operasi harus
dibantu ke elevasi di dua sesi pengobatan. Gerakan kaki – dianjurkan lima kali
di setiap arah dan satu hip dan knee ditekuk dan stretching harus dilakukan
3-4 kali pada dua sesi perawatan.
Pada akhir hari pertama sebagian besar drips dan drains akan keluar
dan pasien akan mulai merasa lebih baik.

Hari ke-2
Fisioterapi akan sama dengan hari ke 1. Dapat menggunakan tali yang
diikat diujung tempat tidur agar pasien dapat dudukdenga tegak, tapi tidak
semua pasien seperti ini setelah median sternotomy (pemisahan dari
sternum). Gerakan lengan harus full pada sisi torakotomi lateral. Dimana
sayatan tersebut merupakan median sternotomi, pasien dapat memulai
gerakan shoulder bilateral.
Pada sesi keempat, pasien mungkin duduk di samping tempat
tidurnya, danbreathing exercise diberikan pada posisi ini.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)

Hari ke-3
Pasien akan bebas dari semua drips, drains dan lines dan
akan kembali ke bangsal unit kardiotoraks. Fisioterapi dapat
dikurangi menjadi tiga kunjungan. Brething exercise dan huffing
harus dilanjutkan. Latihan arm dan trunk umum akan dilakukan
setidaknya satu sesi dan pasien dapat dibawa berjalan (di dalam
bangsal) pada sesi lain. Koreksi postur dan arm swinging
dimasukkan kedalam latihan berjalan.

Hari 4
Pasien harus bangun dan mandiri dan diizinkan pasien
pergi ke toilet sendiri. Fisioterapi harus memer chest expansion
setidaknya sekali. Kegiatan lengan, trunk, dan tungkai dapat
dilakukan dengan pasien lain di kelas bangsal.
9) Contoh Kasus pada penatalaksanaan fisioterapi pada pre
dan post operasi thoracotomy jantung (Kardiomiopati)
Hari 5-14
Kegiatan sampai hari pelepasan - biasanya 2 minggu
setelah operasi - harus disesuaikan dengan masing-masing
pasien. Sekitar hari ke 5-7 pasien harus bisa berjalan naik
tangga (sekitar 8-10 anak tangga) dan program exercise
dapat dikembangkan sepanjang garis pemulihan pasien dari
infark miokard.

Sebelum keluar
Pasien harus yakin bahwa, dia akan bisa mengatasi situasi
rumahnya, Jika tidak, dia mungkin akan pergi ke salah satu
rumah sakit.Dia harus memiliki ekspansi toraks penuh dan tahu
bagaimana latihan pernapasan setiap hari. Dia juga harus
memiliki mobilitas sendi penuh. Perkembangan jauhnya berjalan
dan aktivitas sehari-haridan tanggal kembali kerja, agar dokter
bedah memutuskan untuk menindak lanjuti janji temu.
TERIMAKASIH

Salam Hangat,
[Ancha – Sawal – Andi Husnul – Asyifaa – Dwiyanti – Firah – Hasri – Husnul – Inayah – Yuliana]

Anda mungkin juga menyukai