Anda di halaman 1dari 54

F1

Cara mencuci tangan yang Baik


LATAR Kebersihan diri adalah upaya individu dalam
BELAKANG memelihara kebersihan diri yang meliputi kebersihan
rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan
kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan
kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).
Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status
kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif
pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya
penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu
karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam
mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan.
Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang
kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku,
serta kebersihan dalam berpakaian. Dalam upaya
pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan akan
pentingnya kebersihan diri tersebut sangat diperlukan.
Karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(Notoatmodjo,1997).
Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses
yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari
kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun
secara bersama-sama seluruh kulit permukaan tangan
dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran
air (Larsan, 1995).
Seperti halnya perilaku buang air besar sembarangan,
perilaku cuci tangan, terlebih cuci tangan pakai sabun
merupakan masih merupakan sasaran penting dalam
promosi kesehatan, khususnya terkait perilaku hidup bersih
dan sehat.
PERMASALAHA Ditemukan banyak warga di desa Gesikan yang belum
N mengetahui pentingnya pengetahuan terhadap cara mencuci
tangan yang baik dalam prilaku hidup bersih dan sehat.
PERENCANAAN Melakukan intervensi secara aktif.
DAN PEMILIHAN Melakukan penyuluhan didesa Gesikan tentang cara
INTERVENSI
mencuci tangan yang baik dengan memberikan contoh
prilaku secara langsung.
Penyuluhan mengenai cara mencuci tangan yang baik
dilakukan pada :
Hari / tanggal : Selasa, 8 September 2020
Lokasi : Aula balai desa Gesikan
Peserta : Ibu Kader
PELAKSANAAN Penyuluhan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8
September 2020. Peserta yang hadir berjumlah 12 ibu
kader. Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 10.30 WIB.
Materi yang diberikan adalah tentang cara mencuci tangan
yang baik. Materi penyuluhan disajikan verbalis,
Penyuluhan diawali dengan menanyakan pengetahuan
tentang cara mencuci tangan yang baik, kemudian
dilakukan pemaparan materi yang dilaksanakan kurang
lebih selama 20 menit dan dilanjutkan sesi diskusi.
Semua kegiatan dilakukan dengan protokol
kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, memakai masker, dan menjaga jarak.
MONITORING Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik.
DAN EVALUASI Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif bertanya dan
membuat diskusi mengenai cara mencuci tangan yang baik
berjalan dengan lancar.
Cara penggunaan masker yang benar
LATAR Masker adalah perangkat yang dirancang untuk
BELAKANG melindungi pengguna dari menghirup partikel udara dan
melindungi kesehatan saluran pernafasan. Masker juga
biasanya secara rutin digunakan oleh kelompok kerja,
ketika teknik dan alat keamanan tidak layak atau tidak
efektif untuk mengurangi tingkat debu, masker menjadi
solusi pertahanan terakhir dan sangat sederhana untuk
digunakan, masker sendiri menjadi metode yang efisien
untuk melindungi pekerja, dimana lebih dari tiga juta
pekerja diwajibkan untuk memakai masker untuk
melindungi diri dari bahaya pada pekerjaan (Yu et al,
2014). Masker juga dalam masyarakat telah jelas terbukti
mengurangi infeksi influenza dibandingkan dengan tidak
memakai masker (Macintyre et al, 2013). Banyak berbagai
jenis masker, salah satunya adalah masker P100. Masker
P100 secara signifikan lebih protektif dibandingkan dari
masker N95, dimana masker filter P100 menghasilkan
kinerja lebih baik terhadap partikel yang berukuran 10 -
400 nm dibandingkan dengan masker filter N95 (He et al,
2011).
Masker yang paling banyak digunakan untuk
filtrasi dari polusi udara adalah masker P100, karena
masker tipe P-series ini dapat menyaring setiap particular
udara padat atau cair dengan kandungan aerosol minyak
dengan keberhasilan 99,97% yang diuji dengan
menggunakan zat berukuran 0.3 µm NaCl DOP (Dioctyl
Phthalate) aerosol. (Occupational Health & Environmental
Safety Division, 2010). Masker P100 merupakan msker
yang mempunyai filter atau catridge yang berfungsi untuk
menyaring partikel apapun termasuk partikel atau cairan
yang berbasis aerosol minyak, NIOSH mengharuskan
masker tipe P-series ini tidak lebih digunakan dari 40 jam
atau penggunaan selama 30 hari. (Occupational Health &
Environmental Safety Division, 2010).
PERMASALAHA Sebagai salah satu pelindung dan himbauan dimasa
N pandemi Covid-19 ini, Masih saja sering ditemukan
penggunaan masker yang kurang tepat di daerah
Gantiwarno
PERENCANAAN Melakukan intervensi secara aktif.
DAN PEMILIHAN Melakukan penyuluhan didesa Gesikan tentang Cara
INTERVENSI
penggunaan masker yang benar dengan memberikan
contoh prilaku secara langsung.
Penyuluhan mengenai Cara penggunaan masker yang
benar dilakukan pada :
Hari / tanggal : Selasa, 8 September 2020
Lokasi : Aula balai desa Gesikan
Peserta : Ibu Kader
PELAKSANAAN Penyuluhan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8
September 2020. Peserta yang hadir berjumlah 12 ibu
kader. Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 10.30 WIB.
Materi yang diberikan adalah tentang Cara penggunaan
masker yang benar. Materi penyuluhan disajikan verbalis,
Penyuluhan diawali dengan menanyakan pengetahuan
tentang Cara penggunaan masker yang benar, kemudian
dilakukan pemaparan materi yang dilaksanakan kurang
lebih selama 20 menit dan dilanjutkan sesi diskusi.
Semua kegiatan dilakukan dengan protokol
kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, memakai masker, dan menjaga jarak.
MONITORING Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik.
DAN EVALUASI Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif bertanya dan
membuat diskusi mengenai cara penggunaan masker yang
benar berjalan dengan lancar.
Penyuluhan Penyakit Menular Seksual Pada Remaja
LATAR Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu
BELAKANG dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak
menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab
kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara
berkembang. Dewasa dan remaja (15- 24 tahun)
merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara
seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari
semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS
yang terdeteksi hanya menggambarkan 50%- 80% dari
semua kasus IMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan
keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan akan
IMS.
Pernikahan usia dini pada umur 16 hingga 18 tahun
sering ditemukan di daerah Gantiwarno. Trend hubungan
seksual secara bebas juga mencolok terjadi pada usia dini.
Dalam beberapa kasus pelayanan umum dijumpai infeksi
ghonorea pada usia pelajar. Rendahnya pengetahuan anak
usia remaja mengenai penyakit menular seksual juga
memicu terjadinya infeksi menular.
PERMASALAHA Infeksi menular seksual secara nyata ada dan
N berbanding lurus dengan tren hubungan seksual yang
promiskuistis. Gempuran globalisasi dengan akses internet
yang tak terbatas menyebabkan anak-anak usia remaja
terekspos dengan konten yang belum selayaknya mereka
lihat. Masyarakat yang cenderung memaklumkan tindakan-
tindakan diluar norma mendukung terjadinya kasus-kasus
kehamilan yang tak diinginkan dan kejadian infeksi
menular seksual.
PERENCANAAN Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi
DAN PEMILIHAN melalui penyuluhan bagi remaja agar mengetahui mengenai
INTERVENSI
penyakit menular seksusal.
Penyuluhan mengenai penyakit menular seksusal
dilakukan pada :
Hari / tanggal : Selasa, 29 September 2020
Lokasi : Aula Balai Desa Ngandong
Peserta : Remaja di wilayah Ngandong
PELAKSANAAN Penyuluhan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29
September 2020. Peserta yang hadir berjumlah 15 remaja
di wilayah Desa Ngandong. Penyuluhan ini dilaksanakan
pada pukul 10.00 WIB. Materi yang diberikan adalah
tentang penyakit menular seksusal. Materi penyuluhan
disajikan dengan menggunakan PTT. Penyuluhan diawali
dengan menanyakan pengetahuan remaja mengenai
penyakit menular seksusal, kemudian dilakukan pemaparan
materi yang dilaksanakan kurang lebih selama 20 menit
dan dilanjutkan sesi diskusi.
Semua kegiatan dilakukan dengan protokol
kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, memakai masker, dan menjaga jarak.
MONITORING Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik.
DAN EVALUASI Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif bertanya dan
membuat diskusi mengenai penyakit menular seksusal
berjalan dengan lancar.

F2
Penyuluhan Demam Berdarah Dengue
LATAR Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
BELAKANG oleh virus dengue yang tertular melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak
disertai manifestasi pendarahan dan cenderung
menimbulkan renjatan dan kematian. Penyakit ini
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia pada umumnya dan Indonesia pada
khususnya serta sering menimbulkan ledakan Kejadian
Luar Biasa (KLB) dengan jumlah kematian tinggi (Depkes
RI,2004). Menurut World Health Organitation (WHO)
insiden DBD di seluruh dunia meningkat secara drastis
selama 20 tahun terakhir, diperkirakan jumlah orang yang
beresiko terserang penyakit ini sekitar 2,5-3 miliar dan 20
juta pada setiap tahunnya (2010). Indonesia merupakan
daerah yang mempunyai potensi terjadinya infeksi penyakit
DBD(Depkes RI, 2004). Menurut Indrawati (2010) jumlah
kasus DBD di Indonesia terus meningkat dan meluas
penyebarannya, diselingi ledakan KLB dalam kisaran 5-6
tahun. Tahun 2010, terjadi sekitar 150.000 kasus dengan
tingkat kematian 1.317 orang. Sedangkan kasus DBD di
Jawa Tengah pada tahun yang sama terjadi kasus sebanyak
16.858. Dengan tingkat kematian sebanyak 230 orang. 2
Kasus DBD di Sukoharjo pada September 2011 terdata
sebanyak 125 kasus dan 5 kasus yang meninggal dunia.
Salah satu kecamatan yang terkena DBD adalah Kartasura,
kasus DBD di Kecamatan Kartasura sebanyak 40 kasus dan
tidak ada kasus yang meninggal, sedangkan di desa
Pucangan sendiri terjadi 12 kasus dan tidak ada yang
meninggal. Kasus penderita DBD disebabkan karena
menurunnya pola hidup bersih dan tidak efektifnya
pemberantasan sarang nyamuk oleh masyarakat.
(Puskesmas Kartasura, 2011) Pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) merupakan kunci keberhasilan dalam
memutus penyebaran. Tetapi pada umumnya masyarakat
belum memahami secara benar pencegahan dan
penanggulangan masalah penyakit DBD. Oleh karenanya,
pemberian informasi terkait dengan cara pencegahan dan
penggulangan masih diperlukan (Liliweri, 2007). Peran
serta tenaga kesehatan dinas terkait dan kader ibu-ibu PKK
dalam pencegahan penularan penyakit DBD. Merupakan
perilaku yang diharapkan melalui kegiatan sosialisasi
tentang penyuluhan DBD. Untuk mewujudkan perilaku
tersebut, peningkatan sikap dan perbaikan sikap menjadi
hal penting. Menurut Morton (dalam Soga, 2009), bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
sebagai proses kegiatan mental, dikembangkan melalui
proses belajar. Pengetahuan merupakan hasil stimulus
informasi yang diperhatikan dan diingatkan. Kurang lebih
75-87% pengetahuan diperoleh atau indra pandang,
sedangkan 13% melalui indra dengar dan 12% melalui
indra lain.
PERMASALAHA Meningkatkan kewaspadan masyarakat terhadap
N Demam berdarah dimusim Penghujan seperti sekarang,
karena hampir setiap tahun ditemukan pasien dengan DBD
di lingkungan bayat
PERENCANAAN Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi
DAN PEMILIHAN melalui penyuluhan mengenai DBD bagi warga.
INTERVENSI
Penyuluhan mengenai DBD dilakukan pada :
Hari / tanggal : Rabu, 10 Maret 2021
Lokasi : Balai pertemuan Tawangrejo
Metode : Verbalisasi
Peserta : Warga Tawangrejo
PELAKSANAAN Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 10 Maret
2021. Peserta yang hadir berjumlah 10 orang. Penyuluhan
ini dilaksanakan pada pukul
09.00 WIB. Materi yang diberikan adalah tentang
DBD. Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi dan
PPT. Penyuluhan dilaksanakan selama 20 menit
dilanjutkan sesi diskusi.
Semua kegiatan dilakukan dengan protokol
kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, memakai masker, dan menjaga jarak.
MONITORING Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik.
DAN EVALUASI Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif bertanya dan
membuat diskusi mengenai DBD berjalan dengan lancar.

Penyuluhan Leptospirosis
LATAR Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang
BELAKANG mempunyai dampak signifikan terhadap kesehatan di
banyak belahan dunia, khususnya di negara beriklim sub
tropis dan tropis (WHO, 2006). Namun insiden
leptospirosis lebih banyak terjadi di negara beriklim tropis
karena suhu lingkungan mendukung bakteri Leptospira
lebih survive di daerah ini.
Bakteri Leptospira merupakan penyebab
leptospirosis yang dapat menyerang hewan dan manusia.
Infeksi pada manusia merupakan kejadian yang bersifat
insidental, karena reservoir atau penyebar utama Leptospira
adalah tikus (Rusmini, 2011). Air kencing tikus yang
terinfeksi Leptospira terbawa banjir dan dapat masuk ke
tubuh manusia melalui kulit yang terluka dan selaput
mukosa. Penularan leptospirosis paling sering terjadi pada
kondisi banjir yang menyebabkan perubahan lingkungan
seperti genangan air, becek, banyak timbunan sampah
sehingga bakteri Leptospira lebih mudah berkembang biak.
Leptospirosis menjadi suatu masalah di dunia karena
angka kejadian yang tinggi namun dilaporkan rendah di
sebagian besar negara. Hal tersebut diakibatkan karena
sulitnya dalam menentukan diagnosis klinis dan tidak
adanya alat untuk diagnosis sehingga sebagian besar negara
melaporkannya sebagai angka kejadian yang rendah. Di
sisi lain, di suatu negara angka 2 kejadian Leptospirosis
meningkat setiap tahunnya. Di negara tropis diperkirakan
terdapat kasus leptospirosis antara 10-100 kejadian tiap
100.000 penduduk per tahun (WHO, 2003).
Jumlah kasus leptospirosis di Indonesia sendiri pada
tahun 2014 menurun dibandingkan tahun 2013 yaitu dari
641 kasus menjadi 519 kasus, namun angka kematian atau
mortalitas akibat leptospirosis meningkat dari 9,38% pada
tahun 2013 menjadi 11,75% pada tahun 2014 (Kemenkes
RI, 2015). International Leptospirosis Society menguatkan
Indonesia sebagai negara dengan angka mortalitas
leptospirosis 16,7% dan menduduki peringkat ketiga di
dunia setelah Uruguay (100%) dan India (21%) (WHO,
2006). Oleh sebab itu leptospirosis merupakan penyakit
dengan angka mortalitas cukup tinggi di Indonesia.
Kemenkes RI (2015) melaporkan adanya kasus
leptospirosis pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2014 di
berbagai provinsi antara lain provinsi DKI Jakarta, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur. Dinkes Jateng (2014)
menyatakan Jawa Tengah merupakan provinsi dengan
jumlah kasus terbanyak di Indonesia pada tahun 2014,
yaitu 207 kasus leptospirosis dengan 34 kasus diantaranya
meninggal dunia. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan
tahun 2013 dengan 156 orang terinfeksi leptospirosis dan
17 orang diantaranya meninggal dunia.
Banyaknya kasus leptospirosis yang terjadi salah
satunya diakibatkan oleh sikap masyarakat yang kurang
peduli terhadap penyakit tersebut. Sikap preventif
masyarakat terhadap leptospirosis saat ini masih tergolong
negatif. 3 Menurut masyarakat, berjalan di genangan air
banjir atau selokan tanpa alat pelindung seperti sepatu bot
bukanlah suatu masalah, masyarakat juga kurang peduli
dengan adanya luka pada tangan atau kaki meskipun kecil
yang beresiko menjadi tempat masuknya bakteri leptospira
(Widoyono, 2008). Selain itu, masyarakat menganggap
keberadaan tikus di rumah atau di lingkungan sekitar
mereka adalah hal yang wajar, mereka hanya menggertak
untuk mengusir tikus-tikus yang ada di dalam rumah.
PERMASALAHA Meningkatkan kewaspadan masyarakat terhadap
N leptospirosis dimusim Penghujan seperti sekarang rawan
terjadi banjir, karena hampir setiap tahun ditemukan pasien
dengan leptospirosis di lingkungan bayat
PERENCANAAN Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi
DAN PEMILIHAN melalui penyuluhan mengenai leptospirosis bagi warga.
INTERVENSI
Penyuluhan mengenai leptospirosis dilakukan pada :
Hari / tanggal : Senin, 8 Maret 2021
Lokasi : Balai pertemuan Tawangrejo
Metode : Verbalisasi
Peserta : Warga Tawangrejo
PELAKSANAAN Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2021.
Peserta yang hadir berjumlah 15 orang. Penyuluhan ini
dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB. Materi yang
diberikan adalah tentang Leptosipirosis. Materi penyuluhan
disajikan dengan verbalisasi. Penyuluhan dilaksanakan
selama 20 menit dilanjutkan sesi diskusi. Semua kegiatan
dilakukan dengan protokol kesehatan seperti mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,
dan menjaga jarak.
MONITORING Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik.
DAN EVALUASI Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif bertanya dan
membuat diskusi mengenai Leptospirosis berjalan dengan
lancar.

LATAR Coronavirus merupakan keluarga virus coronaviridae


BELAKANG dikarenakan memiliki tonjolan berbentuk karangan bunga
di selubung virus (Zhou W, 2020). Jenis baru coronavirus
yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2
(SARS-CoV-2) menyerang sistem pernafasan
mengakibatkan pneumonia ini pertama kali ditemukan
pada penghujung Desember 2019 dari pasar seafood
Huanan di Wuhan, Provinsi Hubei China (Bogoch, et al,
2020). Badan Kesehatan Dunia kemudian menamainya
Coronavirus Disease (COVID-19), dan telah menyebar ke
lebih dari 200 negara, sehingga disebut pandemi. Hingga
tanggal 27 Mei 2020, terdapat 6.381.280 kasus dan
381.309 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di
Indonesia sudah ditetapkan 28.818 kasus dengan positif
COVID-19 dan 1.721 kasus kematian hingga tanggal 4 Juni
2020 (WHO, Kemenkes, 2020).
Mobilitas masyarakat yang tinggi dan padat
penduduk menyebabkan persebaran kasus positif COVID-
19 di provinsi Indonesia tergolong cepat (Mashabi, 2020).
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi
dengan kasus positif terbanyak yakni 1.577 kasus dengan
jumlah kematian 105 kasus berdasarkan data Dinas
Kesehatan setempat hingga tanggal 4 Juni 2020.
PERMASALAHA Meningkatkan kewaspadan masyarakat terhadap Covid-
N 19, karena pandemi masih terus terjadi dan angka kesakitan
di indonesia masih meningkat
PERENCANAAN Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi
DAN PEMILIHAN melalui penyuluhan mengenai Covid-19 bagi warga.
INTERVENSI
Penyuluhan mengenai Covid-19 dilakukan pada :
Hari / tanggal : Selasa, 23 Februari 2021
Lokasi : Balai pertemuan Tegalrejo
Metode : Verbalisasi dan PPT
Peserta : Warga tegalrejo
PELAKSANAAN Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 23 Februari
2021. Peserta yang hadir berjumlah 11 orang. Penyuluhan
ini dilaksanakan pada pukul09.00 WIB. Materi yang
diberikan adalah tentang Covid-19. Materi penyuluhan
disajikan dengan verbalisasi dan PPT. Penyuluhan
dilaksanakan selama 20 menit dilanjutkan sesi diskusi.
Semua kegiatan dilakukan dengan protokol kesehatan
seperti mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
memakai masker, dan menjaga jarak.
MONITORING Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik.
DAN EVALUASI Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif bertanya dan
membuat diskusi mengenai Covid-19 berjalan dengan
lancar.

F3
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
 

LATAR Nutrisi yang adekuat pada masa bayi dan anak-anak


BELAKANG sangat dibutuhkan untuk perkembangan setiap anak.
Diketahui bahwa periode dari lahir hingga usia 2 tahun
merupakan periode yang penting untuk mendapatkan
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Ariani,
2008). Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam
Global Strategy for Infant and Young Child Feeding,
WHO/UNICEF merekomendasikan 4 hal penting yang
harus dilakukan, yaitu memberikan Air Susu Ibu (ASI)
kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi
lahir, memberikan ASI secara eksklusif sejak lahir sampai
bayi berusia 6 bulan, memberikan Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai
24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2006). Pemberian
MP-ASI didefinisikan sebagai suatu proses dimana ASI
saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
sehingga diperlukan makanan dan minuman lain yang
diberikan bersamaan dengan ASI (Didah, 2004).
ASI merupakan makanan yang baik dan memenuhi
semua kebutuhan nutrisi dari bayi selama 6 bulan pertama.
Akan tetapi, setelah usia 6 bulan ASI tidak cukup untuk
membuat bayi tumbuh dengan baik, tambahan makanan
lain juga dibutuhkan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan
bayi dan aktivitas dari bayi yang bertambah. Sehingga
nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi akan meningkat sesuai
pertambahan usia. Pemberian MP-ASI pada usia 6 bulan ke
atas disertai dengan pemberian ASI lanjutan adalah hal
yang penting dalam perkembangan dan pertumbuhan bayi
(Bahri, 2010).
Di negara-negara berkembang, angka kejadian gizi
buruk masih cukup tinggi berkisar 6,9-53% (Chintia,
2008). Memburuknya gizi bayi dapat saja terjadi karena
penghentian pemberian ASI dengan alasan ASI tidak
keluar dan ketidaktahuan ibu atas tata cara pemberian ASI
kepada bayinya (Husaini, 2001). Data Survei Demografis
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menunjukkan
konsumsi MP-ASI secara dini cukup besar, yaitu sebanyak
35% pada bayi kurang dari 2 bulan dan sebanyak 37% pada
usia 2-3 bulan.
Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Temanggung
cenderung meningkat selama 3 tahun terakhir. Pada tahun
2008 mencapai 28,14%, tahun 2009 mencapai 42,55%,
tahun 2010 mencapai 63,52% dan tahun 2011 mencapai
67,48%. Capaian ini belum melampaui target nasional
maupun kabupaten yaitu 80%. Padahal pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2
tahun disamping pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu
intervensi efektif dapat menurunkan Angka Kematian Bayi
(Eko, 2012).
PERMASALAHA Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) masih belum
N terlaksana dengan maksimal di masyarakat, termasuk pada
masyarakat di Desa Ngandong. Pengetahuan masyarakat
mengenai tujuan serta waktu pemberian MP-ASI masih
tergolong rendah. Hal ini terbukti bahwa masih sering dijumpai
ibu-ibu yang terlalu dini memberikan MP-ASI dan terlalu cepat
menyerah untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak-
anaknya. Tradisi-tradisi yang salah mengenai MP-ASI pun masih
kerap kali ditemui. Masih banyak bayi yang belum genap
berusia 6 bulan, sudah diberi kerokan pisang maupun nasi
lumat. Padahal sosialisasi mengenai pentingnya ASI eksklusif
dilanjutkan dengan MP-ASI sudah sejak lama dilakukan. Namun
agaknya masyarakat masih cenderung memegang teguh tradisi
lama yang malah dapat membahayakan gizi anak-anak mereka.
PERENCANAAN Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi
DAN PEMILIHAN
melalui penyuluhan bagi ibu agar mengetahui manfaat MP-
INTERVENSI
ASI.
Penyuluhan mengenai MP-ASI dilakukan pada :
Hari / tanggal : Senin, 19 Oktober 2020
Lokasi : Rumah Lurah Gantiwarno

Peserta : Ibu hamil di wilayah Ngandong


PELAKSANAAN Penyuluhan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Oktober
2020. Peserta yang hadir berjumlah 12 ibu hamil di wilayah
Ngandong. Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul 10.30
WIB. Materi yang diberikan adalah tentang MP-ASI. Materi
penyuluhan disajikan dengan menggunakan lembar balik.
Penyuluhan diawali dengan menanyakan pengetahuan ibu
hamil tentang MP-ASI, kemudian dilakukan pemaparan
materi yang dilaksanakan kurang lebih selama 20 menit dan
dilanjutkan sesi diskusi.
Semua kegiatan dilakukan dengan protokol kesehatan
seperti mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
memakai masker, dan menjaga jarak.
MONITORING Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta
DAN EVALUASI
tampak antusias sehingga cukup aktif bertanya dan membuat
diskusi mengenai manfaat MP-ASI berjalan dengan lancar.

ANEMIA PADA KEHAMILAN


LATAR Anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai
BELAKANG konsentrasi hemoglobin <12 g/l, anemia mempengaruhi
lebih dari 56 juta wanita di seluruh dunia, dua pertiga dari
mereka berasal dari ASIA. Anemia memberikan kontribusi
untuk morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi berat badan
lahir rendah (BBLR), abortus, perdarahan . hasil
RISKESDAS, prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu
37%. Kondisi ini menunjukan bahwa anemia cukup tinggi
di Indonesia dan menunjukan angka mendekati maslaah
kesehatan masyarakat berat dengan batas prevalensi lebih
dari 40%.
PERMASALAHA Permasalahan yang ditemukan di masyarkat yaitu masih
N kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai manfaat
dan pentingnya deteksi dini anemia pada kehamilan.
Pemberian penyuluhan ini perllua dilakukan secara rutin dan
berkala agar menjadi edukasi yang baik bagi masyarkat
khususnya wanita usia subur dan terutama wanita hamil.
PERENCANAAN Penyampaian informasi kepada sasaran yang tepat dan
DAN PEMILIHAN
dengan metode yang baik dapat meningkatkan pengetahuan
INTERVENSI
dan pemahaman masyarakat secara umum. Penyuluhan pada
masyarkat luas merupakan salah satu metode yang paling
sering digunakan.
Penyuluhan mengenai Anemia pada kehamilan dilakukan
pada :
-Hari / tanggal : Rabu, 16 September 2020
-Lokasi : Rumah Lurah Gantiwarno
-Metode : Lembar balik

-Peserta : Ibu hamil di wilayah Ngandong


PELAKSANAAN Penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16
September 2020. Peserta yang hadir berjumlah 14 ibu hamil
di wilayah Ngandong. Penyuluhan ini dilaksanakan pada
pukul 10.00 WIB. Materi yang diberikan adalah tentang
manfaat Anemia pada kehamilan. Materi penyuluhan
disajikan dengan menggunakan lembar balik. Penyuluhan
diawali dengan menanyakan pengetahuan ibu hamil tentang
Anemia pada kehamilan, kemudian dilakukan pemaparan
materi yang dilaksanakan kurang lebih selama 20 menit dan
dilanjutkan sesi diskusi.
Semua kegiatan dilakukan dengan protokol kesehatan
seperti mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
memakai masker, dan menjaga jarak.
MONITORING Penyuluhan berjalan dengan baik dan peserta tampak
DAN EVALUASI
antusias, terbukti dengan adanya pertanyaan-pertanyaan dari
peserta yang berhubungan dengan materi Anemia pada
kehamilan.

Peran Posyandu Balita dalam Upaya Perbaikan Gizi di Desa Tawangrejo 1


LATAR Menurut Menkes, gizi buruk yang terjadi di Indonesia
BELAKANG bukan hanya gizi kurang saja tapi juga gizi lebih. Maka itu,
memperkuat posyandu di seluruh Indonesia merupakan
kunci sukses dalam upaya perbaikan gizi.
Tujuan Posyandu sangat mulia yakni fokus melayani
ibu dan anak serta mensejahterakan kesehatan masyarakat
dengan program dan pelayanan terpadu.
• Menurunkan angka kematian ibu dan anak
• Meningkatkan pelayanan kesehatan anak dan ibu demi
mencengahnya kematian anak dan ibu
• Mewujudkan keluarga kecil sehat sejahtera
• Meningkatkan rasa peduli masyarakat akan pentingnya
kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral
dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan
diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2004).
PERMASALAHA Masih Banyaknya ibu-ibu yang tidak membawa anak-anak
N mereka untuk mengikuti kegiatan posyandu secara rutin tiap
bulannya dikarenakan alasan kerja atau dengan alas an apabila
anak mereka ikut posyandu dan mendapaat imunisasi, maka
anak mereka akan menjadi sakit.
PERENCANAAN Intervensi kegiatan ini menggunakan metode pemeriksaan
DAN PEMILIHAN
langsung peserta posyandu balita dan konseling
INTERVENSI
Hari / tanggal : Sabtu, 20 Februari 2021
Lokasi : Rumah Bidan desa Tawangrejo

Peserta : Balita di wilayah Desa Tawangrejo


PELAKSANAAN Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Februari
2021. Peserta yang hadir berjumlah 30 Balita di wilayah Desa
Tawangrejo. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 08.30 WIB.
Pemeriksaan penimbangan berat badan, tinggi badan, dan
konseling makanan sehat guna menjaga status gizi balita agar
tetap terjaga.. Semua kegiatan dilakukan dengan protokol
kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, memakai masker, dan menjaga jarak.
MONITORING Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan cukup baik. Peserta
DAN EVALUASI
yang sudah diperiksa, diberikan vitamin dan konseling
disarankan untuk langsung pulang agar mencegah adanya
kerumunan. Monitoring dilakukan dengan melihat hasil KMS
balita tiap bulannya dan evaluasi tiap bulan dengan melihat
jumlah kunjungan yang ada. Pelaksanaan kegiatan berjalan
dengan lancar dan tidak ada hambatan.

F4
Posyandu Lansia dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Program Posbindu
PTM Desa Tawangrejo 3

LATAR Program pengendalian PTM merupakan salah satu cara


BELAKANG untuk mendeteksi din berbagai factor resiko PTM, seperti
merokok, obesitas, rendahnya aktifitas fisik, diet yang tdak
seimbang dan lainnya. Dengan adanya deteksi dini
tersebut, masyarakat dihrapkan dapat berusaha untuk
mengendalikan factor resiko tersebut. Kegiatan monitoring
dan deteksi dini fator resiko PTM serta tindak lanjutnya
dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan
posbindu PTM (Kemenkes, 2014).
Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai
penyebab 58 juta kematian pada tahun 2005 (WHO), dan
80% kematian tersebut terjadi di Negara-negara yang
berpendapatan rendah dan menengah akibat penyakit
jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit pernafasan
kronik dan penyakit kronik lainnya (16%), kanker (13%),
cedera (9%) dan Diabetes mellitus (2%). PTM seperti
kardiovaskuler, stroke, kanker, diabetes mellitus, penyakit
paru kronik onstruktif dan cedera terutama di negra
berkembang telah mengalami peningkatan kejadian dengan
cepat yang berdampak pula pada peningkatan angka
kematian dan kecacatan (Kepmenkes, 2010).
Agar upaya tersebut dapat berjalan secara optimal,
diperlukan partisipasi masyarakay sehingga
dikembangkanlah suatu model pengendalian PTM yang
berbasis masyarakat yakni posbindu PTM. Posbindu PTM
merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya
pengendalian factor resiko secara mandiri dan
berkesinambungan, sehingga pencegahan factor resiko
PTM dapat dilakukan sejak dini dan kejadian PTM di
masyarakat dapat ditekan (Kepmenkes, 2012).
Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) merupakan suatu
program pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu
kelompok masyarakat factor resiko tertentu di masyarakat.
Kegiatan posbindu ini tidak hanya meliputi pelayanan
pemeriksaan kesehatan saja, tetapi juga melibatkan
masyarakat dalam upaya pencegahan dan penemuan dini
factor resiko di masyarakat. Salah satu kegiatan posbindu
yang diadakan adalah posyandu lansia yang dilakukan tiap
bulan sekali. Posbindu dapat dibentuk di tiap desa/
kelurahan dengan pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan
dengan kondisi dan situasi desa / kelurahan setempat.
PERMASALAHA Di daerah Puskesmas Bayat kesadaran diri masyarakat
N khususnya lansia untuk memeriksakan diri di pusat pelayanan
kesehatan setempat secara rutin masih sangat rendah. Hal ini
dikarenakan masih kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai deteksi dini penyakit tidak menular yang menjadi
masalah utama pada para lansia. Sehingga Puskesmas Bayat
mengadakan program Posbindu PTM guna mendeteksi secara
dini penyakit tidak menular serta menanggulangi adanya
faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit tidak menular.
PERENCANAAN Intervensi kegiatan ini menggunakan metode pemeriksaan
DAN PEMILIHAN
langsung peserta posyandu Lansia yang merupakan bagian
INTERVENSI
dari kegiatan Posbindu PTM.
Hari / tanggal : Rabu, 7 April 2021
Lokasi : Balai pertemuan desa Tawangrejo
Peserta : Lansia di wilayah Desa Tawangrejo
PELAKSANAAN Kegiatan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 April 2021.
Peserta yang hadir berjumlah 20 lansia di wilayah Desa
Tawangrejo. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB.
Pemeriksaan tekanan darah, berat badan serta pengobatan
dasar untuk para lansia. Semua kegiatan dilakukan dengan
protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir, memakai masker, dan menjaga jarak.
MONITORING Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan cukup baik. Peserta
DAN EVALUASI
yang sudah diperiksa dan diberikan obat disarankan untuk
lansung pulang agar mencegah adanya kerumunan.
Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar dan tidak ada
hambatan.

ASI EKSLUSIF
LATAR ASI yang memiliki berbagai manfaat yang baik untuk
BELAKANG pertumbuhan dan perkembangan bayi juga dapat
menurunkan risiko terjadinya penyakit akut dan kronik.
McNiel, mengemukakan bayi yang diberikan ASI
memiliki risiko lebih rendah untuk terkena penyakit otitis
media, asma, diabetes tipe 1 dan 2, dermatitis atopik, dan
infeksi saluran napas bagian bawah. Penelitian yang
dipublikasikan oleh Off Our Backs, Inc (2011)
menunjukkan ASI juga dapat melindungi bayi dari
penyakit yang biasa diderita bayi seperti campak dan
influenza. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya
makanan alami untuk bayi yang berasal dari ibu. ASI
memiliki kemungkinan risiko alergi yang sangat kecil jika
dibandingkan dengan nutrisi lainnya. Oleh sebab itu, ASI
dapat dikatakan sebagai makanan terbaik dan sempurna
untuk bayi karena mengandung zat gizi sesuai kebutuhan
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Siregar,
2004). Kebaikan ASI tersebut mendorong WHO
merekomendasikan pemberian ASI selama enam bulan
secara eksklusif. Pemberian ASI eksklusif yang dimaksud
adalah memberi ASI saja tanpa tambahan cairan atau
makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral, atau obat
dalam bentuk tetes atau sirup
Sebanyak 193.000 anak Indonesia kehilangan
kesempatan hidup sebelum berusia 5 tahun (UNICEF,
2011). Meskipun angka kematian bayi di dunia turun dalam
sepuluh tahun terkahir, UNICEF menyatakan angka
kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Jika dibandingkan
negara-negara di ASEAN, angka kematian bayi di
Indonesia 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia dan 1,3 kali
lebih tinggi dari Filipina. Bayi memiliki risiko tinggi untuk
terkena penyakit karena daya tahan tubuh yang belum
sempurna. Infeksi saluran pernapasan akut merupakan
penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita di
Indonesia (Naim,2001). Naim dalam penelitiannya
menemukan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif
memiliki risiko mengidap pneumonia lebih besar 4,89 kali
daripada bayi yang diberi ASI.
PERMASALAHA Kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat dari pemberian
N ASI eksklusif
PERENCANAAN Diperlukan adanya suatu kegiatan pemberian informasi
DAN PEMILIHAN
melalui penyuluhan bagi ibu agar mengetahui manfaat ASI
INTERVENSI
eksklusif.
Penyuluhan mengenai ASI eksklusif dilakukan pada :
 Hari / tanggal : Senin, 19 Oktober 2020
 Lokasi : Rumah Lurah Gantiwarno
 Peserta : Ibu hamil di wilayah Ngandong
PELAKSANAAN Penyuluhan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19
Oktober 2020. Peserta yang hadir berjumlah 12 ibu hamil di
wilayah Ngandong. Penyuluhan ini dilaksanakan pada pukul
10.30 WIB. Materi yang diberikan adalah tentang manfaat ASI
eksklusif. Materi penyuluhan disajikan dengan menggunakan
lembar balik. Penyuluhan diawali dengan menanyakan
pengetahuan ibu hamil tentang manfaat ASI ekslusif,
kemudian dilakukan pemaparan materi yang dilaksanakan
kurang lebih selama 20 menit dan dilanjutkan sesi diskusi.
Semua kegiatan dilakukan dengan protokol kesehatan seperti
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,
dan menjaga jarak.
MONITORING Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta
DAN EVALUASI
tampak antusias sehingga cukup aktif bertanya dan membuat
diskusi mengenai manfaat ASI esklusif berjalan dengan lancar.

F5
Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS) di SD Muhammadiyah

LATAR Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk


BELAKANG mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh
yang harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh
dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata
rantai penularan. Dengan tersedianya vaksin, maka
diharapkan mampu mencegah penyakit menular sebagai
salah satu tindakan pencegahan yang efektif dan efisien.
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Untuk
mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus
dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata di
semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai.
Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan
salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional dalam
rangka mewujudkan Indonesia sehat.
Imunisasi diberikan sejak bayi lahir hingga berusia 1
tahun dan diharapkan berkesinambungan hingga usia 18
tahun untuk dapat mencegah PD3I. Oleh karena itu,
program imunisasi ditingkatkan sehingga dapat mencakup
anak usia sekolah. Salah satu program yang diterapkan
adalah Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang
dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan
sasaran semua anak kelas 1, 2 dan 3 di seluruh Indonesia.
Pada siswa kelas 1 SD diberikan imunisasi Campak MR
(bulan Agustus) dan Td (bulan November), sementara pada
siswa kelas 5 diberikan imunisasi TT (bulan November).
PERMASALAHA • Masih rendahnya pengetahuan orang tua tentang
N pentingnya imunisasi yang dilatarbelakangi oleh tingkat
pendidikan dan budaya sekitar.
• Akses menuju pelayanan kesehatan yang masih cukup
sulit untuk ditempuh.
PERENCANAAN
Memberikan imunisasi MR kepada siswa SD kelas I yang
DAN PEMILIHAN
memenuhi kriteria peserta BIAS serta memberikan
INTERVENSI
penjelasan kepada siswa/i SD yang mengikuti program BIAS
mengenai manfaat imunisasi tersebut.
PELAKSANAAN Hari/tanggal : Kamis, 27 Agustus 2020
Waktu : 10.00 - 11.00 WIB
Tempat : SD Muhammadiyah
MONITORING Pelaksanaan BIAS MR dilakukan pada SD Muhammadiyah
DAN EVALUASI
dengan jumlah siswa kelas I adalah 26. Siswa diberikan
pengenalan mengenai imunisasi yang akan diberikan.
Sebagian besar siswa tampak antusias dan sebagian merasa
takut untuk disuntik. Namun pelaksanaan imunisasi BIAS
dapat berjalan dengan baik sehingga semua siswa yang
memenuhi kriteria BIAS MR dapat menerima imunisasi
dengan baik.

F6
SEORANG PEREMPUAN USIA 33 TAHUN DENGAN ISK

LATAR Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar


BELAKANG kedua setelah infeksi saluran pernafasan dan dapat
menyebabkan sepsis. Menurut WHO sebanyak 25 juta
kematian diseluruh dunia pada tahun 2011, sepertiganya
disebabkan oleh penyakit infeksi. Infeksi saluran kemih
(ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri
tersering dikomunitas dan hampir 10% orang pernah
terkena ISK selama hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk di
seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita infeksi
saluran kemih.
Prevalensi infeksi saluran kemih di Indonesia masih
cukup tinggi. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, penderita ISK di Indonesia berjumlah
90 – 100 kasus per 100.000 penduduk per tahun atau
sekitar 180.000 kasus baru per tahun ISK dapat menyerang
segala usia dari bayi hingga lansia baik perempuan maupun
laki – laki. Namun, pada wanita lebih sering terinfeksi
daripada pria dengan angka populasi umum kurang lebih
5-15% oleh karena perbedaan anatomis antara keduanya.
Infeksi saluran kemih menempati posisi kedua tersering
(23,9%) di negara berkembang setelah infeksi luka operasi
(29,1%) sebagai infeksi yang paling sering didapatkan oleh
pasien di fasilitas kesehatan. ISK merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan.
Penyebab infeksi saluran kemih adalah adanya invasi
dan perkembangbiakan mikroorganisme ke dalam saluran
kemih yang mencakup infeksi pada parenkim ginjal hingga
kandung kemih dengan kadar bakteri urin tertentu dalam
jumlah yang bermakna (≥ 105 per mL urin) Bakteri gram
negatif yang sebagian besar menjadi penyebab infeksi
saluran kemih diantaranya Escherichia coli, Enterobakter,
Citrobakter, Klebsiella, Pseudomonas aeruginosa dan
Proteus. Tujuan pengobatan ISK adalah untuk mencegah
infeksi yang semakin parah dan meluas, eradikasi
mikroorganisme yang menginfeksi serta mencegah
kekambuhan dengan dibarengi penggunaan obat yang
rasional dan tepat baik indikasi maupun dosis.
PERMASALAHA Identitas Pasien
N Nama : Ny. S
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banyuripan
Tanggal : 14-04-2021

Anamnesis
a. Keluhan Utama : BAK tidak tuntas
Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang dengan keluhan BAK
tidak tuntas sejak 1 minggu yll. Keluhan disertai nyeri pada
perut bagian bawah yang timbul terutama saat akan BAK,
pasien juga mengeluh rasa panas di daerah saluran kencing dan
BAK berwarna kemerahan. Keluhan keputihan, gatal-gatal serta
trauma di area kemaluan disangkal oleh pasien.

b. Riwayat penyakit dahulu :


• Keluhan Serupa (+)
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat asma (-)

c. Riwayat penyakit keluarga :


• Keluhan serupa disangkal
• Riwayat alergi disangkal
• Riwayat asma disangkal

d. Riwayat sosial ekonomi :


Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dimana di daerah
rumahnya yaitu di Panjer di musim kemarau ini terkadang sulit
untuk mendapatkan akses air bersih. Dimana pasien sering
membeli air galonan untuk keperluan sehari-hari kecuali mandi.
Pasien mengaku bahwa air yang biasa dipakai untuk mandi
yaitu air sumur memang kurang begitu bersih dan terlihat
keruh. Pasien berobat menggunakan BPJS kesehatan .
Kesan: sosial ekonomi cukup

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Hiegene : Tampak terawat
Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36.5o C
Kepala : Mesosefal
Mata : Conjunctiva palpebra anemis (-/-),
ikterik (-/-)
Abdomen
- Inspeksi : Dinding dada lebih tinggi dari
dinding abdomen
- Auskultasi : Bising Usus (+)
- Perkusi : Timpani di seluruh lapang perut
- Palpasi : Nyeri Tekan Hypogastric
Diagnosis: ISK
PERENCANAAN Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan
DAN PEMILIHAN
menghilangkan gejala, mencegah dan mengobati
INTERVENSI
bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi
risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan
pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan
efek samping yang minimal. Oleh karenan itu pola
pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan
anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta
lainnya. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan untuk
berbagai bentuk yang berbeda dari ISK, antara lain :
a. Pengobatan dosis tunggal
b. Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
c. Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
d. Pengobatan profilaksis dosis rendah
e. Pengobatan supresif.

Terapi Farmakologi
Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :
a. Eradikasi bakteri penyebab dengan
menggunakan antibiotik yang sesuai
b. Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan
faktor predisposisi

The Infection Disease Society of America menganjurkan


satu dari tiga alternatif terapi antibiotika sebagai terapi
awal selama 48-72 jam sebelum diketahui mikroorganisme
penyebabnya :
a. Flurokuinolon
b. Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
c. Sefalosporin berspektrum luas dengan atau
tanpa aminoglikosida

Bila pasien mengalami reinfeksi berulang (frequent re-


infection) perlu diperhatikan :
a. Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba
yang intensif diikuti dengan koreksi faktor resiko.
b. Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat
dilakukan adalah asupan cairan yang banyak, cuci setelah
melakukan senggama diikuti terapi antimikroba dosis
tunggal (misal trimentoprim 200 mg) Terapi antimikroba
jangka lama sampai 6 bulan
c. memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi
klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin.
Infeksi yang disebabkan mikroorganisme anaerobik
diperlukan antimikroba yang serasi (misal golongan
kuinolon).

Terapi Non Farmakologi :


a. Minum air putih dalam jumlah yang banyak agar
urine yang keluar juga meningkat (merangsang diuresis).
b. Buang air kecil sesuai kebutuhan untuk
membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra.
c. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ
intim dan saluran kencing agar bakteri tidak mudah
berkembang biak.
d. Diet rendah garam untuk membantu
menurunkan tekanan darah.
e. Mengkonsumsi jus anggur atau cranberry untuk
mencegah infeksi saluran kemih berulang.
f. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat
besi, misalnya buah-buahan, daging tanpa lemak dan kacang-
kacangan.

g. Tidak menahan bila ingin berkemih.


PELAKSANAAN Penatalaksaan Terapi yang diberikan pada pasien yaitu:
1. Kausatif :
- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Paracetamol 3 x 500 mg
- Molaneuron 2x1

2. KIE :
- Obat diminum sesuai aturan pakai
- Cukup minum air putih
- Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan
saluran kencing
- Jangan menahan kencing
- Kontrol bila gejala belum membaik

Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Sanam : Bonam
Quo ad Fuctionam : Bonam
Quo ad kosmeticam : Bonam
MONITORING Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi
DAN EVALUASI
terhadap keluhan yang dialami apakah keluhan sudah
berkurang atau belum. Apabila keluhan pasien belum juga
mereda maka perlu dilakukan koreksi terhadap faktor risiko
yang menyebabkan berulangnya infeksi saluran kemih
tersebut dengan disertai edukasi pada pasien agar dapat
memodifikasi faktor risiko tersebut. Selain itu, pasien juga
dapat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan urin rutin
untuk menganalisa ketepatan dari pemberian obat terutama
obat antibiotik yang digunakan sebagai terapi eradikasi
bakteri penyebab ISK.

SEORANG PEREMPUAN USIA 33 TAHUN DENGAN DCA


LATAR Diare Cair Akut merupakan keluhan yang paling sering
BELAKANG dikeluhkan pasien ketika datang ke pelayanan kesehatan
disamping keluhan demam dan batuk pilek. Kebiasaan
jajan sembarangan, higienitas makanan yang kurang,
kebiasaan cuci tangan yang masih banyak ditinggalkan
dapat menjadi faktor pemicu timbulnya penyakit ini.
Dehidrasi atau kekurangan cairan dapat menjadi
komplikasi serius yang sangat perlu diwaspadai.Oleh
karena itu pentingnya pemahaman mengenai penyakit ini
perlu ditingkatkan.
PERMASALAHA Identitas
N Nama : Nn. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 17 tahun
Alamat : Gunung Gajah
Tanggal Periksa : 26 Maret 2021

b. Keluhan Utama
BAB cair lebih dari 5 kali
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku BAB cair sejak tadi malam lebih dari 5 kali,
darah (-), lender (+) seperti cucian beras (-).Keluhan tidak
disertai mual, muntah, maupun nyeri perut.Tetapi pasien juga
mengeluhkan demam yang tidak begitu tinggi sejak kemarin
disertai batuk dan pilek. Riwayat jajan (-) riwayat makan-
makanan pedas (+)
d. Riwayat penyakit dahulu :
Keluhan serupa (-)
Hipertensi (-)
Riwayat mondok (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat alergi obat (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa pada keluarga (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat asma (-)

f. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup, Compos Mentis
Vital Sign : TD 100/60 N:110x/menit R: 18x/menit
T: 37
Kepala/Leher : CA (-), SI (-), sianosis (-)
Thorax : cor/ cardiomegali (-), S1-S2 reguler
pulmo/ retraksi dinding dada (-), sonor (+/+), vesikuler (+/+),
suara tambahan (-/-)
Abdomen : peristaltik (meningkat), supel (+), NT
(+)ulu hati, timpani (+)
Extremitas : akral hangat (+), nadi kuat (+), CRT<2
detik, edema (-), Tanda dehidrasi (-)

Pemeriksaan Penunjang
Feses Rutin
Warna : Kuning
Konsistensi : Cair
Bau : negative
Darah : negative
Telur cacing : negative
Lendir : (+)
Protozoa : E. Coli
PERENCANAAN Tujuan utama pengobatan dyspesia adalah mengurangi rasa
DAN PEMILIHAN tak nyaman di perut. Berdasarkan teori saat ini penyebab
INTERVENSI
dyspepsia adalah peningkatan zat pelepas hormon gastrin di
lambung, dismotilitas dan hipersensitivitas viseral, psikologis,
infeksi bakteri serta pola diet dan lingkungan. Sehingga
pengobatan terbagi dalam dua kategori, farmakologi dan non
farmakologis.
Pengobatan farmakologis:
1. Antasida
2. Agen penghambat asam: H2 blocker dan PPI
3. Agen prokinetik
4. Antiemetik
5. Antispasmodik
6. Sitoprotektor

Pengobatan non-farmakologis:
1. Pengubahan pola diet

2.Manajemen stres
PELAKSANAAN 1. Rehidrasi :
Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan
yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari
buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang
banyak dan dehidrasi, penatalkasanaan yang agresif seperti
cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonic
mengandung elektrolit dan gula atau starch harus
diberikan.Terapi rehidrasi orla murah, efektif dan lebih
praktis dairpada cairan intravena. Cairan oral antara lain:
ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam
tergantung kebutuhan dan status dehidrasi.
2. Diet
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-
muntah hebat.Pasien dianjurkan minum minuman sari buah,
the, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti
pisang, nasi, keripik, dan sup.Susu sapi harus dihindarkan
karena adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan
oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol
harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan
sekresi usus
3. Obat anti-diare
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala.
a) yang paling efektif yaitu derifat opiad missal loperamid,
difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamid paling
disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling
kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat
digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat
menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas
penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang
panas (termasuk infeksi shigella) bila tanpa disertai anti
mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit.
b) obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4 x 2 tab/hari,
smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai
diare berhenti.
c) obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1
tab/hari.
4. Antimikroba seperti metronidazole pada kasus amoebiasis
MONITORING Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
DAN EVALUASI
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima
waktu penting:
1) sebelum makan
2) setelah buang air besar
3) sebelum memegang bayi
4) setelah menceboki anak dan
5) sebelum menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah,
antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar
matahari atau proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak
tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya,
sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
SEORANG PEREMPUAN USIA 31 TAHUN DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II

LATAR Menurut American Diabetes Association (ADA),


BELAKANG diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-
duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa
organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah. Diabetes melitus adalah suatu penyakit
metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang
disebabkan karena defek sekresi insulin, gangguan kerja
insulin atau keduanya.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%,
dimana diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk
Indonesia menderita DM. Di masa mendatang, diantara
penyakit degeneratif diabetes adalah salah satu diantara
penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di
masa mendatang. WHO membuat perkiraan bahwa pada
tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun
berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian, pada tahun 2025 jumlah tersebut akan
membengkak menjadi 300 juta orang.
Dalam jangka waktu 30 tahun, diperkirakan jumlah
penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan
peningkatan jumlah pasien DM yang jauh lebih besar yaitu
86-138% yang disebabkan oleh karena :
a) Faktor demografi
b) Gaya hidup yang kebarat-baratan
c) Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
d) Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur
pasien diabetes semakin panjang
Penanganan yang terbaik dari penyakit DM adalah
pencegahan. Pencegahan terdiri dari pencegahan primer,
sekunder, dan tersier. Pencegahan primer yaitu mencegah
terjadinya penyakit DM dengan gaya hidup yang sehat dan
aktifitas fisik secara rutin. Pencegahan sekunder adalah
suatu upaya skrining kesehatan sehingga dapat dilakukan
penegakan diagnosis sejak dini dan pemberian terapi yang
tepat dan adekuat. Mengingat penyakit DM adalah
penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi dan
kemungkinan kecacatan yang besar, maka juga perlu
dilakukan pencegahan tersier yaitu berupa pencegahan
terjadinya kecacatan dan upaya rehabilitasi guna
mengembalikan kondisi fisik/ medis, mental, dan sosial.
PERMASALAHA I. Identitas Pasien
N
Nama : Ny. M
Umur : 31 tahun
Alamat : Krakitan
Tanggal Periksa : 12 Maret 2021

II. Anamnesis
1. Keluhan Utama: Sering kencing pada malam hari
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan
sering kencing pada malam hari. Pasien juga mengeluhkan
kesemutan pada jari-jari kaki dan tangan. Keluhan ini dirasakan
sejak 3 bulan terakhir. Serta,pasien merasakan badan cepat
letih Tiga bulan yang lalu pasien pernah memeriksakan diri ke
mantri dengan keluhan serupa disertai dengan rasa haus terus
menerus dan nafsu makan yang meningkat namun berat badan
turun. Kemudian oleh mantri dilakukan pemeriksaan gula darah
sewaktu dan didapatkan hasil gula darah diatas normal namun
pasien lupa tepatnya berapa. Sejak saat itu pasien
mengonsumsi obat DM yang dibelinya sendiri di apotek
(glibenklamid) dan ini adalah pertama kalinya pasien
memeriksakan diri ke dokter karena merasa keluhannya tidak
berkurang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat asma/alergi : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat asma/alergi : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

6. Riwayat Gizi: Pasien sehari – hari makan dengan nasi sayur


tiga kali sehari @ 1 piring dengan lauk tahu tempe, kadang
telur, jarang makan buah dan tidak minum susu.
7. Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien adalah seorang pensiunan.
Pasien tinggal bersama istrinya. Saat ini, biaya perawatan
pasien menggunakan BPJS.

III. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum : Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan
cukup.
2. Tanda Vital
a. Tensi : 120 / 80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.
c. Pernapasan : 20 x/menit
d. Suhu : 37 °C per aksiler
3. Kulit: Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor menurun (-), kulit
kering (-).
4. Kepala: bentuk mesocephal, rambut warna hitam dan putih
5. Wajah: Simetris, eritema (-)
6. Mata: Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3
mm, reflek cahaya (+/+) normal, oedem palpebra (-/-),
strabismus (-/-), cowong (-/-)
7. Telinga: Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan
fungsi pendengaran (-)
8. Hidung: Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping
hidung (-), sekret (-)
9. Mulut: Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-),
pucat (-), papil atropi (-)

10. Leher: JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran


tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-).
11. Thoraks: Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis
(-), pernafasan abdominothorakal, sela iga melebar (-)

- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial,
epigastrium dan parasternal tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.
Perkusi :
 batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea sternalis
sinistra
 batas jantung kiri bawah: spatium intercostale V, 1 cm medial
linea medio clavicularis sinistra
 batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea
sternalis dextra
 batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea
sternalis dextra
Kesan : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 85 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas
normal,bising (-), gallop (-)

- Pulmo
Inspeksi
 Statis : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.
 Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-).
Palpasi
 Statis : simetris
 Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
 Kanan : sonor
 Kiri : sonor
Auskultasi
 Kanan : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
 Kiri : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)

12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-),
venektasi (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)
Palpasi : supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan
lien tidak teraba

13. Ekstremitas : normal

III. Pemeriksaan penunjang


Gula darah Puasa: 212
PERENCANAAN I. Diagnosis : Diabetes Mellitus Tipe 2
DAN PEMILIHAN
II. Penatalaksanaan
INTERVENSI

Tatalaksana pengendalian hipertensi dilakukan dengan


pendekatan:
a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta kondisi
lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta
dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam
pengendalian hipertensi.
b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi
seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor
risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi rekurensi
faktor risiko.
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan
tindakan yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi
kasus utama diharapkan berkurang dengan dilakukannya
pengembangan manajemen kasus dan penanganan
kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan
melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan
pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian
diabetes melitus.

d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada


keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur
dan fisioterapi Komplikasi serangan diabetes mellitus dapat
diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi
kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi,
pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai
tingkatan.
PELAKSANAAN Terapi non-farmakologis:
Pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor
risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai
berikut :
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh
c. Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur
d. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Terapi famakologis:
R/ Metformin tab 500 mg No. XXX
S 3 dd 1 tab
MONITORING Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi
DAN EVALUASI
apakah keluhan yang dialami sudah berkurang atau belum.
Memeriksa tekanan darah dan gula darah pasien. Ditanyakan
apakah obat masih ada atau tidak. Jika tekanan darah masih
belum memenuhi sasaran setelah beberapa kali pengobatan
dan modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan
komplikasi dari dabetes melitus, maka pasien perlu dirujuk ke
dokter spesialis.

SEORANG PEREMPUAN USIA 58 TAHUN DENGAN HIPERTENSI

LATAR Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini


BELAKANG dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit
menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
karena masih banyak kasus belum terselesaikan, bahkan
beberapa penyakit menular yang semula dapat
dikendalikan muncul kembali dengan penyebaran tidak
mengenal batas-batas daerah maupun batas antar negara.
Dilain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit tidak
menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya
hidup serta penyakit-penyakit degeneratif.
Proporsi penyebab kematian karena penyakit
kardiovaskuler tahun 1986, 1992, 1995 dan 2001
cenderung meningkat. Faktor risiko penyakit
Kardiovaslerantara lain merokok, obesitas, diet rendah
serat tinggi lemak dengan akibat gangguan kadar lemak
dalam darah, dan kurangnya olah raga. Diperoleh data
bahwa di Indonesia terdapat 28 % perokok pada usia 10
tahun ke atas, kurang aktivitas fisik merupakan proporsi
terbanyak yaitu 92% dari penduduk usia 15 tahun ke atas di
pulau Jawa dan Bali terutama untuk kelompok perempuan.
Overweight dan obesitas lebih tinggi prevalensinya pada
perempuan dan cenderung meningkat dengan
bertambahnya umur.
Sedangkan angka penderita Hipertensi kian hari
semakin mengkhawatirkan, seperti yang dilansir oleh The
Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa
di dunia menderita Hipertensi. Angka ini terus meningkat
tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 nanti
sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia yang menderita
hipertensi.
Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga
terbesar yang menyebabkan kematian dini, hipertensi
berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit
cerebrovaskuler. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan
kebiasaan hidup seseorang, sering disebut sebagai the killer
disease karena penderita tidak mengetahui kalau dirinya
mengidap hipertensi. Penderita datang berobat setelah
timbul kelainan organ akibat Hipertensi. Hipertensi juga
dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena
dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur,
sosial dan ekonomi. Kecenderungan berubahnya gaya
hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi
memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat
meningkatkan angka kesakitan hipertensi.
PERMASALAHA I. Identitas Pasien
N Nama : Ny.P
Umur : 58 tahun
Alamat : Jotangan
Tanggal Periksa : 9 Maret 2021

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 9
Maret 2021
1. Keluhan Utama
Pusing

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan pusing sejak 2 hari yang lalu.
Pusing dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluh leher
terasa kencang sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien
merupakan pasien rutin pengobatan hipertensi sejak 1 tahun
yang lalu.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat hipertensi : (+) sejak 5 tahun yang lalu
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat sakit jantung : disangkal
d. Riwayat mondok : disangkal
e. Riwayat asma/alergi : disangkal

4. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat asma/alergi : disangkal
d. Riwayat sakit jantung : disangkal

6. Riwayat Gizi
Pasien sehari – hari makan dengan nasi sayur tiga kali sehari @
1 piring dengan lauk tahu tempe, kadang telur, jarang makan
buah dan tidak minum susu.

7. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang pensiunan. Pasien tinggal bersama
istrinya. Saat ini, biaya perawatan pasien menggunakan ASKES.

III. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum : Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan
cukup.
2. Tanda Vital
a. Tensi : 140 / 80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.
c. Pernapasan : 20 x/menit
d. Suhu : 37 °C per axiler

3. Kulit
Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor menurun (-), kulit kering
(-).
4. Kepala
bentuk mesocephal, rambut warna hitam dan putih

5. Wajah
Simetris, eritema (-)

6. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3
mm, reflek cahaya (+/+) normal, oedem palpebra (-/-),
strabismus (-/-), cowong (-/-)

7. Telinga
Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi
pendengaran (-)

8. Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-),
sekret (-)

9. Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-),
papil lidah atropi (-)

10. Leher
JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-).

11. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-),
pernafasan abdominothorakal, sela iga melebar (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial,
epigastrium dan parasternal tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.
Perkusi :
batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea sternalis
sinistra
batas jantung kiri bawah: spatium intercostale V, 1 cm medial
linea medio clavicularis sinistra
batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea
sternalis dextra
batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea
sternalis dextra
pinggang jantung : spatium intercostale III, linea parasternalis
sinistra
Kesan : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 85 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas
normal,bising (-), gallop (-)

Pulmo Depan
Inspeksi
Statis : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.
Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-). Palpasi
Statis : simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan : sonor
Kiri : sonor
Auskultasi
Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Kiri: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)

Pulmo Belakang
Inspeksi :
Statis : punggung kanan kiri simetris
Dinamis : pengembangan dada simetris
Palpasi : fremitus raba simetris
Perkusi : paru kanan sonor, paru kiri sonor
Batas paru kanan bawah setinggi vertebre thoraks VI
Batas paru kiri bawah setinggi vertebre thoraks VII
Penanjakan diafragma : 5 cm kanan sama dengan kiri
Auskultasi:
Kanan: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Kiri: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)

12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-),
venektasi (-), sikatrik (-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)
Palpasi : supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan
lien tidak teraba
13. Kelenjar getah bening inguinal
tidak membesar

14. Ekstremitas : normal


PERENCANAAN 1. DIAGNOSIS : Hipertensi Stage I
DAN PEMILIHAN
2. PENATALAKSANAAN
INTERVENSI
Tatalaksana pengendalian hipertensi dilakukan dengan
pendekatan:
a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta kondisi
lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta
dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam
pengendalian hipertensi.
b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi
seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor
risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi rekurensi
faktor risiko.
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan
tindakan yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi
kasus utama diharapkan berkurang dengan dilakukannya
pengembangan manajemen kasus dan penanganan
kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan
melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan
pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian
hipertensi.
d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada
keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur
dan fisioterapi Komplikasi serangan hipertensi yang fatal
dapat diturunkan dengan mengembangkan manajemen
rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi
profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di
berbagai tingkatan.

Terapi Non-farmakologis:
Pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor
risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai
berikut :
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh
c. Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur

 d. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi


alkohol
PELAKSANAAN Terapi famakologis:
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk
mengendalikan angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin
menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita.
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal , masa
kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat
berikutnya mungkin dapat ditarnbahkan selama beberapa
bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau
kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit
dan respon penderita terhadap obat anti hipertensi.

Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai


berikut :
a. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan
penyebab hipertensi
b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk
menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang
umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
c. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan
menggunakan obat anti hipertensi.
d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang,
bahkan pengobatan seumur hidup.

Terapi farmakologis yang diberikan adalah:


- Terapi Oral:
R/ Amlodipin 5 mg No. XXI
S 1 dd 1 tab

Edukasi yang diberikan kepada pasien:


a. Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi merupakan
penyakit yang tidak dapat sembuh namun dapat dikontrol
dengan modifikasi gaya hidup dan obat
b. Mengontrol faktor risiko, antara lain menurunkan
kelebihan berat badan, mengurangi asupan garam sehari-
hari, menciptakan keadaan rileks, melakukan olah raga
teratur
c. Meminum obat secara teratur dan kembali kontrol
sebelum obat habis
d. Rujukan dilakukan bilamana terapi yang diberikan di
pelayanan primer belum dapat mencapai sasaran pengobatan
yang diinginkan atau dijumpai komplikasi penyakit lainnya
akibat penyakit hipertensi.
MONITORING Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi
DAN EVALUASI
apakah keluhan yang dialami sudah berkurang atau belum.
Memeriksa tekanan darah pasien. Ditanyakan apakah obat
masih ada atau tidak. Jika tekanan darah masih belum
memenuhi sasaran setelah beberapa kali pengobatan dan
modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan komplikasi
dari hipertensi, maka pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis.

SEORANG PEREMPUAN USIA 33 TAHUN DENGAN Dyspepsisa

LATAR Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan nyeri dan


BELAKANG perasaan tak nyaman di perut yang bersifat menetap atau
pun berulang di daerah epigastrium. Dyspepsia meski pun
bukan termasuk penyakit yang mengancam jiwa namun
dapat mengurangi kualitas hidup karena nyeri dan rasa tak
nyaman dapat mengganggu konsentrasi dalam pekerjaan
maupun saat beristirahat. Diperlukan penanganan yang
adekuat agar pasien tidak sering mengunjungi fasilitas
kesehatan untuk berobat.
PERMASALAHA Kasus
N Identitas pasien
Nama : Ny. A
Usia : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Beluk

Anamnesis
Keluhan utama : Pasien merasakan perut terasa penuh
RPS : Pasien adalah penderita penyakit lambung lama. Keluhan
saat ini perut terasa penuh dan tidak nyaman 3 hari terakhir.
Terkadang pasien merasakan mual dan kembung serta
bersendawa. Riwayat makan tidak teratur 1-4x per hari, sekali
makan langsung porsi banyak.
RPD : -
R. sosial: Keseharian sebagai ibu rumah tangga, sering makan
bersantan dan pedas.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : compos mentis, GCS E4V5M6, kesan
gizi cukup
Vital Sign
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit

Kepala dan Leher : anemis(-), icterus (-), cyanosis (-),


dyspneu (-)
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris, retraksi(-), gerak simetris
Palpasi : Simetris, fremitus kanan=kiri, gerak simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Vesikuler, suara tambahan(-)
Cor
Inspeksi : IC tidak nampak
Palpasi : IC teraba di SIC V LMCS, pelebaran diameter(-)
Perkusi : cardiomegali(-)
Auskultasi: S1-2 murni, reguler, bising(-)
Abdomen
Inspeksi : kesan rata
Auskultasi : Peristaltik (+)normal
Perkusi : Timpani seluruh lap abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium(+), massa(-)
Extremitas : Oedem (-), deformitas (-).kekuatan otot

Diagnosis
Dyspepsia syndrome
PERENCANAAN Tujuan utama pengobatan dyspesia adalah mengurangi rasa
DAN PEMILIHAN
tak nyaman di perut. Berdasarkan teori saat ini penyebab
INTERVENSI
dyspepsia adalah peningkatan zat pelepas hormon gastrin di
lambung, dismotilitas dan hipersensitivitas viseral, psikologis,
infeksi bakteri serta pola diet dan lingkungan. Sehingga
pengobatan terbagi dalam dua kategori, farmakologi dan non
farmakologis.
Pengobatan farmakologis:
1. Antasida
2. Agen penghambat asam: H2 blocker dan PPI
3. Agen prokinetik
4. Antiemetik
5. Antispasmodik
6. Sitoprotektor

Pengobatan non-farmakologis:
1. Pengubahan pola diet

2. Manajemen stres
PELAKSANAAN Pada pasien ini, karena tidak bekerja dan sebagai ibu rumah
tangga, faktor psikologis kemungkinan besar perannya. Saran
agar mengurangi pikiran – pikiran tidak penting dan tidak
memendam uneg – uneg seyogyanya diberikan. Pola makan
yang tidak teratur dan seringnya mengkonsumsi makanan
pedas, bersantan dan asam juga berperan penting dan
disarankan untuk menghindarinya. Terapi farmakologis yang
diberikan adalah antasida tablet kunyah tiga kali sehari
dikombinasikan dengan cimetidine tablet dua kali sehari
untuk menurunkan kadar asam lambung dan menghambat
pengeluaran zat histamin yang menyebabkan
hipersensitivitas viseral.
MONITORING Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya, meliputi:
DAN EVALUASI
• Menjelaskan pasien tentang penyakitnya
• Menginformasikan tentang pentingnya makan teratur
• Menginformasikan tentang pantangan makanan dan
minuman
• Menginformasikan tentang manajemen stres dan
kepentingannya dalam pengobatan penyakitnya

Anda mungkin juga menyukai