Toaz - Info 6565 Isi Makalah PR
Toaz - Info 6565 Isi Makalah PR
PENDAHULUAN
Berdasarkan analisis oleh Teknisi Biomedis di Amerika Serikat ditemukan sekitar 75-
85% penyebab pankreatitis akut adalah akibat mengonsumsi alkohol. Penyakit ini juga lebih
sering ditemukan pada lakilaki dibandingkan perempuan. Hiperlipidemia juga
dapat menjadi penyebab pankreatitis akut terutama pada derajat sedang dan berat.
Pankreatitis akut idiopatik pada laki-laki mencapai 16,1% sedangkan pada
perempuan mencapai 16.6%3. Pankreatitis akut juga dapat terjadi setelah
melakukan Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) yang
lebih sering terjadi pada perempuan (6%) dibandingkan laki-laki (1.8%). (Sporek, 2016)
1
Pada pankreatitis akut berat lebih dari 50% menunjukkan gejala gagal
organ pada hari keempat saat dirawat di rumah sakit. Dalam 72 jam
11 orang akan berkembang menjadi Acute Kidney Injury (AKI) dan 6 orang akan mengalami
gagal ginjal. Untuk derajat ringan mortalitasnya mencapai 2,22% sedangkan untuk derajat
berat mencapai 45,63%5. Kematian dapat terjadi pada 1-2 minggu pada pankreatitis akut
oleh karena gagal organ multipel. Kematian pankreatitis akut berat pada minggu pertama
lebih dari setengahnya. (Ken Fuida, 2013)
Berdasarkan latar belakang diatas perlu dipahami bahwa, pankreatitis akut dapat
menyerang secara tiba-tiba dan dapat terjadi pada siapa saja baik laki-laki maupun
perempuan dengan kategori mulai usia dewasa hingga lansia. Oleh karenanya sebagai
seorang mahasiswa perlu adanya pemahaman terkait konsep dasar penyakit dan manajemen
asuhan keperawatan gawat darurat terkait Pankreatitis Akut, yang mana tinjauan teorinya
akan dibahas dalam makalah ini dengan judul : “Konsep Dasar Penyakit dan Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat Pankreatitis Akut”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep dasar penyakit Pankreatitis Akut ?
2. Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan
Pankreatitis Akut ?
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu menerapkan
manajemen penatalaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada sistem
endokrindigestif dengan kasus Pankreatitis Akut
2) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit Pankreatitis Akut meliputi :
pengertian, etiologi patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, koplikasi,
penatalaksanaan medis serta algoritma penanganan penyakit
2. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan gawat darurat pada kasus
Pankreatitis Akut meliputi : algoritma manajemen keperawatan (WOC), pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan
Penulis dapat lebih memahami terkait konsep dasar pankreatitis akut serta asuhan
keperawatan gawat darurat pada pasien dengan kasus pankreatitis akut. Dengan adanya
pemahaman terkait konsep dasar dan asuhan keperawatan gadar pada kasus pankreatitis
akut maka diharapkan mahasiswa mampu menerapkan manajemen asuhan keperawatan
pada pasien dengan kegawatan pankreatitis akut. Secara langsungpun penulis telah
membagikan ilmu teori yang dimilikinya kepada para pembaca.
2. Bagi Pembaca
Dengan ditulisnya makalah ini pembaca dapat mengetahui ilmu teoritis terkait konsep
dasar pankreatitis akut serta asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan kasus
pankreatitis akut. Sehingga, pembaca dapat memahami serta menerapkan manajemen
keperawatan gawat darurat bila menemui pasien dengan kasus pankreatitis akut
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian
Pankreatitis adalah peradangan kelenjar pankreas atau radang pankreas yang disertai
manifestasi lokal dan sistemik dan kebanyakan bukan disebabkan oleh infeksi bakteri atau
virus namun akibat autodigesti oleh enzim pancreas yang keluar dari saluran pankreas.
(Cahyono, 2014). Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana
enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas.
(Doengoes, 2000;558)
Secara klinis pankreatitis akut ditandai oleh nyeri perut yang akut disertai dengan
kenaikan enzim dalam darah dan urin. Berdasarkan definisi, pada pankreatitis akut
bersifat reversibel jika stimulus pemicunya dihilangkan; pankreatitis kronik
diartikan sebagai desktruksi parenkim eksokrin pankreas yang bersifat
ireversibel. (Badiu, 2016)
2.1.2 Etiologi
a. Alkohol
Pada sepertiga sampai dua pertiga pasien, pankreatitis disertai dengan adanya batu
empedu yang diduga menyebabkan trauma sewaktu pasae batu, atau menyebabkan
sumbatan.
c. Infeksi
Infeksi bakteri maupun virus dapat mengakibatkan pankreatitis akut. Adapun contoh
bakteri dan virus yang menyerang yakni : Mycoplasma pneumoiniae, Coxsackievirus dan
Parotitis.
d. Trauma
2.1.3 Patofisologi
Secara makroskopik, pankreas membengkak secara difus dan tampak pucat. Tidak
didapatkan nekrosis atau perdarahan, atau bila ada, minimal sekali. Secara mikroskopik,
daerah intersitial melebar karena adanya edema ekstraselular, disertai sebaran sel-sel
leukosit polimorfonuklear (PMN). Saluran pankreas dapat terisi dengan bahan-bahan
purulent dan tidak didapatkan destruksi asinar.
b. Pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik
Secara makroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas disertai dengan perdarahan dan
inflamasi. Tanda utama adalah adanya nekrosis lemak pada jaringan-jaringan di tepi
pankreas, nekrosis parenkim dan pembuluh-pembuluh darah sehingga mengakibatkan
perdarahan dan dapat mengisi ruangan retroperitoneal. Bila penyakit berlanjut, dapat timbul
abses atau daerah-daerah nekrosis yang berdinding, yang subur untuk timbulnya bakteri
sehingga dapat menimbulkan abses yang purulen. Gambaran mikroskopis adalah adanya
nekrosis lemak dan jaringan pankreas, kantong-kantong infiltrat yang meradang dan
berdarah ditemukan tersebar pada jaringan yang rusak dan mati.
Pankreatitis akut dimulai sebagai suatu proses autodigesti di dalam kelenjar akibat
aktivasi prematur zimogen (prekursor dari enzim digestif) dalam sel-sel asinar pankreas.
Enzim ini dikeluarkan melalui duktus pankreas. Gangguan sel asinar pankreas dapat terjadi
sebab :
Penyebab tersering obstruksi adalah batu empedu kecil (microlithiasis) yang terjebak
dalam duktus. Sebab lain adalah karena plug protein (stone protein) dan
spasme sfingter Oddi pada kasus pankreatitis akibat konsumsi alkohol.
b) Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada
abdomen. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda
yang fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi
peritonitis.
d) Kekakuan otot
f) Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya
berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala
panas sekitar abdomen, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi.
h) Syok
j) Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta basah
disamping gejala hipotensi.
k) Gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan gas
darah abnormal.
5) Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan dengan
pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya udara bebas intra
peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan abses, kalsifikasi pankreas.
6) Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas (kadar
normal tidak menyingkirkan penyakit).
8) Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi lebih
lama.
10) Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas kapiler
dan transudasi cairan kearea ekstrasel).
11) Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul penyakit
(biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai nekrosis pankreas).
12) Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster; hiperkalemia
dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis, insufisiensi ginjal.
13) Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen penyebab
pankreatitis akut.
14) LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena gangguan
bilier dalam hati.
15) Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin
menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi)
sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam pankreas atau area
retroperitoneal.
16) Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama serangan
awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya kerusakan sel beta dan
nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk. Urine analisa; amilase, mioglobin,
hematuria dan proteinuria mungkin ada (kerusakan glomerolus).
17) Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal pencernaan
lemak dan protein.
2.1.6 Komplikasi
• Nekrosis pankreas. Nekrosis pankreas terjadi karena adanya sekresi pankreas yang
mengalami refluk ke pankreas setelah dari empedu yang dapat mengakibatkan kerusakan
pada pankreas.
• Syok dan kegagalan organ multiple. Syok dan kegagalan organ terjadi karena adanya
penurunan volume cairan yang dapat berakibat pada penurunan volume darah dan
vaskulerissai,sehingga organ dapat mengalami kegagalan fungsi akibat penurunan
perfusi.
• Gagal ginjal
2.1.7 Penatalaksanaan
e) Intervensi Bedah ; meskipun pasien yang berada dalam keadaan sakit berat
mempunyai risiko bedah yang buruk, namun pembedahan dapat dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnosa pankreatitis, untuk membentuk
kembali drainase pancreas atau untuk melakukan reseksi atau pengangkatan
jaringan pancreas yang netrotik.
13
2.2 Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Kasus Pankreatitis Akut
14
2.2.2 Pengkajian Keperawatan
1.) Anamnesa
a. Biodata atau Identitas Pasien
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan. Dimana beberapa faktor tersebut dapat
menempatkan pasien pada resiko pada pankreatitis akut.
b. Keluhan utama
Nyeri hampir selalu merupakan keluhan yang diberikan oleh pasien dan nyeri dapat
terjadi di epigastrium, abdomen bawah atau terlokalisir pada daerah torasika posterior dan
lumbalis. Nyeri bisa ringan atau parah atau biasanya menetap dan tidak bersifat kram
(Sabiston, 1994).
Riwayat kesehatan juga mencakup pengkajian yang tetap tentang nyeri, lokasi, durasi,
faktor-faktor pencetus dan hubungan nyeri dengan makanan, postur, minum alkohol,
anoreksia, dan intoleransi makanan (Hudak dan Gallo, 1996).
• ulkus peptikum
• gagal ginjal
• vaskular disorder
• hypoparathyroidism
• hyperlipidemia
Kaji apakah pasien pernah mengidap infeksi virus dan buat catatan obat-obatan yang
pernah digunakan (Donna D, 1995).
Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap pankreatitis dan penyakit
biliaris (Donna D, 1995).
f. Pengkajian psikososial
Penggunaan alkohol secara berlebihan adalah hal yang paling sering menyebabkan
pankreatitis akut. Perlu dikaji riwayat penggunaan alkohol pada pasien, kapan paling sering
pasien mengkonsumsi alkohol. Kaji apakah pasien pernah mengalami trauma seperti
kemtian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan yang berkontribusi terhadap peningkatan
penggunaan alkohol. (Donna D, 1995)
g. Pola aktivitas
Pasien dapat melaporkan adanya steatorea (feses berlemak), juga penurunan berat badan,
mual, muntah. Pastikan karakteristik dan frekuensi buang air besar (Huddak & Gallo, 1996).
Perlu mengkaji status nutrisi pasien dan cacat faktor yang dapat menurunkan kebutuhan
nutrisi. (Suzanna Smletzer, 1999).
Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi, dan penurunan tekanan darah (Donna D,
1995). Demammerupakan gejala yang umum biasanya (dari 39° C). demam berkepanjangan
dapat menandakan adanya komplikasi gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis,
kolesistitis atau absese intra abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
B1: Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain : dispnea,
takipnea, hipernea pada pernafasan (karena tedapat distensi abdomen).
B2:
• Pada TTV: Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi (karena terjadi kompensasi
terhadap nyeri.
B3: adanya nyeri pada abdomen, pada punggung dan nyeri tekan pada epigastrium.
• Auskultasi : bising usus dan gaster mungkin meningkat sebagai respon mekanik terhadap
peradangan pankreas.
b. Sistem gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga terdapat distensi abdomen bagian
atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus menurun atau hilang karena efek proses
peradangan dan aktivitas enzim pada motilitas usus. Hal ini memperberat
ketidakseimbangan cairan pada penyakit ini. Pasien dengan penyakit pankreatitis yang parah
dapat mengalami asites, ikterik dan teraba massa abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
c. Sistem Kardiovaskular
Efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam sirkulasi adalah vasodilatasi perifer yang
pada gilirannya dapat menyebabkan hipotensi dan syok. Penurunan perfusi pankreas dapat
menyebabkan penurunan faktor depresan miokardial (MDF). Faktor depresan miokardial
diketahui dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Seluruh organ tubuh kemudian
terganggu (huddak & Gallo, 1996).
d. Sistem sirkulasi
Resusitasi cairan dini dan agresif diduga dapat mencegah pelepasan MDF. Aktivasi
tripsin diketahui dapat mengakibatkan abnormalitas dalam koagulitas darah dan lisis bekuan.
Koagulasi intravaskular diseminata dengan keterkaitan dengan gangguan perdarahan
selanjutnya dapat mempengaruhi keseimbangan cairan (Sabiston, 1994).
e. Sistem respirasi
f. Sistem metabolisme
g. Sistem urinari
Oliguria, azotemia atau trombosis vena renalis bisa menyebabkan gagal ginjal (Sabiston,
1994).
h. Sistem neurologi
Kaji perubahan tingkah laku dan sensori yang dapat berhubungan dengan penggunaan
alkohol atau indikasi hipoksia yang disertai syok (Donna D, 1995)
i. Sistem integumen
Membran mukosa kering, kulit dingin dan lembab, sianosis yang dapat mencerminkan
dehidrasi ringan sampai sedang akibat muntah atau sindrom kebocoran kapiler. Perubahan
warna keunguan pada panggul (tanda turney grey) atau pada area periumbilikus (tanda
cullen) terjadi pada nekrosis hemoragik yang luas (Sandra M, 2001).
(D.0077) Goal : Klien akan terbebas dari nyeri akut selama dalam
perawatan
Objective : Klien tidak akan mengalami agen cedera (biologi) selama dalam perawatan.
Outcomes : selama perawatan, klien :
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
menunjukkan postur rileks
menunjukkan tanda-tanda vital normal.
Intervensi:
Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
R/ Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya
dan meningkatkan istirahat/relaksasi.
Berikan latihan rentan gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah
leher/bahu.
R/ Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi
nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting. R/ Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein.
R/ Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.
Goal : Klien akan meningkatkan volume cairan yang adekuat selama dalam perawatan.
Objektif : Klien tidak akan mengalami kehilangan cairan aktif selama dalam perawatan.
Outcomes : selama perawatan, klien memperlihatkan :
Keluaran urine dalam batas normal
Konsentrasi urine dalam batas normal
BB normal
Turgor kulit normal
TD normal
Kulit/membrane mukosa lembab
Tidak adanya tanda dan gejala
dehidrasi Intervensi :.
Jelaskan alasan kehilangan cairan dan ajarkan kepada pasien cara memantau
volume cairan. (contohnya dengan mencatat berat badan setiap hari dan
mengatur asupan serta haluaran).
R/ tindakan ini mendorong keterlibatan pasien dalam perawatan personal.
Selimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Hindari terlalu panas.
R/ untuk mencegah vasodilatasi dan berkurangnya volume darah sirkulasi.
Periksa berat jenis urine tiap 8 jam.
R/ peningkatan berat jenis urine dapat mengindikasikan dehidrasi.
Kaji turgor kulit dan membrane mukosa mulut setiap 8 jam.
R/ memeriksa dehidrasi. Berikan perawatan mulut dengan cermat setiap 4
jam.menghindari dehidrasi membrane mukosa merupakan indikator yang baik
untuk status cairan.
Pantau dan catat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai
keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat tanda-tanda vital setiap 4
jam.
R/ takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat mengindikasikan kekurangan volume
cairan atau ketidakseimbangan elektrolit.
2.2.5 Penelitian Jurnal Terkait Kasus Pankreatitis Akut
Jurnal penelitian terkait pankreatitis aku terlampir.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pankreatitis akut adalah peradangan kelenjar pankreas atau radang pankreas yang disertai
manifestasi lokal dan sistemik dan kebanyakan bukan disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus namun akibat autodigesti oleh enzim pancreas yang keluar dari saluran
pankreas
b. Etiologi dari Pankreatitis akut antara lain disebabkan oleh : konsumsi alcohol, infeksi
bakteri dan virus, trauma dan lainnya
c. Tanda dan gejala yang khas dari Pankreatitis akut yaitu : adanya nyeri abdomen, pola
nafas tidak efektif, tekanan darah menurun, frekuensi menurun, bising usus menurun.
d. Komplikasi dari Pankreatitis akut yakni : nekrosis pancreas, kegagalan fungsi organ dan
gagal ginjal
e. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam sistem kegawatan penyakit Pankreatitis akut
adalah : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hambatan upaya nafas, Nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis, Hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit, dan Hipovolume berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.
3.2 Saran
Dengan adanya pemahaman terkait konsep dasar dan asuhan keperawatan gadar
pada kasus Pankreatitis Akut maka diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
manajemen asuhan keperawatan pada pasien dengan kegawatan Pankreatitis Akut sesuai
dengan prioritas masalah dan diagnose keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
- Doughty, D. D & Jackson D. B.. Gastrointestinal Disorders. 1993. St Louis:
Mosby Clinical Series.
- Smeltzer, S. C & Bare, B. G.. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8,
Vol.2. 2001. EGC: Jakarta
- NANDA. 2009-2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
2011.EGC: Jakarta
- Taylor, Cynthia. M.. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Ed.10.
2010. EGC: Jakarta
- Doengoes, Marilynn, dkk. Rencana Asuhan Keperawtan. Edisi.3. 2000. EGC :
Jakarta.
- Riyadi, Sujoyo Sakarmin. Askep pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan
Endokrin pada Pankreas. 2008. Graha Ilmu : Jogjakarta
- Sylvia A.Price,Lorraine M,wilson.Patofisiologi. 2005.EGC: Jakarta.
- Doenges, Marilyan E . (2000) . Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi 3 . Jakarta :
EGC
- Smeltzer , Suzanne C . Bare, Breda G . (2002) . Buku Ajaran
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth . Edisi 8 . Jakarta ;: EGC
- Sweringen . (2001) . Keperawatan Medikal Bedah . Edisi 2 . Jakarta :EGC
- Cahyono, Suharjo B. Tata Laksana Terkini Pankreatitis Akut.
Medicinus 2014; 27(2):44-50
- Badiu, Popa., Rusu, OC., Grigorean, VT., Neagu, SI., Strugaru, CR. Mortality
2016;1: 1-7
1996-2002
Acute Pancreatitis by PANC 3 score. ABCD Ar Bras Cir Dig 2013;26(2): 133-
135
Pancreatitis.
2014;90(9): 632-639
- Valette, Xavier MD., Cheyron, Damien du. Cullen’s and Grey Turner’s