Dosen : Wantonoro;M.Kep,.Sp.Kep.M.B.,Ph.D
Disusun oleh:
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
2
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................3
Pendahuluan....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan Umum...................................................................................................4
1.4 Manfaat..............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................5
A. Pengertian.............................................................................................................5
B. Etiologi...................................................................................................................5
C. Tanda dan gejala..................................................................................................7
D. Anatomi dan Fisiologi..........................................................................................8
E. Patofisiologi...........................................................................................................9
F. Pathways..............................................................................................................10
BAB III...........................................................................................................................11
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................11
A. Kasus....................................................................................................................11
C. Diagnosa prioritas..............................................................................................12
D. Intervensi.............................................................................................................12
Daftar Pustaka...............................................................................................................18
LAMPIRAN...................................................................................................................19
2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
3
minggu pada pankreatitis akut oleh karena gagal organ multipel. Kematian
pankreatitis akut berat pada minggu pertama lebih dari setengahnya. Berdasarkan
penelitian kohort, mortalitas pankreatitis akut secara keseluruhan mencapai 2,83%
(17 kematian/600 pasien). Untuk derajat berat pankreatitis akut mencapai 28,3%,
sedang 0,6%, dan ringan 0,3%2
1.4 Manfaat
Untuk memenuhi tugas KMB 3 case study dan menambah pengetahuan serta
informasi tentang pankreatitis akut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Pankreas akut adalah inflamasi pankreas yang ditandai autodigesti
pankreas oleh enzim pankreas. Sel-sel pankreas mengalami cidera atau kematian
sehingga terbentuk daerah nikrosis dan perdarahan. (Elizabeth J. Corwin, 2008).
Pankreas akut merupakan kedaruratan gastrointestinal yang sering
ditemukan diklinik. (Arif Mansjoer, 1999).
Pankreas akut adalah suatu inflamasi pada pankreas, bervariasi dari
edema sampai dengan perdarahan hebat yang mengakibatkan kerusakan
pankreas. (Franssisca B. Batticaca, 2009).
B. Etiologi
Etiologi pankreas akut :
Dapat terjadi akibat penyumbatan duktus pankreatikus, biasanya
disebabkan batu empedu di duktus biliariskomunis. (Elizabeth J. Corwin, 2008).
Etiologi pankreas akut :
1. Minum alkohol (alkohotisme akut dan kronis),
2. Penyakit saluran empedu (batu empedu),
3. Post operasi (abdomen, non abdomen),
4. Metabolik (hipertrigliseridemia, sindrom defisiensi apolipoprotein CLL),
hiperkalsemia (misal hiperparatiodisme akibat obat), gagal ginjal, post
transplantasi ginjal, perlemakan hati akut pada kehamilan,
5. Pankreas herediter
a. infeksi gondongan (mumps), hepatitis virus, infeksi virus
(coxackievirus, echovirus), askariasis, mikroplasma.
b. Akibat obat
5
c. Hubungan definitif : azotiopirin 6-merkaptopurin, sulfonamid diuretik
tiazida, furosemid, estrogen (kontrasepsi oral), tetrasiklin, asam
voalpoat, pentamidin, dideoksinosin (dll)
d. Hubungan mungkin : asetaminoten, klortalidon, asam etakrinat,
prokainamid, eritromisin, L-asparaginase, metronidazol, obat anti-
inflamasi nonsteroid (AINS), penghambat angiotensin-converting
enzyme (ACVE).
6. Penyakit jaringan ikat dengan vaskulitis
a. Lupus eritomatosus sistemis
b. Angitis nekrotikans
c. Purpura trombositopenik trombotik
7. Ulkus : peptikum penetrans
8. Sumbatan ampula vater
a. Enteritis regionalis
b. Divertikulum duodenum
9. Pankreas divisum
10. Serangan berulang pankreatitis akut tanpa sebab yang jelas
a. Pertimbangkan saluran empedu atau duktus pankreatikus yang samar,
terutama batu empedu samar (mikrolitiasis, endapan)
b. Obat
c. Hipertrigliseridemia
d. Pankreas divisium
e. Kanker pankreas
f. Disfungsi sfingter oddi
g. Fibrosis kistik
h. Idiopatik sejati (Franssisca B. Batticaca, 2009).
Etiologi pankreas akut :
1. Alkohol
Dimungkinkan karena alkohol mempunyai efek toksik yang langsung
pada pankreas terutama pada orang-orang tertentu yang mempunyai kelainan
enzimatik yang tidak diketahui. Alkohol merangsang spincter oddi sehingga
6
terjadi spasme dan meningkatkan tekanan di dalam saluran bilier dan
saluran-saluran di dalam pankreas. Alkohol juga merangsang sekresi enzim
pankreas, sehingga mengakibatkan pankreastitis.
2. Penyakit-penyakit saluran empedu
Batu empedu yang terjepit pada ampulla vater atau spintcer oddi atau
adanya mikrolitiasis dapat mengakibatkan pankreatitis akut karena refluks
cairan empedu kedalam saluran pankreas. ( Iin inayah, 2004).
7
Tanda dan gejala pnakreatitis akut :
Anatomi pankreas :
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya mirip dengan kelenjar
ludah, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa.
Pamkreas terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Bagian yang paling lebar kepala
pankreas, letaknya disebelah kanan rongga abdomen dan didalam lekukan
duodenum, dan yang praktis melingkarinya. Badan pankreas bagian utama pada
organ pankreas letaknya dibelakang lambung dan didepan vetebra lumbalis ke-1.
Ekor pankreas bagian yang runcing disebelah kiri dan sebenarnya menyentuh
limpa.
Jaringan pankreas terdiri atas lobus sekretori yang tersusun mengitari saluran-
saluran halus. Saluran halus tersebut, mulai dari persambungan saluran-saluran
kiri ke kanan. Saluran-saluran kecil tersebut menerima saluran dari lobula lain
kemudian bersatu membentuk saluran utama yaitu duktus wirsung (duct of
wirsung).
8
Fisiologi pankreas :
1. Fungsi eksokrin dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang membentuk
getah pakreas yang berisi enzim dan elektrolit.
2. Fungsi endokrin tersebar diantara alveoli pankreas terdapat kelompok-
kelompok kecil sel epitelium, yang jelas terpisah dan nyata disebut
kepulauan langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin.
(Franssisca B. Batticaca, 2009).
E. Patofisiologi
Konsumsi alkohol, infeksi bakteri/ virus akan serta faktor-faktor yang
beresiko mengakibatkan edema pada pankreas (terutama daerah ampula vater).
Dengan demikian didalam pankreas akan terjadi peningkatan kadar enzim yang
mengakibatkan peradangan pada pankreas. Proses peradangan ini kalau
ditumpangi oleh mikroorganisme maka akan berakibat terbawanya toksik
kedalam darah yang merangsang hipotalamus untuk meningkatkan ambang suhu
tubuh (unsure panas).
Adanya refluk enzim agar meningkatkan volume enzim dan distensi pada
pankreas yang merangsang reseptor nyeri yang dapat dijalarkan ke daerah
abdomen dan punggung. Kondisi ini memunculkan adanya keluhan nyeri hebat
pada abdomen yang menjalar sampai punggung. Distensi pada pankreas yang
melampaui beban akan berdampak pada penekanan dinding duktus dan pankreas
serta pembuluh darah pankreas. Pembuluh darah dapat mengalami cidera bahkan
sampai rusak sehingga darah dapat keluar dan menumpuk pada pankreas atau ke
jaringan sekitar yang berakibat pada ekimosis pinggang dan umbilikus.
Kerusakan yang terjadi pada pankreas secara sistemik dapat meningkatkan
respon asam lambung sebagai salah satu pertahanan untuk mengurangi tingkat
kerusakan. Akan tetapi kelebihan ini justru akan merangsang respon gaster untuk
meningkatkan ritmik kontraksi yang dapat meningkatkan rasa mual dan muntah.
Mual akan berdampak pada penurunan intake cairan sedangkan muntah akan
berdampak pada peningkatan pengeluaran cairan tubuh. Dua kondisi ini
9
menurunkan volume dan komposisi cairan dalam tubuh yang secara otomatis
akan menurunkan volume darah. Penurunan volume darah inilah yang secara
klinis akan berakibat hipotensi pada penderita.
F. Pathways
- Alcohol - Obat-obatan
- Penyakit saluran empedu - Pasca operasi
(batu empedu)
- Infeksi virus
Inhibitor tripsin
Peradangan pancreas/inflamasi
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Mrs. Miller adalah wanita berusia 88 tahun yang mengalami keluhan mual,
muntah, dan sakit perut. Tanda vitalnya saat masuk adalah suhu 99,6 ° F (37,6 °
C), tekanan darah 113/82, denyut nadi 84, dan laju pernapasan 20. Tes
laboratoriumnya mengungkapkan jumlah sel darah putih (WBC) 13.000 / mm3,
kalium (K +) 3,2 mEq / L, lipase 449 unit / L, amylase 306 unit / L, total
bilirubin 3,4 mg / dL, bilirubin langsung 2,2 mg / dL, aspartate aminotransferase
(AST) 142 U / L, dan alanine aminotransferase (ALT) 390 U / L . Pemeriksaan
fisik menunjukkan perut buncit yang sangat lunak saat palpasi. Bunyi usus hadir
di keempat kuadran, tetapi hipoaktif. Mrs. Miller dirawat dengan diagnosis
pankreatitis akut. Dia tidak akan menyimpan apa pun melalui mulut (NPO).
Cairan intravena (IV) D51 / 2 NS dengan 40 mEq kalium klorida (KCl) per liter
pada 100 mL per jam ditentukan. Penyedia layanan kesehatan meresepkan
administrasi lanjutan dari obat-obatan preadmission, yaitu, pantoprazole sodium
dan levothyroxine sodium (dalam bentuk IV karena klien adalah NPO) dan
spironolactone (tersedia dalam bentuk oral), dan menambahkan resep IV
metoclopramide dan morfin sulfat. Sebuah tabung nasogastrik (NG) dimasukkan
dan dilekatkan pada suction dinding rendah.
Tabung NG Mrs. Miller mengeringkan drainase berwarna kuning-cokelat.
Rasa sakitnya dikelola secara efektif dengan IV morfin 4 mg setiap empat jam.
Bu Miller cemas dan memiliki banyak pertanyaan untuk perawat: “Apa ujian
yang saya lakukan hari ini? Apa itu pankreatitis? Apakah saya perlu menjalani
operasi? Mengapa mereka memasukkan tabung ini ke hidungku? Kapan saya
bisa makan makanan asli?
B. Analisa Data
11
pasien mengeluh Cairan Aktif
mual, muntah
Do :
Metoklopramid
Perut buncit
Bunyi perut hipoaktif
Terapi cairan
3. Ds : Nyeri akut Agen cidera biologis
Pasien mengeluh
sakit perut
Do :
Diberikan morfin
sulfat
C. Diagnosa prioritas
1. Nyeri akut
2. Resiko Kekurangan Volume cairan
3. Hipertermi
D. Intervensi
12
pernah intensitas atau beratnya
menunjukkan) nyeri dan factor pencetus.
Menggambarkan Evaluasi bersama klien
factor penyebab dan petugas lainnya
dari skala 4 (sering mengenai efektivitas
menunjukkan) ke tindakan pengedalian
skala 1 (tidak nyeri yang pernah
pernah digunakan sebelumnya
menunjukkan) Berikan informasi
Mmenggunakan mengenai nyeri,sperti
analgesic yang penyebab nyeri, berapa
direkomendasikan lama nyeri akan
dari skala 5 (secara dirasakan, dan antisipasi
konsisten ketidaknyamaanan dari
menunjukkan) ke prosedur
skala 1 (tidak Pilih dan
pernah implementasikan
menunjukkan) tindakan yang beragam
Mengenali apa (misalnya, farmakologi,
yang terkait non farmakologi,
dengan gejala interpersonal) untuk
nyeri. Dari skala 4 memfasilitasi penurunan
(sering nyeri, sesuai kebutuhan
menunjukkan) ke Ajarkan prinsip – prinsip
skala 1 (tidak manajemen nyeri
pernah Gali penggunaan metode
menunjukkan) farmakologi yang dipakai
Melaporkan nyeri psien saat ini untuk
yang terkontrol menurunkan nyeri
dari skala 4 (sering Ajarkan metode
menunjukkan) ke farmakologi untuk
13
skala 1 (tidak menurunkan nyeri
pernah
menunjukkan)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan,
diharapkan klien dapat
menunjukkan Tingkat
Nyeri dengan indikator :
Nyeri yang
dilaporkan dari
skala 2 (cukup
berat) ke skala 5
(tidak ada)
Panjangnya
episode nyeri dari
skala 2 (cukup
berat) ke skala 5
(tidak ada)
14
terganggu) ke gejala perubahan cairan
skala 5 (tidak Monitor BB
terganggu) periksa turgor kulit
Output urin dari dengan memegang
skala 3 (cukup jaringan sekitar (seperti
ternganggu) ke :tangan, atau tulang
skala 5 (tidak kering, mencubit kulit
terganggu) dengan lembut, pegang
Perfusi jaringan dengan kedua tangan dan
dari skala 3 (cukup lepaskan)
terganggu) ke Monitor asupan dan
skala 5 (tidak pengeluaran
terganggu) Berikan cairan dengan
tepat
3. Hipertermi b.d Setelah dilakukan Perawatan demam :
Penyakit tindakan keperawatan, Monitor warna kulit dan
diharapkan klien dapat suhu
menunjukkan Monitor asupan dan
termoregulasi dengan pengeluaran, sadari
indikator : perubahan kehilangan
tingkat pernafasan cairan yang tidak
dari skala 1 dirasakan
(sangat terganggu) Pantau suhu dan tanda –
ke skala 5 (tidak tanda vital lainnya
terganggu) Berikan obat atau cairan
peningkatan suhu IV
kulit 3 (cukup Fasilitasi istirahat ,
terganggu) ke terapkan pembatasan
skala 5 (tidak aktivitas : jika diperlukan
terganggu)
hipertemia dari
15
skala 1 (sangat
terganggu) ke
skala 5 (tidak
terganggu)
dehidrasi dari
skala 1 (sangat
terganggu) ke
skala 5 (tidak
terganggu)
16
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medika-Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Mnsjoer, Arif & Triyanti, Kuspuji dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media
Aesculatius
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.
17
LAMPIRAN
18
Anda mendefinisikan pankreatitis kronis?
19
Pada kasus Mrs. Miller mengalami keluhan mual, muntah, dan sakit perut.
Ditemukan tekanan darah 113/82 mmHg (120/90 mmHg). Tes laboratorium
mengungkapkan jumlah sel darah putih (WBC) 13.000 / mm3 (4500 –
10.000), lipase 449 unit / L (10 – 140), amylase 306 unit / L (30 – 100),
bilirubin total 3,4 mg / dL (0,3 - 1,0 mg / dL), bilirubin langsung 2,2 mg /
dL. Pemeriksaan fisik mengungkapkan perut buncit. Suara usus hadir di
keempat kuadran, tetapi hipoaktif.
6. Identifikasi kemungkinan penyebab pankreatitis akut. Diskusikan fisiologi dari
dua penyebab utama pankreatitis akut di Amerika Serikat, dan catat individu
mana yang paling berisiko.
Pancreatitis akut atau inflamasi pankreas disebabkan oleh pelepasan enzim-
enzim (khusus nya oleh tripsin) pencernaan ke dalam jaringan pankreas dan
jaringan yang ada disekitarnya sehingga terjadi auto-digesti. Dalam keadaan
normal, enzim-enzim ini berada dalam bentuk inaktif sampai getah pankreas
mencapai lumen duodenum spasme dan edema pada ampula vater yang
terjadi akibat duodenitis kemungkinan dapat menimbulkan pancreatitis.
Pankreastitis akuut lebih banyak terjadi pada pria. Pada pria lebih banyak
dihubungkan dengan alcohol, sedangkan pada wanita lebih sering
dihubungkan dengan penyakit saluran blier (saluran empedu). Berdasarkan
ras, risiko keturunan Afrika-Amerika berumur 35-64 tahun adalah 10 kali
lipat lebih tinggi dari pada ras kaukasia pada tiap kelompok umur.
20
Skor Glasgow
Parameter Nilai
Umur >55 tahun
Serum albumin <3,2 g/dL
PaO2 <60 mmHg
Kalsium serum <8 mg/dL
Glukosa darah >180 mg/dL
Laktat >600 U/L
dehidrogenase
Urea serum >45 mg/dL
Aspartate/Alanine >100 U/L
transaminase
Hitung leukosit >15.000/mm3
Keterangan: setiap parameter yang ditemukan dalam 48 jam pertama setelah
onset penyakit, bernilai 1
Skor Ranson
Parameter Nilai
Saat masuk/ Diagnosis
Umur >55 tahun
Hitung Leukosit >16.000/mm3
Glukosa Darah >200 mg/dL
Serum Laktat >350 U/L
dehidrogenase
Aspartate/Alanine >250 U/L
transaminase
Saat 48 Jam pertama
Hematokrit Turun > 10%
BUN Naik >5mg/dL
Kalsium serum <8mg/dL
Defisit basa >5 mEq/L
Fluid sequestration >6000 mL
PaO2 <60 mmHg
Keterangan : setiap parameter yang ditemukan bernilai 1.
21
Perawatan untuk pankreastitis akut
1. Pemberian analgesik
2. Nutrisi parenteral berupa cairan elektrolit, nutrisi
3. Penghisapan cairan lambung (suction)
4. Pemasangan pipa nasagastrik (NGT)
Mrs. Miller diberikan NGT karena dapat berguna untuk dekompresi apabila
terdapat ileus paralistik, mengendalikan mual muntah dan mencegah asprasi.
Dan Mrs. Miller juga diberikan penghisapan (suction) karena untuk
mengurangi pelepasan gastric dari lambung dan mencegah isi lambung
masuk duodenum untuk mengurangi rangsangan pada pancreas.
22
mencegah hipokalemia. Contoh diuretik lain golongan ini antara lain adalah
amiloride, eplerenone, dan triamterene.
11. Karena Ny. Miller adalah NPO, perawat harus memberikan spironolakton oral
melalui tabung NG. Apakah pantas untuk menghancurkan obat ini? Mengapa
atau mengapa tidak? Intervensi apa yang harus diambil perawat setelah
pemberian obat untuk memfasilitasi penyerapan?
dan dua diagnosis keperawatan tambahan yang harus dipertimbangkan perawat.
Perawatan untuk pankreastitis akut
a. Pemberian analgesik
b. Nutrisi parenteral berupa cairan elektrolit, nutrisi
c. Penghisapan cairan lambung (suction)
d. Pemasangan pipa nasagastrik (NGT)
Mrs. Miller diberikan NGT karena dapat berguna untuk dekompresi apabila
terdapat ileus paralistik, mengendalikan mual muntah dan mencegah asprasi.
Dan Mrs. Miller juga diberikan penghisapan (suction) karena untuk
mengurangi pelepasan gastric dari lambung dan mencegah isi lambung
masuk duodenum untuk mengurangi rangsangan pada pancreas.
Karena klien adalah NPO, jadi nutrisi dan obat-obatan oral masuk
melalui NGT. Obat Spinorolakton oral harus dihancurkan setelah itu
dilarutkan sebelum di masukkan ke dalam selang NGT. Hal ini dilakukan
agar penyerapan obat dapat berjalan dengan baik Intervensi yang diberikan
perawat setelah pemberian obat untuk memfasilitasi penyerapan adalah :
23
f. Hindari mengonsumsi minuman beralkohol ketika sedang menjalani
pengobatandengan spironolactone.
12. Jenis diet apa yang akan dilakukan Ny. Miller sebelum status NPO-nya
dihentikan? Jenis cairan apa yang diizinkan dalam diet ini?
Untuk status NPO-nya dihentikan: setelah gejala akut mereda,pemberian
nutrisi oral dapat dimulai secara bertahap. Diantara serangan – serangan
yang akut, diet lunak tinggi karbohidrat tetepi rendah lemah dan protein.
Makanan yang berat dan minuman beralkohol harus dihindari.( Brunner &
Suddarth: 2002)
Pada pankreatitis akut ringan, pemberian makan secara enteral dapat dimulai
secepatnya apabila tidak terjadi mual, muntah, nyeri perut telah hilang
(rekomendasi kondisional, moderate quality of evidence). Pada pankreatitis
akut pemberian makan dengan diet pada serta rendah lemak tampaknya
aman sama seperti pemberian diet cair (rekomendasi kondisisonal, moderate
quality of evidence). Pada pankreatitis akut berat pemberian nutrisi enteral
direkomendasikan untuk mencegah komplikasi infeksi. Nutrisi parenteral
sebaiknya dihindari, kecualinrute enteral tidak tersedia, tidak ditoleransi,atau
tidak ter atau tidak mencukupi kebutuhan kalori (rekomendasi kuat, high
quality of evidence). Pemberian makanan enteral secara nasogastrik dan
nasoyeyunal tampaknya setara dalam efikasi dan keamanan (rekomendasi
kuat, moderate quality of evidence). (Hamzah Pratama, RSU Siloam
Tanggerang. Vol.43 no.3,th.2016)
24