Anda di halaman 1dari 13

Cost Benefit Analysis (CBA)

Contoh Analisis Pengembangan Klinik Gigi Dengan Menggunakan Cost Benefit


Analysis (CBA) Sederhana

1. Cost Benefit Analysis


Salah satu metode evaluasi manjemen yang banyak digunakan adalah Cost Benefit Analysis
atau Benefit-Cost Analysis. Metode ini juga dapat dipergunakan untuk perencanaan
pengembangan sebuah proyek sehingga dianggap layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan.
Tujuan Cost Benefit Analysis adalah memberikan sebuah evaluasi yang konsisten terhadap
sebuah keputusan dan berbagai konsekuensi yang timbul dari pengambilan keputusan ini
(Stern, Nicholas and Dreze, Jean: 910-911). Lebih lanjut disebutkan bahwa Cost-Benefit
Analysis (CBA) adalah alat analisis untuk menilai keuntungan atau kerugian dari sebuah
investasi dari segi ekonomi (European Commision Directorate-General for Regional and
Urban Policy, 2015).

1.1 Konsep Dasar CBA


Keputusan menilai biaya dan manfaat untuk menilai perubahan kesejahteraan dalam kerangka
analisis dari CBA mengacu pada konsep dasar sebagai berikut (European Commision
Directorate-General for Regional and Urban Policy, 2015) :

1) Opportunity cost
Dalam memutuskan sebuah investasi tentunya akan muncul biaya sebagai bagian awal
pengembangan sebuah proyek. Dengan analisis ini diharapkan muncul sebuah analisis
alternatif perhitungan biaya yang terbaik diantara berbagai kemungkinan alternatif investasi
yang lain.

2) Perspektif jangka panjang


Dalam analisis ini dapat diperhitungkan kemungkinan perjalanan sebuah proyek dalam jangka
minimal 10 tahun sampai maksimal 30 tahun. Sehingga harus menetapkan perkiraan
pandangan waktu yang tepat, berbagai harapan adanya keuntungan yang didapat dari investasi

1
di masa yang akan datang, mengadopsi berbagai potongan biaya yang mungkin terjadi, atau
biaya yang mungki terjadi di masa yang akan datang.

3) Penghitungan kinerja Ekonomi


Penggunaan CBA yang telah ditetapkan dalam proyek, ditujukan untuk memberikan nilai
moneter untuk semua sisi positif (manfaat) dan sisi negatif (biaya) dari sebuah proyek. Nilai-
nilai ini dihitung untuk kemudian untuk mendapatkan keuntungan total bersih total bersih.
Proyek
kinerja secara keseluruhan diukur dengan indikator, yaitu Net Present Value Ekonomy
(ENPV), dan Tingkat Ekonomy of Return (ERR), yang memungkinkan perbandingan dan
peringkat untuk proyek atau alternatif keunggulannya

4) Pendekatan Mikroekonomi
Pendekatan ini memungkinkan penilaian dampak proyek terhadap
masyarakat secara keseluruhan melalui perhitungan indikator kinerja ekonomi, sehingga
diharapkan dapat membawa kesejahteraan.

5) Incremental approach
Konsep CBA memungkinkan membandinkan berbagai proyek dalam waktu tertentu atau
membandingkan sebuah kelayakan sebuah proyek.

1.2 Langkah-langkah pengukuran CBA


Menurut Emira, Wuri et al (2012), dalam penghitungan Cost Benefit Analysis terdapat beberapa
langkah yang harus dilakukan, sebagai berikut:
a. Identifikasi Alternatif dan Intervensi yang Akan Dianalisis
b. Melakukan Identifikasi Biaya dari Masing-Masing Alternatif atau Intervensi
c. Menghitung Total Biaya dari Masing-Masing Alternatif atau Intervensi

2
AIC = IIC (1+n)k
l
Dimana
AIC : Annual Investment Cost
IIC : Initial Investment Cost
n : inflasi
k : masa pakai
l : masa hidup
Perhitungan biaya non investasi hanya dengan menjumlahkan seluruh biaya pertahun. Hasil
akhir penjumlahan seluruh biaya adalah Present Value Cost (PV cost) atau total biaya.
d. Mentransformasi Manfaat dalam Bentuk Uang
e. Menghitung Total Benefit
f. Menghitung Rasio Benefit (Discounting)
Menghitung Discount factor =
1
(1+i)
Keterangan : i = Annual Interest Ratio

3
g. Dilakukan Analisis Untuk Menentukan Pilihan terhadap Alternatif yang ada
Langkah selanjutnya setelajh data tentang total biaya dan manfaat sudah tersedia maka
dilakukan perhitungan
NPV (Nett Present Value) = PV Benefit - PV Cost
Kemudian dihitung Rasio Biaya Manfaat (Cost Benefit Ratio) untuk setiap intervensi.
Bila intervensi yang dianalisa lebih dari 2 maka dapat dibuat tabel untuk memudahkan
dilakukannya analisis setiap intervensi.
Ratio B/C= PV Benefit
PV Cost

2. Konsep Klinik dan Praktik Dokter Gigi


Dalam mendirikan sebuah klinik, diperlukan pemahaman yang komperhensif terhadap sebuah
regulasi. Peraturan tentang klinik gigi dapat disandarkan pada Permenkes no. 9 tahun 2014
tentang klnik dan Permenkes no. 28 tahun 2011. Dalam pasal 1 ayat 1 Permenkes no. 9 tahun
2014 disebutkan bahwa klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau
spesialistik.
Pada pasal 2 Permenkes no. 9 Tahun 2014 dijelaskan bahwa
Pada ayat 1) Berdasarkan jenis pelayanan, Klinik dibagi menjadi:
a. Klinik pratama; dan
b. Klinik utama.
Dalam ayat (2) dijelaskan bahwa Yang dimaksud Klinik pratama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik
umum maupun khusus. (3) Klinik utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan
medik dasar dan spesialistik.
Pada ayat (4) dijelaskan bahwa Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan cabang/disiplin ilmu atau
sistem organ. Selanjutnya pada ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Klinik dengan
kekhususan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur oleh Menteri
Lebih lanjut disebutkan dalam Undang-Undang no. 36 Tahun 2009 pasal 1 ayat 7 yang
disebut Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk

4
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Sesuai dengan Permenkes no. 46 tahun 2015 yang disebut klinik pratama adalah adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan
dengan menyediakan pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus.
Pada pasal 12 Permenkes no 9 Tahun 2014 disebutkan dalam ayat (1) bahwa Tenaga medis
pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri dari 2
(dua) orang dokter dan/atau dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.
Konsep, dasar hukum dan regulasi terkait pendirian klinik harus dipahami oleh dokter gigi.
Karena ini adalah landasan secara de jure dalam pendirian klinik gigi atau praktik dokter gigi.

3. Kerangka Konsep

Input
SDM
Dokter gigi 1
Dokter gigi 2
Administrasi
Asisten Dokter Gigi
Asisten Apoteker
Apoteker
Security

Faskes
Bangunan Proses
Perijinan Dokter Gigi Perencanaan
Penghitungan CBA Output :
Tanah
Pelaksanan Peningkatan kunjungan pasien
Papan Nama
Perijinan Klinik
SPAL
(sistem pengolahan air limbah)

Sasaran

Manajemen

Gambar 1 Kerangka Konsep Penghitungan CBA Klinik Gigi

5
4. Metode dan analisis
Metode Penilitian secara deskriptik Analitik dengan bantuan penghitungan CBA sederhana
dalam aplikasi Ms Excel terhadap sebuah Praktik Dokter Gigi yang diproyeksikan menjadi
Klinik Gigi X Dental, Kabupaten Sidoarjo

5. Pengolahan Data

Gambar 2. Input Biaya Investasi Tanah dan Bangunan dan Biaya Gaji

6
Gambar 3 Input Biaya Bahan Habis Pakai dan Biaya Rutin

Gambar 4a. Input Biaya Bahan Habis Pakai Medis (Gigi)

7
Gambar 4b. Input Biaya Bahan Habis Pakai Medis (Oral)

Gambar 5. Input Biaya Pemeliharaan dan biaya Peralatan

8
Gambar 6. Input Biaya Peralatan Kantor

6. Hasil dan Pembahasan


Studi ini melibatkan analisis sebuah Praktik Pribadi Dokter Gigi yang diproyeksikan menjadi
Klinik Dokter Gigi. Dengan adanya analisis CBA diharapkan untuk berkembang menjadi
klinik gigi yang lebih profesional dan diharapkan mampu menjawab tantangan.
6.1 Berbagai Upaya Untuk Peningkatan dan Pengembangan Klinik
6.1.1 Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi adalah hal penting dalam membuat sebuah klinik, tetapi bukan sebuah hal
utama. Dalam penentuan lokasi kami berusaha memilih lokasi yang tidak terlalu mahal dan
terjangkau. Memiliki potensi untuk berkembang dan relatif hidup untuk dipergunakan
perniagaan.
6.1.2 Peningkatan Kerjasama
Peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak adalah hal penting untuk meningkatkan
integritas klinik. Membuat hubungan baik dapat semakin meyakinkan integritas klinik di
masyarakat
Upaya kerjasama Rujukan juga dilakukan dengan teman sejawat, seperti spesialis Periodonsia
dan Spesialis Bedah Mulut. Untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien
6.1.3 Peningkatan pelayanan Pasien
Pelayanan kepada dilakukanpasien dengan sepenuh hati dan memberikan pelayanan yang
terbaik. Memberikan pelayanan dengan teknologi kedokteran gigi yang terkini dengan harga
terjangkau tetapi menggunakan bahan dan teknologi terkini. Selain itu mengupayakan
pemanfaatan Teknologi Informasi. Seperti media sosial, email dan media lain yang dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menjangkau keberadaan pasien.

9
6.2 Hasil Cost Benefit Analysis
Konsep ini kami tuangkan dalam analisis CBA yang akan kami tampilkan dalam aplikasi
excel sederhana yang kami buat
(Asumsi dalam jangka waktu analisis 10 tahun)
Asumsi yang dipergunakan :
1 Jangka waktu perhitungan analisis 10 tahun
2 Jumlah kunjungan pasien diperkirakan 10 orang/hari
3 Peningkatan kunjungan pasien diperkirakan 12% /tahun
4 Tarif rata rata pelayanan diperkirakan Rp. 250.000, perpasien
5 Gaji SDM diperkirakan naik 10% /tahun
6 Biaya bahan diperkirakan naik 7% /tahun
7 Biaya ATK diperkirakan naik 5% /tahun
8 Biaya Rutin diperkirakan naik 5% /tahun
9 Asumsi inflasi diperkirakan 12% /tahun
10 Hari kerja dihitung dari 6 hari kerja dipotong
libur nasional diperkirakan 310 hari
11 Ikut berpartisipasi membangun dan
memberdayakan masyarakat dengan
menyediakan dana CSR 5% /tahun
12 Asumsi biaya perijinan klinik naik setiap 6
5% tahun
13 Asumsi biaya perijinan dokter naik setiap 5
5% tahun
14 Hari Kerja adalah 310 hari dalam setahun,
seminggu 6 hari kerja di potong hari libur
nasional
Perencanaan Pendirian dan Pengembangan Klinik Gigi
Biaya Investasi Klinik Gigi (Total Fixed Cost)
N
O BIAYA INVESTASI JUMLAH
1 Biaya Investasi Tanah dan Bangunan 1.290.800.000
2 Biaya Peralatan Gigi 451.553.000
3 Biaya Peralatan Kantor 36.600.000
  Jumlah 1.742.353.000

Biaya Operasional Klinik Gigi (Total Variable Cost)


N
O NAMA BIAYA OPERASIONAL JUMLAH
1 Biaya Gaji 158.400.000
2 Biaya Bahan Habis Pakai 4.014.000
3 Biaya Rutin 26.400.000

10
4 Biaya Bahan Habis Pakai Medis 129.820.000
5 Biaya Pemeliharaan 45.000.000
  Jumlah 363.634.000

Gambar 7. Hasil Penghitungan CBA

Gambar 8. Interprestasi Penghitungan CBA

11
7. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
Dari penghitungan diperoleh Hasil,BCR (Benefit Cost ratio) diperoleh nilai 2,79 artinya lebih
besar dari nol, maka pendirian dan pengembangan Klinik Gigi X Dental dapat diterima dan
layak
Dari nilai NPV juga diperoleh bahwa pendirian dan pengembangan klinik Gigi X Dental
dapat diterima atau layak. Nilai Interval Rate Ratio (IRR) tingkat pengembalian hasil internal
diperoleh nilai 62% sehingga Proyek pembangunan dan Pengembangan Klinik Gigi X Dental
dapat diterima atau layak.

Saran
a. Ekspansi perencanaan pembelian satu unit bangunan dan tanah yang lokasinya tepat di
belakang klinik
b. Penambahan 1 dental unit
c. Peningkatan praktek bersama dokter gigi menjadi Klinik Gigi
d. Pembangunan Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL)
e. Penambahan tenaga apoteker dan asisten apoteker
f. Penambahan tenaga keamanan (Security)
g. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak
h. Selalu mengembangkan pengetahuan terbaru
i. Memperhatikan perkembangan kompetitor baik di dalam maupun di luar kota

12
Daftar Pustaka

Dreze,Jean and Stern, Nicholas. Handbook of Public Economics, Vol II, edited by A. J.
Auerbach and M. Feldstein. Elsiveier Science Publishers B.V (North-Holland). 1987:
910-911
European Commision Directorate-General for Regional and Urban Policy. Guide to Cost
Benefit Analysis of Investment Projects for Cohesion Policy 2014-2020. 2015. Eropa
Union. Printed in Italy
Emira, Wuri et al.Cost Benefit Analysis dan Cost Effectiveness Analyisis terhadap Poli THT
(Telinga Hidung dan Tenggorokan) dengan Poli Mata di Poliklinik Kurma Sejahera.
2012. Universitas Airlangga, Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Undang-Undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi
Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2014 tentang Klinik
Peraturan Menteri Kesehatan no 28 tahun 2011 tentang Klinik
Peraturan Menteri Kesehatan no. 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran

13

Anda mungkin juga menyukai