Setiap peserta BPJS Kesehatan tidak boleh lagi langsung berobat ke rumah sakit atau ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan kecuali dalam keadaan Gawat Darurat Medis atau emergency. Bahkan rumah sakit swasta atau klinik swasta yang belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan pun tidak boleh menolak pasien dengan kondisi gawat darurat. Biaya pelayanan dapat ditagihkan oleh pemberi pelayanan kepada BPJS Kesehatan dan peserta tidak dikenakan iuran biaya. Setiap peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat Peserta terdaftar. Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yaitu o Puskesmas, o Praktik dokter perorangan, o Praktik dokter gigi, o Klinik umum dan rumah sakit kelas D Pratama. o Jika di suatu daerah tidak ada dokter, maka BPJS Kesehatan dapat bekerjasama dengan bidan dan praktik perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar. • Hal ini bertujuan agar rumah sakit tidak menjadi “Puskesmas Raksasa”, dan tidak menangani kasus-kasus yang seharusnya bisa diselesaikan di FKTP. • Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap. • Jika pola rujukan berjenjang bisa dilaksanakan, RS bisa fokus untuk meningkatkan mutu pelayanannya dalam menangani pasien yang dirujuk dari FKTP karena membutuhkan penanganan spesialistik. Keluhan pasien karena tidak mendapatkan kamar perawatan di rumah sakit ataupun rumah sakit penuh dapat dikurangi. • Namun tidak menutup kemungkinan pada kasus-kasus tersebut dapat langsung berobat ke Rumah Sakit dengan mempertimbangkan Time (lama perjalanan penyakitnya), Age (usia pasien), Complication (komplikasi penyakit/tingkat kesulitan), Comorbidity (penyakit penyerta), and Condition (kondisi fasilitas kesehatan). • Kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di FKTP : o Kasus pelayanan primer yang mengacu pada kompetensi dokter umum, kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan rujukan; o dan kasus medis yang termasuk dalam Program Rujuk Balik BPJS Kesehatan seperti kasus Hipertensi, Diabetes Mellitus (kencing manis), asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), stroke, epilepsy, schizofren, Sindroma Lupus Eritematosus (SLE) dan Jantung). o Selain itu, pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi, pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita oleh bidan atau dokter serta. rehabilitasi medik dasar. • Pelayanan rawat inap pun bisa ditangani oleh FKTP yang memiliki fasilitas rawat inap : o Rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat diselesaikan secara tuntas di FKTP, rawat inap pada pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi; o Rawat inap pada pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit pervaginam bagi Puskesmas PONED; rawat inap pada pertolongan bayi baru lahir (neonatal) dengan komplikasi; o dan Rawat inap pada pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi Fasilitas Kesehatan dan/atau kebutuhan medis. • Pelayanan kesehatan di FKTP yang termasuk nonspesialistik meliputi o Administrasi pelayanan; o Pelayanan promotif dan preventif; o Pemeriksanaan, pengobatan, dan konsultasi medis; o Tindakan medis non-spesialistik, baik operatif maupun non- operatif; pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; o Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis, pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; o dan Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis. Berikut ini adalah diagnosa penyakit yang harus tuntas dilayani di fasilitas kesehatan primer di era JKN sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer dan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia 1. Kejang Demam 24. Otitis Media Akut 2. Tetanus 25. Serumen prop 3. HIV AIDS tanpa komplikasi 26. Mabuk perjalanan 4. Tension headache 27. Furunkel pada hidung 5. Migren 28. Rhinitis akut 6. Bell’s Palsy 29. Rhinitis vasomotor 7. Vertigo (Benign paroxysmal 30. Rhinitis vasomotor positional Vertigo) 31. Benda asing 8. Gangguan somatoform 32. Epistaksis 9. Insomnia 33. Influenza 10. Benda asing di konjungtiva 34. Pertusis 11. Konjungtivitis 35. Faringitis 12. Perdarahan subkonjungtiva 36. Tonsilitis 13. Mata kering 37. Laringitis 14. Blefaritis 38. Asma bronchiale 15. Hordeolum 39. Bronchitis akut 16. Trikiasis 40. Pneumonia, bronkopneumonia 17. Episkleritis 41. Tuberkulosis paru tanpa komplikasi 18. Hipermetropia ringan 42. Hipertensi esensial 19. Miopia ringan 43. Kandidiasis mulut 20. Astigmatism ringan 44. Ulcus mulut (aptosa, herpes) 21. Presbiopia 45. Parotitis 22. Buta senja 46. Infeksi pada umbilikus 23. Otitis eksterna 47. Gastritis 48. Gastroenteritis (termasuk kolera, 70. Vaginitis giardiasis) 71. Vaginosis bakterialis 49. Refluks gastroesofagus 72. Salphingitis 50. Demam tifoid 73. Kehamilan normal 51. Intoleransi makanan 74. Aborsi spontan komplit 52. Alergi makanan 75. Anemia defisiensi besi pada kehamilan 53. Keracunan makanan 76. Ruptur perineum tingkat ½ 54. Penyakit cacing tambang 77. Abses folikel rambut/kelj sebasea 55. Strongiloidiasis 78. Mastitis 56. Askariasis 79. Cracked nipple 57. Skistosomiasis 80. Inverted nipple 58. Taeniasis 81. DM tipe 1 59. Hepatitis A 82. DM tipe 2 60. Disentri basiler, disentri amuba 83. Hipoglikemi ringan 61. Hemoroid grade ½ 84. Malnutrisi energi protein 62. Infeksi saluran kemih 85. Defisiensi vitamin 63. Gonore 86. Defisiensi mineral 64. Pielonefritis tanpa komplikasi 87. Dislipidemia 65. Fimosis 88. Hiperurisemia 66. Parafimosis 89. Obesitas 67. Sindroma duh (discharge) genital 90. Anemia defiensi besi (Gonore dan non gonore) 91. Limphadenitis 68. Infeksi saluran kemih bagian bawah 92. Demam dengue, DHF 69. Vulvitis 93. Malaria 116. Tinea corporis 94. Leptospirosis (tanpa komplikasi) 117. Tinea manus 95. Reaksi anafilaktik 118. Tinea unguium 96. Ulkus pada tungkai 119. Tinea cruris 97. Lipoma 120. Tinea pedis 98. Veruka vulgaris 121. Pitiriasis versicolor 99. Moluskum kontangiosum 122. Candidiasis mucocutan ringan 100. Herpes zoster tanpa komplikasi 123. Cutaneus larvamigran 101. Morbili tanpa komplikasi 124. Filariasis 102. Varicella tanpa komplikasi 125. Pedikulosis kapitis 103. Herpes simpleks tanpa komplikasi 126. Pediculosis pubis 104. Impetigo 127. Scabies 105. Impetigo ulceratif ( ektima) 128. Reaksi gigitan serangga 106. Folikulitis superfisialis 129. Dermatitis kontak iritan 107. Furunkel, karbunkel 130. Dermatitis atopik (kecuali 108. Eritrasma recalcitrant) 109. Erisipelas 131. Dermatitis numularis 110. Skrofuloderma 132. Napkin ekzema 111. Lepra 133. Dermatitis seboroik 112. Sifilis stadium 1 dan 2 134. Pitiriasis rosea 113. Tinea kapitis 135. Acne vulgaris ringan 114. Tinea barbe 136. Hidradenitis 115. Tinea facialis 137. Dermatitis perioral 138. Miliaria 139. Urtikaria akut 140. Eksantemapous drug eruption, fixed drug eruption 141. Vulnus laseraum, puctum 142. Luka bakar derajat 1 dan 2 143. Kekerasan tumpul 144. Kekerasan tajam