Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR PENYAKIT YANG BOLEH

DITANGANI OLEH FASILITAS KESEHATAN


TINGKAT PRIMER

Hans Pangestu Simarmata


Setiap peserta BPJS Kesehatan tidak boleh lagi langsung berobat ke
rumah sakit atau ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan kecuali dalam keadaan
Gawat Darurat Medis atau emergency. Bahkan rumah sakit swasta atau
klinik swasta yang belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan pun tidak
boleh menolak pasien dengan kondisi gawat darurat. Biaya pelayanan dapat
ditagihkan oleh pemberi pelayanan kepada BPJS Kesehatan dan peserta tidak
dikenakan iuran biaya.
Setiap peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat Peserta terdaftar. Fasilitas
kesehatan tingkat pertama (FKTP) yaitu
o Puskesmas,
o Praktik dokter perorangan,
o Praktik dokter gigi,
o Klinik umum dan rumah sakit kelas D Pratama.
o Jika di suatu daerah tidak ada dokter, maka BPJS Kesehatan dapat
bekerjasama dengan bidan dan praktik perawat untuk memberikan
pelayanan kesehatan dasar.
• Hal ini bertujuan agar rumah sakit tidak menjadi “Puskesmas Raksasa”,
dan tidak menangani kasus-kasus yang seharusnya bisa diselesaikan di
FKTP.
• Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat
jalan dan rawat inap.
• Jika pola rujukan berjenjang bisa dilaksanakan, RS bisa fokus untuk
meningkatkan mutu pelayanannya dalam menangani pasien yang dirujuk
dari FKTP karena membutuhkan penanganan spesialistik. Keluhan pasien
karena tidak mendapatkan kamar perawatan di rumah sakit ataupun rumah
sakit penuh dapat dikurangi.
• Namun tidak menutup kemungkinan pada kasus-kasus tersebut dapat
langsung berobat ke Rumah Sakit dengan mempertimbangkan Time (lama
perjalanan penyakitnya), Age (usia pasien), Complication (komplikasi
penyakit/tingkat kesulitan), Comorbidity (penyakit penyerta), and
Condition (kondisi fasilitas kesehatan).
• Kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di FKTP :
o Kasus pelayanan primer yang mengacu pada kompetensi dokter umum,
kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan
rujukan;
o dan kasus medis yang termasuk dalam Program Rujuk Balik BPJS
Kesehatan seperti kasus Hipertensi, Diabetes Mellitus (kencing manis),
asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), stroke, epilepsy,
schizofren, Sindroma Lupus Eritematosus (SLE) dan Jantung).
o Selain itu, pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan
gigi, pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita
oleh bidan atau dokter serta. rehabilitasi medik dasar.
• Pelayanan rawat inap pun bisa ditangani oleh FKTP yang memiliki fasilitas
rawat inap :
o Rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat diselesaikan
secara tuntas di FKTP, rawat inap pada pertolongan persalinan
pervaginam bukan risiko tinggi;
o Rawat inap pada pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau
penyulit pervaginam bagi Puskesmas PONED; rawat inap pada
pertolongan bayi baru lahir (neonatal) dengan komplikasi;
o dan Rawat inap pada pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi
Fasilitas Kesehatan dan/atau kebutuhan medis.
• Pelayanan kesehatan di FKTP yang termasuk nonspesialistik meliputi
o Administrasi pelayanan;
o Pelayanan promotif dan preventif;
o Pemeriksanaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
o Tindakan medis non-spesialistik, baik operatif maupun non-
operatif; pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
o Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis, pemeriksaan
penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama;
o dan Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.
Berikut ini adalah diagnosa penyakit yang harus tuntas dilayani di
fasilitas kesehatan primer di era JKN sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer dan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor
11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia
1. Kejang Demam 24. Otitis Media Akut
2. Tetanus 25. Serumen prop
3. HIV AIDS tanpa komplikasi 26. Mabuk perjalanan
4. Tension headache 27. Furunkel pada hidung
5. Migren 28. Rhinitis akut
6. Bell’s Palsy 29. Rhinitis vasomotor
7. Vertigo (Benign paroxysmal 30. Rhinitis vasomotor
positional Vertigo) 31. Benda asing
8. Gangguan somatoform 32. Epistaksis
9. Insomnia 33. Influenza
10. Benda asing di konjungtiva 34. Pertusis
11. Konjungtivitis 35. Faringitis
12. Perdarahan subkonjungtiva 36. Tonsilitis
13. Mata kering 37. Laringitis
14. Blefaritis 38. Asma bronchiale
15. Hordeolum 39. Bronchitis akut
16. Trikiasis 40. Pneumonia, bronkopneumonia
17. Episkleritis 41. Tuberkulosis paru tanpa komplikasi
18. Hipermetropia ringan 42. Hipertensi esensial
19. Miopia ringan 43. Kandidiasis mulut
20. Astigmatism ringan 44. Ulcus mulut (aptosa, herpes)
21. Presbiopia 45. Parotitis
22. Buta senja 46. Infeksi pada umbilikus
23. Otitis eksterna 47. Gastritis
48. Gastroenteritis (termasuk kolera, 70. Vaginitis
giardiasis) 71. Vaginosis bakterialis
49. Refluks gastroesofagus 72. Salphingitis
50. Demam tifoid 73. Kehamilan normal
51. Intoleransi makanan 74. Aborsi spontan komplit
52. Alergi makanan 75. Anemia defisiensi besi pada kehamilan
53. Keracunan makanan 76. Ruptur perineum tingkat ½
54. Penyakit cacing tambang 77. Abses folikel rambut/kelj sebasea
55. Strongiloidiasis 78. Mastitis
56. Askariasis 79. Cracked nipple
57. Skistosomiasis 80. Inverted nipple
58. Taeniasis 81. DM tipe 1
59. Hepatitis A 82. DM tipe 2
60. Disentri basiler, disentri amuba 83. Hipoglikemi ringan
61. Hemoroid grade ½ 84. Malnutrisi energi protein
62. Infeksi saluran kemih 85. Defisiensi vitamin
63. Gonore 86. Defisiensi mineral
64. Pielonefritis tanpa komplikasi 87. Dislipidemia
65. Fimosis 88. Hiperurisemia
66. Parafimosis 89. Obesitas
67. Sindroma duh (discharge) genital 90. Anemia defiensi besi
(Gonore dan non gonore) 91. Limphadenitis
68. Infeksi saluran kemih bagian bawah 92. Demam dengue, DHF
69. Vulvitis
93. Malaria 116. Tinea corporis
94. Leptospirosis (tanpa komplikasi) 117. Tinea manus
95. Reaksi anafilaktik 118. Tinea unguium
96. Ulkus pada tungkai 119. Tinea cruris
97. Lipoma 120. Tinea pedis
98. Veruka vulgaris 121. Pitiriasis versicolor
99. Moluskum kontangiosum 122. Candidiasis mucocutan ringan
100. Herpes zoster tanpa komplikasi 123. Cutaneus larvamigran
101. Morbili tanpa komplikasi 124. Filariasis
102. Varicella tanpa komplikasi 125. Pedikulosis kapitis
103. Herpes simpleks tanpa komplikasi 126. Pediculosis pubis
104. Impetigo 127. Scabies
105. Impetigo ulceratif ( ektima) 128. Reaksi gigitan serangga
106. Folikulitis superfisialis 129. Dermatitis kontak iritan
107. Furunkel, karbunkel 130. Dermatitis atopik (kecuali
108. Eritrasma recalcitrant)
109. Erisipelas 131. Dermatitis numularis
110. Skrofuloderma 132. Napkin ekzema
111. Lepra 133. Dermatitis seboroik
112. Sifilis stadium 1 dan 2 134. Pitiriasis rosea
113. Tinea kapitis 135. Acne vulgaris ringan
114. Tinea barbe 136. Hidradenitis
115. Tinea facialis
137. Dermatitis perioral
138. Miliaria
139. Urtikaria akut
140. Eksantemapous drug eruption, fixed drug
eruption
141. Vulnus laseraum, puctum
142. Luka bakar derajat 1 dan 2
143. Kekerasan tumpul
144. Kekerasan tajam

Anda mungkin juga menyukai