1. Konsep Teori
A. Definisi Asma Bronchiale
Asma adalah suatu penyakit inflamasi kronik yang biasanya
menginfeksi saluran pernafasan dan dapat mengakibatkan hiperresponsif
pada jalan pernafasan, yang ditandai dengan suatu gejala episodik
berulang berupa batuk, sesak nafas, mengi dan rasa berat di dada
terutama pada waktu malam hari dan dini hari (Yusnik Adi Putra, Ari
Udiyono, 2018).
Asma bronchiale adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai
dengan kesulitan bernafas, dan menimbulkan gejala sesak nafas, dada
terasa berat, dan batuk terutama pada malam menjelang dini hari.
Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
penyempitan atau peradangan yang bersifat sementara (Muttaqin, 2018)
dalam (Umiyati, 2021)
B. Etiologi
Terdapat dua penyebab terjadinya asma bronchiale, disebabkan oleh
faktor predisposisi dan faktor pencetus (presipitasi) (Muttaqin, 2017)
dalam (Umiyati, 2021), yaitu:
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya
bakat alergi ini penderita sangat mudah terkena penyakit asma
brokial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersensitifitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Pencetus
a. Alergen
Adanya zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, bulu binatang,
spora jamur, beberapa makanan laut dan sebagainya.
b. Infeksi saluran pernafasan
Saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus
influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma bronkial.
c. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma,
perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma bronkial.
d. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang
2- 15% klien asma bronkial. Misalnya orang yang bekerja di
pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan.
e. Olahraga atau kegiatan jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma bronkial akan mendapatkan
serangan asma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang
berlebihan. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma.
f. Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma
bronkial, selain itu juga dapat memperberat serangan asma
bronkial yang sudah ada. Disamping gejala asma bronkial harus
segera diobati. penderita asma bronkial yang mengalami stres
harus diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahnya.
g. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkial sensitif atau alergi terhadap
obat tertentu seperti, penisilin, salsilat, beta blocker, kodein dan
sebagainya.
h. Polusi udara
Pasien asma bronkial sangat peka terhadap udara berdebu, asap
rokok, asap pabrik atau asap kendaraan, asap yang mengandung
hasil pembakaran dan oksida foto kemikal, serta bau yang tajam.
C. Klasifikasi
Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat
obat yang digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal ini
dapat dinilai jika pasien telah menggunakan obat pengontrol untuk
beberapa bulan. Yang perlu dipahami adalah bahwa keparahan asma
bukanlah bersifat statis, namun bisa berubah dari waktu-waktu, dari
bulan ke bulan, atau dari tahun ke tahun, (GINA, 2015) dalam
(Permenkes RI No. 43 2019, 2019) :
1. Asma Ringan Adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan
tahap 1 atau tahap 2, yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau
dengan obat pengontrol dengan intensitas rendah seperti steroid
inhalasi dosis rendah atau antogonis leukotrien, atau kromon.
2. Asma Sedang Adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap
3, yaitu terapi dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis
rendah plus long acting beta agonist (LABA).
3. Asma Berat Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau
5, yaitu terapi dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis
tinggi plus long acting beta agonist (LABA) untuk menjadi
terkontrol, atau asma yang tidak terkontrol meskipun telah
mendapat terapi. Perlu dibedakan antara asma berat dengan asma
tidak terkontrol. Asma yang tidak terkontrol biasnya disebabkan
karena teknik inhalasi yang kurang tepat, kurangnya kepatuhan,
paparan alergen yang berlebih, atau ada komorbiditas. Asma yang
tidak terkontrol relatif bisa membaik dengan pengobatan.
Sedangkan asma berat merujuk pada kondisi asma yang
walaupun mendapatkan pengobatan yang adekuat tetapi sulit
mencapai kontrol yang baik.
D. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi,
iritan, cuaca, kegiatan jasmani yang berlebihan dan psikis akan
merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan
sehingga merangsan sel plasma menghasilkan imunoglubin E (IgE). IgE
selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast, kemudian sel
mast tersensitasi. Sel mast tersensitasi akan mengalami degranulasi, sel
mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator
seperti histamin, bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan
produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan
menyebabkan proliferasi akibat terjadinya sumbatan dan daya
konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2
terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2
ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan
hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan
penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan
terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak
dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu
membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam
alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut
menjadi gangguan perkusi dimana oksigenasi ke jaringan tidak memadai
sehingga terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan
berbagai manifestasi klinis (Umiyati, 2021)
Pada asma bronkial, diameter bronkiolus lebih kurang selama
ekspirasi daripada inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama sekresi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma bronkial biasanya bisa melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea (Price, 2016).
Pathway
F. Komplikasi
1) Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama,
maka akan terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk
toraks, yaitu toraks menbungkuk ke depan dan memanjang. Pada
foto rontgen toraks terlihat diafragma letaknya rendah, gambaran
jantung menyempit, corakan hilus kiri dan kanan bertambah.
2) Pada asma kronik dan berat dapat terjadi bentuk dada burung dara
dan tampak sulkus Harrison.
3) Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat
sehingga dapat terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai.
4) Bila atlektasis berlangsung lama dapat berubah menjadi
bronkietasis dan bila ada infeksi akan terjadi bronkopneumnia.
5) Serangan asma yang terus menerus dan berlangsung beberapa hari
serta berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang biasa
disebut status asmatikus. Bila tidak ditolong dengan semestinya
dapat menyebabkan kematian, kegagalan pernafasan dan
kegagalan jantung.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Padila (2018) dalam (Umiyati, 2021), yaitu :
1. Pengukuran Fungsi Paru (spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerososl golongan adrenergik. Peningkatan FEV
atau FVC sebanyak lebih dari 20%menunjukkan diagnosis asma
bronkial.
2. Uji provokasi bronkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV
sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung
80-90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan
penurunan PEFR 105 atau lebih.
3. Pemeriksaan tes kulit: Untuk menunjukkan antibody IgE
hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat
hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
b. Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan
asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang
menyebabkan trensudasi dari edema mukosa, sehingga
terlepaslah sekelompok sel-sel epitelnya dari perlekatannya.
Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara
tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap
antibiotik.
c. Sel eosinofil
Pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai1000-
1500/mm3 baik asma instrinsik maupun ekstrinsik, sedangkan
hitung sel eosinosil normal antara 100-200/mm3.
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena
adanya infeksi SGOT dan SGPT meningkat disebabkan
kerusakan hati akibat hipoksia dan hiperkapnea.
e. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien asma bronkial
biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di
paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis.
G. Penatalaksanaan
Terdapat dua jenis penatalaksanaan pada pasien dengan asma bronkial
(Smeltzer & Bare, 2018), yaitu :
1. Penatalaksaan Farmakologi
a. Agonis adrenergik – beta 2 kerja – pendek
b. Antikolinergik
c. Kortikosteroid : inhaler dosis – terukur (MDI)
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien
e. Metilxantin
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Penyuluhan Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan
klien tentang penyakit asma
b. Pola hidup sehat meningkatkan kebugaran fisik.
c. Berhenti atau tidak merokok.
b. Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan kulit,
dan mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi)
2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara(Nuraruf & Kusuma, 2015)
d. Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal).
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub, dan
crackles.(Nuraruf & Kusuma, 2015)
C. Intervensi Keperawatan
Setelah ditemukan diagnosa keperawatan, maka dilakukan intervensi dan juga
kriteria hasil dengan melihat Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI
PPNI, 2019) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI PPNI, 2019)
sebagai berikut :
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Intervensi Utama : Manajemen
Efektif (D.0005) tindakan Jalan Napas Observasi :
Definisi : Inspirasi keperawatan 1. Monitor pola napas (frekuensi,
dan atau ekspirasi selama ....x24 jam kedalaman, usaha napas)
yang tidak diharapkan pola 2. Monitor bunyi napas tambahan
memberikan nafas membaik, (mis. gurgling, mengi, wheezing,
ventilasi adekuat. Dengan kriteria ronkhi kering)
hasil : Terapeutik :
Pola Napas 3. Posisikan semi-Fowler atau
1. Ventilasi Fowler
semenit 4. Berikan minum hangat 5. Berikan
meningkat (5) oksigen, jika perlu
2. Tekanan Edukasi :
Ekspirasi 6. Anjurkan asupan cairan
meningkat (5) 2000ml/hari, jika tidak
3. Tekanan kontraindikasi
inspirasi 7. Ajarkan teknik batuk efektif
meningkat (5) Kolaborasi :
4. Dispnea 9. Kolaborasi pemberian
menurun (5) bronkhodilator, ekspektoran,
5. Pemanjangan mukolitik, jika perlu
fase ekspirasi
menurun (5)
6. Frekuensi
napas
membaik (5)
7. Kesulitan
bernapas
membaik (5)
Defisit Setelah dilakukan Intervensi Utama : Edukasi
pengetahuan tindakan Kesehatan Observasi :
(D.0111) keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan
Definisi : Ketiadaan selama .....x24 jam kemampuan
atau kurangnya diharapkan menerima informasi
informasi yang keluarga mampu 2. Identifikasi faktor-faktor yang
berkaitan dengan memahami dapat meningkatkan dan
topik tertentu. masalah dan menurunkan motivasi perilaku
pengetahuan hidup bersih dan sehat
meningkat, Terapeutik :
Dengan kriteria 3. Sediakan materi dan media
hasil : pendidikan kesehatan
Tingkat 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
pengetahuan sesuai kesepakatan
1. Keluarga dan 5. Berikan kesempatan untuk
klien mampu bertanya
memahami Edukasi :
tanda dan gejala 6. Jelaskan faktor
asma risiko yang dapat mempengaruhi
2. Keluarga dan kesehatan
klien mampu 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
memahami sehat
penyebab dari 8. Ajarkan stratergi yang dapat
asma digunakan untuk meningkatkan
3. Keluarga dan perilaku hidup bersih dan sehat
klien mampu
memahami
pencegahan dari
asma
4. Keluarga dan
klien mampu
memahami
penanganan
asma
Bersihan Jalan Setelah dilakukan Intervensi Utama :
Napas Tidak perawatan ....x24 Latihan Batuk Efektif
Efektif (D.0001) jam diharapkan Observasi :
Definisi : jalan nafas 1. Identifikasi kemampuan batuk
Ketidakmapuan meningkat, 2. Monitor adanya retensi sputum
membersihkan Dengan kriteria 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
sekret atau hasil : saluran nafas
obstruksi jalan Bersihan Jalan Terapeutik :
napas untuk Napas 4. Atur posisi semi-Fowler atau
mempertahankan 1. Batuk efektif Fowler
jalan nafas tetap meningkat (5) 5. Pasang perlak atau bengkok di
paten. 2. Produksi pangkuan pasien
sputum menurun 6. Buang sekret pada tempat sputum
(5) Edukasi :
3. Adanya suara 7. Jelaskan tujuan dan prosedur
nafas mengi batuk efektif
menurun (5) 8. Anjurkan tarik napas dalam
4. Adanya suara melalui hidung
nafas wheezing selama 4 detik, ditahan selama 2
menurun (5) detik, kemudian keluarkan dari
5. Dispnea mulut dengan bibir mencucu
menurun (5) (dibulatkan) selama 8 detik
6. Kegelisahan 9. Anjurkan mengulangi tarik napas
dari menurun dalam hingga 3 kali
(5) 10. Anjurkan batuk dengan kuat
7. Frekuensi napas langsung setelah tarik napas
dari memburuk dalam yang ke-3
menjadi
membaik
8. Pola napas
menjadi
membaik (5)
Setelah dilakukan Luaran Utama
perawatan ....x24 Dukungan Tidur
jam diharapkan Observasi :
pola tidur 1. Identifikasi pola aktivitas dan
membaik, Dengan tidur
kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor pengganggu
1. Keluhan sulit tidur
tidur membaik 3. Identifikasi makanan dan
(5) minuman yang mengganggu
2. Keluhan sulit tidur
terjaga 4. Identifikasi obat tidur yang
membaik (5) dikonsumsi
3. Keluhan tidak Terapeutik :
puas tidur 5. Batasi waktu tidur siang
membaik (5) 6. Fasilitasi menghilangkan stress
4. Keluhan sebelum tidur
istirahat tidak 7. Tetapkan jadwal tidur rutin
cukup 8. Lakukan prosedur untuk
membaik (5) meningkatkan kenyamanan
Edukasi :
9. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
10. Anjurkan menepati kebiasaan
tidur
11. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
12. Anjurkan faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur
13. Ajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologis
lainnya.
D. Implementasi
Implementasi merupakan perwujudan dari intervensi keperawatan
meliputi tindakan yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan keperawatan
pada pasien dengan Asma Bronkial secara teoritis mengacu pada teori sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang diangkat (Nurarif, 2015) dalam (Umiyati,
2021).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-
langkah dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis respon
klien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau
kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan di masa depan (Somantri, 2009).
Perumusan evaluasi formatif meliputi empat komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yaitu :
1. S (Subjektif) : perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
2. O (Objektif) : perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat
atau tim kesehatan lain.
3. A (Analisis) : penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah berkembang kearah perbaikan.
4. P (Perencanaan) : rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencaan sebelumnya apabila
keadaan atau masalah belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
B. POLA ELIMINASI
1. BAB : 1 kali/hari berwarna kuning kecoklat
2. BAK : 3-5 kali/hari
3. Kesulitan BAB/BAK ; tidak ada
4. Upaya/ cara mengatasi masalah tersebut : tidak ada masalah
DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komunikasi : Klien mampu berkomunikasi dengan baik
B. Orang yang paling dekat dengan pasien : Ibu klien
C. Rekreasi : Dilakukan apabla ada waktu luang bersama keluarga
Hobby : Memasak
Penggunaan waktu senggang : Memasak dan beristirahat
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : Berasa lebih baik
E. Hubungan dengan orang lain/ interaksi sosial : Klien berinteraksi dengan orang
lain dengan baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Ibu klien (Ny. S)
DATA SPIRITUAL
A. Ketaan beribadah : Klien melaksanakan sholat 5 waktu setiap hari
B. Keyakinan terhadap sehat/ sakit : Klien yakin bahwa sakit yang dialami akan
sembuh
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Klien yakin bahwa semua penyakit pasti
dapat disembuhkan
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : Lemah/ Composmentis (E=4, V= 6, M=5)
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 37 °C
Nadi : 110x/ menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Respirasi : 30x/ menit
Tinggi badan : 160 cm
Berat Badan : 57 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : Lonjong
Ubun-ubun : Tidak ada benjolan
Kulit kepala : bersih tidak ada ketombe dan lesi
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata keadaan
bersih
Bau : tidak berbau
Warna : hitam kecoklatan
c. Wajah : Simetris
Warna kulit : Sawo matang
Struktur Wajah : Lengkap
2. Mata
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : mata lengkap dan simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : normal lengkap
c. Konjunctiva dan sclera : Konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik
d. PupIl : pupil tampak isokor
e. Kornea dan Iris : normal kanan dan kiri
f. Ketajaman Penglihatan / Visus : normal
g. Tekanan Bola Mata : tidak terdapat tekanan pada bola mata
3. Hidung
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : Tampak simetris, posisi septum
nasal ditengah
b. Lubang Hidung : lubang hidung normal dan tidak terdapat pembengkakan
pada sinus
c. Cuping Hidung : tampak pernapasan cuping hidung saat klien bernapas
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : simetris kiri dan kanan
b. Ukuran Telinga : normal
c. Ketegangan telinga : normal
d. Lubang Telinga : lubang telinga pasien tampak bersih, tidak terdapat
serumen dan tidak ada lesi
e. Ketajaman pendengaran : normal, dapat mendengar suara dengan baik
6. Leher
a. Posisi Trakhea : posisi trackea normal
b. Tiroid : tidak terdapat pembesaran tiroid
c. Suara : normal
d. Kelenjar Lymphe : tidak teraba
e. Vena Jugularis : normal
f. Denyut Nadi Coratis : tidak terdapat kelain/ normal
D. Pemeriksaan Integumen (kulit)
a. Kebersihan : kulit tampak bersih
b. Kehangatan : akral teraba hangat
c. Warana : sawo matang
d. Turgor : baik
e. Tekstur : elastis
f. Kelembapan : lembab
g. Kelainan pada kulit : tidak ada
2. Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara (vocal fremitus) : normal
b. Perkusi : resonan
c. Auskultasi :
- Suara nafas : vesikuler
- Suara Ucapan : serak
- Suara tambahan : wheezing dan ronkhi
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Palpasi : teraba detak jantung
- Ictus Cordis : tidak terlihat
b. Perkusi
- Batas-batas jantung : perkusi batas janrung berada di ICS II line sternal
kiri- ICS II line sternal kanan, pinggang jantung berada di ICS IV line
sterna kanan dan apeks jantung berada di ICS IV line sterna kanan
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : reguler
- Bunyi jantung II : reguler
- Bising/ murmur : tidak terdapat bising/ murmur
- Frekuensi denyut jantung : 110x/ menit
-
G. Pemriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : datar tidak ada lesi atau bintik kemerehan
- Benjolan/ massa : tidak ada
b. Auskultasi
- Pemeriksaan usus : 8x/ menit
- Bunyi jantung anak/ BJA : tidak ada
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
- Benjolan/ massa : tidak ada benjolan/ massa
- Tanda-tanda ascites : tidak ada
- Hepar : tidak ada pembesaran hepar
- Lien : tidak ada pembesaran lien
- Titik Me. Burne : tidak ada
d. Perkusi
- Suara abdomen : timpani
- Pemeriksaan ascites : tidak ada
J. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran (secara kwantitatif)/ GCS : E=4, V=6, M=5
2. Tanda-tanda rangsangan otak (Meningeal Sign) : Klien dapat menerima
rangsangan berupa sentuhan, suhu, tekanan, dan rasa sakit serta gerakan
3. Fungsi motoric : normal
4. Fungsi sensorik : normal
5. Refleks :
a. Refleks fisiologis : normal
b. Refleks patologis : normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Asma Bronchiale
B. Pemeriksaan Diagnostik/ penunjang medis :
1. Laboratorium
HEMATOLOGI
Hemoglobin : 11,4 g/dL (12-16 g/Dl)
Hematokrit : 31,7 (35-45%)
Leukosit : 20,7 (7,0-17,0 103 /uL)
Trombosit : 472 (150-450 103 /uL)
Eritrosit : 6,47 (4,0-5,5 103 /uL)
Hitung Jenis Leukosit :
Neutrofil : 71% (50-70%)
Lymposit : 13% (25-40%)
Monosit : 10% (3-7%)
Eosinofil : 6% (2-6%)
Basofil : 0% (0-1%)
KIMIA DARAH
Gula Darah Sewaktu : 115 mg/dL (70-200 mg/dL)
2. Rontgen : -
3. ECG : -
4. USG : -
5. Lain-lain :
PENATALAKSANAAN TERAPI
KAEN 3B 40 ml/jam Intravena
Dexamethasone 3x3 mg Intravena
Combivent 3x2,5 mg Inhalasi
Oksigen (nasal kanul) 2 lt/menit Inhalasi
Cefixime 2x1 cth Oral
Ambroxol Syrup 3x1 cth Oral
ANALISA DATA
Nama : Nn. A
Umur : 20 tahun
No. Reg : 001005
DO :
- Klien tampak sulit
mengeluarkan dahak
- Orthopnea
- Frekuensi napas
klien cepat yaitu 30
x/menit
- Suara napas
tambahan wheezing
dan ronkhi
DS : Pola Nafas Tidak Hambatan Upaya Nafas
klien mengatakan sesak Efektif
bertambah ketika
berbaring serta
beraktivitas
DO :
- Terdapat pernapasan
cuping hidung
- Tampak retraksi otot
dada
- Napas tampak cepat
dan dangkal
- Orthopnea
- TTV :
TD: 110/70 mmHg
N : 110 x/menit
RR: 30 x/menit
S : 37,1°C
lemas
- Klien tampak
pucat
- Klien tampak lesu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Nn. A
Umum : 20 tahun
No. Reg : 001005
Nama : Nn. A
Umum : 20 tahun
No. Reg : 001005
NO HARI/TGL DIAGNOSA KEP TUJUAN DAN TINDAKAN RASIONAL
KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1 Selasa, 05 Sep Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas 1. Mengetahui
2021 Efektif (D.0005) tindakan keperawatan (1.01011) batas normal
b.d Hambatan selama 3x24 jam, Observasi : TTV klien
upaya nafas d.d diharapkan Pola nafas 1.Monitor pola nafas 2. Mengetahui
sesak bertambah membaik, luaran Pola (frekuensi, kedalaman, batas normal
ketika berbaring Nafas (L.01004). usaha nafas) nafas klien
serta beraktivitas, Dengan kriteria hasil : 2.Monitor bunyi nafas 3. Untuk
terdapat 1. Tekanan ekspirasi tambahan mengetahui
pernapasan cuping meningkat (5) 3.Monitor sputum (jumlah, bunyi nafas
hidung, tampak 2. Pernafasan cuping warna, dan bau) tambahan
retraksi otot dada, hidung menurun (5) Terapeutk : pada klien
napas tampak 3. Penggunaan otot 4.Posisikan semi fowler 4. Untuk
cepat dan dangkal bantu nafas atau fowler mengetahu
, Orthopnea, TD: menurun (5) 5.Berikan minuman hangat jumlah,
110/70 mmHg, N : 4. Depsnea menurun 6.Lakukan fisioterapi dada warna, bau
110 x/menit, RR: (5) 7.Berikan oksigen dari sputum
30 x/menit, S : 5. Otopnea menurun Edukasi : 5. Melegakan
37,1°C (5) 8.Anjurkan asupan cairan klien untuk
6. Frekuensi nafas 2000 ml/hari bernafas
membaik (5) 9.Anjurkan teknik batuk 6. Membantu
7. efektif mengencerka
Kolaborasi n sputum
10. Kolaborasi pemberian 7. Membantu
obat bronkodilator, mengeluarkan
ekspektoran dan sputum
mukolitik 8. Membantu
pernafasan
klien
9. Untuk
mencukupi
kebutuhan
cairan klien
10.Membantu
meningkatkan
bersihan jalan
nafas
11. Sebagai
pengobatan
farmakologis
2 Selasa, 05 Sep Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif 1.
2021 nafas tidak efektif tindakan keperawatan (1.01006) kemampuan
b.d Hipersekresi selama 3x24 jam, Observasi batuk klien
jalan nafas d.d diharapkan Bersihan 1. 2.
Klien mengatakan jalan napas meningkat, batuk mengetahui
sesak nafas, sesak luaran Bersihan jalan 2. Monitor adanya retensi jumlah sputum
bertambah ketika napas (L.01001). sputum 3.
berbaring serta Dengan kriteria hasil : 3. Monitor tanda dan ada tanda-
beraktivitas, sesak 1. gejala infeksi saluran tanda
dirasakan sering (5) nafas terjadinya
terutama pada 2. infeksi saluran
malam hari saat (5) Terapeutik : nafas
hendak tidur dan 3. 4. Atur posisi semi-Fowler 4.
saat bangun tidur, membaik (5) atau Fowler nyaman untuk
sulit mengeluarkan 4. 5. Pasang perlak atau klien dengan
dahak, Orthopnea, (5) bengkok di pangkuan asma
Frekuensi napas 5. pasien 5.
klien cepat yaitu 6. Buang sekret pada secret yang
30 x/menit, tempat sputum dikeluarkan
terdapat suara Edukasi : tercecer
wheezing dan 7. Jelaskan tujuan dan 6.
ronkhi prosedur batuk efektif terjadinya
8. Anjurkan tarik napas penyebaran
dalam melalui hidung virus
selama 4 detik, ditahan 7.
selama 2 detik, dan keluarga
kemudian keluarkan mengetahu
dari mulut dengan bibir dari tujuan
mencucu (dibulatkan) tersebut
selama 8 detik 8.
9. Anjurkan mengulangi melonggarkan
tarik napas dalam jalan nafas
hingga 3 kali 9.
10. Anjurkan batuk dengan jalan nafas
kuat langsung setelah longgar
tarik napas dalam yang 10.
ke-3 yang tertahan
Kolaborasi dapat
11. Kolaborasi pemberian dikeluarkan
mukolitik atau 11.
ekspetoran mencairakan
secret
3 Selasa, 05 Sep Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur (1.05174) 1. Klien tidur 5
2021 Tidur b.d Sesak tindakan keperawatan Observasi : jam tidak
nafas dan batuk selama 3x24 jam 1. Identifikasi nyenyak
d.d mengeluh diharapkan gangguan pola aktivitas dan tidur 2. Rasa tidak
lelah, dispnea pola tidur membaik, 2. Identifikasi nyaman
saat/setelah Luaran Pola Tidur faktor gangguan tidur karena sesak
melakukan (L.05045) dengan 3. Identifikasi yang di alami
aktivitas, merasa kriteria hasil : makanan dan minuman 3. Klien terlalu
lemah 1. Keluhan yang menganggu tidur banyak minum
sulit tidur Terapeutik : sebelum tidur
berkurang (5) 4. Modifikasi 4. Meningkatkan
2. Keluhan lingkungan kualitas tidur
pola tidur berubah 5. Tetapkan klien
berkurang (5) jadwal tidur rutin 5. Meningkatkan
3. Keluhan 6. Lakukan jumlah jam
istirahat tidak prosedur untuk tidur klien
cukup berkurang meningkatkan supaya tidur
(5) kenyamanan puas
4. Keluhan tidak puas Edukasi : 6. Meningkatkan
tidur berkurang (5) 7. Anjurkan menepati kenyamanan
kebiasaan waktu tidur tidur klien
8. Anjurkan menhindari 7. Agar tidur
makanan/minuman klien tercukupi
yang menganggu tidur 8. Hindarkan
9. Ajarkan relaksasi otot minum kopi,
autogenic atau cara the, dan
nonfarmakologi lainnya minum air
putih
menjelang
tidur
9. Agar klien
rileks dan
cepat tertidur
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Nn. A
Umur : 20 tahun
No. Reg : 001005
TANGGAL/JA NO. DX TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PASIEN TTD
M KEP
05 September 1 1. Memonitor pola nafas Keluarga dan klien Ica Cres Diana
2021/ 09.00 (frekuensi, kedalaman, usaha menerima tindakan dan
nafas) mengikuti apa yang sudah
2. Memonitor bunyi nafas dianjurkan.
tambahan
3. Memonitor sputum (jumlah,
warna, dan bau)
4. Memberikan posisi semi fowler
atau fowler
5. Memberikan minuman hangat
6. Melakukan fisioterapi dada
7. Memberikan oksigen 3lt/mnt
8. Menganjurkan asupan cairan
2000 ml/hari
9. Mengajarkan teknik batuk
efektif
10. Melakukan kolaborasi
pemberian obat bronkodilator,
ekspektoran dan mukolitik
05 September 2 1. Keluarga dan klien Ica Cres Diana
2021/ 09.00 batuk klien menerima tindakan dan
2. Memonitor adanya retensi sputum mengikuti apa yang
3. Memonitor tanda dan gejala sudah dianjurkan.
infeksi saluran nafas
4. Mengatur posisi semi-Fowler
atau Fowler
5. Memasang perlak atau bengkok
di pangkuan pasien
6. Membuang sekret pada tempat
sputum
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
8. Menganjurkan/ mengajarkan tarik
napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
9. Menganjurkan klien mengulangi
tarik napas dalam hingga 3 kali
10. Menganjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke
11. Melakukan kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspetoran
05 September 3 1. Mengidentifikasi pola aktivitas Keluarga dan klien Ica Cres Diana
2021/ 09.00 dan tidur menerima tindakan dan
2. Mengidentifikasi faktor mengikuti apa yang sudah
gangguan tidur dianjurkan.
3. Mengidentifikasi makanan dan
minuman yang menganggu tidur
4. Memodifikasi lingkungan
5. Meneetapkan jadwal tidur rutin
6. Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
7. Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
8. Mengnjurkan menhindari
makanan/minuman yang
menganggu tidur
9. Mengajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Nn. A
Umur : 20 tahun
No. Reg : 001005
TANGGAL/JA NO. DX TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PASIEN TTD
M KEP
06 September 1 1. Keluarga dan klien Ica Cres Diana
2021/ 09.00 kedalaman, usaha nafas) menerima tindakan dan
2. mengikuti apa yang sudah
3. dianjurkan.
dan bau)
4.
fowler
5.
6.
7.
06 September 2 2. Memonitor adanya retensi sputum Keluarga dan klien Ica Cres Diana
2021/ 09.00 3. Memonitor tanda dan gejala infeksi menerima tindakan dan
saluran nafas mengikuti apa yang
5. Memasang perlak atau bengkok di sudah dianjurkan.
pangkuan pasien
6. Membuang sekret pada tempat
sputum
10. Menganjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke 3
06 September 3 6.Melakukan prosedur untuk Keluarga dan klien Ica Cres Diana
2021/ 09.00 meningkatkan kenyamanan menerima tindakan dan
9.Mengajarkan relaksasi otot autogenic mengikuti apa yang sudah
atau cara nonfarmakologi lainnya dianjurkan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Nn. A
Umur : 20 tahun
No. Reg : 001005
TANGGAL/JA NO. DX TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PASIEN TTD
M KEP
07 September 1 1.Memonitor pola nafas (frekuensi, Keluarga dan klien Ica Cres Diana
2021/ 09.00 kedalaman, usaha nafas) menerima tindakan dan
6.Melakukan fisioterapi dada mengikuti apa yang sudah
dianjurkan.
07 September 2 2. Memonitor adanya retensi sputum Keluarga dan klien Ica Cres Diana
2021/ 09.00 menerima tindakan dan
mengikuti apa yang
sudah dianjurkan.
06 September 3 9.Mengajarkan relaksasi otot Keluarga dan klien Ica Cres Diana
2021/ 09.00 autogenic atau cara menerima tindakan dan
nonfarmakologi lainnya mengikuti apa yang sudah
dianjurkan.
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Nn. A
Umur : 20 tahun
No. Reg : 001005
NO DX TANGGAL, 05 Sep 2021 TANGGAL, 06 Sep 2021 TANGGAL, 07 Sep 2021
KEP
1 S : S : S :
Klien mengatakan masih sesak Klien mengatakan sesak berkurang pasien mengatakan sudah tidak
ketika berbaring serta beraktivitas sesak nafas
O:
O: - Terdapat pernapasan cuping hidung O :
- Terdapat pernapasan cuping - Tampak retraksi otot dada - Tidak ada pernafasan cuping
hidung - Pola napas mulai membaik hidung
- Tampak retraksi otot dada - Orthopnea berkurang - Retraksi otot dada membaik
- Napas tampak cepat dan dangkal - Hasil TTV : - Pola nafas membaik
- Orthopnea TD: 110/70 mmHg - Nafas membaik
- TTV : N : 100 x/menit - Tidak nampak adanya
TD: 110/70 mmHg RR: 25 x/menit orthopnea
N : 110 x/menit S : 37°C - Hasil TTV :
RR: 30 x/menit A: TD: 110/70 mmHg
S : 37,1°C Pola napas tidak efektif teratasi N : 94 x/menit
A: sebagain RR: 19 x/menit
Pola napas tidak efektif belum P: S : 36,7°C
teratasi Lanjutkan intervensi 1 dan 6 A:
P: I : Pola napas tidak efektif teratasi
Lanjutkan intervensi 1-7 - Memonitor pola nafas (frekuensi, P:
I : kedalaman, usaha nafas) Hentikan intervensi
- Memonitor pola nafas (frekuensi, - Memberikan posisi semi fowler I :
kedalaman, usaha nafas) atau fowler Tindakan dihentikan
- Memberikan posisi semi fowler - Melakukan fisioterapi dada E:
atau fowler - Memberikan oksigen 3lt/mnt Klien membaik dan tidak ada
- Memberikan minuman hangat E: gejala yang timbul
- Melakukan fisioterapi dada Klien tampak membaik, sesak nafas
- Memberikan oksigen 3lt/mnt berkurang
E:
Setelah dilakukan tindakan sesak
nafas berkurang
2 S : S : S:
- Klien mengatakan masih sesak - Klien mengatakan sesak berkurang O:
nafas sesak dan bertambah meskipun berbaring - Klien dengan baik
ketika berbaring serta - Klien mengatakan sesak sudah mengeluarkan dahak setelah
beraktivitas jarang dirasakan ketikan malam dilakukan tindakan
- Sesak dirasakan sering terutama hari saat hendak tidur dan bangun - Tidak Nampak adanya
pada malam hari saat hendak tidur orthopnea
tidur dan saat bangun tidur O: - Frekuensi nafas klien
O: - Klien mampu mengeluarkan dahak menurun 19x/menit
- Klien tampak sulit mengeluarkan setelah dilakukan tindakan - Tidak ada suara tambahan
dahak - Orthopnea menurun A:
- Orthopnea - Frekuensi nafas klien menurun Bersihan jalan nafas tidak
- Frekuensi napas klien cepat 25x/menit efektif teratasi
yaitu 30 x/menit - Wheesing dan ronkhi membaik P:
- Suara napas tambahan A : Hentikan intervensi
wheezing dan ronkhi Bersihan jalan nafas tidak efektif I :
A: teratasi sebagian Tindakan dihentikan
Bersihan jalan nafas tidak efektif P : E:
belum teratasi Lanjutkan intevensi no 2 Klien merasa membaik dan
P: ingin segerah pulang
Lanjutkan intervensi 2,3,5,6,10 I :
I : - Memonitor adanya retensi sputum
- Memonitor adanya retensi - Memonitor tanda dan gejala infeksi
sputum saluran nafas
- Memonitor tanda dan gejala - Menganjurkan batuk dengan kuat
infeksi saluran nafas langsung setelah tarik napas dalam
- Menganjurkan batuk dengan yang ke 3
kuat langsung setelah tarik napas E:
dalam yang ke 3 Setelah dilakukan tindakan bersihan
E: jalan nafas mulai membaik
Setelah dilakukan tindakan bersihan
jalan nafas mulai membaik
3 S: S: S:
- Klien mengatakan tidur - Klien mengatakan tidur masih Klien mengatakan sudah tidak
terganggu karena sesak nafas terganggu karena masih sesak mengalami gangguan pola tidur
dan batuk nafas dan batuk O:
- Klien mengatakan tidak puas - Klien mengatakan semenjak - kesulitan tidur menurun,
tidur menepati jadwal rutin untuk tidur pola tidur membaik, keluhan
- Klien mengeluh istirahat tidak pola tidur pasien berubah menjadi istirahat tidak cukup
cukup lebih baik, dan sesak nafas pada menurun
O: pasien sudah sedikit berkurang A:
- Klien terlihat lemas O: Gangguan pola tidur teratasi
I. IDENTITAS
1. Nama : Nn. A
2. Umur : 20 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
6. Bahasa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Karyawan swasta
9. Alamat/ No. Telp : Malang/ 0813657598
10. Penanggung Jawab : Orang tua klien
V. PENGKAJIAN SISTEM
1. Sistem pernapasan (B1 = Breathing)
Data subyektif : Klien mengatakan sesak dan sulit saat bernafas
Data obyektif (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi) :
- Terdapat pernapasan cuping hidung
- Tampak retraksi otot dada
- Napas tampak cepat dan dangkal
- Orthopnea
- TTV :
TD: 110/70 mmHg
N : 110 x/menit
RR: 30 x/menit
S : 37,1°C
- Sulit mengeluarkan dahak
- Terdapat suara tambahan wheezing dan ronchi
2. Sistem kardiovaskular (B2 = Blood)
Data subyektif : Tidak ada keluhan
Data obyektif (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi) : Tidak ada
keluhan
3. Sistem neurologi (B3 = Brain)
Data subyektif : Tidak ada keluhan
Data obyektif (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi) : Tidak ada
keluhan
4. Sistem perkemihan (B4 = Bladder)
Data subyektif : Tidak ada keluhan
Data obyektif (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi) : Tidak ada
keluhan
5. Sistem pencernaan (B5 = Bowel)
Data subyektif : Tidak ada keluhan
Data obyektif (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi) : Tidak ada
keluhan
6. Sistem musculoskeletal (Bone)
Data subyektif : Tidak ada keluhan
Data obyektif (inspeksi, palpasi) : kekuatan otot 5555
7. Sistem lain yang terkait (system endokrin, reproduksi, imunologi dsb) : Baik
8. Pola istirahat : Sering terbangun karena sesak dan batuk, tidur kurang
lebih 5-6 jam
9. Pola personal Hyigiene : Seka 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 3x
dalam seminggu
VI. PSIKOSOSIAL
1. Sosial/ interaksi : Interaksi dengan orang sekitar baik
2. Konsep diri : Baik
3. Spiritual : Baik