Anda di halaman 1dari 14

GINGIVA

Gingiva adalah bagian mukosa mulut yang menutupi prosesus alveolaris rahang dan mengelilingi
leher gigi.
Secara anatomis, gingiva dibagi atas 3 bagian. Yaitu:
1. Margin Gingiva
2. Attached Gingiva
3. Interdental Gingiva

1. Margin Gingiva
Gingiva marginal juga disebut gingiva bebas atau gingiva tanpa ikatan; dapat
didefinisikan sebagai ujung terminal atau perbatasan gingiva yang mengelilingi gigi. Dalam
beberapa kasus, ini dibatasi secara apikal oleh depresi linier dangkal yang disebut groove gingiva
bebas.1
Diamati bahwa, secara klinis, groove gingiva bebas hanya ada pada sekitar 30-40% orang
dewasa dan diposisikan pada tingkat yang sesuai dengan tingkat cementoenamel junction (CEJ).
Groove gingiva bebas paling jelas terlihat pada gigi insisivus mandibula dan regio premolar pada
permukaan bukal dan paling sedikit terlihat pada molar mandibula dan regio premolar maksila.
Meskipun gingiva marginal beradaptasi dengan baik pada permukaan gigi, ia tidak melekat pada
gigi.1

Sulkus Gingiva
Sulkus gingiva didefinisikan sebagai ruang atau celah dangkal antara gigi dan gingiva
bebas, yang meluas ke apikal epitel junctional. Ini berbentuk V dan nyaris tidak memungkinkan
masuknya probe periodontal. Dalam kondisi normal atau ideal, jaraknya sekitar 0 mm. Apa yang
disebut kedalaman probing dari gingiva suleus yang normal secara klinis pada manusia adalah 2-
3 mm.1
2. Attached Gingiva
Gingiva terikat dapat didefinisikan sebagai bagian dari gingiva yang kuat dan terikat erat
pada periosteum yang mendasari tulang alveolar. Pada aspek wajah, meluas ke mukosa alveolar
yang longgar dan bergerak, dari mana ia dibatasi oleh persimpangan mucogingival. Tetapi pada
permukaan palatal, menyatu dengan mukosa palatal. Oleh karena itu, tidak ada garis
mukogingiva di langit-langit mulut.1
Lebar Attached Gingiva
Lebar gingiva yang terikat adalah jarak antara persimpangan mukogingiva dan proyeksi
pada permukaan eksternal bagian bawah sulkus gingiva atau kantung periodontal. Ini bervariasi
di berbagai daerah mulut, lebih besar di rahang atas daripada rahang bawah, lebar paling sedikit
di daerah premolar pertama mandibula, lebar terbesar di daerah gigi seri rahang atas. lebar
gingiva yang menempel meningkat seiring bertambahnya usia dan gigi supraerupted.1
3. Interdental Gingiva
Biasanya menempati rongga gingiva. Ada tiga bagian dari interdental gingiva
(1) facial papilla,
(2) mukosa lingual papilla,
(3) col, yang merupakan depresi mirip lembah yang menghubungkan "papilla akial dan lingual.
Perbatasan lateral dan ujung papilla interdental dibentuk oleh kelanjutan dari gingiva marginal
dan bagian intervensi oleh gingiva yang melekat. Pada keadaan diastema, papilla interdental
tidak akan terlihat.1
Gambaran Klinis:
1) Warna Gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink) yang diakibatkan oleh
adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini
bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi
pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit gelap. Pigmentasi pada
attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah
disebabkan oleh mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
2) Ukuran Gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah.
Perubahan ukuran gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada penyakit
periodontal.
3) Kontur Gingiva dan ukuran gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk
dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi
embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian
interdental gingiva sehingga tampak lancip.
4) Konsistensi Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan
submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
5) Tekstur Gingiva Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik
ini biasanya disebut stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva
dikeringkan.

LIGAMEN PERIODONTAL
Termasuk struktur pendukung gigi, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar.
Ligamentum periodontal adalah struktur jaringan ikat yang mengelilingi akar dan
menghubungkannya dengan tulang. Di masa lalu, periodontal ligamen telah dijelaskan dengan
banyak istilah. Diantaranya adalah desmodont, gomphosis, pericementum, alveolodental ligamen
dan membran periodontal. Karena jaringan ikat lunak ini memberikan kontinuitas antara dua
jaringan ikat termineralisasi, istilah ligamen periodontal tampaknya lebih tepat. Dalam arah
koronal, ligamen periodontal berlanjut ke lamina propria gingiva dan berhubungan dengan ruang
sumsum tulang alveolar melalui kanal Volkmann.2
Struktur
Ruang ligamen periodontal berbentuk jam pasir dan tersempit di tingkat akar. Lebar
ligamen periodontal adalah sekitar 0,25 mm ± 50 persen.

Bundel Serat
Bundel serat dalam ligamen periodontal terbuat dari kolagen, tersusun dalam bundel, dan
tersebar ke seluruh ligamentum periodontal dengan jaringan seluler, vaskular, dan saraf lainnya.
Selain menempelkan gigi ke tulang, mereka dijamin untuk mentransmisikan kekuatan oklusal ke
tulang, menahan kekuatan oklusal (efek "penyerap guncangan"), dan melindungi pembuluh dan
saraf dari cedera.3
Lima bundel serat utama dalam ligamen periodontal dirangkum dalam Tabel. Bundel
serat utama melekat pada sementum dengan serat seperti sikat yang disebut serat Sharpey, keluar
dari sementum melintasi ligamen periodontal, dan berakhir di tulang alveolar sebagai serat
Sharpey.3
Selain ikatan serat utama, serat kolagen kecil yang berjalan ke segala arah di ligamen
periodontal telah diidentifikasi. Ini disebut sebagai serat pleksus yang tak bermutu; fungsinya
tidak diketahui. Kumpulan kolagen yang kurang terbentuk dengan baik dan bentuk elastin yang
belum matang juga diamati pada ligamen periodontal, sebagian besar berhubungan dengan
pembuluh darah.3
Komposisi Seluler
Sel ligamen periodontal dikategorikan sebagai:
1. Sel sintetis
a. Osteoblasts
b. Fibroblasts
c. Cementoblasts
2. Resorptive cells
a. Osteoclasts
b. Cementoclasts
c. Fibroblasts
3. Progenitor cells
4. Other epithelial cells
Epithelial cell rests of Malassez
5. Connective tissue cells
Sel mast and makrofag.

Komposisi Ekstra Seluler


1. Serat:

a. Kolagen
b. Oxytalan
2. Zat dasar:
a. Proteoglikan
b. Glikoprotein

Fungsi
Fungsi ligamen periodontal berikut telah dijelaskan :
1. Fisik
2. Formatif dan renovasi
3. Fungsi nutrisi dan sensorik
1. Fungsi Fisik
a. Menyediakan "selubung" jaringan lunak untuk melindungi pembuluh darah dan saraf dari
cedera akibat kekuatan mekanik.
b. Mentransmisikan kekuatan oklusal ke tulang. Tergantung pada jenis gaya yang diterapkan,
gaya aksial ketika diterapkan menyebabkan peregangan serat miring ligamen periodontal.
Penularan kekuatan dimensi ini ke tulang alveolar mendorong pembentukan tulang daripada
resorpsi tulang. Tetapi ketika gaya horizontal atau tipping diterapkan, gigi berputar di sekitar
sumbu, pada awalnya gerakan gigi berada dalam batas ligamen periodontal. Ketika kekuatan
yang lebih besar diterapkan, perpindahan plat fasial dan lingual dapat terjadi. Sumbu rotasi, pada
gigi berakar tunggal terletak di area antara sepertiga apikal dan tengah akar. Pada gigi multi akar,
sumbu rotasi terletak di daerah furkasi.
c. Melekatkan gigi ke tulang
d. Mempertahankan jaringan gingiva dalam hubungan yang tepat ke gigi.
e. Shock absorption menahan dampak gaya oklusal.
2. Fungsi Formatif dan Renovasi
Sel-sel ligamen periodontal memiliki kapasitas untuk mengontrol sintesis dan resorpsi
sementum, ligamen, dan tulang alveolar. Ligamentum periodontal mengalami remodeling yang
konstan; sel-sel dan serat tua dipecah dan diganti dengan yang baru.
3. Fungsi Gizi dan Sensorik
Karena ligamen periodontal memiliki suplai vaskular yang kaya, ligamen memberikan
nutrisi pada sementum, tulang, dan gingiva. Ligamentum periodontal disuplai oleh serabut saraf
yang dapat mengirimkan sensasi sentuhan, tekanan, dan nyeri ke pusat yang lebih tinggi. Ikatan
saraf mengikuti perjalanan pembuluh darah dan memasuki ligamen periodontal dari daerah
periapikal melalui saluran dari tulang alveolar. Bundel ini membelah menjadi serat mielin
tunggal, yang kemudian kehilangan selubung mielin mereka dan berakhir di salah satu dari
empat jenis pemutusan saraf.
• Ujung bebas, membawa sensasi rasa sakit
• Mekanoreseptor Ruffini yang terletak di area apikal
• Meissners corpuscles juga merupakan mekanik penerima terutama di wilayah mid-root.
• Ujung tekanan dan getaran seperti spindel, terletak terutama di puncak. Sensasi nyeri ditularkan
oleh saraf berdiameter kecil, suhu menurut jenis perantara; tekanan besar serat mielin.
Penyakit pada jaringan periodontal
1. Pengertian
Penyakit periodontal adalah keradangan pada jaringan periodontal pendukung yang di
tandai oleh terjadinya migrasi juctional epithelium kearah apikal disertai dengan hilangnya
perlekatan dan resobsinya puncak tulang alveolar. Penyakit periodontal di awali dengan
keradangan pada daerah gingiva atau gingivitis, yang apabila tidak dirawat dapat berlanjut ke
jaringan pendukung dibawahnya atau periodontitis.4
2. Etiologi
1. Faktor resiko
a. Plak bakteri
Ada beberapa macam plak bakteri, tetapi yang berhungan dengan penyakit
periodontal dapat dibagi menjadi dua tipe utama. Tipe plak yang pertamater dari
mikroorganisme yang padat, menumpuk, berkolonisasi tumbuh dan melekat ke
permukaan gigi plak. Tipe plak ini dapat berupa plak supragingiva dan subgingiva. Tipe
kedua adalah plak subgingiva yang bebatas atau menempel secara longgar diantara
jaringan lunak dan permukaan gigi.5
b. Merokok
Merokok merupakan faktor penting dalam terjadinya periodontitis dan dapat
mengubah patogenesisnya. Perokok memiliki flora bakteri yang berbeda dan kurang
merespon perawatan sebaik perokok.5 Keadaan ini disebabkan penekanan fungsi imun,
perubahan flora subgingiva dan penurunan metabolisme tulang. Pada perokok terjadi
peningkatan yang bermakna dari jumlah dan kemampuan respon sel T.4
c. Faktor genetik
Adanya kelainan pada genetik telah dicatat berpengaruh terhadap kasus LJP
(Localized Juvenile Periodontitis). Salah satu penelitian melaporkan bahwa pasien yang
positif memiliki genom IL-1 berisiko lebih tinggi menderita destruksi jaringan
periodontal.5
2. Faktor sistemik
Penyakit periodontal dapat disebabkan oleh factor etiologi local dan penyakit
sistemik. Penyakit sistemik dan kelainan tertentu dapat menurunkan atau mengubah
pertahanan serta respons host. Beberapa factor kelainan sistemik yaitu:
a. Faktor penuaan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa insidensi penyakit periodontal


meningkat seiring dengan bertambahnya usia selain itu pada orang lanjut usia sering
ditemukan kehilangan perlekatan jaringan periodontal dan resopsi tulang alveolar. Hal ini
terjadi karena kemampuan penyembuhan host karena proses metabolic menghambat
secara psiologis.5

b. Stress emosional dan psikososial


Mekanisme aksi faktor-faktor psikososial terhadap jaringan periodonsium adalah
berupa tidak memperhatikan oral hygiene, perubahan asupan makanan, bruksisme,
perubahan pada mikrosirkulasi gingiva, perubahan aliran saliva dan komponen-
komponennya, perubahan kerja system endokrin, dan menurutnya resistensi inang.6
c. Kelainan darah
Inflamasi gingiva dan periodontitis kronis secara histopatologi ditandai dengan
infiltrasi sel-sel radang seperti leukosit, PMN,lImfosit. Makrofag dan sel plasma. Sel
darah (Sel darah merah dan platelet) lainnya terlibat dalam nutrisi jaringan periodontal,
hemostasis dan penyembuhan luka. Oleh karena itu kelainan darah asistemik dapat
memberikan pengaruh besar terhadap jaringan periodontal. Diskarasia darah seperti
polistemia, trombosit openia atau kekurangan factor pembekuan darah dapat
menyebabkan waktu perdarahan yang panjang setelah prosedur perawatan periodontal.5
d. Defisisensi nutrisi dan gangguan metabolis
Hubungan anatara defisiensi nutrisi dan perkembangan penyakit periodontal
sangat erat kaitannya, contohnya ; defisiensi vitamin c yang berat (scurvy) diketahui
dapat menginduksi kerusakan jaringan periodontal. Perubahan awal dapat bermanifestasi
sebagai gingivitis ringan hingga sedang yang diikuti oleh pembesaran giginva yang
terinflamasi akut edematous dan hemoragik. Gejala ini disertai dengan perubahan
fisiologi sseperti lesu, lemah, nyeri sendi, ekimosis dan turunnya berat badan.5
3. Klasifikasi Penyakit Periodontal

Tabel 2.1. Klasifikasi penyakit periodontal menurut caranzza 11th ed, 2012
4. Tanda dan gejala
Tanda periodontitis adalah mulai dari pembengkakan, perdarahan, perubahan
warna gusi, pembentukan poket ,resesi, gigi goyang, migrasi, sampai pada pembentukan
abses. Perubahan klinis ini tidak selalu terjadi sama-sama, tetapi tergantung pada factor
penyebab penunjang lainya. Gejala yang dirasakan pada penderita pada umumnya berupa
gusi mudah berdarah dengan sentuhan ringan, bau mulut, ngilu bila terjadi resesi, dan
sakit bila telah disertai abses. Beberapa kasus dalam keadaan kronis, akan ditemukan
kerusakan yang perlahan dan lama. Akibat keadaan ini, penderita biasanya tidak
menyadari sudah terserang penyakit periodontal dan terlambat untuk dirawat.4
Tanda klinis penting dari periodontitis adalah bertambahnya dalamnya poket
periodontal. Keberadaan poket selalu berhungan dengan kerusakan tulang. Sebab, adanya
poket menandakan adanya kerusakan tulang, dan besarnya kerusakan tulang tidak selalu
disertai adanya poket, karena bila dinding gingiva sudah rusak, maka yang terjadi adalah
resesi gingiva dan biasanya keadaan ini terjadi pada kerusakan tulang dalam arah
horizontal.4
5. Perawatan penyakit periodontal
Perawatan periodontal merupakan bagian dari perawatan gigi dan jaringan
sekitarnya. Perawatan penyakit periodontal bertujuan untuk mempertahankan fungsi gigi
geligi, mencegah atau mengurangi penjalaran atau keparahan penyakit. Keberhasilan
perawatan dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah bakteri paotgen, meningkatkan
kemapuan jaringan untuk mempertahankan atau memperrbaiki diri.
Keberhasilan perawatan periodontal ditandai dengan adanya kapasitas
penyembuhan yang baik dari jaringan periodontal. Perawatan penyakit periodontal dapat
dilakukan dengan beberapa tahap perawatan yaitu:7
1) Scalling dan root planning
Scalling dan root planning termasuk dalam perawatan periodontal tahap awal.
Tujuan utama tindakan ini adalah untuk memperbaiki kesehatan gingiva dengan
cara menghilangkan factor yang menimbulkan keradangan dari permukaan gigi.
Instrumentasi ini dilaporkan dapat menurunkan sejumlah mikroorganisme
subgingiva dan menghasilkan perubahan komposis plak subgingiva dari dominasi
bakteri Gram negative anaerob menjadi Gram positif fakultatif, adanya bakteri ini
mempengaruhi kesehatan jaringan periodonsium.7
2) Perawatan bedah
Perawatan bedah untuk menghilangkan jaringan inflamasi dapat merangasang
terjadi perbaikan atau regenerasi jaringan yang mengalami kerusakan. Regenerasi
jaringan rusak dapat terjadi secara fisiologis atau dengan bantuan bahan-bahan
tertentu. Perawatan periodontal untuk merangsang terjadinya regenerasi jaringan
dapat dilakukan dengan cara pembersihan defek dengan kuretase saja, atau
disertai dengan bone grafting ddan guided tissue regeneration yang dilakukan
secara bedah.7
a. Kuretase gingiva Kuretase jaringan lunak biasanya diharpkan dapat
membantu menghilangkan jaringan yang mengalami ulserasi pada sisi bagian
dalam dari dinding poket periodontal. Pembuangan jaringan yang mengalami
ulserasi pada sisi bagian dalam dari dinding poket periodontal. Kuretase berfungsi
untuk membuang sulkular epithelium yang hiperplastik dan sebagian besar
jaringan ikat yang tidak terorganisir, disamping itu itu juga membuang serpihan-
serpihan kecil dari debris yang terkalsifikasi yang akan menghamabt proses
penyembuhan.8
b. Bone graft Secara umum, kesembuhan atau regenerasi fisiologis dapat
terjadi karena regenerasi dari bekuan darah setelah tindakan bedah. Oleh karena
itu, beuan darah harus dilindungi agar tidak rusak. Disamping itu, factor penting
dalam rengenerasi ini adalah keberdaaan dinding (alveolar poket). Semakin
banyak dinding poket regenerasi jaringan akan terjadi lebih baik.8
c. Guided tissue regeneration Guided tissue regeneration pada umumnya
setelah prosedur flap, apabila epithelium gingiva bergerak sepanjang jaringan ikat
disebelah akar gigi yang dirawat, kesembuhan akan terjadi perlekatan yang baru
terhadap akar gigi I (perlekatan semu). Penggunaan GTR diharapkan dapat
menghambat pertumbuhan epitel yang mempunyai potensi pertumbuhan yang
sangat cepat, mendahului pencapaian jaringan ikat gingiva dan sel-sel yang lain
mengadakan perlekatan baru pada permukaan akar. Dengan demikian terjadinya
perlekatan semu dapat dicegah.8
d. Stabilisasi kegoyangan gigi Periodontal splint adalah alat yang dapat
digunakan untuk stabilisasi atau imobilisasi gigi geligi yang mengalami
kegoyangan. Splint terdiri dari dari splint sementara, splint semi-permanen, dan
splint permanen. Indikasi splinting sementara adalah untuk stabilisais gigi goyang
sebelum dan selama perawatan periodontal dengan tujuan untuk mengurangi
trauma pada wkatu perawatan dan mempercepat proses penyembuhan contohnya
wire ligature splint. Splint semi-permanen dan permanen dapat digunakan pada
gigi dengan kegoyangan berat yang dapat mengganggu pengunyahan setelah
terapi periodontal.7
3) Terapi antibiotik
Sejak diketahui bakteri berperan dalam penyakit periodontal, maka timbul
pemikiran perawatan dengan antibiotika. Pemberian antibiotika untuk perawatan
infeksi periodontal dapat dilakukan secara sistemik maupun lokal. Keuntungan
pemberian secara lokal antara lain adalah, konsentrasi obat pada daerah sasaran
dapat dipertahankan dalam level yang yang cukup tinggi dengan dosis yang
rendah tetapi sudah dapat memberikan efek terapi.
a. Metronidazole Metronidazole
merupakan antibiotika sintetik yang berasal dari derivate imidazole.
Metronidazole efektif terhadap bakteri anaerob, antara lain porphyromonas
gingivalis, prevotella intermedia, dan fusobacterium nucleatum. Pada awalnya
mentornidazole di bidang kedokteran gigi digunakan untuk perawatan Acute
Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG), tetapi kemudian dalam
perkembangannya digunakan pula dalam perawatan penyakit periodontal yang
destruktif.
b. Tetrasiklin Tetrasiklin
merupakan antibiotik spektrum luas. Tetrasiklin mampu menghambat
enzim kolagenase yang dihasilkan bakteri, oleh karenanya tetrasiklin juga disebut
sebagai antibiotik-kolagenolitik. Sifat ini menguntungkan jaringan periodontal
karena dapat menghambat kerusakan yang diakibatkan oleh adanya enzim
tersebut. Tetrasiklin efektif terhadap bakteri actinobacillus
actinomycetemcomitans yang banyak ditemukan pada periodontitis agresif., tetapi
kurang efektif terhadap capnocytophaga dan eikenella corrodens. Walaupun
kedua jenis bakteri ini juga banyak ditemukan dalam poket periodontal. Seperti
halnya metronidazole, tetrasiklin dan derivatnya juga banyak digunakan untuk
infeksi periodontal. Derivat tetrasiklin adalah minosiklin dan doksisiklin.
c. Klindamisin Klindamisin
merupakan derivate linkomisin. Klindamisin efektif terhadap bakteri Gram
negatif anaerob yang banyak ditemukan dalam poket periodontal., antara lain:
porphyromonas sp, prevotella sp, dan capnocytophaga. Bakteri lain di rongga
mulut yang peka terhadap klindamisin adalah actinomyces odontyliticus,
bacteroides sp, bifidobacterium sp, eubacterium timidum, fusobacterium
nucleatum, lactobacillus sp, peptostreptococcus anaerobius, streptococcus
constellatus dan veilonella sp. Klindamisin efektif terhadap bakteri yang
memproduksi enzim a-laktamase.9

1. Reddy S. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. Ed 5. New Delhi.


Jaypee Brothers Medical Publishers. 2018: 8-11.
2. Reddy S. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. Ed 3. New Delhi.
Jaypee Brothers Medical Publishers. 2011: 16-20.
3. Perry, Dorothy A. Periodontology for The Dental Hygienist. Ed 4. San Francisco.
Elsevier. 2014: 20.
4. Oktawati S. Efektivitas Pengguna Tulang Deminerlaisasi Steril (TDS) pada Penyakit
Periodontal [Tesis]. Makassar. Universitas Hasanuddin: 2005.
5. Fedi P, Vernino A. Silabus Periodonti. Ed 4. EGC. Jakarta. 2000: 13, -7, -8, 21-2.
6. Nurul D. Peran Stress Terhadap Kesehatan Jaringan Periodonsium. EGC. Jakarta. 2008:
15.
7. Widyastuti R. Periodontitis: Diagnosis dan Perawatannya. Jurnal ilmiah teknologi
kedokteran gigi. (6). 2009: 32.
8. Thahir H. Perawatan Gigi Goyang Akibat Penyakit Periodontal. J. Dentofasial. Ed.
Khusus. (1). 2003: 74
9. Krismariono A. Perawatan Infeksi Periodontal dengan Pemberian Antibiotika Secara
Lokal. Jurnal PDGI. Th 55. Ed. Khsusus: 39-40.

Anda mungkin juga menyukai