Anda di halaman 1dari 5

K 6 PJ.

Dasar

*TEKNIK INTERPRETASI CITRA*

Teknik interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau cara untuk melaksanakan metode
penginderaan jauh. Di dalam melaksanakan pekerjaan ini penafsir menggunakan berbagai data yang
berasal dari luar citra dgn maksud u/lebih memudahkan interpretasi.

Teknik interpretasi citra ini akan dibincangkan cara2 interpretasi citra yg lebih menguntungkan atau
lebih baik. Istilah menguntungkan dimaksudkan dalam segi kemudahan pelaksanaan interpretasi,
lebih akurat hasil interpretasinya, atau lebih banyak informasi yg dapat diperoleh.

Cara2 tsb dilakukan dgn: 1) Data acuhan atau data bantu, 2) Kunci interpretasi citra, 3) Penanganan
data, 4) Pengamatan stereoskopik, 5) Metode pengkajian, & 6) Penerapan konsep multi. Kecakapan
& keterampilan interpretasi citra merupakan hal lain yg dapat mempermudah pekerjaan
interpretasi.

*6.1. DATA ACUHAN / DATA BANTU*

Data acuhan dapat berupa pustaka, pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan, foto
terestrial maupun foto udara selain citra yang digunakan. Ia dapat pula berupa tabel statistik,
Tentang metereologi atau tentang penggunaan lahan yang dikumpulkan oleh perorangan maupun
oleh pemerintah. Penggunaan data acuhan atau menngkatkan ketelitian hasil interpretasi yang
dapat memperjelas lingkup, tujuan, dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu.

Data bantu (Collateral Data/Reference Material/Out Side Information/ Onsite Verification) sering
menolong pelaksanaan interpretasi citra ; seperti pada citra nampak adanya sawah yang ditanami
padi atau gandum. Kedua jenis tanaman ini sulit dibedakan satu sama lain dgn adanya data bantu
yang menjelaskan daerah yang bersangkutan terletak di mana dan kebiasaan penduduk setempat
yang biasa menanam gandum atau padi, maka dapatlah jenis tanaman tersebut dikenal lewat citra
foto udara.

Contoh lain dalam pemetaan penggunaan lahannya diperlukan gabungan antara interpretasi citra
dan pekerjaan terestrial. Untuk ketelitianx, tdk ada cara lain yg menyamai apa lagi melebihi
pekerjaan terestrial.

*6.2. KUNCI INTERPRETASI*

Kunci interpretasi merupakan potongan citra yang telah diinterpretasi dan diberi keterangan tentang
tiap obyek serta diyakinkan kebenarannya. Keterengan tersebut meliputi; jenis obyek, unsur
interpretasinya, keterangan tentang citra menyangkut jenis, skala, saat perekaman, dan lokasi
daerahnya. Kunci ini merupakan pedoman dalam melaksanakan interpretasi citra. Ia dapat berupa
kunci interpretasi citra secara individual, maupun berupa kumpulannya, yang dibedakan atas dasar
luang lingkupnya dan atas dasar lainnya.

*1). Atas dasar ruang lingkupnya*

a). Kunci individual (item key) yaitu kunci interpretasi yang digunakan untuk obyek atau kondisi
individual. Misalnya kunci interpretasi untuk tanaman karet, atau batuan endapan.

b). Kunci subyek (subject key), yaitu himpunan kunci individual yang digunakan untuk identifikasi
obyek2 atau kondisi penting dalam suatu obyek atau kategori tertentu. Contohnya kunci interpretasi
untuk tanaman perkebunan atau untuk geologi.

c). Kunci regional (regional key), yaitu himpunan kunci individual atau kunci subyek untuk identifikasi
obyek obyek atau kondisi suatu wilayah tertentu. Wilayah ini dapat berupa daerah aliran sungai,
wilayah administratif atau wilayah lainnya.

d). Kunci analog (analogues key), yaitu kunci subyek atau kunci regional untuk daerah yang
terjangkau secara terestrial. Ia disiapkan untuk daerah lain yang serupa atau analog. Sebagai contoh
misalnya interpretasi hutan kalimantan untuk interpretasi hutan di irianjaya. Cara ini tidak
dianjurkan, kecuali keadaan darurat.

*2). Atas Dasar Lainnya*

1). Kunci langsung (direct key) ialah kunci interpretasi yang disiapkan untuk obyek atau kondisi yang
tampak pada citra, seperti bentuklahan dan pola aliran permukaan.

2). Kunci asosiatif (assosiative key) ialah kunci interpretasi yang digunakan untuk deduksi informasi
yang tidak tampak langsung pada citra, seperti jenis tanah dan kepadatan penduduk.

Kunci interpretasi citra seyogyanya digunakan untuk daerah tertentu saja, yaitu yang dibuat untuk
daerah tertentu saja, yaitu yang dibuat untuk daerah A tidak begitu saja diterapkan untuk daerah B
(mengapa ?) kecuali untuk analog.

*6.3. PENANGANAN DATA (DATA HANDLING)*

Cara sederhana untuk mengatur citra dengan baik adalah : 1) Menyusun citra tiap satuan perekaman
atau pemotretan secara numerik dan menghadap keatas, 2) mengurutkan tumpukan citra sesuai
dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan meletakkan keatas kertas penyekat
diantaranya, 3) Meletekkan tumpukan citra sedemikian sehingga jalur terbang membentang dari kiri
kekanan terhadap arah pengamatan sedapat mungkin dengan arah bayangan mengarah ke
pengamat, 4) meletakkan citra yang akan digunakan sebagai pembanding disebelah menyebelah
yang akan diinterpretasi, dan (5) pada saat citra dikaji, tumpuklah menghadap kebawah dalam
urutannya.
Banyaknya citra yang akan diinterpretasi secara bersamaan untuk memaksimalkan hasil interpretasi.
Dengan demikian banyak citra yang diamati oleh penafsir, penafsir yang berpengalaman belum
tentu memperhatikan cara penanganan datanya karena ia mungkin lebih tertarik menekuni
interpretasinya. Hal yang demikian tentu saja tidak menguntungkan untuk kemudahan dalam
menyimpan dan mencari data, dan untuk keawetan citranya. Oleh sebab itu seyogyanya
penanganan data dilakukan seperti layaknya menangani arsip penelitian ilmiah, lima langkah keatas
dapat ditempuh dan atau menurut kelayakan atau kesesuaiannya.

*6.4. PENGAMATAN STREOSKOPIK*

Pengamatan streoskopik atas citra foto udara yang bertampalan dapat menimbulkan gambaran tiga
dimensional. Pengamatan ini sangat membantu pada pengenalan obyek. Lebih dari itu, tiap streopair
(streomodel) merupakan model dari medan yang memungkinkan ulasan keruangan dengan nyata.

Hingga kini pengamatan dengan streoskopis masih terbatas pada citra foto udara, citra radar, citra
landsat. Bagi citra inframerah termal dan citra lainnya masih belum dapat dikembangkan sebagai
suatu teknik yang operasional. Karena pengamatan streoskopik memerlukan persyaratan yakni
adalah daerah bertampalan dan adanya paralaks pada daerah yang bertampalan. Paralaks adalah
perubahan letak obyek pada citra terhadap titik atau sistem acuhan, yg disebabkan oleh perubahan
letak titik pengamatan.

Dengan perwujudan obyek tiga dimensional maka pengenalannya pada citra lebih mudah
dilaksanakan. Disamping itu pengenalan obyek juga dipermudah oleh ; (a) pembesaran tegak yang
memperbesar relief, dan (b) pembesaran (tegak dan mendatar) bila digunakan dalam
pengamatannya.

Dengan menggunakan binokuler obyek diperbesar tetapi daerah pengamatan menyusut. Luas
daerah pengamatan berbanding terbalik terhadap kuadrat pembesarnya. Bagi pembesaran tiga kali,
luas daerah pengamatannya menyusut menjadi sepersembilan luas daerah pertampalan.

*6.5. METODE PENGKAJIAN*

Pekerjaan interpretasi citra diawali dari pengkajian semua detail yang sesuai terhadap tujuannya.
Sungguhpun demikian banyak penafsiran citra lebih senang mengawali dengan menyiam seluruh
atau sebagian besar daerah / obyek yang dikaji. Kemudian dilakukan seleksi dan kajian terhadap detil
yang dihendaki.

Penafsiran citra umumnya sependapat bahwa interpretasi citra seyogyanya mengikuti metode
tertentu yakni mulai dari pertimbangan umum yang dilanjutkan kearah detail khusus atau dari yang
diketahui  kearah yang belum diketahui. Perwujudan umum dapat diartikan perwujudan regional,
sedangkan perwujudan khusus dapat diartikan perwujudan lokal. Pengkajian dari umum kearah
khusus dapat dilakukan bila tidak “bias” antara perwujudan umum dan perwujudan khusus.
Ada dua metode pengkajian secara umum, yaitu ; (1) ”Fishing expedition”, dan (2) “Logical search”.

*1). Fishing expedition*

Citra foto udara menyajikan gambaran lengkap obyek dipermukaan bumi. Sebagai akibatnya,
penafsiran citra yang kurang berpengalaman sering mengambil data yang lebih banyak dari yang
diperlukan. Hal ini disebabkan karena penafsir mengamati seluruh citra dan mengambil datanya
seperti orang mencari ikan di dalam air, yaitu menjelajahi seluruh daerah.

*2). Logical search*

Pada metode ini penafsir citra juga mengamati citra secara menyeluruh tetapi secara selektif hanya
mengambil data yang relevan terhadap tujuan interpretasi. Diartikan pula penafsir citra hanya
mengkaji daerah secara selektif. Sebagai contoh eksplorasi deposit minyak bumi hanya dicari di
daerah endapan marin, Khususnya yang berupa daerah lipatan.

*5.6. KONSEP MULTI*

Beberapa konsep multi yang berkaitan dengan interpretasi citra foto pada bagian ini dikemukakan
secara singkat (1) multispektral, (2) multitingkat.

*1). Multispektral*

Tiga manfaat yg dapat ditarik dari citra multispektral hitam putih, yakni; (a) meningkatkan
kemampuan interpretasi manual karena kurva pantulan tiap obyek sering lebih nyata bedanya pada
spektrum sempit tertentu, (b) dimungkinkannya pembuatan citra komposit berwarna (color
composite) sehingga pengenalan obyek dipermudah, dan (c) dimungkinkannya pengamat dengan
menggunakan pengamat warna aditif (color additive viewe) sehingga dapat dilakukan penajaman
warna (color enhancement).

*2). Multitingkat*

Citra multitingkat yaitu citra yang menggambarkan daerah yang sama, dengan skala yang berbeda.
Citra skala kecil meliputi daerah yg luas, tetapi gambarnya secara global. Sebaliknya, citra skala besar
menyajikan gambaran terperinci tetapi liputannya sempit. Dengan memadukannya maka untuk
daerah tertentu dapat dikaji secara terperinci dengan menggunakan citra skala besar. Daerah –
daerah tersebut dapat dianggap sebagai daerah sampel.

Dengan jalan mengkaji pada hubungan gambaran pada da (73) citra skala besar dan citra skala kecil
di daerah sampel, dapat dilakukan ekstrapolasi atau generalisasi untuk seluruh daerah. Dengan
demikian maka bagi daerah luas akan dapat diperoleh manfaat yang besar, yaitu  lebih cepat, lebih
murah, dengan ketelitian yang memadai.

Citra skala kecil terutama citra satelit telah mengubah kriteria untuk perbedaan skala. Dengan foto
udara skalanya yaitu atas dari 1 : 30.000 dinamakan skala kecil, antara 1 : 10.000 – 1 : 30.000 disebut
skala sedang, dan lebih dari 1 : 10.000 disebut skala besar. Bagi citra satelit, skala kecil, sedang, dan
besar diperuntukkan bagi citra berskala kurang dari 1 : 250.000, Antara 1 : 50.000 – 1 : 250.000, dan
lebih dari 1 : 50.000.

*E. TES FORMATIF*

Mahasiswa diharapkan dapat:

a.Jelaskanlah teknik interpretasi citra

b.Jelaskanlah data Bantu

c.Jelaskanlah kunci interpretasi

d.Jelaskanlah penanganan data

e.Jelaskanlah pengamatan streoskopis

f.Jelaskanlah metode pengkajian

g.Jelaskanlah konsep multi.

*F. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT*

Setelah mengerjakan tes formatif, mahasiswa diharapkan dpt menelaah kembali hasil pekerjaannya
yang tel;ah diperiksa oleh dosen mata kuliah. Kegiatan ini dilakukan agar mahasiswa dapat
mengetahui tingkat pemahaman mereka dalam mengikuti perkuliahan.

*G. REFERENSI*

1. Lillesan dan Kiefer., 1990, “Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra”,  Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta

2. Paine, P, David., 1993, “Fotografi Udara dan Penafsiran Citra Untuk Pengelolaan Sumber Daya”,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

4. Sutanto, 1986, “Penginderaan Jauh Jilid 1”, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

5. Wolf. R. Paul., 1993, “Elemen Fotogrametri”, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai