Pengetian Fotoperiodisme
Fotoperiodisme adalah dapat didefinisikan sebagai salah satu mekanisme tanaman di
mana ia dapat merasakan pergantian di siang dan malam hari melalui protein fotoreseptor dan
memutuskan kapan harus menginduksi pembungaan. Itulah sebabnya berbagai spesies tanaman
mengembangkan bunga pada musim yang berbeda, yang hanya disebabkan oleh perbedaan
panjang fotoperiode.
Fotoreseptor seperti fitokrom dan kriptokrom dapat memahami rangsangan cahaya dan dapat
menghasilkan sinyal untuk menginduksi pembungaan dalam suatu tanaman sehubungan dengan
panjang kritis dari fotoperiode. Fotoperiode kritis dapat didefinisikan sebagai durasi minimum
cahaya yang diperlukan untuk menginduksi pembungaan.
Jenis-jenis Tumbuhan
Berdasarkan efek fotoperiodik, tanaman dikategorikan menjadi tiga kelas utama:
Tanaman hari panjang: Tanaman ini mengalami pembungaan dalam kondisi panjang hari
yang panjang dan juga disebut sebagai “tanaman malam pendek”. LDP menghasilkan
bunga terutama di musim panas dan termasuk tanaman seperti bayam, lobak, selada dll.
Tanaman hari pendek: Tanaman ini mengalami pembungaan dalam kondisi panjang
malam dan juga disebut sebagai “tanaman malam panjang”. SDP menghasilkan bunga
terutama di musim dingin dan termasuk tanaman seperti Dahlia, kedelai dll.
Tanaman hari netral: Tanaman ini mengalami pembungaan secara mandiri, karena
panjang penyinaran tidak memengaruhi proses pembungaan. DNP dapat menghasilkan
bunga sepanjang tahun dan termasuk tanaman seperti mentimun, tomat, mawar, dll.
Mekanisme Fotoperiodisme
Jika Anda bertanya-tanya bahwa sinar matahari adalah satu-satunya faktor yang mendorong
pertumbuhan bunga, maka jawabannya adalah tidak. Sinar matahari saja tidak dapat
menyebabkan berbunga di tumbuhan, dan tanaman harus mengandung bahan kimia tertentu yang
dapat merespons aksi stimulus cahaya. Pada tahun 1935, seorang ilmuwan bernama Cajlachjan
memperkenalkan satu hormon hipotetis bernama “Florigen” yang keberadaan dan asal usulnya
masih belum jelas.
Florigen adalah fitohormon yang seharusnya menginduksi pembungaan pada tanaman sebagai
respons terhadap perubahan panjang fotoperiode. Tergantung pada panjang penyinaran, tanaman
menghasut berbunga dengan cara yang berbeda dan dikategorikan menjadi tiga jenis:
Fitokrom
Fitokrom adalah sebagai photopigment yang bersifat fotosensitif. Tergantung pada cahaya siang
dan malam, fitokrom ada dalam dua konformasi yang berbeda seperti PR dan PFR. Fitokrom ada
sebagai dimer yang terdiri dari dua rantai polipeptida analog, masing-masing dengan berat
molekul 125 kDa. Dua rantai polipeptida menempel melalui ikatan kovalen.
Ini umumnya adalah pigmen protein yang muncul sebagai tetrapyrrole linier. Struktur fitokrom
terdiri dari kelompok prostetik kromofor, dan bagian protein disebut sebagai “Apoprotein” yang
dalam kombinasi dengan kromofor membentuk holoprotein. Kehadiran phytochromes telah
terdeteksi di sejumlah tanaman seperti angiospermae, gimnospermae, bryofita, dll.
Fotomorfogenesis
Fitokrom menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda dan mengubah konfigurasi
strukturalnya menjadi bentuk PR dan PFR, relatif terhadap cahaya yang diserap. Baik bentuk PR
dan PFR saling dipertukarkan, dan konsentrasinya pada tanaman yang berbeda dapat bervariasi.
Ketika daun tanaman menyerap cahaya merah dengan panjang gelombang sekitar 670 nm, maka
PR akan berubah menjadi bentuk PFR aktif. Sebaliknya, cahaya merah jauh dari panjang
gelombang sekitar 730 nm mengubah PFR aktif menjadi konformasi PR yang tidak aktif.
photoperiodicity
Ketika phytochrome ada sebagai bentuk PFR aktif, maka tanaman akan menghasilkan respons
yang selanjutnya memicu pembungaan. Dalam kondisi PR, tanaman tidak akan memicu
pembungaan. Fitokrom juga dapat didefinisikan sebagai fotoreseptor, yang merespons kondisi
cahaya lingkungan dan mengendalikan berbagai respons fotomorfogenik. Konsentrasinya
tertinggi di dekat puncak pucuk, di mana ia menginduksi pembungaan.
Peranan Fotoperiodisme
Fotoperiodisme memiliki peran penting dalam studi percobaan perkawinan silang dan mengatur
musim ketika tanaman mekar berbunga. Ini adalah contoh “Fisiologis prakondisi” yang berarti
tanaman menerima respons fotores sekali dan kemudian mengalami perubahan fisiologis seperti
perkecambahan biji, pembungaan, dll. Pada musim tertentu. Paparan tanaman untuk fotoperiode
yang lebih lama mengubah PR tidak aktif menjadi bentuk PFR aktif yang memulai pembungaan.
Sebaliknya, paparan tanaman ke periode gelap mengubah PFR menjadi PR yang menghambat
pembungaan.