A. Hadis Mutawatir
Secara lugawi istilah mutawatir berasal dari isim fail
musytaq dari al-tawatur yang berarti tatabu’ (datang berturut-
turut dan beriringan satu dengan lainnya). Seperti dalam
Q.S. al-Mu’minun (23): 44. Secara istilah yang dimaksud
dengan mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh
banyak periwayat dalam setiap tingkatan satu dengan yang
lainnya dan masing-masing periwayat tersebut semuanya
adil, yang
14
Lihat tentang biografi MM. Azami dalam berbagai tulisan
antara lain Ali Mustafa Ya’qub, Kritik Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995),
hlm. 25 6 31. Beberapa artikel ilmiah yang berkenaan dengan MM. Azami
dalam Nurul Huda Ma’arif (ed.), MM. Azami Membela Eksistensi Hadis
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002).
Dr. Hj. Marhumah, M.Pd. 57
ULUMUL HADIS: Konsep, Urgensi, Objek Kajian, Metode dan Contoh
21
Subkhi al-Salih, ‘Ulum al-Hadis, hlm. 139.
22
Ibid., hlm. 139.
23
Ibid., hlm. 139 6 140.
B. Hadis Ahad
Hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir biasanya
disebut dengan hadis ahad yang secara bahasa dari kata wahid
artinya satu. Secara istilah sering diartikan dengan hadis yang
jumlah periwayatnya terbatas atau tidak banyak, sebagai-
mana yang terjadi pada hadis mutawatir. 25
1. Masyhur
Secara etimologis berarti tersebar atau tersiar
(muntasyir). Menurut istilah menurut Ibn Hajar
al-’Asqalani hadis adalah hadis yang diriwayatkan lebih
dari dua orang tetapi belum mencapai derajat mutawatir.
Imam Ahmad mendefinisikan bahwa hadis masyhur
adalah hadis yang
24
Subkhi al-Salih, ‘Ulum al-Hadis, hlm. 139 6 140.
30
Ibid., hlm. 145.
31
Ibid., hlm. 146.
2. Aziz
Secara bahasa dari kata yang berarti kuat
(Q.S. Yasin [36]14) atau sedikit/jarang (al-nadir) atau disebut
juga dengan al-syarif (yang mulia). Adapun secara istilah:
Hadis yang jumlah periwayatnya tidak kurang dari dua
orang dalam seluruh tingkatannya. Atas defenisi
tersebut, Ibn Hibban mengatakan sangat sulit sekali kalau
yang dimaksud periwayatnya dua orang dalam setiap
tingkatannya. Pen-
dapat tersebut dikuatkan juga oleh Ibn Hajar al-’Asqalani. 33
Defenisi lain tentang hadis aziz adalah hadis yang diriwa-
yatkan terbatas dua orang periwayat dalam sebagian ting-
katannya dan sebagian lainnya ada yang lebih dari dua
periwayat.
32
Subkhi al-Salih, ‘Ulum al-Hadis , hlm. 146 6 150.
33
Ibid., hlm. 150 6 151.
3. Garib
Seacara etimologis: Kata garib merupakan sifat mu-
syabbih yang bermakna sendirian, atau jauh dari keluarganya,
atau jauh dari tanah air, atau sulit dipahami. Secara istilah
hadis garib adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang
periwayat saja dengan tidak dipersoalkan dalam tabaqat
mana saja. Oleh karena itu, ada ulama yang menyebut
hadis ini dengan istilah hadis fard. 35
36
Ibid., hlm. 154 6 155.
37
Subkhi al-Salih, ‘Ulum al-Hadis, hlm. 155 6 157.
38
Ibid., hlm. 155 6 157.