Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI I

MAKALAH TAHAP PEMBUATAN SIMPLISIA

Dosen Pengampu : 1. Marybet Tri Retno, M.Farm

2. Yulianita, M.Farm

Asisten Dosen : Rani Meilana Wulandari

Di Susun oleh :

Rika Septia Wahyuni

066117026

Kelas C

LABORATORIUM FARMASI

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Tahapan
Pembuatan Simplisia ini dengan baik meskipun masih terdapat banyak kekurangan. penulis
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita dalam Mata Kuliah Praktikum Farmakognosi I.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik atau
saran untuk perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang. Mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi setiap orang yang membacanya
dan juga dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang yang membacanya. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenaan.

Bogor, 04 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………… i


Daftar Isi …………………………………………………………… ii
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2 Tujuan …………………………………………………… 1
Bab II Pembahasan …………………………………………………… 2
2.1 Pengertian …………………………………………………… 2
2.1.1 Pengertian Simplisia …………………………………… 2
2.1.2 Penggolongan Simplisia …………………………… 2
2.2 Cara Pembuatan Simplisia …………………………………… 3
2.3 Jenis-Jenis Simplsia Nabati …………………………………… 5
Bab III Penutup …………………………………………………………… 7
3.1 Kesimpulan …………………………………………………… 7
3.2 Saran …………………………………………………………… 7
Daftar Pustaka …………………………………………………………… 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis sehingga ruang
lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan sebagai fluduger, yaitu
penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh
segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
Dalam kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak masyarakat didunia ini
sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita lihat bahwa
sebagian dari masyarakat memanfaatkan tanaman sebagai makanan, sedangkan pada
bidang farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat-
obatan.
Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia khususnya
seorang farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan-jaringan yang terdapat
dalam tanaman khususnya simplisia yang dapat dijadikansebagai obat.
Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin berkembang,
mengenai jaringan didalam didalam suatu simplisia pada daun.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan pembuatan simplisia
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan kegunaan dari setiap tahapan
pembuatan simplisia
c. Mahasiswa dapat mengetahui penggolongan simplisia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen
kesehatan RI :1989).
2.1.2 Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura
Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan
dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia
murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel
depuratum).
3. Simplisia pelican dan mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (
Dep.Kes RI,1989).

2
2.2 Cara Pembuatan Simplisia
1. Permanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas
dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat
untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti
rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak
atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keran-
jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak
menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan
supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan
terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama
(hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
2. Penanganan pasca panen
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap
tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain
untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang
baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca
panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang
ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen
sangat penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga
bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung
tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat
yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
3. Penyortiran
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang
muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik
memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%.
Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau
bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut
terbawa dalam bahan.

3
4. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-
mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus segera di-lakukan setelah panen
karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti
air dari mata air.
5. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan
cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. Dengan
demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan
dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif
dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-
kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada
umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 – 60°C dan hasil yang baik dari proses
pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%.

6. Penyortiran (Kering)
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang
terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing
lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering
sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut.
Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari
proses pasca panen yang dilakukan.
7. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan. Jenis
kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung
goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas,
mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh
mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.

4
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama
bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode
produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.
8. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di
ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering
dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang
lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy
dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman
obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia
selama penyimpanan 3 – 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus
diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes.

2.3 Jenis-Jenis Simplisia Nabati

1. Herba (Herba)
Herba merupakan seluruh bagian dari tanaman obat mulai dari akar, batang,
daun, bunga, dan buah yang berasal dari tanaman jenis terna yangbersifat herbaceus.
Contohnya , Pegagan.
2. Daun (Folium)
Bisa dikatakan, daun adalah jenis simplisia yang paling sering digunakan
dalam pembuatan herbal. simplisia tersebut bisa derupa daun segar atau kering dan
dapat berupa pucuk daun seperti teh atau daun tua seperti daun salam.
3. Bunga (Flos)
Bunga yang digunakan sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk.
4. Buah (Fructus)
Buah untuk simplisia biasanya dikumpulkan setelah masak.
5. Kulit Buah (Pericarpium)
Kulit buah dikumpulkan dari buah masak seperti kulit buah jeruk.
6. Biji (Semen)
Biji biasanya dikumpulkan dari buah yang masak.

5
7. Kulit Kayu (Cortex)
Kulit kayu merupakan bagian terluar dari batang pada tanaman.
8. Kayu (Lignum)
Kayu yang biasa digunakan sebagai simplisia merupakan kayu tanpa kulit.
Pemotongan kayu biasanya dilakukan miring sehinggak permukaan menjadi lebar.
Kadangkala berupa serutan kayu.
9. Akar (Radix)
Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat dalam tanah. Tugas akar
selain memperkuat tegaknya tumbuhan, menyerap air dan zat makanan dari dalam
tanah, kadang-kadang juga sebagai tempat menimbun makanan. Menurut bentuknya,
dibedakan 2 macam akar yaitu akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang hanya
terdapat pada tumbuhan yang ditanam dari biji. Akar untuk simplisia bisa dari
tanaman rumput, perdu, atau tanaman berkayu keras.
10. Umbi (Tiber)
Umbi merupakan penjelmaan batang atau akar sehingga dibedakan menjadi
umbi batang dan umbi akar. Untuk menjadikan simplisia, umbi di[potong miring
agar permukaan menjadi lebar.
11. Rimpang (Rhizome)
Rimpang merupakan batanf dan daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang -
cabang, dan tumbuh tunas yang muncul ke atas tanah dan menjadi tumbuhan baru.
12. Umbi lapis (Bulbus)
Umbi lapis merupakan perubahan bentuk dari batang beserta daunnya menjadi umbi
yang berlapis-lapis karena daunnya tebal, lunak, dan berdaging.

6
BAB III

PENUTUP

2.4 Kesimpulan
1. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
perubahan proses apapun.
2. Tahapan Pembuatan atau proses pembuatan simplisia ada 8 tahap.
3. Simplisia dibagi menjadi 3 golongan yaitu, simplisia nabati, simplisia hewani, dan
simplisia mineral.
4. Jenis-jenis simplisia nabati ada 11.

2.5 Saran
Mahasiswa dapat memahami semua proses pembuatan simplisia agar kedepannya
bisa dengan mudah mengerjakan tahapan-tahapan tersebut.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1987. Analisis Obat Tradisional. Jakarta :
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Mukherjee, P.K. 2002. Quality Control of Herbal Drugs, An Approach To Evaluation
Ouf Botanicals. New Delhi : Business Horizons.

Anda mungkin juga menyukai