Anda di halaman 1dari 5

Komunikasi pada Klien Dewasa

A. Komunikasi pada masa dewasa Awal

Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentuyaitu :

1. Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang
dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir.

2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya perasaan dan
pikiran.

3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima, akan belajar
banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai
suatu masalah.

Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada kematangan fisik, mental dan kemampuan
social mencapai optimal.Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah membentuk orang
dewasa.melakukan komunikasi dengan orang lain, baik pada setting professional ketika mereka bekerja
atau pada saat mereka berada di lingkungan keluarga dan masyarakat umum.

Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap optimal, baik dalam
bentuk verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk mengembangkan komunikasi (sebagai media
transfer informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima, individu dewasa tidak hanya melihat isi
pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut dengan lebih baik serta menciptakan hubungan antar
pesan yang di terima dengan konteks atau situasi pesan tersebut disampaikan.Pesan yang diterima
individu dewasa kadang kala dipersepsikan bukan hanya dari konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks
lagi disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal kata
tersebut ketika diungkapkan dengan nada datar, akan memberi kesan yang menyesalkan. Kesan ini
semakin kuat bila penyampai pesan menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raut wajah, kepala
menunduk. Namun, bila ungkapan tersebut diucapkan dengan menggunakan bahasa yang halus dan
mendesah serta menyampaikan pesan dengan menunjukkan ekspresi mata bersinar, wajah cerah atau
normal, persepsi individu dewasa tersebut adalah bahwa makna kata “sayang” tersebut adalah perasaan
suka atau cinta. Kemampuan untuk menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan lingkungan
memberi keuntungan karena pesan yang kompleks dapat disampaikan secara sederhana.Namun,
kadang kala kemampuan kompleks untuk menangkap pesan ini menimbulkan kerugian pada manusia
karena kesalahan dalam menerima pesan menjadi lebih besar, akibat pengguna persepsi dan lingkungan
yang lebih kompleks.Contoh : seseorang yang meludah didepan atau didekat orang seseorang kadang
kala di persepsikan sebagai rasa tidak suka atau benci terhadap orang tersebut, atau orang yang
meludah tersebut tidak bermaksud sebagaimana dipersepsikan orang lain. Situasi diatas selanjutnya
menimbulkan konflik antar individu atau kelompok.
B. Role Play

Para Anggota (Pemain)

Marzuki Setyo Wicaksono : Pasien Fraktur Tulang Betis

Meryana : Perawat Ruang Inap

Ifka Nurul Atifah : Perawat Ruang Inap

Anita Maharani : Narator

Heri Prasetyo : Bapak Pasien

Fase-fase komunikasi terapeutik:

1. Tahap persiapan ( Prainteraksi )

Tahap persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi dengan klien
(Christina. dkk. 2002). Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga mencari informasi tentang klien. Tahap ini harus dilakukan
oleh seorang perawat untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan dirinya
bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien ( Suryani, 2005 ).

2. Tahap perkenalan ( Orientasi )

Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kalin bertemu atau kontak dengan klien.
Pada saat berkenalan perawat, perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien.
Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan
akan mendorong klien untuk membuka dirinya ( Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk
memvalidasin keakuratan data dan rencana yang telah di buat dengan keadaan klien saat ini, serta
mengevaluasi tindakan yang lalu.

Perawat (ifka) : Assalamu’alaikum bapak

Pasien (Marzuki) : Wa’alaikum salam,,

Perawat (Mery) : Dan saya suster meryana biasa di panggil suster Mery.

Perawat(Ifka) : Baiklah bapak, kami yang akan bertugas pada shift siang dari jam 14.00 sampe jam
20.00. Jika bapak butuh bantuan bapak bisa menghubungi kami,baik bapak sekarang rekan saya suster
Mery akan memeriksa luka dan mengganti perban pada kaki bapak. Silakan suster Mery.
Perawat (Mery) : Baik bapak bagaimana keadaan hari ini?

Pasien (Marzuki) : Sudah agak mendingan sus.

Perawat(Mery) : Saya akan memeriksa luka dan mengganti verban bapak.

Pasien(Marzuki) : Iya sus.

Suster (Mery) : Apakah bapak sudah siap?

Pasien( Marzuki) : Sudah sus.

Suster (Mery) : Sebelum saya mulai apakah ada pertanyaan bapak?

Pasien (Marzuki) : Tidak ada sus.

3. Tahap kerja

Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunkasi terapeutik. Pada tahap ini
perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap
kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan fikirannya.
Perawat juga dituntut mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan
dalam respon verbal maupun nonverbal klien.

Perawat (Mery) : Bisa kita mulai ya bapak?

Pasien (Marzuki) : Iya sus, Pelan-pelan ya.

Perawat (Mery) : Baik bapak, bisa diangkat sedikit kakinya pak pelan-pelan saja jangan di paksa
bapak

Pasien (Marzuki) : Sedikit nyilu sus.

Perawat (Mery) : Bisa saya bantu bapak? Atur nafas nya dulu bapak dan mari pak angkat pelan-
pelan saja kaki nya bapak.

Pasien (Marzuki) : iya sus.

Perawat (Mery) : Baik bapak sedikt tahan iya bapak saya akan membuka dan mengganti
perbannya.

Pasien (Marzuki) : iya sus.

Perawat (Mery) : bismillahirrohmanirrohim..

Pasien (Marzuki) : sakit..


Perawat (Mery) : Ditahan sedikit bapak.

4. Tahap terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini di bagi menjadi dua yaitu
terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).

a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuam perawat dan klien, setelah terminasi
sementara, perawat akan bertemu lagi pada waktu yang telah ditentukan.

b. Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan.

Perawat(ifka) : Alhamdulillah akhirnya selesai juga bapak.

Pasien (Marzuki) : Alhamdulillah

Perawat (ifka) : Baik bapak tugas kami sudah selesai, ada yang ingin bapak tanyakan kepada saya
silahkan bapak.

Pasien(Marzuki) : Tidak sus.

Bapak Pasien (Heri) : Anak saya bilang ingin rasa nya nanti sore mandi karena sudah seharian gak mandi
sus.

Perawat(ifka) : Untuk sementara waktu ini bapak Marzuki belum bisa dengan kondisi seperti ini
untuk mandi karena luka dan praktur pada kaki bapak marzuki masih basah belum terlalu kering. Nanti
jika sudah mengering bapak Marzuki boleh untuk mandi, untuk sementara ini cukup di lap/sibin saja ya
pak.

Bapak Pasien(Heri) : Baik sus, terimakasih atas informasinya.

Perawat(ifka) :Iya sama-sama bapak. Baik bapak tugas kami sudah selesai,apa bila bapak
membutuhkan sesuatu bapak bisa menghubungi kami dengan cara memencet tombol yang berwana
hijau tepat di atas kepala bapak. Wassalamualaikum bapak.

Pasien (Marzuki) : Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.


KESIMPULAN

Komunikasi terapeutik pada pasien dewasa adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan
pasien (dewasa) yang direncanakan secara sadar. Bertujuan untuk mendukung kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik juga berguna untuk membangun kerjasama antara perawat dan pasien sehingga
mendukung suksesnya proses tindakan keperawatan. Komunikasi kepada pasien penting dilakukan
untuk memberikan pengertian kepada pasien agar pasien tidak salah paham terhadap tindakan yang
dilakukan oleh perawat dan juga dapat mengurangi beban perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan
dan menimbulkan rasa nyamanan.

Faktor yang dapat mempengaruhi dalam melakukan komunikasi terapeutik diantaranya sikap, waktu,
tempat dan situasi. Sebagai contoh jika seseorang mengucapkan kata “sayang” tapi dengan kepala
menunduk dan dengan nada yang datar maka itu diartikan sebagai ungkapan penyesalan. Seseorang
meludah didepan orang dapat diartikan sebagai ungkapan rasa benci atau tidak suka terhadap orang itu
dan persepsi itu muncul walaupun si pelaku tidak bermaksud seperti itu. Faktor yang dapat
menghambat suksenya suatu komunikasi terapeutik diantaranya, pemahaman yang beda, salah
penafsiran, kepentingan yang berbeda, mengalihkan pembicaraan, terlalu banyak bicara,
memperlihatkan sikap jemu, bosan dan pesimis.

Anda mungkin juga menyukai