Anda di halaman 1dari 37

Lampira : Keputusan Direktur RSD Madani

n Pekanbaru
Nomor : 445/RSDM-KEP/2019/21
Tanggal : 21 Mei 2019

PEDOMAN PELAYANAN KEPERAWATAN UNIT KAMAR OPERASI DI


RUMAH SAKIT DAERAH MADANI KOTA PEKANBARU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kamar operasi adalah suatu ruangan yang terdapat pada penyedia
fasilitas kesehatan dimana prosedur bedah yang mengguanakan
pembiusan dilakukan. Definisi lain dari kamar operasi adalah suatu
unit khusus yang digunakan untuk melakukan tindakan pembedahan,
baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan steril. Menurut
Wiliamson (2002) kamar operasi adalah ruangan didalam rumah sakit
yang dipakai untuk melaksanakan operasi mayor dan secara khusus
hanya dipakai untuk prosedur bedah bukan untuk invetervensi
pengobatan.
Lokasi terbaik untuk kamar operasi adalah tempat dimana
terdapat kenyaman dan tidak sulit untuk dijangkau dalam penempatan
alur pasien. Kamar operasi sebaiknya memiliki akses sendiri baik
dalam menerima pasien maupun mengantarkan pasien seperti koridor
khusus yang tidak dibuka untuk umum. Lokasi kamar operasi harus
strategis dari beberapa ruangan atau instalasi yang terdapat di rumah
sakit antara lain instalansi gawat darurat, instalansi laboratorium,
instalansi radiologi, ruangan intensive care unit (ICU), instalansi
sterilisasi, dan ruang bersalin (Kunders, 2000).
Kamar operasi merupakan ruangan khusus yang dipergunakan
untuk melakukan tindakan pemedahan yang didisain dalam keadaan
aseptik.Untuk mempertahankan keadan ruangan aseptik diperlukan
bekal yang cukup dari perawat kamar operasi khususnya tentang
pengelolaan lingkungan, pengelolaan alat, pengelolaan personil dan
pengelolaan pasien yang baik dan dan benar sesuai dengan prosedur
ruang aseptik. Untuk itu pengetahuan dan ketrampilan tersebut diatas
1
perlu diberikan untuk meningkatkan professional perawat melalui
program Pelatihan Perawat kamar operasi.
Aktivitas diruang operasi dipusatkan pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan
masalah-masalah fisik. Perhatian difokuskan pada reaksi psikologis
juga fisiologis pasien. Sepanjang pengalaman pembedahan, fungsi
perawat adalah sebagai kepala advokat pasien. Asuhan dan perhatian
perawat mulai dari waktu pasien disiapkan dan dijelaskan tentang
prosedur bedah yang akan datang, sampai periode praoperatif segera,
sehingga fase operatif dan pemulihan dari anastesia, dan hingga
penyembuhan kesehatan. Karena pembedahan biasanya merupakan
pengalaman yang membuat stress, pasien membutuhkan rasa aman
dengan mengetahui bahwa ada orang yang memberikan perlindungan
selama prosedur dan ketika pasien dianestasia. Saat tiba di ruangan
operasi, secara prinsip ada 3 group tenaga yang berbeda yang
mempersiapkan perawatannya: (1). Ahli anastesi atau perawat anatesia,
yang memberikan agens anestetik dan membaringkan pasien dalam
posisi yang tepat di meja operasi. (2). Ahli bedah dan asisten yang
melakukan scrub dan pembedahan dan (3) perawat intraoperative yang
mengatur ruang operasi

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit
ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai Panduan (guidelines) dalam meningkatkan mutu
pelayanan pembedahan di kamar bedah, menurunkan angka
kematian dan kecacatan pada pasien yang menjalani pembedahan..
2. Memberikan pelayanan kamar bedah yang aman, memuaskan, dan
menghilangkan kecemasan dan stress psikis lain.
3. Mengurangi dan menurunkan angka kematian, kecacatan,
dan infeksi seminimal mungkin.
4. Meningkatkan mutu pelayanan dengan evaluasi pelayanan
yang diberikan secara terus menerus dan berkesinambungan.

2
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang Lingkup Pedoman ini membahas tentang bagaimana
pelayanan kepada pasien diberikan dimulai pada saat diterimanya
pasien diruang persiapan operasi dilanjutkan ketika pasien mendapat
pelayanan medis atau tindakan pembedahan, dan sampai dengan
penanganan pasca operasi di ruang pulih sadar/ recovery room. Ruang
lingkup pelayanan Instalasi Bedah Sentral, meliputi Memberikan
Pelayanan untuk menunjang pelayanan anestesiologi dan memberikan
pelayanan untuk menunjang pelayanan pembedahan spesialistik dan
subspesialistik.
1. Cakupan pelayanan anastesi
Pelayanan anastesi meliputi anastesi di dalam kamar operasi,
termasuk sedasi moderat dan sedasi dalam pada jadwal yang
terencana maupun di luar jadwal seperti pada operasi emergensi.
Pelayanan anastesi di rumah sakit harus seragam sesuai dengan
pedoman dan standar pelayanan operasional yang ada. Dokter
anasthesi yang bertugas bertanggung jawab terhadap semua
tindakan anasthesi mulai dari masa pre anastesia sampai masa
pasca anestesia. Dokter anastesi bertanggung jawab untuk menjaga
dan meningkatkan wawasan serta keterampilannya termasuk para
petugas anasthesi yang lain.
2. Cakupan Pelayanan Kamar bedah pada Pasien dengan Anestesi
lokal/ sedasi ringan
Pada tindakan bedah yang tidak memerlukan pelayanan
anestesi¸ pelayanan bedah dilakukan dengan menggunakan
anestesi lokal/ sedasi ringan. Pemilihan jenis obat anestesi lokal/
sedasi ringan ditentukan oleh DPJP atau dokter bedah. Pasien
dimonitor secara kontinu keadaan hemodinamiknya dan dicatat
oleh perawat sirkuler di formulir pemantauan pasien selama
anestesi lokal/ sedasi ringan dan ditandatangani oleh DPJP.
3. Cakupan pelayanan kamar bedah.
Pelayanan bedah yang dapat dilakukan di kamar bedah
meliputi pelayanan bedah orthopedi, bedah umum, kebidanan,
Mata, dan Pelayanan Spesialis anak pada Bayi baru lahir.
Pelayanan bedah dapat dilakukan selama jam kerja untuk operasi
terjadwal dan setiap saat untuk operasi emergensi.

3
4. Jenis operasi menurut waktunya
a. Operasi elektif dilakukan dengan perencanaan dan
penjadwalan yang sudah disetujui dokter anasthesi dan dokter
bedah.
b. Operasi emergensi dilakukan pada semua pasien yang harus
segera diambil tindakan pembedahan dalam waktu golden
periode

D. Batasan Operasional
1. Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut
berperan terhadap kesembuhan dari luka atau penyakit melalui
prosedur manual atau melalui operasi dengan tangan.
2. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter
untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin
disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter, 2006)
3. Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk
dilaksanakan prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory
surgery), kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat inap
(outpatient surgery) atau pembedahan sehari (one-day surgery).
4. Jenis Pembedahan
a. Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif
dilakukan secara sederhana, tidak memiliki risiko terhadap
nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk
melakukannya, seperti: membuka abses superficial,
pembersihan luka, inokulasi, superfisial neuroktomi dan
tenotomy
b. Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif
lebih sulit untuk dilakukan daripada pembedahan minor,
membutuhkan waktu, melibatkan risiko terhadap nyawa
pasien, dan memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah
caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.
c. Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan
terhadap penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol
kontaminasi bakterial.
d. Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan
berbagai cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian

4
tubuh yang diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan,
daripada melakukan amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi
dari fraktur pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap
kaki.
e. Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab
atau sumber dari penyakit tersebut dibuang, seperti:
pembedahan radikal untuk neoplasma, pembedahan radikal
untuk hernia.
f. Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang
dilakukan untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan
yang telah dilakukan pada deformitas atau malformasi, seperti:
pembedahan terhadap langit-langit mulut yang terbelah,
tendon yang mengalami kontraksi.
g. Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan
untuk memperbaiki defek atau deformitas, baik dengan
jaringan setempat atau dengan transfer jaringan dari bagian
tubuh lainnya.
5. Sifat Operasi:
a. Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat
dilakukan penundaan tanpa membahayakan nyawa pasien.
b. Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan
dalam keadaan sangat mendadak untuk menghindari
komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk
menyelamatkan jiwa pasien.

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Thun 2004 tentang
Praktek Kedokteran.
3. Undang-undang No. 1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/
III/2012 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medik

5
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menkes/Per/IV/2011
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan
Terapi Intensif.
7. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit,
WHO-Depkes, 2001
8. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Depkes, 2003.
9. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit,
WHO-Depkes, 2001
10. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Pasien
Safety), Depkes 2006.
11. Standar Umum Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah
Sakit, Depkes,1999
12. Keputusan Dirjen Yanmed HK. 00. 06. 3. 5. 1866 tentang Pedoman
persetujuanTindakan Medik ( Informed Consent ), 1999
13. Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah di Rumah Sakit,
Kemenkes, 2011

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Dokter bedah
Dokter spesialis bedah, yaitu dokter yang telah menyelesaikan
program pendidikan dokter spesialis dengan kompetensi melakukan
tindakan bedah. Dokter spesialis bedah dan spesialis lainnya lulus
dari pusat pendidikan yang diakui dan telah mendapatkan SIP (Surat
Ijin Praktek) dan SKK (Surat Kewenangan Klinis) dari komite medik.
Dokter bedah bertanggung jawab atas pemberian pelayanan
Pembedahan.
2. Dokter anestesi
Dokter yang melakukan pembiusan serta penanganan pasien di ICU,
serta telah mendapatkan SIP (Surat Ijin Praktek) dan SKK (Surat
Kewenangan Klinis) dari komite medik.
3. Asisten Bedah
Asisten bedah yang dimaksud dalam pedoman ini adalah seorang
dokter atau perawat asisten yang sudah di beri wewenang oleh
direktur.
4. Perawat Kamar Bedah
Perawat Kamar Bedah adalah Perawat yang telah menyelesaikan
pendidikan maupun pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
pelayanan pembedahan, baik di luar atau di dalam rumah sakit.
Perawat Kamar Bedah terdiri dari :
1) Perawat Instrument (Scrub Nurse)
Perawat Instrumen (Scrub Nurse) adalah seorang tenaga perawat
profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan dalam
pengelolaan paket alat pembedahan,selama tindakan
pembedahan.
a) Kualifikasi :
(1) Ners memiliki sertifikat kamar bedah dasar,dan Basic Life
support (BLS) dengan pengalaman kerja dikamar bedah
minimal 6 bulan.

7
(2) D3 Keperawatan memiliki sertifikat kamar bedah dasar
dan Basic Life Support (BLS) dengan pengalaman kerja di
kamar bedah minimal 1 tahun.
(3) Semua perawat yang memberikan pelayanan/ asuhan
keperawatan dikamar bedah harus mempunyai SIP dan
SIK
b) Fungsi dan peran :
Pre operasi
(1) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi serta dokumentasi keperawatan pasien
selama pre operasi
(2) Menyiapkan lingkungan kamar bedah dalam keadaan
siap pakai meliputi ruangan pembedahan dan
perlengkapan dasar kamar bedah (basic equipment)
(3) Menyiapkan instrument steril sesuai dengan jenis
pembedahan
(4) Menyiapkan linen dan sarung tangan steril sesuai
dengan kebutuhan pembedahan
(5) Menyiapkan berbagai Perlengkapan persediaan bahan
habis pakai antara lain: kasa, benang, pisau operasi,
jarum suntik dan desinfektan
(6) Menyiapkan perlengkapan penunjang operasi dengan
tepat dan benar
Intra Operasi :
(1) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi serta dokumentasi perawatan pasien
selama intra operasi
(2) Melakukan cuci tangan bedah dengan baik dan benar
(3) Menggunakan jas operasi dan sarung tangan steril
sesuai dengan jenis pembedahan, baik di meja mayo
maupun di meja tray
(4) Bersama-sama dengan perawat sirkuler menghitung
berbagai perlengkapan :Kasa, instrument, jarum,
depper dan lain- lain
(5) Mengatur posisi pasien
(6) Melaksanakan prinsip tehnik antiseptic

8
(7) Melakukan prosedur drapping
(8) Mengendalikan instrument dan alat-alat secara baik
dan benar sesuai kebutuhan
(9) Melakukan penghitungan jumlah instrument dan
bahan habis pakai (kassa, depper,tampon,dll) yang
digunakan sebelum penutupan luka
Post Operasi :
(1) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi, serta dokumentasi keperawatan pasien
selama paska operasi
(2) Memeriksa dan menghitung kembali semua
intrument yang digunakan sebelum pasien di
pindahkan ke ruang pemulihan
(3) Melakukan fiksasi drain yang digunakan
(4) Mengganti alat tenun dan memindahkan pasien
c) Kompetensi
(1) Mampu menyiapkan pasien untuk tindakan operasi
(kelengkapan data dan kondisi pasien pre operasi)
(2) Mampu melakukan standar Precaution (Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi)
(3) Mampu menyiapkan lingkungan kamar bedah
(4) Mampu menyiapkan instrument bedah,linen dan
persediaan alat kesehatan
(5) Mampu mengendalikan kestabilan emosi
(6) Mampu melaksanakan prosedur patient safety
2) Perawat Sirkuler
Perawat Sirkuler adalah seorang tenaga perawat profesional
yang diberi wewenang dan ditugaskan untuk membantu
persiapan kebutuhan operasi dan memonitoring pasien serta
perlengkapan kebutuhan operasi.
a) Kualifikasi :
(1) Ners memiliki sertifikat kamar bedah dasar dan
sertifikat kamar bedah lanjut/ khusus dan BLS
dengan pengalaman klinis dikamar operasi minimal 3
tahun

9
(2) D3 Keperawatan pengalaman klinis dikamar bedah
minimal 5 tahun
(3) Memiliki kepemimpinan dalam tim
(4) Semua perawat yang memberikan pelayanan/ asuhan
keperawatan di kamar bedah dan harus mempunyai
SIP dan SIK (disamakan untuk ketiga standar)
(5) Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan
bimbingan.
b) Fungsi dan Peran
Pre operasi :
(1) Menerima pasien yang akan dilakukan pembedahan
di ruang persiapan
(2) Memeriksa kesiapan fisik dan emosional
(3) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan
khusus dari perawat ruangan
(4) Memberikan penjelasan kepada pasien tentang
prosedur persiapan pembedahan
Intra Operasi :
(1) Memantau dan mengkoordinir semua aktivitas
selama tindakan pembedahan
(2) Mengontrol suasana fisik dan emosi tim di kamar
bedah
(3) Mengendalikan keamanan dan kenyamanan kamar
bedah
(4) Sebagai advokator pasien
(5) Mengaplikasi asuhan keperawatan
(6) Memfasilitasi komunokasi dengan tim bedah
(7) Mengidentifikasi kemungkinan lingkungan yang
berbahaya
Post Operasi :
(1) Memastikan kembali kelengkapan semua instrument
yang digunakan sebelum pasien dipindahkan
keruang pemulihan
(2) Mengganti alat tenun dan memindahkan pasien
(3) Memastikan fungsi drain yang digunakan berjalan
dengan baik

10
(4) Mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan
selama proses pembedahan
(5) Melakukan monitoring ABC, haemodinamik,
kesadaran dan lain-lain
c) Kompetensi
(1) Mampu sebagai scrub nurse
(2) Mampu menyiapkan pasien memasuki area semi
ketat/ ruang induksi
(3) Mampu bekerja sama dengan tim bedah
(4) Mampu memantau kesadaran pasien dan
haemodinamik dan keseimbangan cairan
(5) Mampu menyiapkan dan mengantisipasi kekurangan
peralatan serta bahan habis pakai dalam waktu cepat
(6) Mampu melakukan persiapan akhir pasien operasi
(7) Mampu melakukan supervisi dan pembelajaran klinik
(8) Mampu memfasilitasi komunikasi antara team bedah
dan pasien.
(9) Memiliki kemampuan kepemimpinan.
(10) Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan
bimbingan
3) Perawat Kepala Ruangan
a) Kualifikasi
(1) Diutamakan Ners dengan pengalaman kerja 5 tahun
dikamar bedah.
(2) D3 Keperawatan dengan pengalaman kerja 10 tahun
dikamar bedah.
(3) Memiliki sertifikat kamar Bedah dasar, Sertifikat
kamar Bedah Dasar, sertifikat manajemen kamar
Bedah, BLS (Basic Life Support )
(4) Memiliki sertifikat manajemen kamar bedah
b) Fungsi Peran
(1) Mengelola kamar Bedah
(2) Sebagai advocator pasien dan staf
(3) Sebagai peneliti untuk pengembangan kamar bedah
(4) Sebagai pembimbing kepada staff dan mahasiswa
keperawatan

11
(5) Sebagai komunikator dalam tim bedah

c) Kompetensi
(1) Mampu mengelola perawatan kamar operasi
(2) Mampu mengkoordinasi antara pasien,tim bedah dan
tim anestesi
(3) Mampu menyusun rencana kebutuhan tenaga (SDM)
dan sarana prasarana kamar bedah
(4) Mampu menyusun Standar Prosedur Operasional
(SPO)
(5) Mampu melakukan pengawasan, pengendalian dan
penilaian/ evaluasi
(6) Memiliki kemampuan kepemimpinan
(7) Mampu melakukan supervisi,memberikan saran dan
bimbingan
4) Tenaga Lain
Pekarya Kesehatan
Seseorang yang diberi tugas dan tanggung jawab terhadap
kebersihan dan kesiapan alat penunjang seperti linen dan
instrumen dan pengawasan di bawah kepala ruangan IBS dan
Kepala perawatan IBS.
a) Kualifikasi :
(1) Lulusan SLTA/ Sederajat,
(2) Sehat jasmani Rohani
(3) Berdedikasi tinggi, mampu bekerja sama dengan tim,
mampu berkoordinasi.
b) Fungsi dan Peran :
(1) Membersihkan seluruh ruangan di IBS pagi, siang
dan sewaktu-waktu
(2) Mengantar dan mengambil linen ke Loundry dan
mengambil peralatan steril ke CSSD
(3) Mengambil barang ke logistik
(4) Mengantar surat-surat ke Instalasi lain
(5) Melaksanakan kebersihan kamar operasi baik
sewaktu, harian, mingguan.

12
(6) Membantu mengantar dan mendorong pasien di pre
dan post op
(7) Menyiapkan dan mengambil makanan/ minuman ke
gizi
(8) Bisa mengikuti rapat dengan Ka Instalasi Bedah
Sentral

B. Distribusi Ketenagaan
1. Tenaga Dokter
a. Distribusi Tenaga Dokter
1) Masing-masing SMF memberikan Jadwal anggota SMF setiap
bulan
2) Setiap dokter memiliki hari operasi sesuai jadwal yang
ditentukan oleh SMF masing-masing
3) Apabila ada dokter yang meminta hari tidak sesuai dengan hari
operasinya maka harus melakukan konfirmasi terlebih dahulu
dengan kamar operasi agar bisa dilakukan konfirmasi tentang
penjadwalan
b. Dokter bedah dan Spesialis Lainnya
Dokter operator berjumlah 6 orang spesialis dari berbagai macam
disiplin ilmu kedokteran yang ikut terjun dalam pelayanan
bedah. Adapun rincian dokter operatornya adalah sebagai
berikut:
1) Tindakan Operasi Bedah Orthopedi : 1 orang
2) Tindakan Operasi Kebidanan : 2 orang
3) Tindakan Operasi Matt : 1 orang

2. Tenaga Perawat dan Administrasi


a. Distribusi Tenaga Perawat
Pendistribusian ketenagaan diatur oleh kepala ruangan di
bawah tanggung jawab koordinator bidang pelayanan
b. Perawat Kamar Bedah
Jumlah tenaga perawat Kamar bedah yang dibutuhkan
berdasarkan rumus Kemenkes RI adalah 56 orang sudah
termasuk yang berada dalam manajemen keperawatan kamar
bedah.

13
c. Tenaga Pekarya
Tenaga Pekarya berjumlah 2 orang dengan distribusi pekerjaan
di Linen,pembersihan kamar operasi, instrumen dan
pengantaran surat-surat.
d. Tenaga Administrasi
Tenaga administrasi kamar operasi berjumlah 1 orang. Bertugas
dalam seluruh keadministrasian di kamar bedah.

C. Pengaturan Jaga
RS Madani Kota Pekanbaru merupakan rumah sakit yang
beroperasional selama 24 jam untuk melayani masyarakat. Hari kerja
di RS Madani Kota Pekanbaru adalah 6 ( enam ) hari kerja dalam
seminggu. Khusus untuk rawat inap yang berkerja seeara shift, maka
waktu kerja akan diatur secar mandiri oleh unit kerja yang
bersangkutan dan tetap mengacu pada jam kerja standar yaitu selama
40 jam dalam satu minggu dengan 6 hari kerja. Yang bekerja secara
shift yaitu ketua tim dan perawat pelaksana. Khusus untuk Kepala
Ruangan dinas non shift sesuai dengan dinas pegawai di luar rawat
inap dengan rincian sebagai berikut;
a. Pegawai Non Shift
Senin – Jumat : 07.30 – 16.00 WIB
b. Pegawai shift
Senin- Minggu
a) Shift Pagi : 07.30 - 14.00 WIB
b) Shift Siang : 14.00 - 21.00 WIB
c) Shift Malam : 21.00 - 07.30 WIB

14
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
1. Syarat Kamar Operasi
a. Lokasi
Lokasi kamar bedah harus mudah di capai dari bagian lain dan
satu sama lain. Letak kamar operasi berada ditengah-tengah
rumah sakit berdekatan dengan unit gawat darurat (IRD), ICU
dan unit radiologi.
b. Bentuk
1) Sudut-sudutnya todak boleh tajam, baik sudut lantai, dinding
maupun langit – langit
2) Dinding, lantai dan langit-langit terbuat dari bahan yang
keras, tidak berpori, tahan api, kedap air tidak mudah kotor,
tidak licin, tidak mempunyai sambungan, warna terang,
mudah dibersihkan dan tidak ada tempat menampung debu
c. Ukuran
Ukuran minimal 30 – 40 m2, maksimal 55 – 60 m2 tinggi plafon
minimal 2,5 m, maksimal 3,65 m
d. Pintu

15
1) Sebaiknya bentuk pintu sliding, namun bila pintu swing,
maka pintu harus selalu tertutup dengan menggunakan
penutup otomatis
2) Ukuran pintu minimal 1,2 X 2,10 m
3) Pintu harus selalu terawat, dan tidak boleh mengeluarkan
suara
e. Jendela
Harus ada kaca tembus pandang agar orang dari luar dapat
melihat keadaan di dalam kamar bedah tanpa harus masuk
f. Ventilasi
1) Memakai AC dilengkapi filter dan sistem ultraclean luminay
airflow
2) Suhu diatur antara 19 – 24 0C dan kelembaban udara 45 –
60 %
3) Kebersihan cara filtrasi dan udara ventilasinya, ini
dibutuhkan untuk mengsirkulasi udara dalam ruangan.
Dalam 1 jam terjadi 5 kali pergantian udara luar.
g. Sistem penerangan
1) Lampu ruangan memakai lampu pijar putih tertanam di
dalam langit-langit sehingga tidak menampung debu dan
mudah dibersihkan
2) Pencahayan ruangan sesuai peraturan pencahayaan pada
buku ini
3) Lampu operasi merupakan lampu khusus yang terdiri dari
beberapa lampu yang fokusnya dapat diatur, tidak panas,
terang, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan.
Pencahayaan di dalam medan operasi 10.000-20.000 lux
sedangkan disekitar medan operasi 300-500 lux
h. Tekanan
Tekanan ruangan yang positif, tekanan udara positif digunakan
untuk melindungi orang yang berada di dalam ruangan. Tekanan
di dalam ruang operasi harus lebih tinggi dari koridor,minimal
lebih tinggi 0,10 mBar dengan frekuensi pertukaran udara
sebesar 20-25 kali per jam.
i. Sistem gas
1) Sistem gas sebaiknya dibuat sentral memakai sistem pipa

16
2) Sistem pipa melalui bawah lantai atau diatas langit-langit
3) Dibedakan sistem pipa O2 dan Nitrogen Oksida
j. Sistem listrik
1) Harus ada sistem penerangan darurat dan sistem listrik
cadangan
2) Bila dalam kamar bedah ada beberapa titik penyambungan
aliran listrik, maka sebaiknya dibedakan sirkuitnya sehingga
bila terjadi gangguan listrik pada satu titik, maka bisa
dipindahkan ke titik lainnya
k. Air
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Tidak berwarna, berbau dan berasa.
2) Tidak mengandung kuman pathogen.
3) Tidak mengandung zat kimia.
4) Tidak mengandung zat beracun.
l. Sistem komunikasi
Harus ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam RS
dan ke luar RS
m. Peralatan
1) Semua peralatan harus mobile, mempunyai roda atau
diletakkan diatas trolley beroda
2) Semua alat sebaiknya terbuat dari stainless steel dan mudah
dibersihkan

2. Pembagian Dasar Kamar Operasi

17
Zona 0 : Area pembedahan pada tubuh penderita (steril zone/
aseptic zone)
Zona 1 : Area di sekeliling area pembedahan di atas meja bedah
(ultra clean zone). Yaitu daerah memakai gaun operasi,
tempat duk/ kain steril, tempat instrument dan tempat
perawat instrument mengatur dan mempersiapkan
alat.
Zona 2 : Area lain dalam kamar bedah (super clean zone), terdiri
dari ruang persiapan (preparation), peralatan/
instrument steril, ruang induksi, area scrub
Zona 3 : Clean zone, identik dengan daerah tepan cuci tangan
steril (semirestricted area)
Zona 4 : General zone, identik dengan daerah bebas (unrestricted
area), meliputi ruang pemulihan, ruang persiapan
pasien, loker, dan ruang istirahat.
Ket : Zona 0, 1, 2 identik dengan daerah terbatas (restricted
area).

3. Peralatan Kamar Operasi


a. Mesin Anestesi
Alat yang digunakan oleh penyedia anestesi untuk memberikan
anestesi yang paling aman selama operasi. Untuk memberikan
pembiusan kepada pasien dengan mengalirkan gas anestesi
untuk menunjang tindakan pembedahan
b. Meja Operasi
Alat yang berfungsi untuk meletakkan pasien sesuai dengan
posisi yang dikehendaki dalam melakukan tindakan operasi
atau pembedahan
c. Lampu Operasi
Lampu yang digunakan untuk penerangan kegiatan operasi
untuk menyinari obyek saat dilakukan operasi
d. Meja Mayo
Meja yang digunakan untuk menata alat instrument
e. Meja Operasi
Meja stainles Steel untuk menempatkan alat instrument
(peralatan rumah sakit)

18
f. Standar infus
Tiang yang digunakan untuk menggantung cairan infus
g. Tabung O2 dan Isinya
Tabung yang berisikan oksigen untuk pemberian oksigen lebih
kedalam paru-paru
h. Tabung N20 dan Isinya
Tabung khusus yang digunakan untuk menyimpan gas
nitrogen dioksida.
i. Tempat sampah medis
Tempat untuk limbah medis untuk menampung sementara
limbah medis
j. Tempat sampah non medis
Tempat untuk limbah non medis, untuk menampung sampah
yang dihasilkan dari kegiatan non medis
k. Monitor
Perangkat medis elektronik yang digunakan untuk memonitor
vital sign pasien yang berupa detak jantung, nadi, tekanan
darah, temperatur, bentuk pulsasi jantung secara terus
menerus
l. Stetoscop
Alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh,
untuk mendengar suara jantung dan pernapasan, intestine
dan aliran darah dalam arteri dan vena.
m. Suction
Alat untuk membersihkan jalan nafas dan untuk menghisap
cairan yang tidak dibutuhkan pada tubuh manusia
n. Mesin elektrocauter
Menghasilkan frekuensi tinggi untuk melakukan pembedahan
dengan keuntungan dapat meminimalkan pendarahan dan
meningkatkan sterilitas jaringan
o. Instrumen bedah sesuai kebutuhan
Alat-alat yang digunakan dalam suatu tindakan operasi
p. Papan baca rontgen (X-Ray Viewer)
Alat untuk membaca hasil rontgen
q. Mesin cuci tangan bedah (scrub station)

19
Alat untuk mencuci tangan bedah sebelum operasi
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Penjadwalan Operasi
Penjadwalan pasien yang akan di operasi di kamar bedah agar dapat
dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Prosedur
penjadwalan dapat dilihat di SPO IBS.

B. Penerimaan Dan Penyerahan Pasien


Menerima pasien yang akan dilakukan tindakan operasi yang diantar
petugas, baik rawat inap, IGD, poliklinik maupun ODC. Agar tidak
terjadi kesalahan pasien dan kesalahan diagnose / tindakan, maka
perawat pre operasi memeriksa kelengkapan pasien :
1. Nama pasien ( bila pasien di bawah umur bisa ditanyakan kepada
keluarga pasien ).
2. Daerah operasi yang akan dilakukan tindakan operasi telah ditandai
3. Riwayat penyakit ( ashma, alergi obat, dan riwayat penggunaan obat
steroid dalam tiga bulan terakhir).
4. Terpasang gigi palsu atau tidak, bila ya, petugas anesthesi
membantu untuk melepaskannya
5. Menanggalkan semua perhiasan pasien dan menyerahkannya ke
keluarga pasien.
6. Pastikan kuku dan bibir pasien bebas dari zat pewarna (cutek dan
lipstick)bila masih ada, petugas anesthesi membantu
membersihkannya.
7. Dokumen pasien : ( Informed consend, hasil pemeriksaan
Laboratorium, hasil pemeriksaan Radiologi, hasil pemeriksaan fisik
terakhir ).

C. Persiapan Operasi
Dalam pemberian rasa aman dan nyaman kepada pasien sangat
berhubungan dengan pemberian informasi yang sejelas – jelasnya
mencakup manfaat dan resiko pembedahan. Beberapa hal yang perlu
perbaikan sebagai berikut :

20
1. Informed consent perlu dibuat secara tertulis dan untuk operasi
standart dikuatkan risalah informasi bahwa agar memudahkan
dalam pemberian karena faktor beban pelayanan yang cukup
banyak.
2. Untuk operasi yang melibatkan beberapa disiplin (operasi bersama)
atau operasi oleh tim khusus disamping risalah tertulis harus ada
pertemuan khusus antara tim dengan pasien dan keluarganya
sebelum operasi dilaksanakan

D. Kerjasama antar Disiplin


1. Pre Operasi
a. Persiapan Operasi Pasien diperiksa di IRJ, IGD. Setelah
memenuhi standar pelayanan anestesi, pasien dikonsulkan ke
SMF Anestesi
b. Evaluasi Pra bedah, Dokter operator harus melakukan evaluasi
prabedah untuk menentukan kemungkinan pemeriksaan
tambahan dankonsultasi SMF lain untuk membuat suatu
asesmen pra bedah. Semua informasi yang diberikan pada pasien,
mengenai kondisi pasien, rencana tindakan, alternatif
tindakan,tingkat keberhasilan, kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi dan rencana pengelolaan pasca bedah harus
didokumentasi lengkap dan disertakan dalam rekam medis pasien
dan ditandatangani oleh dokter bedah yang bersangkutan.
c. Pendaftaran operasi, Poliklinik/IRIN mendaftar ke IBS dan IBS
menentukan jadwal operasi serta mempersiapkan instrumen, alat-
alat, obat dan alkes yang diperlukan. Unsur yang terkait disini
adalah bagian instrumen, linen, depo farmasi, anestesi, teknisi,
kebersihan, CSSD. Jadwal rencana operasi didistribusikan ke
Perawat Kontrol, IRIN terkait, bagian Anestesi-Reanimasi
.
2. Durante Operasi
a. Premedikasi dilakukan oleh tim Anestesi .
b. Bila timbul penyulit selama operasi dokter operator minta konsul
kepada dokter dari SMF yang diminta melalui perawat sirkuler
(onloop) dan diteruskan kepada PJ Pelayanan

21
c. PJ Pelayanan menghubungi dokter konsulen yang bertugas di IBS
saat itu dan dokter ybs menjawab konsultasi tersebut. Bila Dokter
yang ada di IBS tidak dapat menangani konsul tersebut, konsul
diteruskan ke Ka SMFnya. Ka SMF bertanggung jawab untuk
menjawab konsul.
d. Bila harus dilakukan operasi bersama maka tanggungjawab
utama terhadap pasien tetap berada pada operator pertama.
e. Prosedur umum durante operasi
1) Melakukan Aseptik dan antiseptik pada area operasi.
2) Tutup area non steril dengan linen operasi steril.
3) Membantu pelaksanaan operasi, sebagai scrub nurse dan
Sirkuler
4) Menutup luka operasi

3. Post Operasi
a. Pasien diantar ke ruang pulih oleh penata anestesi dan perawat
sirkuler dan diobservasi di Ruang pulih dibawah tanggung jawab
Anestesi
b. Memonitoring keadaan pasien yang telah dilakukan tindakan
operasi dengan mengukur tanda – tanda vital dan mencatat pada
lembar pengawasan, apabila kondisi pasien menurun
menunjukan ke arah yang lebih buruk atau tidak stabil untuk
dilakukan re operasi atau dilakukan pengawasan di ICU.
c. Pasien dipindahkan ke IRIN sesudah mendapat
persetujuanAnestesi dan diserahterimakan kepada perawat IRIN
yang menjemput pasien.
d. Bila perlu di rawat di ICU, pasien diantar langsung dari OK ke ICU
oleh Anestesi dan perawat sirkuler

22
BAB V
LOGISTIK

Program pengendalian logistik disusun untuk mengatur kegiatan


pengadaandan pemelihraan barang, alat, obat dan alkes IBS yang disusun
setiap tahun mengacu pada kebutuhan tahunan dan dilaporkan dalam
laporan tahunan. Kelompok barang logistic adalah alat medic dan
keperawatan, alat elektromedik, alat kantor, alat rumah tangga dan alat
habis pakai. Tujuan pengadaan logistik adalah agar pengadaan kebutuhan
akan barang terencana dan terpantau dengan baik, sehingga tercapai
efisiensi dan penghematan biaya serta kualitasnya dapat dipertanggung
jawabkan. Program pengendalian logistic meliputi alat elektromedik, alat
medik dan keperawatan, alat tulis kantor, alat rumah tangga dan alat
habis pakai. Kamar bedah dalam memberikan pelayanan membutuhkan
alat/instrument bedah, obat-obatan dan alat tulis kantor, yang berguna
dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan mendukung pekerjaan
yang bersifat administrasi di dalam kamar bedah. Kebutuhan tersebut
dipenuhi oleh bagian logistik, yang meliputi
A. Logistik farmasi.
1. Perencanaan
Kamar bedah merencanakan kebutuhan alkes disposible dan obat-
obatan pada setiap semester pertama dan kedua, yang kemudian
dirangkum dalam kebutuhan setahun, yaitu :
a. Barang habis pakai farmasi ditentukan jumlah stocknya. Jumlah
stock yang terpakai dilakukan penggantian dua hari sekali.
b. Barang depo farmasi pengadaannya dilakukan dengan pengajuan
permintaan seminggu sekali.
c. Apabila IBS membutuhkan barang farmasi di luar perencanaan
dapat mengajukan permintaan cito ke Direktur Medik dan
Keperawatan dengan tembusan ke Instalasi Farmasi.
2. Pengadaan
Kamar bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang dan
obat-obatan logistik farmasi yang telah direncanakan.
3. Penyimpanan

23
Kamar bedah melakukan penyimpanan barang-barang atau obat-
obatan berdasarkan pada :
1) Obat-obatan narkotik disimpan dalam lemari yang khusus double
lock dengan kunci dipegang oleh dua petugas
2) Obat-obatan larutan pekat dikunci dilemari yang telah diberi
tanda.
3) Obat-obatan yang digunakan untuk emergency disimpan dalam
trolley emergency.
4) Alkes disposable dan alat-alat penunjang disposable dipisahkan
dan disimpan di lemari kaca.
5) Obat-obatan yang perlu disimpan pada suhu tertentu, maka
disimpan dalam lemari kulkas.
4. Pendistribusian
Setiap petugas kamar bedah bertanggung jawab dalam hal pencatatan
pemakaian yang telah dipakai operasi di setiap kamar operasi
kemudian diberikan ke petugas depo farmasi IBS yang bertugas.
5. Penghapusan
Penghapusan barang dan alat -alat di kamar bedah dilakukan apabila
terjadi :
1) Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai Kembali
2) barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur
ulang
3) Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expire date)
4) Bahan/ barang hilang karena pencurian atau sebab lain

B. Logistik umum
1. Perencanaan
Kamar bedah merencanakan kebutuhan rumah tangga, alat tulis
kantor, dan dilakukan setiap semester pertama dan kedua,
selanjutnya perencanaaan kebutuhan disesuaikan dengan jadwal
logistic umum dimana permintaan barang kebutuhan rumah tangga,
alat tulis kantor dan biomedic dilakukan seminggu dua kali.
2. Pengadaan
Kamar bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang logistik
umum yang telah direncanakan.

24
3. Penyimpanan
Barang-barang logistik disimpan dalam lemari sesuai dengan jenis
barang, mudah terjangkau.
4. Pendistribusian
Semua barang yang ada dilakukan inventaris dan pencatatan barang
yang terpakai.

C. Logistik Linen
1. Perencanaan
Kamar bedah merencanakan kebutuhan linen hal ini dilakukan
setahun sekali, selanjutnya perencanaaan disesuaikan kebutuhan
dan permintaan sesuaikan dengan jadwal dari logistik linen.
2. Pengadaan
Kamar bedah melakukan kegiatan untuk mengadakan barang logistik
linen yang telah direncanakan.
3. Penyimpanan
Linen baju operasi (pakaian dasar kamar bedah) disimpan di lemari
linen dan linen baju ganti pasien di ruang pre operasi Dalam fungsi
penyimpanan logistik ada beberapa hal yang menjadi alasan dan
perlu perhatian adalah :
a. Untuk mengantisipasi keadaaan yang fluktuatif, karena sering
terjadi kesulitan memperkirakan kebutuhan secara tepat dan
akurant.
b. Untuk menghindari kekosongan barang (out of stock)
c. Untuk menghemat biaya, serta menggantisipasi fluktuasi kenaikan
harga bahan.
d. Untuk menjaga agar kualiitas bahan dalam keadaan siap pakai.
e. .Untuk mempercepat pendistribusian

25
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas,


artinya setiap jenis pelayanan haruslah mempunyai indikator dan
standarnya. Dengan demikian pengguna jasa dapat membedakan
pelayanan yang baik dan tidak baik melalui indikator dan
standarnya.
Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia/ tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

NO 1. Marking operasi sesuai standar RS


1 Definisi Jumlah pasien operasi yang dilakukan marking
operasional sesuai standar RS, yang membutuhkan
marking baik di pasien maupun di form
penandaan

2 Rasional Memastikan bahwa benar pasien, benar


prosedur, dan benar lokasi dalam proses
operasi
3 Numerator Jumlah pasien operasi yang dilakukan marking
sesuai standar dalam waktu 1 bulan

4 Denumerato Jumlah seluruh operasi yang harus dilakukan


r marking

5 Formula Numerator x 100%


Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

NO 2. Penerapan keselamatan operasi


1 Definisi Pengisian ceklist keselamatan operasi pada
form yang dilakukan oleh petugas meliputi:
operasional
1. Tahapan sign in ( dilakukan sebelum
induksianestesi, minimal dilakukan oleh
perawat dan dokter anestesi)
2. Tahapan time out (dilakukan sebelum
insisi kulit, diisi oleh perawat, dokter
operator dan anestesi)
3. Tahapan sign out (dilakukan sebelum
pasien meninggalkan kamar operasi, diisi
oleh perawat, dokter operator dan anestesi)
2 Rasional Terwujudnya penyelenggaraan system
pelayanan pembedahan di RS berbasis mutu
26
dan keselamatan pasien
3 Numerator Jumlah pasien pembedahan di ruang opearasi
yang telah diisi lengkap ceklist keselamatan
pasiennya sesuai tahapan oleh petugas
4 Denumerator Jumlah pasien pembedahan di ruang operasi
selama 1 bulan
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

NO 3. Penundaan operasi elektif ≥ 2 hari


1 Definisi Perubahan jadwal operasi yang direncanakan
operasional
2 Rasional Tergambarnya kecepatan pelayanan bedah
dalam penjadwalan operasi
3 Numerator Jumlah pasien yang waktu jadwal operasinya
berubah ≥ atau sama dengan 2 hari dari jadwal
semula
4 Denumerator Jumlah pasien operasi elektif dalam waktu 1
bulan
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

NO 4. Pelaksanaan pendokumentasian implan


1 Definisi Jumlah pelaksanaan pendokumentasian
operasional implant yang memiliki batch number
2 Rasional Memastikan semua implant yang terpasang
pada pasien dapat dilakukan tracking dengan
melakukan pendataan yang tepat
3 Numerator Jumlah pelaksanaan pendokumentasian
implant yang dipakai pada tubuh pasien yang
ada batch number
4 Denumerator Jumlah keseluruhan penggunaan implan yang
ada batch number
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari
NO 5. Angka operasi ulang dalam waktu 3x24 jam
1 Definisi Jumlah pasien operasi yang dilakukan ulangan
operasional operasi dalam waktu 3x24 jam untuk diagnosis
yang sama
2 Rasional Tergambarnya keselamatan pembedahan
3 Numerator Jumlah angka redo dalam 1 bulan
4 Denumerator Jumlah semua pasien yang dioperasi dalam 1
bulan
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap

27
pengumpulan hariPelaporan di lakukan setiap hari
data

NO 6. Waktu tanggap SC emergency < 30 menit


1 Definisi Waktu tanggap untuk SC emergency adalah
operasional waktu sejak pasien dinyatakan emergency
hingga dimulai sayatan dinding perut < 30
menit
2 Rasional Tergambarnya kecepatan pelayanan RS
untuk pelayanan SC emergency
3 Numerator Jumlah waktu tanggap SC emergency <30
menit
4 Denumerator Jumlah SC emergency dalam 1 bulan
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

NO 7. Kepatuhan identifikasi pasien


1 Definisi Proses identifikasi pasien adalah proses
operasional pengecekan identitas pasien menggunakan
minimal 2 identitas dari 3 identitas yang
tercantum pada gelang,label, atau bentuk
identitas lainnya sebelum memberikan
pelayanan sesuai dengan regulasi yang
berlaku di RS, meminta pasien menyebutkan
nama dan tanggal lahir dna mencocokkan
dnegan gelang identitas. Termasuk dengan
prosedur identifikasi pasien tidak sadar
dengan mencocokkan identitas pasien di
dokumen dengan gelang identitas yang
kemudian diverifikasi oleh orang kedua.
Disebut patuh bila proses identifikasi pasien
dilakukan dengan secara benar oleh petugas
pada saat, antara lain :
1. Pemberian obat
2. Pemberian pengobatan
3. Pemberian darah dan produk darah
4. Pengambilan specimen
5. Sebelum melakukan tindakan diagnostic
atau terapetik

28
2 Rasional Terlaksana proses identifikasi pasien agar
menjamin keselamatan pasien
3 Numerator Jumlah proses yang telah dilakukan
identifikasi pasien secara benar
4 Denumerator Jumlah proses pelayanan yang diobservasi
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari .

NO 8. Tata laksana nyeri


1 Definisi a. Tindakan perawat adalah berbagai
tindakan keperawatan yang di lakukan
operasional
oleh perawat untuk merespon nyeri
sesuai ambang skala yang ditetapkan
dan sesuai dengan rencana perawatan
oleh tenaga kesehatan lain .
b. Nyeri adalah sensasi atau perasaan tidak
nyaman yang bersifat subjektif yang di
utarakan/ di gambarkan oleh pasien dan
perlu ditangani/ di lakukan tatalaksana
nyeri.
c. Untuk tujuan indikator ini, yang
dimaksud dengantindakan adalah
berbagai tindakan yang di lakukan
sebagai respon terhadap ambang nyeri
pada skala nyeri 4 atau lebih TADAK
termasuk follow-up pengkajian karena
termasuk pada kewajiban
2 Rasional a. Tatalaksan nyeri adalah merupakan inti
dari pelayan keperawatan. Buruknya
pelayanan keperawatan dalam
penatalaksanaan nyeri adalah
merupakan indikator buruknya
KUALITAS pelayanan.
b. Penataksanan nyeri di tunjukkan untuk
mempertahankan kenyamanan dan
memperbaiki kualitas kehidupan
pasien .
3 Numerator Jumlah total pasien nyeri yang
terdekumentasi
4 Denumerator Jumlah total pasien per priode waktu
tertentu
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

NO 9. Angka Kenyamanan Pasien


1 Definisi a. Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih
operasional dari sekedar sensasi tulang yang di
29
sebabkan olrh stimulus tertentu,
bersufat subjektif dan sangat individual
b. Pasien dengan nyeri terkontral adalah
pasien yang menunjukkan skala nyeri di
bawah 4 samapai denga 0-10 atau
dengan GOLD STANDARD : pasien
menyatakan tidak merasa nyeri, tidak
ada ketakutan, kecemasan dan depresi
setelah di berikan tindakan keperawatan
selama priode waktu tertentu .
2 Rasional Nyeri mengakibatkan ketidak nyamanan
pasien. Pasien akan puasa denga
mempertahankan tingkat kenyamanan
(nyeri terkontro ) pada skla nyeri kurang 4
pada skala 0-10, dengan
mengidentifikasikan 0 sebagai skala nyeri
terendah (tidak nyeri)
3 Numerator Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol
4 Denumerator Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri
per priode waktu tertentu
5 Formula Numerator x 100%
Denumerator
6 Frekuensi Pengumpulan data di lakukan setiap hari
Pelaporan di lakukan setiap hari

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan rumah sakit yang begitu pesat,


didorong oleh perkembangan penyakit yang beraneka ragam, serta
30
semakin tingginya bahaya penularan penyakit yang dapat
ditimbulkannya. Mendorong rumah sakit untuk menggunakan
peralatan kerja disertai penerapan teknik dan teknologi dari berbagai
tingkatan di segenap sektor kegiatan, khususnya di kamar bedah yang
merupakan jantungnya sebuah rumah sakit.
Kemajuan ilmu dan teknologi tersebut disatu pihak akan
memberikan kemudahan dalam operasional tetapi dilain pihak
cenderung menimbulkan resiko kecelakaan akibat kerja yang dapat
ditimbulkan oleh alat-alat yang berteknologi tinggi tersebut, terutama
bila petugas yang bekerja di kamar bedah kurang mendapatkan
pendidikan dan pelatihan keterampilan, khususnya pelatihan yang
berhubungan dengan penggunaan alat-alat serta penanganan bahaya
infeksi nosokomial yang dapat ditimbulkannya dikamar bedah.
Salah satu cara mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang
tidak terduga tersebut, yaitu dengan jalan menurunkan dan
mengendalikan sumber bahaya tersebut, melalui penyediaan dan
penggunaan APD. Akan tetapi walaupun telah disediakan pihak rumah
sakit, namun efektivitas penggunaan
APD tergantung pada faktor pemakainya. Untuk mengatasi
masalah tersebut perlu di tingkatkan upaya dan program keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) antara lain, peningkatan kesadaran,
kedisiplinan K3 terutama lingkungan kamar bedah di rumah sakit. Dan
melakukan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan dengan menutupi
sumber bahaya bila memungkinkan, akan tetapi sering keadaan
bahaya tersebut belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Untuk itu
perlu dilakukan usaha pencegahan dengan cara menggunakan alat
pelindung diri (Personal Protective Devices) yang umum sering
disingkat dengan APD (Kusuma,S.P, 1986).
Resiko infeksi nosokomial dapat terjadi antar pasien, dari pasien
ke petugas, dari petugas ke pasien dan antar petugas. Berbagai
prosedur penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan
kuman yang berasal dari pasien. Infeksi petugas juga berpengaruh
pada mutu pelayanan karena para petugas menjadi sakit sehingga
tidak dapat melayani pasien, dengan demikian penggunaan alat
pelindung diri sangat tepat agar dapat membatasi penyebaran infeksi
nosokomial tersebut. Salah satu langkah dari pengendalian infeksi

31
nosokomial adalah dengan menerapkan Kewaspadaan Universal atau
sering di sebut Universal Precautions.
Personil di kamar operasi terbagi dalam beberapa bagian,
sedangkan kegiatan operasi terdiri dari berbagai spesialisasi. Melihat
dari jenis operasi yang ada, dengan penggunaan alat berteknologi tinggi
dan dapat menimbulkan tingkat bahaya penularan yang cukup tinggi
baik melalui udara (air borne) maupun melalui darah (blood borne)
ataupun cairan tubuh lainnya. Petugas kamar bedah mempunyai
resiko penularan penyakit yang cukup tinggi.

B. Risiko Kerja di Kamar Bedah


Bekerja di kamar tidak semudah yang dibayangkan karena memerlukan
keahlian khusus, disamping itu juga mempunyai resiko yang besar.
Adapun faktor resiko bekerja di kamar bedah yaitu,
1. Bahaya/insiden kecelakaan
a. Cedera kaki dan jari kaki yang disebabkan oleh benda yang jatuh,
misalnya, peralatan medis.
b. Slip, perjalanan, dan jatuh di lantai basah, khususnya selama
situasi darurat.
c. Tertusuk atau terpotong oleh benda tajam, terutama tusukan
jarum dan luka oleh pisau operasi.
d. Luka bakar dari peralatan sterilisasi panas.
e. Listrik kejut dari peralatan yang rusak atau grounding yang tidak
ada, atau peralatan dengan isolasi yang rusak.
f. Nyeri punggung akut akibat posisi tubuh canggung yang lama
atau kelelahan saat menangani pasien berat.
2. Physical hazards/Bahaya fisik Paparan radiasi dari x-ray dan sumber
radioisotop.

3. Chemical hazards/Bahaya Kimia


a. Paparan berbagai obat bius (misalnya N2O, halotan, etil bromida,
etil klorida, eter, methoxyfluorane, dll).
b. Iritasi kulit dan penyakit kulit karena sering menggunakan sabun,
deterjen, desinfektan, dll

32
c. Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan karena paparan udara
aerosol atau kontak dengan tetesan/percikan desinfektan saat
mencuci dan membersihkan alat.
d. Keracunan kronis karena paparan jangka panjang terhadap obat,
cairan sterilisasi (misalnya, glutaraldehid), anestesi gas, dll
e. Alergi lateks yang disebabkan oleh paparan pada sarung tangan
lateks alam dan lateks lainnya.
4. Biological hazards/Bahaya biologi
a. Karena paparan terhadap darah, cairan tubuh atau spesimen
jaringan mungkin mengarah ke penyakit melalui darah seperti
HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C.
b. Risiko tertular penyakit nosokomial akibat tusukan dari jarum
suntik (misalnya hepatitis infeksius, sifilis, malaria, TBC).
c. Kemungkinan tertular herpes sawit dan jari (Herpes whitlow).
d. Peningkatan bahaya keguguran spontan.
5. Ergonomic, psychosocial and organizational/Factors Ergonomis,
psikososial dan factor organisasi
a. Kelelahan dan nyeri punggung bawah akibat penanganan pasien
berat dan untuk periode merindukan pekerjaan dalam posisi
berdiri.
b. Stres psikologis yang disebabkan oleh perasaan tanggung jawab
yang berat terhadap pasien.
c. Stres, hubungan keluarga yang tegang, dan kelelahan akibat
perubahan dan bekerja malam, lembur kerja, dan kontak dengan
pasien yang sakit, terutama bila pasien tidak pulih dari operasi.
d. Masalah hubungan interpersonal dengan ahli bedah dan anggota
lain dari tim operasi.
e. Paparan pasien mengalami trauma, beberapa korban bencana
atau peristiwa bencana atau pasien parah dapat menyebabkan
kekerasan pasca-trauma sindrom stres.

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan keamanan kerja (sebagaimana yang telah diatur
dalam Undang-undang Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23 ayat (1), (2), (3)
dan (4) ditujukan kepada pasien, petugas, dan alat meliputi hal-hal
sebagai berikut :

33
1. Keselamatan dan keamanan pasien
semua anggota tim bedah harus memperhatikan kembali :
a. Identitas pasien
b. Rencana tindakan
c. Jenis pemberian anestesi yang akan dipakai
d. Faktor-faktor alergi
e. Respon pasien selama perioperatif.
f. Menghindari pasien dari bahaya fisik akibat penggunaan alat/
Kurang teliti.
2. Keselamatan dan keamanan petugas
a. Melakukan pemeriksaan secara periodik sesuai ketentuan
b. Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi
Kesehatan petugas diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi RI. No. PER.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja Pasal 1 bagian (a).
c. Perlu adanya keseimbangan antara kesejahteraan, penghargaan
dan pendidikan berkelanjutan (Undang-undang Kesehatan Tahun
1992 Pasal 51 ayat (1).
d. Melakukan pembinaan secara terus menerus dalam rangka
mempertahankan hasilkerja.
e. Membina hubungan kerja sama yang intern dan antar profesi,
dalam mencapai tujuan tindakan pembedahan.
3. Keselamatan dan keamanan alat-alat
a. Menyediakan pedoman / manual bahasa Indonesia tentang cara
penggunaan alat-alat dan mengantungkannya pada alat tersebut.
b. Memeriksa secara rutin kondisi alat dan memberi label khusus
untuk alat rusak.
c. Semua petugas harus memahami penggunaan alat dengan tepat
d. Melaksanakan pelatihan tentang cara penggunaan dan
pemeliharaan alat secara rutin dan berkelanjutan.
e. Melaksanakan pelatihan tentang cara penggunaan dan
pemeliharaan dilakukan oleh petugas IPSRS.
f. Memeriksa alat ventilasi udara agar berfugsi dengan baik
g. Memasang simbol khusus untuk daerah rawan bahaya atau
mempunyai resiko mudah terbakar.

34
h. Menggunakan diatermi tidak boleh bersama dengan pemakaian
obat bius ether.
i. Memeriksa alat pemadam kebakaran agar dalam keadaan siap
pakai.
j. Pemakaian secara rutin alat elektro medis yang dilakukan oleh
petugas IPSRS.
4. Program jaminan mutu
a. Melaksanakan evaluasi pelayanan di kamar operasi melalui
macam- macam, audit.
b. Melakukan survailans infeksi nosokomial secara periodik dan
berkesinambungan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas, artinya


setiap jenis pelayanan haruslah mempunyai indikator dan standarnya.

35
Dengan demikian pengguna jasa dapat membedakan pelayanan yang baik
dan tidak baik melalui indikator dan standarnya. Mutu adalah suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja,
proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan atau konsumen. Pengendalian mutu pelayanan bedah di
Instalasi Bedah Sentral disusun
berdasarkan Kepmenkes No.126 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, meliputi :
1. Waktu tunggu Operasi elektif ≤ 2 hari
2. Kejadian Kematian di meja operasi ≤ 1 %
3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi Salah insisi 100%
4. Tidak adanya kejadian operasi salah orang 100%
5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi 100%
6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh
pasien setelah operasi 100%
7. Komplikasi anastesi karena overdosis, reaksi anastesi, dan salah
penempatan endotracheal tube ≤ 6 %

BAB IX
PENUTUP

Dengan diterbitkannya "Pedoman Pelayanan Unit Kamar Operasi",


Diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam memberikan

36
pelayanan asuhan keperawatan di kamar operasi di Rumah Sakit Daerah
Madani Kota Pekanbaru. Dengan acuan dari buku ini diharapkan dapat
mengandalikan mutu, keamanan, kenyamanan sehingga VISI Rumah Sakit
Daerah Madani Kota Pekanbaru menjadi : "Terwujudnya Rumah Sakit
MADANI yang Mandiri, Berbudaya, dan Bernilai (MADANI) di Kota
Pekanbaru" dapat tercapai.

37

Anda mungkin juga menyukai