Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MATA KULIAH MANAJEMEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

TENTANG
“MANEJEMENPENGELOLAAN DAN IVESTASI BAHAN DAN ALAT KESEHATAN
GIGI”

Disusun oleh kelompok 4 :


1. Muhammad Khaidir Raka Syahputra(P07125221027)
2. Muhammad Reza Maulana (P07125221028)
3. Muhammad Wahyu Nur Azmi (P07125221029)
4. Rizqya Maharani (P07125221044)
5. Rosy Septiani (P07125221045)
6. Sekha Belvana Aisya (P07125221047)
7. Sharah Palette (P07125221048)
8. Silvia Agustina (P07125221050)
9. Siti Jamilah (P07125221051)
10. Siti Maulida (P07125221052)
11. Sofia (P07125221053)
12. Syakira Azzahra (P07125221054)
13. Tassa Berliana Passya (P07125221055)
14. Zahira Tivana (P07125221056)

Dosen Pembimbing:
Edy Kusasi, SKM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiratan Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa pula selawat serta salam
selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Adapun kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Kepada Bapak Edy Kusasi, SKM. Selaku dosen pembimbing dalam praktikmata kulia
h Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut.
2. Orang tua kami yang telah membantu dalam hal material dan spiritual dalampenyelesai
an makalah ini.
3. Seluruh rekan kelompok 4 yang turut membantu dalam penyusunan danpenyelesai
an makalah ini.
Makalah yangberjudul “Manajemen Pengelolaan dan Inventarisasi Bahan dan Alat
Kesehatan Gigi” ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas praktik mata kuliah
Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut. Selain untuk tujuan tersebut, kami juga menyusun
makalah ini untuk bahan acuan dan penambahan wawasan pembaca sekalian terkait
pengelolaan barang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, serta kami sendiri selaku penyusun
makalah.

Banjarbaru, 04 Oktober 2021

Kelompok 4 Sarjana Terapan Terapi Gigi Semester 1

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. 2


BAB 1 - PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 3
C. TUJUAN ......................................................................................................................................... 3
D. MANFAAT ...................................................................................................................................... 3
BAB 2 - PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 4
A. PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG ........................................................................................... 4
B. PENGADAAN BARANG ................................................................................................................... 6
C. PENYIMPANAN .............................................................................................................................. 7
D. PENYALURAN BARANG ................................................................................................................ 10
E. PEMELIHARAAN .......................................................................................................................... 10
F. PENGHAPUSAN BARANG ............................................................................................................. 11
G. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BARANG ............................................................................. 11
BAB 3 - PENUTUPAN ................................................................................................................................ 15
1. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 15
SARAN ................................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 16
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Barang merupakan satu unsur di dalam manajemen di samping mereka manusia,
uang, teknologi, dan pasar. Barang juga merupakan unsur pendukung suatu upaya
termasuk upaya kesehatan gigi dan mulut. Upaya kesehatan yang termasuk kategori
barang ialah obat, bahan, peralatan, perlengkapan, sarana dan kendaraan. Barang dapat
juga dibedakan dengan barang yang digunakan satu kali, sedangkan barang yang tidak
habis pakai adalah barang yang digunakan berkali-kali dalam jangka waktu lama. Barang
tidak habis pakai juga disebut barang inventaris.

Dalam manajemen barang tercakup beberapa fungsi yaitu:


1. Perencanaan kebutuhan barang
2. Pengadaan barang
3. Penyimpanan, pengeluaran, dan pemeliharaan barang
4. Penghapusan barang
5. Pengawasan dan pengendalian barang.

Perawat gigi, dalam melaksanakan tugasnya akan berhubungan dengan masalah


barang-barang yang digunakan untuk mendukung pekerjaannya. Dalam hal ini perawat gigi
perlu mengetahui proses pengadaan, penyediaan, penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan,
penghapusan barang sebagaimana dikemukakan di atas. Di samping itu perawat gigi juga
harus mengetahui mekanisme pengawasan dan pengendalian barang, sehingga ia dapat
menggunakan barang secara efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah kali ini, yang dapat dijadikan rumusan masalahnya ialah:
1. Bagaimana proses perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pemeliharaan
barang?
2. Bagaimana cara menerapkan proses tersebut dengan benar?
3. Apa yang harus dikuasai dalam manajemen pengelolaan?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah, agar:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan
pemeliharaan barang.
2. Untuk bisa menerapkan proses dengan benar sesuai dengan standar dan rencana.
3. Mengendalikan dengan cermat sistem pengelolaan barang.

D. MANFAAT
Dengan adanya manajemen pengelolaan barang, kita dapat menjalankan prosedur
kerja dan praktik dengan mudah dan tertata. Hal ini juga dapat menjadikan gambaran kerja
yang tenang dan menyenangkan jika semua barang dapat terkendali dengan aman.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG


Perencanaan kebutuhan adalah merencanakan rencana kebutuhan baranguntuk
menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan
sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. Kebutuhan barangdidasarkan
pada rencana pelaksanaan program yang telah di tetapkan sebelumnya. Oleh karena itu,
perlu merencanakan kebutuhan tersebut untuk rencana program yang terkait.

Dalam penyusunan rencana kebutuhan barang perlu dilakukan langkah kegiatan


berikut ini.
1. Pembahasan rencana program kegiatan dikaitkan dengan kebutuhan barang yang
mendukung. Misalnya untuk penyediaan barang di puskesmas perlu terlebih dahulu
dipelajari tentang rencana kegiatan unit tersebut. Kemudian diidentifikasi kegiatan
mana saja yang memerlukan dukungan tersedianya barang. Setelah itu diidentifikasi
jenis barang apa saja yang diperlukan dan berapa jumlahnya. Kebutuhan barang
tersebut dibuatkan dalam satu daftar.

2. Inventarisasi barang-barang yang tersedia. Tujuan dari langkah kedua ini untuk
mengetahui jenis dan jumlah barang yang dapat dipakai guna mendukung program.
Menginventarisasi barang ini perlu dicatat barang-barang dapat dipakai.

3. Barang-barang yang rusak, tetapi dapat dipakai bila diperbaiki, dan biaya perbaikan
jauh lebih rendah daripada membeli barang yang baru.

4. Barang-barang yang tidak dapat dipakai. Catatan barang-barang tersebut dibuat di


dalam suatu daftar menurut jenis, jumlah, keadaan barang, dan kualitas barang. Untuk
mengetahui apakah barang-barang yang ada dapat dipakai, diperbaiki atau tidak, perlu
dibantu oleh tenaga yang tahu tentang barang atau yang berpengalaman.

5. Menentukan barang yang dibutuhkan. Pada langkah ini dilakukan penentuan barang
yang diperlukan untuk mendukung program. Hasil langkah pertama yang merupakan
jumlah keseluruhan barang dibutuhkan untuk mendukung program, dikurangi dengan
hasil inventarisasi pada langkah kedua. Dari kegiatan yang dilakukan pada langkah
ketiga ini diperoleh data sebagai berikut.
a. Jumlah jenis, dan kualitas barang yang tersedia.
b. Jumlah, jenis, dan kualitas barang yang dapat diperbaiki untuk digunakan
c. Jumlah barang baru yang perlu disediakan dan diharapkan.

Sebelum penentuan barang yang dibutuhkan tersebut, perlu dipertimbangkan beberapa


hal berikut ini.
a. Apakah barang yang ada telah memenuhi teknologi dan dapat digunakan untuk
mendukung program?
b. Apakah biaya perbaikan tidak melebihi pembelian barang yang baru?
c. Apakah suku cadang alat yang akan diperbaiki tersedia?
d. Apakah barang-barang yang baru yang dibutuhkan tersedia di pasar atau
diproduksi?

6. Penyusunan anggaran barang. Setelah kebutuhan barang sebagai pendukung program


telah ditetapkan oleh pimpinan yang bertanggung jawab, maka langkah selanjutnya
adalah penyusunan anggaran. Anggaran disusun mencakup anggaran pembelian,
perbaikan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan barang.

a. Anggaran pembelian barang: Dasar penyusunan anggaran pembelian barang ini


adalah harga barang yang berlaku dipasar atau harga standar. Dalam penyusunan
anggaran ini diperhitungan perkembangan terjadinya kemungkinan kenaikan harga
barang. Kecenderungan kenaikan harga dapat diketahui dari data tentang kenaikan
barang beberapa tahun sebelumnya. Harga barang yang dimasukkan di dalam
anggaran adalah harga pasar ditambah dengan kemungkinan kenaikan harga dan
inflasi tahun berikutnya.

b. Anggaran perbaikan: Untuk menentukan anggaran perbaikan diperlukan bantukan


tenaga ahli yang secara khusus mengenal alat-alat yang perlu diperbaiki. Dalam
menyusun anggaran ini beberapa hal perlu diketahui yaitu:
1) Jumlah dan harga suku cadang yang perlu disediakan.Untuk perhitungan harga
suku cadang, caranya sama dengan cara menentukan harga pembelian barang
yang baru seperti dikemukakan di atas.
2) Biaya jasa untuk perbaikan.

c. Anggaran penyimpanan: Anggaran ini disediakan untuk barang-barang yang


perludisimpan di gudang. Bila gudang untuk penyimpanan barang tidak tersedia
maka perlu disediakan sewa gedung milik orang perusahaan lain. Penentuan sewa
gudang didasarkan atas tarif yang berlaku dikeluarkan oleh pemilik Sebaliknya, bila
gudang penyimpanan barang tersedia maka anggaran penyimpanan barang perlu
disediakan Dalam hal ini diperlukan juga anggaran pemeliharaan gudang. Di
lingkungan pemerintahan biasanya anggaran pemeliharaan gudang dimasukkan
secara tersendiri dalam anggaran rutin.

d. Anggaran pengeluaran barang: Anggaran ini disedikan bila barang yang tersedia
perlu disalurkan ke unit-unit kerja yang membutuhkan. Anggaran pengeluaran ini
mencakup biaya pengepakan dan transportasi sampai ketempat tujuan.

e. Anggaran pemeliharaan barang: Anggaran penyediaan disediakan untuk merawat


dan memperbaiki barang yang rusak ringan. Untuk menentukan biaya pemeliharaan
yang perlu disediakan tidak selalu mudah, karena standarnya tidak ada. Jumlah
biaya yang perlu dilokasikan anggaran selalu berdasarkan pengalaman tahun-tahun
sebelumnya.

Anggaran penyediaan barang dalam rencana jangka panjang (5 tahun atau lebih) tidak
dapat disusun secara rinci. Anggaran biaya jangka panjang dibuat secara umum
berdasarkan asumsi kenaikan harga atau laju inflasi. Untuk menentukan anggaran biaya
barang jangka panjang ini diperlukan tenaga ahli (konsultan).
Rencana anggaran barang secara rinci biasanya dilakukan setiap tahun. Bila pengadaan
barang memerlukan waktu lebih dari satu tahun maka harga barang tahun berikutnya
perlu ditinjau dan disesuaikan. Sumber biaya penyediaan barang diperoleh dari intern
organisasi dan bantuan dari luar organisasi. Misalnya, penyediaan anggaran barang
yangdisediakan oleh pemerintah berasal dari APBN atau APBD,serta ada juga berasal
dari bantuan luar negeri.

B. PENGADAAN BARANG
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan barang yang
ditentukan sebelumnya.Barang yang akan dibeli, disesuaikan dengan rencana kebutuhan.
Cara pembelian dapat dilakukan bermacam-macam bergantung pada jumlah, ukuran,
kualitas dan harga barang. Barang yang jumlahnya tidak banyak, diperlukan sehari-hari dan
jumlah biayanya tidak dapat dibeli secara langsung oleh unit kerja yang bersangkutan. Bila
barang yang diperlukan dalam jangka waktu satu bulan atau lebih dalam jumlah yang relatif
banyak, maka perlu dilakukan pertunjukan langsung.Kemudian untuk barang yang akan
dibeli sebagai barang investasi yang dapat digunakan bertahun-tahun dan nilai harganya
besar, dilakukan melalui pelelangan atau tender.

1. Pembelian Barang Secara Langsung


Pembelian (pengadaan) barang secara langsung dilakukan oleh unit kerja,
pelaksanaannya adalah petugas atau bagian dari unit kerja yang secara khusus berfungsi
sebagai pembeli barang. Pembelian dilakukan pada satu atau beberapa perusahaan atau
tokoh bergantung pada tersedianya barang tersebut. Dasar pembelian barang adalah
murah dan secara teknis dapat digunakan sesuai kebutuhan.Barang-barang disertai
bukti tanda pembayaran (bon atau kwitansi) untuk dipertanggungjawabkan.

2. Pembelian Barang Melalui Penunjukan Permohonan


Penunjukan langsung (pemilihan langsung) dilakukan dengan cara menunjuk satu
perusahaan yang dianggap mampu menyediakan barang Dalam surat tersebut dituliskan
jenis, jumlah, dan spesifikasi barang. Perusahaan yang ditunjuk diminta menawarkan
harga barang yang dibutuhkan. Bila harga barang sesuai dengan rencana atau lebih
rendah dan kualitasnya baik, maka barang-barang tersebut dapat dibeli.

3. Pembelian Barang Melalui Pelelangan


Pelelangan dilakukan oleh panitia yang ditunjuk oleh pimpinan unit. Susunan panitia
terdiri dari unsur-unsur perencanaan, pemakai, ahli dalam hal barang dan keuangan,
dan unsur perlengkapan unit kerja. Pelelangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pelelangan terbatas dan pelelangan terbuka (bebas). Pelelangan terbatas adalah
pelelangan yang diikuti oleh perusahaan tertentu, sedangkan pelelangan bebas adalah
pelelangan yang diikuti oleh semua perusahaan yang memenuhi persyaratan.

4. Pengadaan Barang Melalui Pembuatan atau Perbaikan


Bengadaan barang melalui penunjukan langsung, tender terbatas atau tender bebas.
Pemimpin akan menentukan mekanisme mana yang akan dilakukan berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan lembaga yang menanganinya.

5. Pengadaan Barang dengan Cara Penyewaan,Peminjaman, atau Penukaran


Mekanisme penyewaan, peminjaman, penukaran yang dilakukan lebih sederhana.
Pemimpin membentuk panitia. Panitia ini melakukan negosiasi dengan penyewa atau
peminjam. Negosiasi dilakukan atas dasar saling menguntungkan. Bila negosiasi telah
disepakati kesepakatan yang diambil dicantumkan di dalam kontrak dalam kontrak
kerja dicantumkan hak dan kewajiban kedua belah pihak dan jangka waktu peminjaman
dan segala sesuatu mengenal pembiayaan dan cara mengatasi timbulnya persengketaan.

6. Pemberian Barang oleh Pihak Ketiga


Cara pemberian barang oleh pihak ketiga tidak ditentukan oleh suatu mekanisme yang
khusus. Pimpinan dapat menerima pemberian barang dari manapun, asal tidak mengikat
dan bermanfaat untuk penunjang program. Pemberian barang tersebut
didokumentasikan dalam bentuk berita acara yang berisikan antara lain:
a. Waktu dan tempat dibuatnya berita acara
b. Tujuan pemberian barang
c. Jenis, jumlah, dan nilai barang yang diberikan
d. Unit kerja yang menggunakan barang
e. Waktu dan tempat pemberian barang
f. Tanda tangan antara pemberi dan penerima.

C. PENYIMPANAN
Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip
sedemikian sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari
dan mengembalikan alat ke tempatnya. Alat yang berat atau bahan yang berbahaya
diletakkan di tempat penyimpanan yang mudah dijangkau, misalnya di rak paling bawah.
Peralatan disimpan di tempat tersendiri yang tidak lembab, tidak panas dan dihindarkan
berdekatan dengan bahan kimia yang bersifat korosi. Penyimpanan alat dan bahan dapat
dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, ukuran/volume dan bahaya dari masing-masing
alat/bahan kimia. Kekerapan pemakaian juga dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam
menempatkan alat. Alat yang kerap dipakai diletakkan di dalam ruang laboratorium/
bengkel kerja.

1. Penyimpanan Bahan
Penyimpanan di laboratorium terdiri dari:
a. Bahan Habis Pakai
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan habis pakai adalah
sebagai sebagai berikut :
1) Penentuan tempat penyimpanan harus memperhatikan sifat dan bahan
penyusunnya seperti kayu, besi/ logam, kertas, plastik, kain, karet, tanah liat
dan sebagainya.
2) Tempat penyimpanan harus aman, dan bebas dari penyebab kerusakan.
3) Cara penyimpanan harus memperhatikan ciri khas atau jenisnya. Misalnya :
peralatan disimpan ditempat yang sesuai, denganmemperhatikan syarat-syarat
penyimpanan.
4) Penyimpanan bahan habis pakai, disesuaikan dengan sifat kimia zat tersebut.
5) Bahan-bahan kimia yang berbahaya, (mudah terbakar, mudah meledak, dan
beracun) harus diberi label peringatan yang tidak mudah lepas

b. Bahan Kimia
Penyimpanan bahan kimia harus mendapat perhatian khusus, sebab setiap bahan
kimia dapat menimbulkan bahaya seperti terjadinya kebakaran, keracunan,
gangguan pernapasan, kerusakan kulit atau gangguan kesehatan lainnya.
Penyimpanan zat kimia perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Penyimpanan bahan kimia diatur berdasarkan tingkat bahayanya dan ditata
secara alfabetis.
2) Zat/bahan kimia disimpan jauh dari sumber panas dan ditempat yang tidak
langsung terkena sinar matahari.
3) Pada label botol diberi catatan tentang tanggal zat di dalam botol tersebut
diterima dan tanggal botol tersebut pertama kali dibuka. Hal ini dilakukan
untukmengetahui tanggal bahan kimia tersebut kadaluarsa.
4) Gunakan lembar data keamanan bahan (MSDS ; Material Safety Data Sheet)
untuk informasi lebih lengkap mengenai bahan kimia tersebut.
5) Jangan menyimpan/meletakkan wadah bahan kimia yang terbuat dari gelas di
lantai.
6) Botol berisi bahan kimia harus diambil dan diangkat dengan cara memegang
badan botol dan bukan pada bagian lehernya.
7) Jangan menyimpan bahan kimia pada tempat yang terlalu tinggi.
8) Jangan menyimpan bahan kimia secara berlebihan di laboratorium/bengkel
kerja.
9) Botol yang berisi asam atau basa kuat, terutama asam perklorat,jangan
ditempatkan berdekatan.

Penyimpanan bahan kimia dapat dilakukan dengan mengelompokkan bahan-bahan


tersebut, seperti berikut ini:
a. Bahan Kimia yang Mudah Terbakar
Bahan kimia yang mudah terbakar seperti aceton, ethanol, ether, dan chloroform
ditempatkan pada rak paling bawah dan terpisah dari bahan kimia yang mudah
teroksidasi.

b. Pelarut yang Tidak Mudah Terbakar


Pelarut yang tidak mudah terbakar seperti karbon tetraklorida dan glikol dapat
ditempatkan dekat dengan bahan kimia lain kecuali bahan kimia yang mudah
teroksidasi.

c. Bahan Kimia Asam


Bahan kimia asam seperti asam nitrat, asam klorat, asam sulfat ditempatkan
dengan kondisi seperti berikut:
• Ditempatkan pada lemari atau rak khusus yang tidak mudah terbakar
• Wadah bahan kimia asam yang sudah dibuka disimpan di lemari khusus
seperti lemari asam, bila perlu diberi alas seperti nampanplastik.
• Botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak, tetapi ditempatkan
terlebih dahulu pada nampan plastik.
• Asam pengoksidasi dipisahkan dari asam organik dan dari bahan kimia
yang mudah teroksidasi.
• Dipisahkan dari zat-zat yang mudah teroksidasi

d. Bahan Kimia Kaustik


Bahan-bahan kimia kaustik seperti amonium hidroksida, natrium hidroksida,
dan kalium hidroksida :
• Ditempatkan pada daerah yang kering;
• Dipisahkan dari asam; dan
• Botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak, tetapi ditempatkan
terlebih dahulu pada nampan (baki) plastik.

e. Bahan Kimia yang Reaktif dengan Air


Bahan-bahan kimia yang reaktif terhadap air seperti natrium, kalium, dan litium
ditempatkan di tempat yang dingin dan kering.

f. Pelarut yang Tidak Reaktif dan Tidak Mudah Terbakar


Pelarut yang tidak reaktif dan tidak mudah terbakar seperti natrium klorida,
natrium bikarbonat, dan minyak ditempatkan di dalam lemari atau rak terbuka
yang dilengkapi sisi pengaman.

2. Penyimpanan Alat
Azas keselamatan/keamanan pemakai dan alat menempatkan alat sedemikian
sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan
mengembalikan alat ke tempatnya. Alat yang berat atau yang mengandung zat
berbahaya diletakkan di tempat penyimpanan yang mudah dijangkau, misalnya di rak
bawah lemari, tidak di rak teratas.

Alat yang tidak boleh ditempatkan di tempat yang dapat menyebabkan alat itu
rusak, misalnya karena lembab, panas, berisi zat-zat korosif, letaknya terlalu tinggi bagi
alat yang berat. Alat yang mahal atau yang berbahaya disimpan di tempat yang terkunci.
Untuk memudahkan menemukan atau mengambil adalah alat ditempatkan di tempat
tertentu, tidak berpindah-pindah, dikelompokkan menurut pengelompokan yang logis,
alat yang tidak mudah dikenali dari penampilannya diberi label yang jelas dan
diletakkan menurut urutan abjad label yang digunakan. Alat-alat yang sejenis
diletakkkan di tempat yang sama atau berdekatan. Kekerapan pemakaian juga dapat
dipakai sebagai pertimbangan dalam menempatkan alat. Alat yang kerap dipakai
diletakkan di dalam ruang laboratorium.

Cara menempatkan atau menyimpan alat dapat didasari pemikiran nalar (logis)
tentang hal-hal berikut :
a. Keselamatan/keamanan pemakai dan alat pada waktu alat diambil dari atau
dikembalikan ke tempatnya;
b. Kemudahanmenemukandan mengambil alat;
c. Kekerapan (frekuensi) pemakaian alat dan tempat alat-alat yang digunakan.

Peralatan laboratorium kimia yang sering digunakan sebaiknya disimpan


sedemikian hingga mudah diambil dan dikembalikan.Alat-alat laboratorium kimia
sebagian besar terbuat dari gelas. Alat-alat seperti ini disimpan berkelompok
berdasarkan jenis alat, seperti tabung reaksi, gelas kimia, labu (seperti Erlenmeyer dan
labu didih), corong, buretdan pipet, termometer, cawan porselein, dan gelas ukur.Klem,
pinset yang terbuat dari logam, dan instrumen yang memiliki komponen-komponen
dari logam yang sangat halus, seperti alat-alat ukur yang bekerja menggunakanarus
listrik disimpan di tempat terpisah, jauh dari zat-zat kimia, terutama zat-zat kimia yang
korosif. Alat-alat sepertiini harus disimpan di tempat yang kering dan bebas dari zat
atau uap korosif serta bebas goncangan. Masing-masingtempat penyimpanan alat diberi
nama agar mudahmencari alat yang diperlukan. Pipet dan buret sebaiknya disimpan
dalam keadaan berdiri. Oleh karena itu, pipet dan buret perlu diletakkan pada tempat
yang khusus.
D. PENYALURAN BARANG
Penyaluran barang adalah proses pemindahan barang dari gudang
Luar ke tempat yang membutuhkannya. Proses pengeluaran barang
Melalui tahapan berikut ini.

1. Penyiapan Penyaluran
Penyusunan rencana pelaksanaan penyaluran berdasarkan permintaan barang
dan unit yang membutuhkan atau bagian dari rencana pengadaan barang. Di dalam
rencana tercantum jumlah dan jenis barang yang akan disalurkan dan waktu penyaluran,
transportasi yang digunakan, tenaga kerja yang terlibat dan biaya pengeluaran. Setelah
rencana ini tersusun maka diproses administrasinya, yaitu berupa dokumen yang
diperlukan seperti surat pengantar barang, daftar barang, berita acara tanda terima di
tanda pembayaran dan lain sebagainya. Kemudian selain itu dilakukan komunikasi
antara pengirim dan penerima barang.

2. Pelaksanaan Penyaluran
Pada tahapan pelaksanaan ini, terjadi kegiatan penyaluran barang dan gudang.
Dari gudang barang dimuat ke atas kendaraan yang mengangkutnya. Setelah itu barang
diangkut ketujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sampai di tempat tujuan barang
dibongkar dan dimasukkan ke gudang atau ruangan dari unit kerja yang
membutuhkannya. Selama dalam proses penyaluran, pengawasan, dan pengamanan
barang. Pengawasan dilakukan agar barang dapat sampai tepat waktu dalam jumlah dan
jenis sesuai dengan permintaan, sedangkan pengamanan barang adalah upaya timbang
terima antara pembawa dan penerima. Timbang terima tersebut dibuktikan dengan
penandatanganan naskah penyaluran barang yang ditandatangani oleh kedua belah
pihak. Penyaluran barangakhir oleh pembayaran jasa penyaluran.Akhir pelaksanaan
sesuai dengan rencana atau tidak sertamembandingkan kondisi barang sebelum dan
sesudah penyaluran. Hasil evaluasi ini akan menjadi bahan untuk perbaikan penyaluran
di masa yang akan datang.

E. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan adalah suatu upaya atau proses mempertahankan kondisi barang yang
tidak habis agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama dan efektif. Kegiatan
pemeliharaan tersebut mencakup perawatan, perbaikan, rehabilitasi, dan penyempurnaan.
Pemeliharaan ringan dapat dilakukan di unit kerja oleh tenaga pengguna yang terlatih.
Pemeliharaan peralatan khusus memerlukan tenaga terlatih atau ahli. Bila peralatan dalam
keadaan rusak maka pemeliharaan (perbaikan) dilakukan di bengkel tertentu.

Pemeliharaan barang dilakukan dalam tahap perencanaan pemeliharaan yang


disusun sesuai dengan data kebutuhan pemeliharaan berdasarkan keadaan peralatan dan
pengalaman pemeliharaan peralatan sebelumnya. Rencana pemeliharaan
merupakanasumsi kemungkinan perlunya pemeliharaan terhadap peralatanyang ada di unit
kerja termasuk pembiayaannya.

Tahapan pelaksanaan dilakukan oleh tenaga yang terlibat dalam pemeliharaan


peralatan. Di dalam tahapan pelaksanaan in perlu dilakukan pengamatan terhadap peralatan
yang memerlukanperawatan kemudian menentukan tindakan pemeliharaan yang akan
dilakukan. Setelah itu menentukan tenaga yang melakukan pemeliharaan dan jangka waktu
pemeliharaan sebagai kebutuhan. Akhir dari kegiatan pemeliharaan tersebut adalah
menguji cob efektivitas peralatan tersebut.

Kegiatan pemerintah ini dikaji secara periodik untuk menentukan apakah telah
dilakukan secara efektif dan efisien dari seg teknis maupun pembiayaan. Dari pemeliharaan
ini dapat diketahui.
a. Apakah yang ada masih perlu dipakai?
b. Apakah sistem pemeliharaan sudah mantap atau perlu peningkatan?
c. Apakah penggunaan dan pemeliharaan alat efisien?

F. PENGHAPUSAN BARANG
Barang yang tidak memungkinkan digunakan secara teknis perlu dihapus dari daftar
inventaris barang, Unit menghapuskan barang diperlukan mekanisme tertentu. Fungsi
penghapusan barang sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi barang-barang yang perlu dihapuskan dengan alasan kuat. Berbagai


alasan penghapusan barang seperti:
a. Tidak dapat dipakai misalnya karena kerusakan berat, sudah tua atau kuno,
b. Pindah lokasi misalnya untuk bangunan dan tanah.
c. Hilang akibat bencana alam, kebakaran, atau kecelakaan.

2. Menyusun rencana penghapusan: Penyusunan rencana peng hapusan dilakukan


berdasarkan peraturan yang berlaku dan berisikan alasan dan tingkat penghapusan,
jenis dan jumlah barang yang dihapuskan, rencana dan cara pelaksanaan penghapusan,
Tahapan ini didukung oleh proses administrasinya

3. Pelaksanaan penghapusan: Penghapusan dilakukan oleh panitia yang ditunjuk oleh


pimpinan. Tugas panitia adalah melakukan penilaian cara penghapusan serta
melaksanakan proses penghapusan. Keputusan penghapusan barang adalah tangan
pimpinan yang bertanggung jawab atas usul dan pertimbangan panitia.Penghapusan
dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a. Pemusnahan
b. Penjualan/pelelangan
c. Hibah
d. Pemindahan ke unit lain
e. Daur ulang

4. Setiap kegiatan penghapusan perlu dibuktikan dengan berita acara penghapusan yang
berisikan alasan penghapusan, waktu, dantempat penghapusan, tujuan penghapusan,
jenis dan jumlah barang yang dihapuskan yang ditandatangani oleh panitia
penghapusan.

G. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BARANG


Tujuan pengawasan dan pengendalian adalah untuk menjaga agar penggandaan,
pengeluaran, pemeliharaan barang, serta perlengkapan barang dapat memenuhi kebutuhan.
Adapun kegiatan pengawasan dan pengendalian sebagai berikut.
a. Merumuskan pedoman standar kriteria dan tata laksana serta prosedur pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan barang.
b. Melaksanakan pengamatan, pemeriksaan laporan yang berkaitan dengan pengadaan,
penyaluran, penyimpanan, dan pemeliharaan barang.
c. Melakukan kunjungan, pertemuan yang berkaitan dengan pengendalian barang.
d. Memberi arahan atau petunjuk bila diperlukan untuk perbaikan efektivitas dan efisiensi.
e. Melakukan penilaian untuk perbaikan, peningkatan, pemantapan manajemen barang
lebih lanjut.

Sedangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar kegiatan pengawasan dan


pengendalian barang dapat berjalan dengan baik adalah sebagai berikut :

1. Tahap pengadaan
Pengadaan meliputi kegiatan-kegiatan untuk mengatur, cara pengadaan bahan,
prosedur pengadaan bahan dan aturan-aturan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
pengadaan bahan. Ada beberapa metoda yang dapat digunakan pada tahap pengadaan
yaitu :

a. Pembelian tanpa pemesanan, melakukan pembelian langsung yaitu pembelian yang


dilakukan oleh pegawai sendiri yang telah ditunjuk secara langsung datang ke
pemasok tertentu untuk melakukan pembelian sejumlah barang. Cara pembelian
seperti ini sering disebut dengan pembelian swakelola karena cara pembelian
direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh organisasi. Pembelian langsung
biasanya dilakukan untuk pembelian barang yang relatif kecil, baik dari segi
kuantitas maupun nilai barang.

b. Pembelian dengan pemesanan, metoda ini harus melewati prosedur yang relatif
lebih panjang dibandingkan dengan pembelian langsung. Pembelian dengan
pemesanan bisa dilakukan dengan:
1) Penunjukan langsung yaitu pembelian dengan cara melakukan pemesanan
barang dengan menunjuk langsung kepada satu pemasok tertentu.
2) Pemilihan yaitu sebelum melakukan pembelian organisasi melakukan
pemilihan terhadap beberapa pemasok dengan cara organisasi menerima surat
penawaran barang dari beberapa pemasok, dan setelah terjadi kesesuaian, baik
dari sisi teknis maupun harga dengan pemasok, organisasi melakukan
pembelian.

2. Tahap Penyimpanan
Penyimpanan disebut juga dengan kegiatan penggudangan, merupakan kegiatan yang
dimulai dari datangnya barang sampai permintaan untuk digunakan. Tujuan melakukan
kegiatan penyimpanan adalah :
a. Menjaga kelancaran penerimaan dan pengeluaran logistik.
b. Menjaga ketertiban administrasi penyimpanan dan keamanan barang.
c. Melakukan penyimpanan logistik secara tepat sehingga logistik yang ada mudah
dicek, ditemukan dan diambil.
d. Melakukan pengaturan barang secara tepat sehingga mampu menjamin keamanan
dan keselamatan barang.
e. Melakukan perawatan barang dengan baik sehingga barang dalam gudang tidak
sekedar sebagai barang persediaan tetapi juga barang yang siap pakai (ready for
use).
Untuk lebih jelasnya penyimpanan merupakan serangkaian kegiatan
pengurusan logistik dalam gudang, baik yang bersifat administrasi maupun operasional.
Secara operasional penyimpanan serangkaian kegiatan mulai dari penerimaan,
pencatatan, pemasukan, penyimpanan, pengaturan, pembukuan, pemeliharaan,
pengeluaran dan pendistribusian. Secara administrasi, penyimpanan harus melakukan
pencatatan pada buku penerimaan barang, buku pengeluaran barang, kartu stok barang,
formulir permintaan barang, dan formulir penyerahan barang.

Administrasi penyimpanan dapat dijadikan instrumen pengawasan dan


pengendalian di dalam pengelolaan penyimpanan di setiap organisasi. Dengan adanya
sistem administrasi penyimpanan yang benar, keberadaan logistik setiap saat dapat
dicek, baik berkaitan dengan nama, jenis, spesifikasi, jumlah, mutasi, bukti pemasukan
dan pengeluaran, jumlah persediaan maupun nilai logistik yang ada di gudang. Dengan
demikian, adanya pengelolaan administrasi yang baik dalam setiap organisasi akan
dapat mengurangi bahkan dapat menghapuskan bentuk penyelewengan pengelolaan
logistik mapun hilangnya logistik.
a. Metode yang dapat digunakan untuk pengeluaran barang dari gudang :
b. FEFO (First Expiry First Out). Metode FEFO mengeluarkan bhp yang Ednya lebih
pendek dari barang yang Ednya lebih lama.
c. FIFO (First In First Out).Metode FIFO mengeluarkan barang tanpa tanggal
kadaluarsa sesuai urutan penerimaan atau apabila bhp memiliki tanggal
d. Distribusi merupakan kelanjutan dari kegiatan penyimpanan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan logistik bagian- bagian dalam suatu organisasi. Untuk
mendukung efektivitas dan efisiensi kerja tiap bagian maupun organisasi secara
keseluruhan, dalam penyaluran kebutuhan logistik harus memperhatikan dan
kadaluarsa yang sama maka barang lama harus dikeluarkan lebih dahulu.

3. Tahap Distribusi/ Penyaluran


Distribusi merupakan kelanjutan dari kegiatan penyimpanan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan logistik bagian- bagian dalam suatu organisasi. Untuk
mendukung efektivitas dan efisiensi kerja tiap bagian maupun organisasi secara
keseluruhan, dalam penyaluran kebutuhan logistik harus memperhatikan dan
mengimplementasikan beberapa asas penyaluran logistik. Beberapa asas tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Ketepatan jenis dan spesifikasi logistik yang disampaikan
Penyampaian logistik hendaknya sesuai dengan jenis dan spesifikasi logistik yang
telah ditetapkan sehingga secara fungsional dapat mencapai batas yang optimal,
baik dilihat dari sisi kualitas maupun kuantitas.

b. Ketepatan nilai logistik yang disampaikan


Ketepatan penyampaian logistik sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan berarti
tidak kurang ataupun tidak lebih dari nilai yang telah ditetapkan semula. Hal ini
terkait dengan pertimbangan pelaksanaan program efisiensi bagian dan organisasi
secara keseluruhan.

c. Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan


Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan berarti bagian distribusi tidak
menyampaikan logistik ke bagian dengan jumlah kurang atau lebih dari permintaan
atau kebutuhan.
d. Ketepatan waktu penyampaian
Apabila distribusi logistik tidak tepat waktu, terlambat misalnya, jelas akan
menghambat aktivitas organisasi karena seharusnya bagian dapat melakukan
kegiatan operasionalnya.

e. Ketepatan kondisi logistik yang disampaikan


Untuk mendukung kelancaran aktivitas suatu bagian dalam organisasi hendaknya
barang yang disampaikan merupakan barang yang siap pakai (ready for use)
sehingga kondisi barang tersebut harus baik bukan barang yang rusak.

Metode yang berkaitan dengan kegiatan distribusi logistik ini bisa dilakukan dengan:
1) Sistem satelit, yaitu penyaluran barang langsung dari bagian gudang ke seluruh
bagian- bagian dalam organisasi.
2) Permintaan pengguna, yaitu penyaluran barang dari gudang berdasarkan
permintaan bagian-bagian dalam organisasi.
BAB 3
PENUTUPAN

1. KESIMPULAN
Perencanaan kebutuhan adalah merencanakan rencana kebutuhan barang untuk
menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang
berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. Kebutuhan barang
didasarkan pada rencana pelaksanaan program yang telah di tetapkan sebelumnya.
Setelah merencana kebutuhan barang yang ditentukan sebelumnya, tindakan
selanjutnya adalah pengadaan barang. Barang yang akan dibeli, disesuaikan dengan
rencana kebutuhan. Barang yang telah ada harus disimpan dengan telaten.
Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan
mengembalikan alat ke tempatnya.
Tindakan selanjutnya setelah barang ada dan disimpan ialah penyaluran dan
penyimpanan. Penyaluran barang adalah proses pemindahan barang dari gudang luar
ke tempat yang membutuhkannya. Sedangkan pemeliharaan adalah suatu upaya atau
proses mempertahankan kondisi barang yang tidak habis agar dapat digunakan dalam
jangka waktu yang lama dan efektif. Kegiatan pemeliharaan tersebut mencakup
perawatan, perbaikan, rehabilitasi, dan penyempurnaan.
Barang yang tidak memungkinkan digunakan secara teknis perlu dihapus dari
daftar inventaris barang. Unit menghapuskan barang diperlukan mekanisme tertentu.
Barang pula harus diawasi. Tujuan pengawasan dan pengendalian adalah untuk
menjaga agar penggandaan, pengeluaran, pemeliharaan barang, serta perlengkapan
barang dapat memenuhi kebutuhan

SARAN
Saran kami mengenai pengelolaan dan inventarisasi alat dan bahan ini ialah,
kita mesti memahami betul barang-barang yang kita miliki tersebut. Tentang bagaimana
suatu bahan bereaksi akan lingkungan serta garansi yang terjamin. Pemahaman yang
seperti ini adalah menjadi hal yang dasar agar klinik yang kita kelola aman dengan
terkendalinya pengelolaan alat dan bahan.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Anwar. 2015. “Pemeliharaan Peralatan Laboratorium Lingkungan”,


https://www.infolabling.com/2015/05/pemeliharaan-peralatan-laboratorium.html.

Pudentiana. 2020. Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut.Jakarta: EGC Medical Blok
Store.

Sa’adah, Halimatus. 2021. “Makalah Pengelolaan Alat dan Bahan Isi”,


https://id.scribd.com/document/444001713/Makalah-Pengelolaan-Alat-dan-Bahan-
ISI.

Anda mungkin juga menyukai