BAB 2 Fani
BAB 2 Fani
id
BAB 2
LANDASAN TEORI
Jenis kendaraan yang memakai jalan sangat beraneka ragam, bervariasi baik
ukuran, berat total, konfigurasi dari beban sumbu kendaraan sehingga
menimbulkan masalah pada pedeknya umur pelayanan jalan. Tidak terpenuhinya
umur rencana pada konstruksi perkerasan jalan terutama disebabkan karena
overload kendaraan dan kesalahan dalam tahap pelaksanaan.
Dalam perencanaan tebal lapisan perkerasan, sangat ditentukan dari beban yang
dipikul oleh suatu perkerasan jalan. Seperti yang dikemukakan oleh Huang,
(1986) dalam Wang, dkk (2007) bahwa beban axle kendaraan dan volume lalu
lintas sangat berpengaruh dalam perencanaan dan analisis perkerasan.
Disamping itu perlu adanya perencanaan dan pelaksanaan yang baik, sesuai
standar agar diperoleh tebal lapis perkerasan yang dapat memberikan
kenyamanan, keamanan, dan efisien. Seiring dengan kemajuan teknologi
konstruksi jalan raya, maka manajemen dan perawatan perkerasan menjadi hal
penting dalam program pemeliharaan jalan raya. (Hu, 2010)
2.2.1 Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 34 tahun 2006 bagian-bagian jalan dapat digambarkan seperti pada Gambar
2.1 berikut:
Keterangan:
a. Jalur lalu lintas : Bagian jalan untuk melayani lalu lintas dan
angkutan jalan.
b. Bahu jalan : Bagian jalan yang diperuntukkan bagi kendaraan
commit to user
berhenti dalam keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
Ruang manfaat jalan (Rumaja) merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu. Ruang manfaat jalan meliputi badan
jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.
Ruang milik jalan (Rumija) merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu. Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat
jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.
Jaringan jalan adalah satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri atas sistem jaringan
primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarkis.
Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang jalan,
sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan menjadi berikut ini:
1) Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun
berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional.
2) Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan yang disusun
berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
Berdasarkan fungsinya, jalan dibedakan menjadi jalan arteri, jalan kolektor, dan
jalan lokal. Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan umum dengan ciri-
ciri pelayanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan
pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan lokal adalah jalan yang
melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 34 tahun 2006)
Salah satu parameter untuk menghitung tebal lapis perkerasan jalan adalah
besarnya beban yang dipikul oleh jalan. Beban lalu lintas berasal dari arus lalu
lintas yang memakai jalan yang besarnya diperoleh dari analisa lalu lintas dan
perkiraan faktor pertumbuhan lalu lintas. Jumlah kendaraan yang memakai jalan
dinyatakan dalam volume lalu lintas. Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan
yang melewati satu titik pengamatan selama satu satuan waktu. Data volume lalu
lintas diperoleh dari survai pencacahan lalu lintas baik itu dengan cara manual,
semi manual (dengan bantuan kamera video), maupun otomatis (menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
Jenis kendaraan yang memakai jalan beraneka ragam, bervariasi baik ukuran,
berat total, konfigurasi dan beban sumbu. Menurut Pedoman Teknis No. Pd.T-
19-2004-B penggolongan jenis kendaraan dibagi menjadi 8 golongan seperti
pada Tabel 2.1 berikut:
Konstruksi perkerasan jalan menerima beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui
roda-roda kendaraan yang besarnya tergantung dari berat total kendaraan,
konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda dan perkerasan, kecepatan dan
kendaraan. Angka ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu setiap
kendaraan menggunakan rumus sebagai berikut:
4
beban sumbu (ton)
Sumbu Tunggal Roda Tunggal (2.1)
5,4
4
beban sumbu (ton)
Sumbu Tunggal Roda Ganda (2.2)
8,16
4
beban sumbu (ton) (2.3)
Sumbu Dual Roda Ganda
commit to user
13,76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
4
beban sumbu (ton)
Sumbu Triple Roda Ganda
(2.4)
18,45
Distribusi beban sumbu dari berbagai jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut:
Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan yang
menampung lalu lintas terbesar. Jika tidak memiliki tanda batas lajur, maka
jumlah lajur ditentukan dari lebar perkerasan sesuai Tabel 2.3 berikut:
Dalam buku Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan
Metode Analisa Komponen SK SNI 1732-1989-F, koefisien distribusi kendaraan
(C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur rencana ditentukan
oleh Tabel 2.4 berikut:
Menurut Silvia Sukirman, (1999) dalam buku Desain Perkerasan Jalan Lentur,
karakteristik yang terdapat pada lapisan perkerasan lentur adalah:
sifat menyebarkan gaya, maka muatan yang diterima oleh setiap lapisan berbeda
dan semakin kebawah semakin kecil.
Beban
Surface
Base
Subbase
Subgrade
Gambar 2.2 Pembebanan pada Lapisan Perkerasan Lentur
Beban lalu lintas yang bekerja di atas konstruksi perkerasan dapat dibedakan atas:
Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh gaya yang bekerja, lapisan
pondasi atas menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar dianggap
hanya menerima gaya vertikal saja. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari
empat lapisan, antara lain seperti pada Gambar 2.3 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
d. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
e. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
f. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
fungsional adalah jika perkerasan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan yang
direncanakan.
Pada umumnya kerusakan yang timbul disebabkan oleh beberapa faktor yang
saling berkaitan. Agar penanganannya tepat sasaran, maka dalam mengevaluasi
kerusakan perlu ditentukan:
1) Deformasi
a. Alur (rutting)
b. Bergelombang/keriting (corrugation)
c. Sungkur (shoving)
d. Ambles (depression)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
2) Retak (crack)
a. Retak Blok (block crack)
b. Retak Kulit Buaya (crocodile crack)
c. Retak Garis (line crack)
Kerusakan yang terjadi pada perkerasan aspal perlu adanya penanganan dalam
rangka pemeliharaan untuk mempertahankan kondisi jalan dan mengurangi laju
kerusakan. Klasifikasi pemeliharaan jalan:
1) Teknik pelaksanaan.
2) Pemilihan bahan dan rencana campuran perkerasan.
3) Pemilihan metode perbaikan perkerasan jalan.
4) Evaluasi kinerja.
5) Pelatihan tenaga pelaksana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
keterangan:
a1, a2, a3 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan.
D1, D2, D3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan (cm).
Angka 1, 2, 3 = Masing-masing untuk lapis permukaan lapis pondasi dan lapis
pondasi.
Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan ditentukan pada
awal umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median
atau masing-masing arah pada jalan dengan median.
(2.6)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
(2.7)
keterangan:
j = Jenis Kendaraan
(2.8)
keterangan:
i = Perkembangan lalu lintas
j = Jenis kendaraan
(2.9)
(2.10)
(2.11)
5) Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan California Bearing Ratio (CBR)
7) Indeks Permukaan
lintas yang lewat. Adapun beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti
yang tersebut di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
(2.12)
Software Desain Perkerasan Jalan Lentur (SDPJL) adalah alat bantu perencana
untuk melakukan desain perkerasan jalan lentur, dengan merujuk pada Pedoman
Interim Desain Perkerasan Jalan Lentur No 001/BM/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
1) Menu Awal
2) Isian Data
Input desain data ruas jalan meliputi lebar existing, lendutan, desain
lendutan, RCI, CBR, temperatur perkerasan aspal, dan tebal lapis aspal
existing. Sedangkan input data lalu lintas meliputi tahun survei, tahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
pembukaan jalan, umur rencana, tingkat pertumbuhan lalu lintas dan data
lalu lintas. Data dimasukan sesuai kolom yang diminta.
Analisis lalu lintas adalah analisis tentang distribusi beban kendaraan dan
faktor perusakan akibat beban kendaraan. Lalu lintas yang digunakan
dalam metode ini adalah lalu lintas kumulatif selama umur rencana.
Besaran ini didapat dengan mengalikan beban sumbu standar kumulatif
pada lajur rencana selama setahun dengan besaran kenaikan lalu lintas.
Pada tahap ini, data lapangan lebar jalan, lendutan, RCI (Road Condition
Index), CBR (daya dukung tanah) dan data lapangan (hasil survei)
dikoreksi dengan kondisi lapangan.
Pada tahap ini adalah awal proses lapangan, yaitu pengelompokan data
lapangan (lebar perkerasan, lendutan, CBR, dan RCI) dalam grafik.
7) Hasil Sorting
Setelah sampai pada tahap ke-6, kemudian akan diperoleh hasil sorting
dalam bentuk tabel.
8) Proses Desain