Anda di halaman 1dari 17

Nama : Putri Amelia

NIM : 1813015176
Kelas : A 2018

Farmakognosi
Farmakognosi telah diciptakan melalui penggabungan dua kata
dalam bahasa Yunani. Farmakon (obat) dan Gnosis (pengetahuan), yaitu
pengetahuan tentang obat. Manusia selalu menggunakan tumbuhan dengan
banyak cara dalam tradisi masa evolusi manusia. Seleksi tumbuhan obat
merupakan proses yang dilakukan secara hati-hati sehingga sejumlah besar
tumbuhan obat digunakan oleh berbagai budaya dunia. Contoh pengobatan
yang terkenal ada Aryuveda, Jamu, kampo dan masih banyak lagi. Hal ini
merupakan cikal bakal dari adanya pengembangan pendekatan baru
terhadap penelitian dan penggunaan farmasetik tumbuh-tumbuhan.

Sumber : Endarini Lully Hanni. 2016. Farmakognosi dan Fitokimia.


Jakarta.
Farmakobotani
Botani merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
tanaman meliputi morfologi, fisiologi, anatomi, klasifikasi, dan reaksi
biokimiawi pada tanaman. Tanaman mempunyai fungi sebagai penopang
semua sendi kehidupan manusia. Misalnya, tanaman pangan, tanaman untuk
membuat rumah, tanaman sebagai bahan baku pakaian, hiasan, bahkan
tanaman sebagai obat. Di ranah tanaman obat inilah, keilmuan botani akan
bergabung dengan ilmu farmasi untuk mempelajari jenis tanaman bat mulai
dari klasifikasi, aktivitas biologi, morfologi dan anatomi, serta bagian
tanaman yang digunakan untuk obat, bahkan sampai ke tahapan kultivasi
untuk memastikan kualitas bat alam yang dihasilkan.

Sumber : Elliot. W. T., Stocking. R. C, Barbour. C. M., Rost. L. T. 1982.


Botany an Introduction to Plant Biology. John Willey & Sons. Univ
California, USA.
Farmakografi

Farmakografi adalah sebuah karya monumental, dalam


penyusunannya Daniel Hanbury berkolaborasi dengan Profesor Friedrich A.
Flückiger di Universitas Strasburg. Publikasi ini mencatat sejarah obat-
obatan utama yang berasal dari nabati yang ditemukan di Inggris Raya dan
India Britania. Farmakografi ditulis dalam buku yang berjudul
Pharmacographia: A History of the Principal Drugs of Vegetable Origin
meet with in Great Britain and British India yang dirilis pada tahun 1874.
Buku tersebut berisi obat-obatan yang disimpan pada toko oleh apoteker
atau yang dikenal sebagai pasar obat dan rempah-rempah di London.
Sebagian buku ini membahas tentang Phaenogamos atau tumbuhan
berbunga, dan sebagian lagi meliputi Dicotyledons yang ditempatkan pada
Family masing-masing, sebagian besar tanaman milik Ranuculaceae,
Leguminosae, Rosaceae, Umbelliferae, Compositae, Solanaceae, Labiatae,
Euphorbiaceae, Piperaceae, dan Coniferae families.kemudian pada
Monocotyledon sebagian besar berasal dari family Zingiberacae,
Melanthaceae dan Graminae familia. Selanjutnya adalah 'Tanaman
Kriptogami atau Tanpa Bunga', termasuk 'Akrogen' dan 'Thalogen'.setiap
obat diberi judul dengan nama latin, diikuti oleh beberapa sinonim pada
bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Lalu diikuti oleh informasi mengenai
asal botani, sejarah, deskripsi, struktur mikroskopis, komposisis kmia,
kegunaan dan pengganti. Pada edisi kedua, terjadi peningkatan marginal
dalam jumlah besar, terlihat dari halaman isinya. Dalam tambahan baru
sebelum 'Indeks' adalah 'Lampiran' yang mencakup 'Catatan Biografi dan
Bibliografi Singkat' yang berkaitan dengan penulis dan buku yang dikutip
dalam buku Farmakografi.

Sumber :

Singh, Harkishan. 2019. A vegetable drugs historian: Daniel Hanbury,


1825-1875. Pharmaceutical Historian volume 49/2.
Farmakokimia

Di negeri Belanda dikembangkan istilah farmakokimia


(farmacochemie), tetapi istilah ini jarang dijumpai di negara yang berbahasa
inggris. Di Perancis dikenal dengan istilah chemie therapeutique dan di
Jerman dengan istilah Arzneimittelforshung atau Wirkstoff-Forshung.
Farmakokimia dikenal dengan istilah kimia medisinal adar tidak
disalahartikan sebagai farmasetika. Kimia medisinal merupakan ilmu yang
berhubungan dengan penemuan atau desain senyawa kimia terapetik baru
dan pengembangannya hingga menjadi obat yang berguna. Hal ini mungkin
melibatkan sintesis senyawa baru, penelitian tentang hubungan antara
struktur asli dengan struktur senyawa hasil sintesis dan aktivitas biologis
yang dihasilkan, elusidasi interaksi dengan berbagai macam reseptor
termasuk enzim dan DNA, menentukan absorsi,transport,dan parameter
distribusinya, serta mempelajari perubahan metabolisme suatu senyawa
kimia menjadi senyawa kimia yang lain.

Kimia medisinal membahas tentang mekanisme aksi obat,interaksi


obat-reseptor, mekanisme obat, metabolisme obat dan lain-lain. Pada
mekanisme aksi obat mempelajari tentang ikatan obat dengan reseptor,
Ikatan-ikatan yang terlibat dalam pembentukan komplek obat-reseptor pada
dasarnya sama dengan ikatan-ikatan yang ada dalam senyawa organik yang
telah kita kenal sebelumnya. Ikatan-ikatan yang terlibat antara lain: ikatan
kovalen, interaksi ionik (elektrostatik), interaksi ion-dipol dan interaksi
dipol-dipol, ikatan hidrogen, interaksi transfer muatan, interaksi hidrofobik,
serta interaksi van der waals. Interaksi yang lemah hanya mungkin terjadi
jika permukaan molekul berada pada jarak yang dekat dan saling
komplementer, oleh karena itu kekuatan ikatan sangat tergantung pada
jarak.

Secara umum ikatan yang terjadi antara obat dengan reseptor


merupakan ikatan non kovalen yang lemah. Akibatnya, efek yang dihasilkan
bersifat reversibel. Oleh karena hal tersebut, obat menjadi tidak aktif ketika
konsentrasinya dalam cairan ekstraseluler menurun. Sering kali, efek obat
diharapkan mampu berlangsung selama jangka waktu tertentu hingga efek
farmakologisnya berakhir. Pada obat-obat stimulan SSP dan depresan,
durasi efek yang diperlama bisa berakibat negatif. Kadang kala kita
menginginkan efek obat berlangsung lama dan bahkan bersifat irreversibel.

Tipe-tipe senyawa yang berikatan dengan reseptor dapat


dikategorikan menjadi agonis, antagonis, partial agonis. Suatu agonis
merupakan suatu senyawa (obat) dimana bila berikatan dengan suatu
reseptor dapat menimbulkan efek. Antagonis merupakan suatu senyawa
(obat) di mana bila berikatan dengan reseptor tidak dapat menimbulkan
efek. Ada dua tipe antagonis yaitu antagonis kompetitif dan antagonis
nonkompetitif. Antagonis kompetitif merupakan tipe antagonis yang paling
banyak ditemui, senyawa tipe ini dapat berikatan pada sisi reseptor yang
sama dengan agonis atau senyawa ini mengganggu secara langsung ikatan
agonis dengan reseptor. Antagonis non kompetitif merupakan senyawa yang
berikatan dengan reseptor tetapi pada sisi yang berbeda dengan agonis.
Partial agonis merupakan suatu senyawa (obat) bila berikatan dengan
reseptor dapat menimbulkan respon tetapi respon yang dihasilkan tidak
maksimal. Suatu partial agonis mempunyai sifat sebagai suatu agonis dan
antagonis.

Sumber : Ronaldo.2017. Pengantar Kimia Medisinal. Malang : CV. Seribu


Bintang.

Farmakogalenika
Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu
Claudius Galenos (GALEN) yang membuat sediaan obat-obatan yang
berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang
disebut ilmu galenika. Jadi Ilmu Galenika adalah Ilmu yang mempelajari
tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan
dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan). Pembuatan sediaan galenik secara
umum dan singkat sebagai berikut :
a. Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau
bahan obat nabati.

b. Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat) yang terdapat di


dalamnya diambil dan diolah dalam bentuk sediaan / preparat.

Tujuan dibuatnya sediaan galenik :

1. untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari


bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.

2. membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai

3. agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam


penyimpanan yang lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenika :

a. Derajat kehalusan

Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya


obat yang terkandung tersebut disari. Semakin sukar disari, simplisia
harus dibuat semakin halus, dan sebaliknya.

b. Konsentrasi atau kepekatan

Beberapa obat yang terkandung atau zat aktif dalam sediaan tersebut
harus jelas konsentrasinya agar tidak menimbulkan kesulitan dalam
pembuatan.

c. Suhu dan lamanya waktu

Suhu dan lamanya waktu penyarian harus disesuaikan dengan sifat obat,
mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau tidak.

d. Bahan penyari dan cara penyarian, cara ini harus disesuaikan dengan
sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia.

Sumber :

Pati,Tim MGMP. 2015. Ilmu Resep Teori Jilid II. Yogyakarta:Deepublish


Yamlean,Paulina V. Y. 2020. Buku Ajar FARMASETIKA. Jawa Tengah:
Lakeisha

Farmakoagronomi
Farmakoagronomi, yaitu ilmu yang mempelajari dan menyelidiki
secara fisiologis mengenai penanaman, cara-cara pemanenan, dan
pengeringan tanaman obat. Agronomi merupakan salah satu istilah dalam
bidang pertanian. Istilah ini sering digunakan dalam membicarakan
pertanian. Terminologi agronomi berasal dari Bahasa Yunani. Kata
agronomi terbentuk dari agros dan nomos. Agros memiliki arti lahan (lahan
produksi, lahan pertanian) dan nomos memiliki arti pengelolaan. Secara
etimologi, agronomi berarti ilmu tentang pengelolaan lahan untuk
berproduksi dengan optimal.
Shapiro dan Elmore (2017) menyatakan bahwa ilmu agronomi
membahas saling keterkaitan antara genetika dan fisiologi tanaman,
pengelolaannya, serta pengaruh dari lingkungan tumbuhnya termasuk tanah.
Sebagai contoh, karena kedelai sangat responsif terhadap panjang hari,
maka kultivar yang dibudidayakan di daerah utara berbeda dengan kultivar
yang dibudidayakan di daerah selatan (di negara sub tropis yang memiliki 4
musim) untuk mendapatkan produksi yang optimal. Definisi yang
melibatkan lingkungan dalam memahami agronomi membuat pengertian
menjadi lebih lengkap. Karena, genetika tanaman terkait erat dengan
persyaratan fisik dasar seperti lingkungan dan fisiologi dasar tanaman yang
perlu dipahami dalam individu tanaman agar dapat berproduksi optimal.
Persyaratan fisik tersebut termasuk suhu, kelembapan, panjang hari dan
lain-lain.
Kamus dalam jaringan (online) Cambridge Dictionary (2021)
mendefinisikan agronomi sebagai ilmu bertani yang meliputi ilmu tentang
tanah, tanaman dan hewan serta cara untuk meningkatkan produksi pangan.
Dalam kamus tersebut dijelaskan bahwa agronomi mencakup banyak sub
bidang dalam pertanian yaitu genetika tanaman, rotasi tanaman, irigasi dan
produksi tanaman.
American Society of Agronomy (2021) menjelaskan bahwa
agronomi memandang pertanian dari perspektif yang terintegrasi dan
holistis. Oleh karena itu, seorang agronom akan memperhatikan sifat-sifat
tanah, interaksi tanah dan tanaman, kebutuhan hara tanaman, waktu dan cara
pemberian pupuk, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, faktor iklim
dan tanah yang memengaruhi pertumbuhan tanaman, pengelolaan dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman, dan konservasi lingkungan.
Sumber :
Sagala,Danner, dkk. 2021. Dasar-Dasar Agronomi. Yayasan Kita Menulis.

ETNOBOTANI
Etnobotani adalah cabang ilmu yang mendalami hubungan antara
manusia dengan tumbuhan disekitarnya. Mengunakan pengalaman
pengetahuan tradisional dalam memajukan kualitas hidup, tidak hanya bagi
manusia tetapi juga kualitas lingkungan. Tumbuhan obat adalah semua jenis
tumbuhan yang diketahui memiliki kandungan senyawa yang bermanfaat
dan berkhasiat untuk mencegah, meringankan atau menyembuhkan suatu
penyakit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis tanaman obat, bagian
tumbuhan yang dimanfaatkan dan paling banyak digunakan oleh masyarakat
Kampung Padang Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
eksploratif dengan metode survey dan teknik wawancara semi terstruktur.
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan untuk mengumpulan data tentang
pengetahuan penduduk Kampung Padang Kecamatan Sukamara Kabupaten
Sukamara terhadap pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat adalah sebagai
berikut, Observasi dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif, yaitu
terjun langsung ke lapangan. Wawancara dalam penelitian ini melalui
wawancara semi terstruktur dengan berpedoman pada daftar pertanyaan. Isi
daftar pertanyaan pada kuisioner meliputi nama responden, usia, pekerjaan,
nama lokal tumbuhan yang digunakan, bagian yang digunakan, manfaat,
dan cara pemanfaatannya.
Penelitian kajian etabotani tumbuhan obatan tradisional yang
dilakukan di kampung padang kecamatan sukamara kabupaten sukamara
terdapat 47 jenis tumbuhan obat yang diketahui dan dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai tumbuhan obat tradisional. Tumbuhan obat terbagi
menjadi 3 bagian berdasarkan yang digunakan oleh masyarakat diantaranya,
sering sekali digunakan sebanyak 40,42%, sering digunakan 31,91%, dan
jarang digunakan sebanyak 27,65%. Tumbuhan sering kali digunakan
diantaranya; Bawang Dayak, Bawang Merah, Bawang putih, Jahe, Kunyit,
Kunyit Putih, Katuk, Kelor, Kencur, Ketumbar, Lengkuas, Serai, Seledri,
sirsak, Beluntas, Sirih, Sirih merah, Kumis kucing dan salam. Tumbuhan
sering digunakan diantaranya; Jambu biji, Pandan, pepaya, Binahung, Lidah
buaya, Lidah mertua, Cocor bebek, Kaca piring, Jengger Ayam, Bidara,
Pacar air, dan Mangkokan Ketelah, Terong pipit dan Ketepeng. Tumbuhan
jarang digunakan diantaranya; Jerangau, Lalang, Tapak dara, Mahkota
dewa, Mengkudu, Orang aring, Putri malu, Patah kemudi, Pegagan,
brotowali, Cengkodok, Samanerat, dan Tembora. Bagian tumbuhan yang
dimanfaatkan dan paling banyak digunakan sebagai obat tradisional oleh
masyarakat Kampung padang Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara
diantaranya, yang paling banyak digunakan daun (70,21%), rimpang
(12,76%), akar (10,63%), buah (10,63%)batang (8,51%), umbi (8,51%),
sedangkan biji (2,12%), dan bunga (2,12%) merupakan bagian yang sedikit
digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai
berikut jenis tumbuhan yang terdapat di Kampung padang Kecamatan
Sukamara Kabupaten Sukamara, ada 47 jenis tumbuhan obat, diantaranya:
Sering sekali digunakan 40,42%, Sering 31,91%, dan jarang 27,65%.
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dan paling banyak digunakan sebagai
obat tradisional diantaranya, yang paling banyak digunakan daun (70,21%),
rimpang (12,76%), akar (10,63%), buah (10,63%)batang (8,51%), umbi
(8,51%), sedangkan biji (2,12%), dan bunga (2,12%) merupakan bagian
yang sedikit digunakan.
Sumber :
Helmina, S., & Hidayah, Y. (2021). Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat
Tradisional Oleh Masyarakat Kampung Padang Kecamatan Sukamara
Kabupaten Sukamara. Jurnal Pendidikan Hayati, 7(1).

ETNOFARMAKOLOGI
Tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
(TDS) rata-rata ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik rata-rata (TDD)
≥90 mmHg, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol didefinisikan sebagai
rata-rata TDS ≥140 mmHg atau rata-rata TDD ≥90 mmHg. Penyakit
tekanan darah tinggi telah menempati kasus nomor 1 yang paling banyak
dilaporkan dengan hasil data pemantauan status kesehatan. Berdasarkan data
dari Puskesmas Anutoluwu Kecamatan Petasia Barat pada tahun 2019-2020
di desa Onepute jumlah pasien darah tinggi sebesar 65%.
Desa Onepute Kecamatan Petasia Barat Kabupaten Morowali Utara
adalah desa yang dimana nama desa Onepute diambil dari bahasa Mori
Lolongoio yang artinya “lurus” desa Onepute merupakan suatu desa yang
berada di Kabupaten Morowali Utara yang menjadi salah satu desa
pedalaman. Menurut hasil pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat
Onepute menunjukkan pola hidup yang tidak sehat seperti mengonsumsi
makanan yang tinggi lemak dan garam. Salah satu tanaman yang dipercayai
oleh masyarakat Onepute dalam mengobati penyakit tekanan darah tinggi
yaitu daun sirsak (Annona muricata. L) bagian tanaman yang digunakan
untuk pengobatan penyakit tekanan darah tinggi yaitu daun, yang dimana
tanaman sirsak yaitu jenis pohon pinus yang mempunyai daun berbentuk
bulat Panjang dengan ujung lancip pendek bertekstrur kasar.
Daun sirsak mempunyai kandungan senyawa yang dapat
menurunkan tekanan darah tinggi senyawa tersebut adalah
monotetrahidrofuran asetogenin, seperti anomurisin A dan B, gigantetrosin
A, annonasin10-one, murikatosin A dan B, annonasin, dan goniotalamisin
dan ion kalium. Daun sirsak memiliki antioksidan yang dapat menangkal
radikal bebas, sama halnya dengan bahan alami lainnya, antioksidan ini
dapat melenturkan dan melebarkan pembuluh darah serta menurunkan
tekanan darah tinggi.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang menggunakan metode
kualitatif. Dengan cara observasi lapangan dan wawancara menggunakan
kuesioner untuk mengetahui penggunaan tumbuhan yang diketahui
penggunannya oleh masyarakat Onepute Kecamatan Petasia Barat
Kabupaten Morowali Utara sebagai obat tekanan darah tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa Onepute Kecamatan Petasia
Barat Kabupaten Morowali Utara didapatkan 6 jenis tumbuhan sebagai obat
tekanan darah tinggi tumbuhan tersebut yaitu belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.), daun sirsak (Annona muricata L.), daun kelor (Moringa oleifera
Lam.), Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe.), daun jarak pagar/balacai
(Jatropha curcas L.), daun kersen/gersen (Muntingia calabura L.).
Persentase bagian tumbuhan yang digunakan untuk obat tekanan darah
tinggi oleh masyarakat Onepute Kecamatan Petasia Barat Kabupaten
Morowali Utara yaitu 66,67% daun, 16,67% rimpang dan 16,67% buah.
Pengolahan tumbuhan sehingga menjadi ramuan obat tradisional
menggunakan cara tradisional seperti diparut, direbus, dan diseduh
menggunakan air panas. Cara penggunaan dan takaran yang dianjurkan
yaitu dengan cara diminum dan dengan takaran mulai dari 1x1 gelas, 2x1
gelas hingga 3x1 gelas. Cara pengolahan tumbuhan yaitu daun kelor dicuci
lalu direbus daun kelor menggunakan air bersih sebanyak 7 gelas air
menjadi 3 gelas, belimbing wuluh dicuci belimbing wuluh lalu dipotong-
potong direbus 3 gelas air menjadi 1 gelas setelah dingin lalu disaring, jahe
merah jahe dibersihkan lalu diparut, ditambahkan air hangat lalu disaring
sebanyak setengah gelas, daun jarak pagar diambil beberapa lembar lalu
disiram/diseduh menggunakan air diambil beberapa lembar biasanya
diambil dalam hitungan ganjil lalu direbus menjadi 1 gelas, daun kersen
diambil beberapa lembar daun kersen lalu dicuci setelah itu direbus 3 gelas
menjadi 1 gelas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat menyimpulkan bahwa tumbuhan yang
dapat digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi di desa Onepute
Kecamatan Petasia Barat Kabupaten Morowali Utara yaitu daun sirsak,
daun kelor, daun kersen, daun jarak pagar, belimbing wuluh, dan jahe
merah. Serta bagian tumbuhan yang digunakan yaitu daun, buah, dan
rimpang
.
Sumber:
Sakaria, H., Rumi, A., & Masyita, A. A. (2021). Studi Etnofarmakologi
Obat Tradisional Tekanan Darah Tinggi Di Desa Onepute Kecamatan
Petasia Barat Kabupaten Morowali Utara. Journal of Islamic
Pharmacy, 6(1), 22-27.
Etnomedisin
Etnomedisin secara etimologi berasal dari kata ethno (Etnis) dan
medicine (Obat). Etnomedisin berhubungan dengan dua hal yaitu etnis dan
obat. Etnomedisin merupakan salah satu bidang kajian etnobotani yang
mengungkapkan pengetahuan lokal berbagai etnis dalam menjaga kesehatan
atau cabang antropolohi kesehatan yang membahas tentang asal mula
penyakit dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat tertentu
(Silalahi,2015).
Penelitian etnomedisin yang dilakukan (Silalahi,dkk., 2018)
mengenai “Etnomedisin Tumbuhan Obat oleh Subetnis Batak Phakpak di
Desa Surung Mersada, Kabupaten Phakpak Bharat, Sumatera Utara” Tujuan
penelitian ini untuk mendokumentasikan tumbuhan obat yang dimanfaatkan
oleh sub-etnis Batak Phakpak sebagai obat dan mengetahui use value dan
indeks cultural significance tumbuhan obat. Adapun metode penelitian
tersebut yaitu dengan wawancara dan jelajah bebas. Wawancara dilakukan
semiterstruktur dan observasi parsipatif meliputi jenis tumbuhan obat,
bagian yang dimanfaatkan, cara pemanfaatan, dan sumber perolehan. Jelajah
bebas juga dilakukan di pekarangan, kebun dan agrofores, serta hutan untuk
membuat voucher spesimen (spesimen bukti) tumbuhan obat yang
digunakan. Jelajah bebas merupakan eksplorasi tumbuhan obat di seluruh
lokasi yang diyakini ditemukan tumbuhan obat.
Silalahi, Marina. 2015. Studi Etnomedisin Di Indonesia Dan Pendekatan
Penelitiannya. JDP Volume 9, Nomor3, November 2016: 117-124
Silalahi, Marina, Nisyawati, Eko Baroto Walujo dan Wendy
Mustaqim.2018. Etnomedisin Tumbuhan Obat oleh Subetnis Batak Phakpak
di Desa Surung Mersada, Kabupaten Phakpak Bharat, Sumatera Utara.
Jurnal Ilmu Dasar, Vol.19 No.2 Juli 2018:77-92

Farmakognosi Klinik (Clinical Pharmacognosy)

Meskipun beberapa istilah telah digunakan dalam lokakarya di Ameri


ka Serikat yang berjudul, “Farmakognosi Klinis: Kontribusi Farmakognosi u
ntuk Uji Klinis Tumbuhan dan Suplemen Makanan”, yang berlangsung pada
pertemuan American Society of Pharmacognosy di Portland, Maine, pada Ju
li 2007 dan dalam jurnal Jepang Maret 2011, belum ada definisi yang kompr
ehensif. Kebangkitan jamu di dunia menimbulkan tuntutan untuk studi di bi
dang farmakognosi, pengobatan tradisional dan beberapa bidang terkait. Dar
i perspektif praktis ini termasuk kontrol kualitas (identitas, kemurnian, konsi
stensi), kemanjuran (indikasi terapi, studi klinis, penyelidikan farmakologis),
dokumentasi dan keamanan (reaksi yang merugikan, interaksi obat, kontrai
ndikasi, tindakan pencegahan dan toksisitas). Ada kapasitas besar topik pene
litian di bidang jamu dan pengobatan tradisional yang dapat dirancang dan d
ijalankan oleh disiplin baru ini secara klinis. Disiplin batas baru ini dapat me
mperluas cakupan aspek klinis farmakognosi dan memainkan peran progresi
f dalam penggunaan obat tradisional dan herbal yang aman, rasional dan efis
ien. Ada beberapa manfaat terapeutik yang belum terbukti dan toksisitas yan
g tidak diungkapkan dan kesulitan dalam menstandarisasi perawatan alami.
Farmakognosi klinis adalah jembatan antara penelitian klinis dan pe
ngetahuan tumbuhan yang memberikan informasi penting yang dibutuhkan
peneliti klinis dan farmasi, dokter, dan profesional kesehatan lainnya untuk
membantu kemajuan obat-obatan herbal dan tradisional. Farmakognostik kli
nis harus bertanya kepada pasien tentang obat herbal atau suplemen lain yan
g telah mereka konsumsi sebelumnya dan tentang riwayat kemungkinan rea
ksi alergi. Dia juga harus mengevaluasi proses pemulihan pasien setelah me
nggunakan setiap jenis obat sintetis, herbal atau tradisional dan harus fokus
pada penyelesaian berbagai masalah yang menantang.
Tampaknya di milenium ketiga, kita membutuhkan pendidikan farm
akognostik klinis untuk memberikan rincian lebih lanjut mengenai berbagai
aspek aplikasi klinis produk kesehatan alami. Untuk menggunakan obat-oba
tan herbal dan tradisional yang rasional dan menambahkan nilai-nilai klinis
standar untuk mereka, membangun dan menyebarkan fitur farmakognosi kli
nis dapat membantu untuk meningkatkan kesehatan untuk semua. Ahli farm
akognostik klinis dapat memberikan informasi yang lengkap dan benar tenta
ng semua aspek farmasi dan medis tanaman, produk kesehatan alami, dan su
plemen makanan. Bidang ini dapat memainkan peran utama dan menarik dal
am mengidentifikasi, menganalisis, menstandardisasi, mengendalikan, mend
okumentasikan dan menentukan obat-obatan berbasis bukti produk kesehata
n alami ini. Ini meningkatkan lebih banyak temuan bahan alami yang efektif
terutama dengan melakukan tinjauan sistematis secara acak uji coba terkontr
ol mengevaluasi terapi herbal untuk penyakit yang berbeda. Misalnya, tinjau
an sistematis baru-baru ini dalam pengobatan tradisional Iran (TIM) membu
ka era baru di bidang penyakit radang usus dan telah memperkenalkan jalur
penelitian baru. Menariknya, di TIM, nama penyakit atau bahkan senyawa h
erbal memiliki beberapa perbedaan dengan nama dan istilah yang ada; jadi p
eneliti harus sangat berhati-hati untuk mempelajari TIM dan menerjemahka
nnya ke dalam bahasa saat ini. Perhatian baru terhadap ramuan yang efektif
ini akan membawa kita pada penemuan dan memperoleh obat-obatan alami
yang baru.

Sumber: Kazemi, Mahnaz dkk. 2012. DARU Journal of Pharmaceutical


Sciences
Farmakognosi Balik (Reserve Pharmacognosy)
Tujuan dari farmakognosi terbalik (Reserve Pharmacognosy) adalah
untuk mengeksploitasi sejumlah besar data yang dihasilkan oleh
farmakognosi. Baru-baru ini diperkenalkan dan mengusulkan untuk
menemukan aktivitas terapeutik baru di antara produk alami dan sumbernya
melalui penambangan basis data dan alat komputasi. RPG adalah
pendekatan pelengkap untuk farmakognosi yang memungkinkan untuk
menemukan aplikasi untuk organisme hidup berdasarkan senyawa bioaktif
yang dikandungnya dan sifat biologis senyawa ini. Penyaringan terbalik dan
database senyawa/sumber alami merupakan komponen penting dari RPG.
1) Seleksi Molekul
RPG beralih dari molekul ke organisme. Jadi, langkah pertama adalah
memilih senyawa alami yang menarik. Beberapa kriteria dapat digunakan.
Senyawa dapat dipilih berdasarkan kriteria struktural. Sebagai contoh,
seleksi dapat mencakup hanya molekul dari keluarga kimia yang sama
(misalnya flavanol, triterpenoid...), dan/atau senyawa dengan karakteristik
seperti obat menggunakan aturan Lipinski turunan untuk senyawa alami
dan/atau dengan memilih molekul oleh keragaman kimia. Cara lain untuk
memilih senyawa alami ini adalah dengan mempertimbangkan asal-usulnya,
menggunakan database senyawa/sumber alami. Misalnya, molekul dari
tanaman tertentu dapat membentuk satu set senyawa awal. Organisme dapat
dipilih dengan memperhatikan kondisi budidaya, biotop, penggunaan
tradisional atau status konservasi yaitu tidak termasuk dalam Daftar Merah
IUCN (International Union for Conservation of Nature) spesies terancam
punah. Terakhir, parameter ekonomi dan/atau kekayaan intelektual juga
harus dipertimbangkan.
2) Identifikasi Target
Langkah kedua RPG adalah identifikasi target yang dapat mengikat
senyawa terpilih. Ligan dapat memiliki beberapa target dan terlibat dalam
jalur metabolisme yang berbeda. Dengan demikian, semua interaksi ini
dapat memiliki efek terapeutik yang sinergis atau sebaliknya, menyebabkan
efek samping yang tidak diinginkan. Pendekatan docking klasik bertujuan
untuk menemukan ligan untuk target yang menarik, dengan menyaring basis
data gabungan yang besar. Dalam RPG, kami ingin mengidentifikasi sifat
biologis baru untuk satu set senyawa alami yang telah dipilih sebelumnya
dengan "penyaringan terbalik". Metode ini mencoba menemukan protein
dari database target, yang berpotensi mengikat molekul yang menarik.
Setelah proses penyaringan terbalik, setiap senyawa alami akan memiliki
pasangan protein yang diduga berinteraksi dan akibatnya terkait dengan
jalur metabolisme terkait. Dengan demikian, selektivitas potensial dan/atau
sinergi antara semua ligan dan/atau target ini dapat diperkirakan. Ini tidak
dapat dicapai dengan docking "klasik". Singkatnya, docking klasik mencoba
menemukan molekul yang mengikat target protein sedangkan penyaringan
terbalik mencoba menemukan target potensial yang dapat berinteraksi
dengan molekul.
3) Penemuan Aktivitas Baru Target yang ditemukan pada langkah
sebelumnya akan memungkinkan penentuan posisi molekul (kembali) yaitu
menemukan aplikasi yang belum diketahui untuk molekul yang dipelajari.
Basis data target dengan informasi tentang struktur protein dan sifat biologis
protein diperlukan untuk tujuan ini.
4) Uji Biologis Meskipun meningkatkan akurasi prediksi penyaringan
virtual adalah masalah pengembangan rilis perangkat lunak baru, hanya
validasi eksperimental dengan uji pengikatan in vitro yang benar-benar
dapat memvalidasi model interaksi yang diprediksi. Sebagai alternatif untuk
pengujian biologis sebagai langkah pertama dalam RPG, penyaringan
virtual awal memungkinkan untuk fokus pada hit yang paling mungkin,
sehingga mengurangi tingkat gesekan dan meningkatkan efisiensi dalam hal
waktu dan biaya.
5) Penempatan Organisme Karena aktivitas biologis dapat dianggap berasal
dari molekul tertentu, organisme yang mengandungnya – pada konsentrasi
tertentu – dapat memiliki sifat biologis yang sama, asalkan tidak ada
toksisitas atau efek merugikan yang melekat pada organisme. Oleh karena
itu, alih-alih molekul terisolasi, kami dapat membatasi upaya kami untuk
mengekstraksi untuk mendapatkan akses ke aktivitas terkait organisme
tersebut.
6) Menghubungkan Aktivitas Biologis dan Penggunaan Tradisional
Pengobatan Barat dan obat tradisional menggunakan konsep/sistem yang
berbeda untuk menggambarkan gejala. Misalnya, jika Anda meminta
seorang dukun untuk menunjukkan kepada Anda tanaman untuk mengobati
peradangan, itu tidak masuk akal baginya. Sebaliknya, bertanya tentang
tanaman untuk menyembuhkan gigitan ular atau sengatan serangga akan
bermakna baginya. Bernard dkk. telah menunjukkan bahwa secara statistik
lebih mungkin bahwa tanaman dengan sifat anti-inflamasi akan ditemukan
ketika tanaman dengan penggunaan tradisional untuk gigitan ular atau
sengatan serangga dipilih. Setelah sifat biologis telah dikaitkan dengan
suatu organisme menurut molekul yang dikandungnya, seseorang dapat
menemukan "jembatan" antara obat modern dan obat tradisional, dan
karenanya memberikan alasan ilmiah untuk pengobatan tradisional.
7) Optimasi Aktivitas
Karena senyawa alam merupakan metabolit yang dihasilkan oleh organisme
hidup, kemungkinan terdapat turunan lain yang memiliki sifat serupa baik
pada organisme yang sama maupun pada organisme lain. Database RPG
memungkinkan turunan tersebut untuk diambil. Di antara turunan ini,
mungkin ada beberapa yang lebih kuat, kurang toksik, lebih mudah diakses
atau dengan profil farmakologis yang lebih baik daripada molekul awal
yang diinginkan.

Sumber: Blondeau dkk. 2010. Current Pharmaceutical Design Vol. 16 No.


15
Green Extraction
Proses ekstraksi hijau adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan
berbagai ekstrak tumbuhan dengan dampak minimal terhadap lingkungan.
Ekstraksi hijau akan mengurangi konsumsi energi, memungkinkan
penggunaan pelarut alternatif dan produk alami yang dapat diperbaharui,
serta memastikan bahwa ekstrak yang dihasilkan aman dan berkualitas. Tiga
solusi utama telah diidentifikasi untuk merancang dan mendemonstrasikan
ekstraksi hijau pada skala laboratorium dan industri untuk mendekati
konsumsi bahan baku, pelarut, dan energi yang optimal: (1) peningkatan dan
optimalisasi proses yang ada; (2) menggunakan peralatan non-dedicated;
dan (3) inovasi dalam proses dan prosedur tetapi juga dalam menemukan
pelarut alternatif.
Pencantuman "enam prinsip Ekstraksi Hijau Produk Alami" harus dilihat
oleh industri dan ilmuwan sebagai arahan untuk menetapkan label, piagam
dan standar yang inovatif dan hijau, dan sebagai cerminan untuk berinovasi
tidak hanya dalam proses tetapi dalam semua aspek ekstraksi padat-cair:

 Prinsip 1: Inovasi dengan pemilihan varietas dan penggunaan


sumber daya tanaman terbarukan.
Saat penggunakan kebijakan ekstraksi hijau, pilihan yang relevan adalah
hanya menggunakan tanaman budidaya dan bukan tanaman yang diambil
dari habitat aslinya; hanya tanaman yang dikendalikan yang dapat
berkontribusi untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Upaya besar
sedang dilakukan dalam seleksi alam varietas dengan konsentrasi bahan
aktif yang jauh lebih tinggi.

 Prinsip 2: Penggunaan pelarut alternatif dan terutama air atau pelarut


pertanian.
Di antara pelarut hijau, agro atau bio-pelarut memainkan peran penting
untuk penggantian pelarut petrokimia. Mereka adalah sumber daya
terbarukan yang dihasilkan dari biomassa seperti kayu, pati, minyak sayur
atau buah-buahan. Bio-solvent ini memiliki daya pelarut yang tinggi,
biodegradable, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Keterbatasan dan
kelemahannya adalah karena biaya, viskositas tinggi, titik didih tinggi, dan
timbulnya rasa tidak enak.

 Prinsip 3: Mengurangi konsumsi energi dengan pemulihan energi


dan menggunakan teknologi inovatif.
Ekstraksi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan ekonomi yang
membutuhkan pengurangan besar-besaran konsumsi energi dan limbah yang
dihasilkan. Ada empat rute untuk meminimalkan konsumsi energi:
mengoptimalkan proses yang ada, memulihkan energi yang dibebaskan
selama proses ekstraksi, membantu proses yang ada dengan intensifikasi,
dan inovasi proses penuh.

 Prinsip 4: Produksi produk sampingan sebagai pengganti limbah


untuk memasukkan industri bio- dan agrorefining.
Selain produk ekstraksi seperti bahan atau pemulihan pelarut, berbagai
bahan lain yang dihasilkan selama proses industri: produk sampingan,
produk sampingan, atau limbah. Co-product adalah bahan, disengaja dan tak
terelakkan, dibuat selama proses manufaktur tunggal dan pada saat yang
sama sebagai produk utama. Produk akhir utama dan produk sampingan
harus selalu memenuhi spesifikasi untuk karakteristiknya, dan masing-
masing dapat digunakan secara langsung untuk aplikasi tertentu.

 Prinsip 5: Kurangi operasi unit dan pilih proses yang aman, kuat, dan
terkendali.
Untuk menjadi industri yang kompetitif yang terlibat dalam ekstraksi
produk alam (parfum, kosmetik, farmasi, makanan, dan bahan bakar nabati)
harus menggabungkan intensifikasi proses dengan protokol ekstraksi yang
lebih bersih dan aman. Intensifikasi proses mencakup semua pengembangan
peralatan, teknik, atau prosedur baru yang membawa kemajuan signifikan
dibandingkan dengan metode produksi saat ini. Tantangan pengembangan
industri dari proses intensif adalah beberapa: unit produksi yang lebih
kompak dan pengurangan jumlah unit operasi, penghematan energi dan
bahan baku, kontrol keamanan proses, pengurangan limbah dan jejak
ekologis.

 Prinsip 6: Bertujuan untuk ekstrak yang tidak terdenaturasi dan


biodegradable tanpa kontaminan.
Untuk memenuhi persyaratan pasar dan peraturan, ekstrak harus memenuhi
sejumlah kriteria kualitas, keadaan "alami" ekstrak bukanlah jaminan tidak
berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Secara khusus, ekstrak harus
diperoleh dari bahan baku yang diidentifikasi secara tepat, diperiksa
menurut prosedur yang ditentukan untuk menjamin kealamiannya. Mereka
juga harus memiliki sifat fisiko-kimia yang tepat dan disimpan dengan
benar. Asal geografis dan kondisi lingkungan di mana bahan baku diperoleh
juga merupakan parameter yang harus diperhitungkan. Dan terakhir, ekstrak
harus bebas dari semua polutan seperti residu pestisida, logam berat,
mikotoksin,dll.
Ekstraksi, menurut enam prinsip ekstraksi hijau produk alami, adalah
konsep baru untuk menjawab tantangan abad ke-21, untuk melindungi
lingkungan dan konsumen, dan pada saat yang sama meningkatkan
persaingan industri menjadi lebih ekologis, ekonomis, dan ekonomis.
inovatif. Dalam pendekatan ekstraksi hijau ini, konsep ekstrak hijau
diperkenalkan — ekstrak yang diperoleh sedemikian rupa untuk memiliki
dampak serendah mungkin terhadap lingkungan (lebih sedikit energi dan
konsumsi pelarut,dll.), dan yang daur ulang akhirnya akan direncanakan
(produk sampingan, biodegradabilitas, dll). Ekstrak hijau ini harus
merupakan hasil dari keseluruhan rantai nilai baik dalam arti istilah:
ekonomis dan bertanggung jawab, mulai dari produksi dan pemanenan
tanaman, proses transformasi ekstraksi dan pemisahan bersama dengan
formulasi dan pemasaran. "Ekstrak hijau" ini dapat diidentifikasi di masa
depan dengan Label atau Standar Eropa atau Internasional.

Sumber :
Chemat, F., Vian, M. A., & Cravotto, G. (2012). Green extraction of natural
products: concept and principles. International journal of molecular
sciences, 13(7), 8615-8627.

Anda mungkin juga menyukai