Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aldilla Dinda Yuniarta

NIM : 190210302011

Kelas : A

Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran

Definisi Mastery Learning

Mastery Learning (Belajar Tuntas) adalah Belajar Tuntas merupakan sebuah


filsafat tentang kegiatan belajar peserta didik dan seperangkat teknik implementasi
pembelajaran “ ( Burns , 1987). Menurut Suryo Subroto (1997 :96) “ Belajar Tuntas
adalah suatu filsafat yang menyatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat
semua peserta didik dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi
pelajaran yang diajarkan di sekolah. Moh. Uzer dan Lilis S mengatakan bahwa “ belajar
tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit
bahan pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok sehingga apa yang dipelajari
peserta didik dapat tercapai semua .

Mastery Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menganut azas


ketuntasan belajar , dengan tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar,
yakni tingkat kemampuan peserta didik orang perorang, bukan perkelas dalam mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan.

Karakteristik Mastery Learning (Belajar Tuntas)

Menurut Suryosubroto (2009), karakteristik mastery learning adalah sebagai berikut :


1) Pada dasarnya strategi mastery learning adalah jika kepada para peserta didik
diberikan waktu yang cukup , dan mereka diperlukan secara tepat , maka mereka
akan mampu dan dapat belajar sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang
diharapkan ( Kusyairy, 2014)
2) Belajar atas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yang ditentukan terlebih
dahulu. Tujuan pembelajaran memberi arah balik kepada pendidik dan peserta
didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, ini berarti bahwa tujuan strategi
pembelajaran adalah agar hampir atau semua peserta didik dapat mencapai
tingkat penguasaan tujuan pendidikan. Jadi , baik sarana, metode , materi
pelajaran maupun evaluasi yang digunakan untuk keberhasilan peserta didik
berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
3) Memperhatikan perbedaan individu ( individual difference). Suatu kenyataan
bahwa individu mempunyai perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.
perbedaan-perbedaan itu disebabkan karena faktor-faktor intern maupun ekstern.
Terutama faktor ekstern melalui indra dan kecepatan belajar peserta didik. Untuk
itu pelaksanaan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kepekaan indra
peserta didik. Jadi , proses pembelajaran yang tepat adalah menggunakan
multimedia dan multi metode yang sesuai dengan tujuan dan keadaan individu
peserta didik ( Suryosubroto, 2009).
4) Menggunakan prinsip peserta didik belajar aktif ( active learning). Belajar aktif
( active learning) memungkinkan para peserta didik memperoleh pengetahuan
dan mengembangkan keterampilan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan sendiri. Cara belajar yang demikian memungkinkan peserta didik
bertanya apabila mengalami kesulitan dalam mencari buku-buku atau sumber-
sumber lain dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya (Kusyairy, 2014).
5) Menggunakan satuan pelajaran terkecil ( RPP). Satuan-satuan pelajaran dengan
unit terkecil disusun secara sistematis, berurutan dari yang mudah ke yang sukar.
Pembagian unit pelajaran menjadi yang kecil-kecil (cremental units) sangat
diperlukan guna memperoleh umpan balik( feedback) secapat mungkin ,
sehingga perbaikan dapat segera dilakukan sedini mungkin dan untuk
memberikan layanan terbaik.
6) Menggunakan sistem evaluasi yang kontinyu dan berdasar atas kriteria. Evaluasi
secara kontinu berarti evaluasi dilaksanakan terus menerus yaitu pada awal,
selama dan pada akhir proses belajar mengajar. Evaluasi ini dilakukan agar
pendidik memperoleh umpan balik dengan segera, sering dan sistematis. Sedang
evaluasi berdasar atas kriteria berarti evaluasi berdasar keberhasilan belajar
peserta didik.

Kelebihan Mastery Learning


 Pembelajaran tuntas lebih efektif daripada pembelajaran yang tidak menganut
paham pembelajaran tuntas. Keunggulan pembelajaran tuntas termasuk juga
pencapaian siswa dan retensi (daya tahan konsep yang dipelajari) lebih tahan
lama.
 Efisiensi belajar siswa secara keseluruhan lebih tinggi pada pembelajaran tuntas .
siswa yang tergolong lambat dalam menguasai standar kompetensi secara tuntas
dapat belajar hamper sama dengan siswa yang mempunyai kemampuan lebih
tinggi.
 Sikap yang ditimbulkan akibat siswa yang mengikuti pembelajaran tuntas positif.
Adanya sikap positif dan rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu materi
subjek yang dipelajarinya. Sikap psitif lainnya misalnya adanya rasa percaya diri,
kemauan belajar secara kooperatif satu dengan yang lainnya, dan sikap positif
terhadap pembelajaran dengan memberikan perhatian yang besar.
 Strategi belajar tuntas memungkinkan siswa dapat mengembangkan kreativitas,
kemampuan dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri.
 Strategi belajar tuntas mampu memadukan berbagai pendekatan belajar, yaitu
pendekatan kelas, kelompok dan individual

Kekurangan Mastery Learning

 Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama, sulit beradaptasi.


 Memerlukan berbagai fasilitas dan dana yang cukup besar, sehingga kebanyakan
sekolah tidak mampu memenuhinya karena keterbatasan dana dan kemampuan.
 Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar
yang ditetapkan.
 Diberlakukan system ujian UAS dan UAN yang menuntut penyelenggaraan
program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan siswa
untuk menempuh ujian.
 Strategi ini sangat menyita waktu guru sebab guru harus selalu mengecek
penyusunan program belajar baik satuan pelajaran maupun program caturwulan.

Anda mungkin juga menyukai