LP Dan LK Jiwa Lely Meilani R
LP Dan LK Jiwa Lely Meilani R
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun oleh:
Lely Meilani Rahmania
NIM: 4120296
A. Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah salah satu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon dimana
penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu. Kejadian dalam
hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat
membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh
dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas ( Yusuf, 2015).
Kecemasan merupakan ketakutan menyebar yang tidak jelas dan
terkait dengan perasaan dan ketidakberdayaan. Perasaan jika isolasi,
keterasingan dan ketidakamanan juga ada. Orang merasakan bahwa inti
kepribadiannya terancam. Pengalaman memicu kegelisahan dimulai pada
masa kanak-kanak dan berlanjut sepanjang hidup. Mereka berakhir dengan
ketakutan yang paling tidak diketahui kematian. Kecemasan adalah emosi
dan pengalaman subjektif individu. Ini adalah energi dan tidak dapat diamati
secara langsung (Stuart, 2016).
B. Etiologi Kecemasan
Menurut Stuart dan laraia (1998) dalam yusuf ( 2015) faktor-faktor yang
menyebabkan kecemasan pada pasien gangguan jiwa antara lain :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
Setiap orang mempunyai potensi mengalami kecemasan yang
kemungkinan besar dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa
kimia di dalam otak yang membuat kecemasan atau ketakutan menjadi
abnormal. Hal ini terjadi karena seseorang mengalami abnormalitas
elektroensefalografik pada lobus temporal yang biasanya berespons
terhadap karbamazepin (suatu antikonvulsan) atau obat-obatan lain.
(Sullivan & Coplan, 2000).
1) Teori genetik
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat
tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan ansietas
memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami ansietas dengan
wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria. Horwath dan
Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu kemungkinan “sindrom
kromosom 13 yang dapat terlibat dalam hubungan genetika yang
mungkin pada gangguan panik, seperti sakit kepala hebat, masalah
ginjal, kandung kemih, atau tiroid, prolaps katup mitral.
2) Teori neurokimia
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter
asam amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan ansietas.
GABA, suatu neurotransmiter inhibitor, berfungsi sebagai agens
antiansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel
sehingga megurangi frekuensi bangkitan neuron. GABA tersedia
pada sepertiga sinaps saraf, terutama sinaps di sistem limbik dan
lokus seruleus, tempat neurotransmitter norepinefrin diproduksi,
yang menstimulasi fungsi sel. Karena GABA mengurangi ansietas
dan noreepinefrin meningkatkan ansietas, diperkirakan bahwa
masalah pengaturan neurotransmitter ini menimbulkan gangguan
ansietas.
b. Faktor Psikologis
1) Pandangan psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian-id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan di kendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.
Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.
2) Pandangan interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak ada penerimaan
dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri
rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
3) Pandangan perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
c. Faktor social budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas yakni antara gangguan
ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
d. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi menurut yusuf (2015) dibedakan menjadi berikut:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang .
e. Klasifikasi
Menurut Peplau 1963 dalam Stuart (2013), kecemasan dibagi dalam
empat tingkat yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat
dan panik.
1. Kecemasan ringan
Kecemasan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari pada tingkat ini lapangan persepsi meningkat dan individu
akan berhati-hati dan waspada, terdorong untuk belajar yang akan
menghalalkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun,
individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan
mengasampingkan hal lain.
3. Kecemasan berat
Pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun
individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal
yang lain, individu tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada area lain.
4. Panik
Pada tingkat ini lapangan persepsi sangat sempit sehingga individu tidak
biasa mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun sudah diberi penghargaan. Pada keadaan ini terjadi peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang
lain dan kehilangan pemikiran rasional.
E. Manifestasi Klinis
1. Respon Fisik
a. Kardiovaskular
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, denyut nadi
cepat.
b. Pernafasan
Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal,
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
c. Neuromuskular
Reflek meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang,
kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.
d. Gastrointestinal
Anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pada abdomen.
e. Traktur Urinarius
Sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing.
f. Kulit
Wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pada kulit.
2. Respons Kognitif
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsangluar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3. Respon Perilaku
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak
aman.
4. Respon Emosi
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, guvup, sukacita
berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian,
kekhawatiran meningkat, focus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat,
ketakutan, distressed, khawatir, prihatin.
F. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencakup fisik ( somatic), psikosologi atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Olahraga yang teratur.
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras..
Terapi psikofarmaka.
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
( anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, lorazepam, buspirone
HCL, meprobamate dan alprazolam.
Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik ( fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
- Psikoterapi suportif : untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan
- Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
- Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor
- Psikoterapi kognitif ,
- untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
- Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
- Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.
G. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah keperawatan (Stuart & Sunden ,1998)
a. Koping individu tidak efektif
b. Anxietas
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. Tidak efektifnya koping keluarga
e. Harga diri rendah : Gangguan konsep diri
f. Perilaku kekerasan
g. Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik
Koping individu
Causa
inefektif
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu
inefektif.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau
mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan
ansietas perilaku dan meningkat sejalan dengan meningkatnya ansietas.
(Sujono, dkk, 2013).
2. Rencana Asuhan Keperawatan untuk pasien
Tujuan
Tujuan umum : Cemas berkurang atau hilang
Tujuan khusus :
a. TUK 1
Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya
Intervensi:
Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
Beri dukungan pada pasien untuk berekspesikan perasaannya.
Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang yang dapat
menimbulkan perasaan negatif
Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga Effect Cor
Problem Causa cepat belajar dan berkembang
b.TUK 2
Pasien dapat mengenali ansietasnya
Intervensi:
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
Hubungkan perilaku dan perasaannya
Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik.
Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan
perasaannya.
c. TUK 3
Pasien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan
ansietas
Intervensi:
Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera
menimbulkan ansietas
Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor
yang drasakan mengacam dan menimbulkan konflik
Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan
d. TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaftif
Intervensi:
Gali cara pasien mengurangi ansietas di masa lalu.
Tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif dari respon 14 koping
yang digunakan
Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang
dimilikinya
Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan menggunakan sumber dan koping yang baru
Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
Beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya
Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai suber dan dukungan
sosial dalam membantu pasien menggunakan loping adaptif yang
baru.
e. TUK 5
Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi
Intervensi:
Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan
tingkat ansieTujuan tindakan untuk keluarga:
3. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan tindakan untuk keluarga :
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas.
d. Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien dengan ansietas.
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 1
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien mengenal ansietas.
c. Mengajarkan tehnik relaksasi dengan pengalihan situasi.
d. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 2
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 3
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 4
a. Mengevaluasi latihan tehnik relaksasi progresif mengerutkan dan
mengendurkan otot.
b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi lima jari.
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
3. Ansietas Berat
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas Perasaan terancam. Isolasi pasien
berat lapangan Ketegangan otot yang dalam lingkungan
persepsi menjadi berlebihan. yang aman dan
sangat menurun. Diaforesis. tenang.
Individu Perubahan pernapasan. Biarkan perawatan
cenderung Napas panjang. dan kontak sering
memikirkan hal Hiperventilasi. sampai konstan.
yang sangat kecil Dispnea. Berikan obat-
saja dan Pusing. obatan pasien
mengabaikan hal Perubahan gastrointestinalis. melakukan hal
yang lain. Mual muntah. untuk dirinya
Individu tidak Rasa terbakar pada ulu hati. sendiri.
mampu berfikir Sendawa. Observasi adanya
realistis dan Anoreksia. tanda-tanda
membutuhkan Diare atau konstipasi. peningkatan
banyak Perubahan kardivaskuler. agitasi.
pengarahan, Takikardia. Jangan mennyentuh
untuk dapat Palpitasi. pasien tanpa
memusatkan pada Rasa tidak nyaman pada permisi.
daerah lain. prekokardia. Yakinkan pasien
Berkurangnya jarak persepsi bahwa dia aman.
secara berat. Kaji keamanan
Ketidakmampuan untuk dalam lingkungan
berkonsentrasi. sekitarnya.
Rasa terbakar.
Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan
.
Aktivitas yang
tidak berguna.
Bermusuhan.
4. Panik
1. Obat
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
kecemasan. Ini termasuk:
a. Antidepresan. Obat-obat ini mempengaruhi aktivitas kimia otak
(neurotransmitter) diperkirakan memainkan peran dalam gangguan
kecemasan. Contoh antidepresan digunakan untuk mengobati gangguan
kecemasan termasuk fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil),
escitalopram (Lexapro), sertraline (Zoloft), venlafaxine (Effexor) dan
imipramine (Tofranil).
b. Buspirone. Ini obat anti-kecemasan dapat digunakan secara
berkelanjutan. Seperti kebanyakan dengan antidepresan , biasanya
memakan waktu sampai beberapa minggu untuk menjadi sepenuhnya
efektif. Sebuah efek samping yang umum dari buspirone adalah
perasaan kepala ringan tak lama setelah meminumnya. Efek samping
yang kurang umum termasuk sakit kepala, mual, gugup dan insomnia.
c. Benzodiazepin. Dalam keadaan terbatas dokter mungkin meresepkan
salah satu obat penenang untuk menghilangkan gejala kecemasan.
Contohnya termasuk clonazepam (Klonopin), lorazepam (Ativan),
diazepam (Valium), chlordiazepoxide (Librium) dan alprazolam
(Xanax). Benzodiazepin biasanya digunakan hanya untuk
menghilangkan kecemasan akut secara jangka pendek. Karena mereka
dapat membentuk kecanduan (adiktif), obat ini bukan pilihan yang baik
jika Anda punya masalah dengan penyalahgunaan alkohol atau obat
(membuat Anda lebih rentan terhadap kecanduan). Mereka dapat
menyebabkan efek samping yang mencakup kantuk, koordinasi
berkurang, dan masalah dengan keseimbangan dan memori.
2. Psikoterapi (TirtoJiwo,2012).
b. Terapi perilaku kognitif adalah salah satu yang paling umum dari jenis
psikoterapi untuk gangguan kecemasan. Terapi perilaku kognitif
berfokus pada pengajaran keterampilan khusus untuk mengidentifikasi
pikiran dan perilaku negatif dan menggantinya dengan yang positif
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika. 2010.
A. Laporan Kasus (LK)
1. Identitas Klien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Peempuan
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Status : buruh tani
Tanggal pengkajian : 11 Oktober 2021
Informan : Mahasiswa (Lely Meilani Rahmania)
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan mata kiri sejak 6 bulan yang lalu terkena padi lama
kelamaan banyak nanah, putih, tidak melihat dan nyeri. Klien mengeluh
bahwa dahulu mata kanan kirinya normal, Klien Klien berobat ke
pelayanan kesehatan di daerah dan di rujuk kr RS mata Cicendo bandung
dan harus menjalani operasi. Klien akan menjalani operasi eviscerasi os
(pengangkatan bola mata). Klien merasa cemas akan dilakukan tindakan
operasi pengangkatan bola mata.
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan sangat cemas dan takut dengan kondisinyanteelebih
tindakan operasi pengangkatan bola mata. Klien mengatakan perasaannya
gelisah, tidak bisa tidur, pasien juga mengatakan nyeri mata kiri sampai di
bagian kepala.
4. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya belum pernah dirawat di RS manapun. Klien tidak
memiliki riwayat keturunan gangguan mental dari keluarganya.
5. Masalah Keperawatan
1. Kecemasan
2. Gangguan pola tidur
6. Fisik
Mata kiri klien terlihat putih dan banyak kotoran. Klien tidak memiliki
riwayat penyakit apapun.
7. Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Laki – Laki
: Klien
8. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengeluh bahwa dahulu mata kanan kirinya
normal, semenjak 6 bulan yang lalu mata kirinya terkena padi dan
lama-kelamaan tidak bisa melihat dan banyak kotoran Klien merasa
cemas karena divonis harus dilakukan operasi pengangkatan bola mata
kiri.
b. Identitas : Klien anak pertama dari 2 bersaudara, klien lulusan SLTP
c. Peran : Klien berperan sebagai seorang ibu yang mempunyai 1 orang
suami dan 2 orang anak.
d. Ideal diri : Klien menerima keadaan saat ini walaupun kadang merasa
malu bila sedang berkumpul dengan tetangganya.
e. Harga diri : klien merasa bersyukur dengan kondisi saat ini
9. Hubungan sosial
Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti
dalam hidupnya, terutama ibunya, suami, anak, saudara dan teman –
temannya. Klien jarang mengikuti kegiatan di kelompok/masyarakat.
Klien mengatakan berhubungan baik dengan orang lain dan teman-
temannya.
10. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Islam dan yakin dengan
agamanya dan penyakitnya ini adalah salah satu ujian untuk menghapus
dosanya.
b. Kegiatan Ibadah : Klien ikut melakukan ibadah selama dirawat.
11. Status Mental
a. Penampilan Penjelasan : Klien rapi dan bersih, klien mandi 2x sehari
menggunakan shampo dan sabun dan menggosok gigi nya.
b. Pembicaraan Penjelasan : Klien saat diberikan pertanyaan menjawab
spontan.
c. Aktivitas Motorik
Penjelasan : Klien tampak kadang – kadang termenung ketika diajak
berkomunikasi.
d. Alam perasaan
Penjelasan : Klien merasa cemas karena akan menjalani operasi. Klien
sangat rindu dengan keluarganya dan teman – temanya, terutama
anaknya.
e. Afek
Penjelasan : Afek klien datar, tatapan kosong klien menjawab
pertanyaan dari perawat
f. Interaksi selama wawancara
Penjelasan : Selama komunikasi, klien dapat berkomunikasi
timbal balik
g. Persepsi
Penjelasan : Klien tidak mengalami gangguan persepsi
h. Proses Pikir
Penjelasan : Klien selalu menjawab tepat pada fokus pertanyaan
dari pembicaraan.
i. Isi pikir
Penjelasan : klien menjawab pertanyaan perawat sesuai dengan
apa yang ditanyakan. Jawabn sesuai realita yang dihadapi.
j. Tingkat kesadaran
Penjelasan : klien composmentis
k. Memori
Penjelasan : Klien tidak ada gangguan daya ingat. Klien mampu
mengingat suatu hal.
l. Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan : Klien mampu berkonsentrasi cukup baik dan klien
mampu berhitung.
m. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien mampu menilai mana yang lebih diutamakan
dalam mengambil keputusan.
n. Daya tilik diri
Penjelasan : Klien mengatakan menerima atas penyakitnya.
12. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan, Minum, BAB/BAK Pasien dapat mengambil makan dan
minum dan dapat kekamar mandi untuk BAB/BAK.
b. Mandi, berpakaian/berhias Pasien mengatakan dapat mandi dan
berpakaian secara mandiri.
c. Istirahat dan tidur
Tidur siang hampir tidak bisa tidur siang, tidur malam dari jam 21.00
WIB s/d 04.00 WIB tetapi itu juga sering terbangun karena nyeri mata
sebelah kiri paling lama 3-4 jam, kegiatan sebelum/sesudah :
Beribadah. Klien gelisah sebelum diberikan obat tidur.
13. Mekanisme Koping Klien mampu berbicara dengan orang lain dengan
baik, klien juga mampu berolahraga. Pada saat diajak berbicara reaksi
cepat/berlebih
14. Masalah Psikososial dan Lingkungan: klien mengatakan kadang mengikuti
pengajian di lingkungannya tetapi jarang karena kadang nyeri mata kiri
kambuh.
15. Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa : Klien mengetahui tentang apa
yang sering dipikirkannya.
16. Aspek Medik Diagnosa medis : Ulkus Kornea OS
17. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah keperawatan
1. Data subyektif: Ancaman pada status Kecemasan
1.Klien mengatakan kesehatan
sangat cemas
dengan kondisinya
saat ini.
2.Klien mengatakan
perasaan saya
gelisah
3.Klien mengatakan
sering berkemih.
Data obyektif:
1.Klien tampak
gelisah
2. Klien tampak
pucat
3.Klien sering
mondar-mandir
4. TD:150/100mmHg
5.Klien sering
bertanya kepada
perawat mengenai
kondisinya
2. Data subyektif: Nyeri akut Gangguan pola tidur
1. Klien
mengatakan nyeri
pada bagian mata
kiri kadang sampai
kepala bagian
belakang
2. Klien mengatakan
tidak bisa tidur
karena nyeri mata
Data obyektif:
1.
menahan nyeri
2.
(mata sayu,
tampak capek,
gerakan
menyeringai,
gelisah)
Manajemen nyeri:
4. Lakukan pengkajian nyeri secara 4. Mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan
komprhensif meliputi lokasi, nyeri dirasakan, faktor pencetus, berat
karakteristik, awitan, dan durasi ringannya nyeri yang dirasakan.
frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan faktor
presipitasinya
5. Ajarkan penggunaan tekhnik non 5. Untuk mengajarkan klien apabila nyeri
farmakologi (relaksasi, distraksi) timbul.
Tindakan kolaborasi:
6. Berikan analgetik sesuai program 6. Untuk mengurangi rasa nyeri
20. Implementasi dan Evaluasi
No. Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
DX
Senin / 12- 1 Ansietas S : pasien mengatakan
10-2021 1. Menenangkan klien ansietasnya
Pukul 2. Memahami keadaan klien berkurang setelah
17.00 3. Memberikan informasi tentang mengungkapkan
diagnosa, prognosis dan tindakan perasaannya, pasien
4. Mengkaji tingkat ansietas dan merasa tenang,
reaksi fisik pada tingkat ansietas mampu
5. Menemani klien untuk mendukung mengidentifikasi
keamanan dan rasa takut situasi yang
6. Menginstruksikan kemampuan mencetuskan
klien untuk menggunakan tekhnik ansietas.
relaksasi O = klien tampak
7. Mendukung keterlibatan keluarga tenang, mau
dengan cara yang tepat mengungkapkan
perasaan
ansietasnya.
A=pengkajian
dilanjutkan, ansietas
pasien berkurang
setelah bercakap-
cakap, ekspresi
wajah tampak tenang
P=intervensi
dilanjutkan
Hari/tanggalImplementasi
NO Keperawatan Evaluasi (SOAP)
DX
Senin / 12- 2. 1. Menggunakan laporan dari klien S:
10-2021 sendiri sebagai pilihan pertama 1. Klien mengatakan
Pukul 17.30 untuk mengumpulkan informasi sudah lebih baik dan
pengkajian skala nyeri
2. Meminta klien untuk menilai nyeri berkurang dari 4
dengan skala 0-10 menjadi 2
3. Mengkaji nyeri 2. Pasien mengatakan
klien,menggunakan katakata yang waktu tidurnya
sesuai usia dan tingkat bertambah yang
perkembangan klien biasanya tidur 3-4
jam menjadi 5jam
Manajemen nyeri:
1. Melakukan pengkajian nyeri O:
secara komprhensif meliputi 1. TD:Tekanan darah
lokasi,karakteristik,awitan,d an 130/90
durasi 2. Frekuensi nafas
frekuensi,kualitas,intensitas atau 22x/m
keparahan nyeri dan faktor 3. Suhu 36,5 C A: 1.
presipitasinya Tujuan tercapai
2. Mengajarkan penggunaan tekhnik sebagian
non farmakologi (relaksasi,
distraksi) P:
1.Lanjutkan
Tindakan kolaborasi: intervensi/perencanan
3. Me untuk mengobservasi
mberikan analgetik sesuai ketidaknyamanan
program klien.
2. Pertahankan