Anda di halaman 1dari 39

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN

Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu tugas Keperawatan Jiwa


Koordinator:
Ahmad Mumtaz Toba, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh:
Lely Meilani Rahmania
NIM: 4120296

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN KASUS KECEMASAN ( ANSIETAS)

A. Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah salah satu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon dimana
penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu. Kejadian dalam
hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat
membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh
dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas ( Yusuf, 2015).
Kecemasan merupakan ketakutan menyebar yang tidak jelas dan
terkait dengan perasaan dan ketidakberdayaan. Perasaan jika isolasi,
keterasingan dan ketidakamanan juga ada. Orang merasakan bahwa inti
kepribadiannya terancam. Pengalaman memicu kegelisahan dimulai pada
masa kanak-kanak dan berlanjut sepanjang hidup. Mereka berakhir dengan
ketakutan yang paling tidak diketahui kematian. Kecemasan adalah emosi
dan pengalaman subjektif individu. Ini adalah energi dan tidak dapat diamati
secara langsung (Stuart, 2016).

B. Etiologi Kecemasan
Menurut Stuart dan laraia (1998) dalam yusuf ( 2015) faktor-faktor yang
menyebabkan kecemasan pada pasien gangguan jiwa antara lain :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
Setiap orang mempunyai potensi mengalami kecemasan yang
kemungkinan besar dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa
kimia di dalam otak yang membuat kecemasan atau ketakutan menjadi
abnormal. Hal ini terjadi karena seseorang mengalami abnormalitas
elektroensefalografik pada lobus temporal yang biasanya berespons
terhadap karbamazepin (suatu antikonvulsan) atau obat-obatan lain.
(Sullivan & Coplan, 2000).
1) Teori genetik
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat
tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan ansietas
memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami ansietas dengan
wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria. Horwath dan
Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu kemungkinan “sindrom
kromosom 13 yang dapat terlibat dalam hubungan genetika yang
mungkin pada gangguan panik, seperti sakit kepala hebat, masalah
ginjal, kandung kemih, atau tiroid, prolaps katup mitral.
2) Teori neurokimia
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter
asam amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan ansietas.
GABA, suatu neurotransmiter inhibitor, berfungsi sebagai agens
antiansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel
sehingga megurangi frekuensi bangkitan neuron. GABA tersedia
pada sepertiga sinaps saraf, terutama sinaps di sistem limbik dan
lokus seruleus, tempat neurotransmitter norepinefrin diproduksi,
yang menstimulasi fungsi sel. Karena GABA mengurangi ansietas
dan noreepinefrin meningkatkan ansietas, diperkirakan bahwa
masalah pengaturan neurotransmitter ini menimbulkan gangguan
ansietas.

b. Faktor Psikologis
1) Pandangan psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian-id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan di kendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.
Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.
2) Pandangan interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak ada penerimaan
dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri
rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
3) Pandangan perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
c. Faktor social budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas yakni antara gangguan
ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

d. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi menurut yusuf (2015) dibedakan menjadi berikut:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang .
e. Klasifikasi
Menurut Peplau 1963 dalam Stuart (2013), kecemasan dibagi dalam
empat tingkat yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat
dan panik.
1. Kecemasan ringan
Kecemasan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari pada tingkat ini lapangan persepsi meningkat dan individu
akan berhati-hati dan waspada, terdorong untuk belajar yang akan
menghalalkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun,
individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan
mengasampingkan hal lain.
3. Kecemasan berat
Pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun
individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal
yang lain, individu tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada area lain.
4. Panik
Pada tingkat ini lapangan persepsi sangat sempit sehingga individu tidak
biasa mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun sudah diberi penghargaan. Pada keadaan ini terjadi peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang
lain dan kehilangan pemikiran rasional.

Respon adaptif Respon mal adaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat panik

Gambar Rentang respon kecemasan ( Stuart, 2013)


D. Mekanisme koping
Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-
macam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk
ringan ansietas bentuk ringan ansietas dapat di atasi dengan menangis,
tertawa, tidur, olahraga atau merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai panik
akan terjadi ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif
merupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu akan
menggunakan energy yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman
tersebut.
Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas adalah:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction) Merupakan
pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
a. Perilaku menyerang (Agresif) Biasanya digunakan individu untuk
mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman
baik secara fisik maupun psikologis.
c. Perilaku kompromi Digunakan untuk merubah tujuan yang akan
dilakukan atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai
tujuan.
2. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction) Mekanisme ini
membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang digunakan untuk
melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk mempertahankan
keseimbangan. Mekanisme pertahanan ego:
a. Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya.
b. Identifikasi (identification) adalah proses dimana seseorang untuk
menjadi yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiran-
pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
c. Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan
alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
d. Introjeksin (introjection) adalah suatu jenis identifikasi yang dimana
seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang
atau suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati
nurani, contohnya rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang
yang dicintai, dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
e. Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan
citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan
yang dimilikinya. Penyangkalan (Denial) adalah menyatakan
ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah penting, sederhana,
primitif.
f. Pemindahan (displacement) adalah pengalihan emosi yang semula
ditujukan pada seseorang/benda kepada orang lain/benda lain yang
biasanya netral atau kurang mengancam dirinya.
g. Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang
menggangu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
h. Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan
motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
i. Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan
dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku dan
motif yang tidak dapat diterima.
j. Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia
sadari yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau
ingin dilakukan.
k. Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
l. Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang-tentang
pikiran, ingatan yang menyakitkan atau bertentangan ,dari kesadaran
seseorang merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme lain.
m. Pemisahan (spiliting) adalah sikap mengelompokkan orang dianggap
semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memajukan
nilainilai positif dan negatif di dalam diri seseorang.
n. Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan
normal.
o. Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan sebetulnya merupakan analog represi yang di sadari,
pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran
seseorang. Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan /perilaku atau komunikasi sebelumnya
merupakan mekanisme pertahanan primitive (Dalami, 2009).

E. Manifestasi Klinis
1. Respon Fisik
a. Kardiovaskular
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, denyut nadi
cepat.
b. Pernafasan
Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal,
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
c. Neuromuskular
Reflek meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang,
kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.
d. Gastrointestinal
Anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pada abdomen.
e. Traktur Urinarius
Sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing.
f. Kulit
Wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pada kulit.

2. Respons Kognitif
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsangluar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3. Respon Perilaku
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak
aman.
4. Respon Emosi
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, guvup, sukacita
berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian,
kekhawatiran meningkat, focus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat,
ketakutan, distressed, khawatir, prihatin.

F. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencakup fisik ( somatic), psikosologi atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
 Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Olahraga yang teratur.
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras..
 Terapi psikofarmaka.
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
( anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, lorazepam, buspirone
HCL, meprobamate dan alprazolam.
 Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik ( fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
 Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
- Psikoterapi suportif : untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan
- Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
- Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor
- Psikoterapi kognitif ,
- untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
- Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
- Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
 Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.

G. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah keperawatan (Stuart & Sunden ,1998)
a. Koping individu tidak efektif
b. Anxietas
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. Tidak efektifnya koping keluarga
e. Harga diri rendah : Gangguan konsep diri
f. Perilaku kekerasan
g. Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik

H. POHON MASALAH DAN ANALISA DATA

Kerusakan interaksi sosial Effect

Ansietas Core problem

Koping individu
Causa
inefektif

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu
inefektif.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau
mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan
ansietas perilaku dan meningkat sejalan dengan meningkatnya ansietas.
(Sujono, dkk, 2013).
2. Rencana Asuhan Keperawatan untuk pasien
Tujuan
Tujuan umum : Cemas berkurang atau hilang

Tujuan khusus :
a. TUK 1
Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya
Intervensi:
 Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
 Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
 Beri dukungan pada pasien untuk berekspesikan perasaannya.
 Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang yang dapat
menimbulkan perasaan negatif
 Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga Effect Cor
Problem Causa cepat belajar dan berkembang

b.TUK 2
Pasien dapat mengenali ansietasnya
Intervensi:
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
 Hubungkan perilaku dan perasaannya
 Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
 Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik.
 Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan
perasaannya.

c. TUK 3
Pasien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan
ansietas
Intervensi:
 Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera
menimbulkan ansietas
 Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor
yang drasakan mengacam dan menimbulkan konflik
 Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan

d. TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaftif
Intervensi:
 Gali cara pasien mengurangi ansietas di masa lalu.
 Tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif dari respon 14 koping
yang digunakan
 Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang
dimilikinya
 Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan menggunakan sumber dan koping yang baru
 Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
 Beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya
 Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai suber dan dukungan
sosial dalam membantu pasien menggunakan loping adaptif yang
baru.

e. TUK 5
Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi
Intervensi:
 Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
 Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan
tingkat ansieTujuan tindakan untuk keluarga:
3. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan tindakan untuk keluarga :
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas.
d. Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien dengan ansietas.
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.

Tindakan keperawatan keluarga yang dapat dilakukan adalah:


a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala.
c. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas.
d. Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara
mengakarkan teknik relaksasi:
i) Mengalihkan situasi
ii) Latihan relaksasi
iii) Menghipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).
e. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan
bagaimana merujuk pasien.

Rencana Keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan:

1. Cemas Berat atau Panik


Tujuan yang diharapkan:
a. Klien terlindung dari bahaya.
b. Klien dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya.
c. Kien dapat mengikuti aktifitas yang telah dijadwalkan.
d. Klien dapat mengalami kesembuhan dengan berkurangnya tanda
gejala.
Rencana Tindakan Keparawatan:
a. Lindungi klien dari bahaya:
1) Bina hubungan terapeutik: terima terlebih dahulu kehendaknya dan
beri dukungan klien dari pada melawan Kenalkan realitas nyeri
yang berhubungan dengan mekanisme koping Jangan fokuskan
pada fobia, ritual atau keluhan fisik.
2) Beri umpan balik tentang: perilaku stress, penilaian stresor dan
sumber koping perkuat ide bahwa kesehatan fisik Berhubungan
dengan kesehatan emosi. Kemudian mulailah membuat batasan
perilaku mal-adaptif klien dengan cara mendukung.
b. Modifikasi lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan:
1) Lakukan cara yang tenang kepada klien
2) Kurangi stimulasi lingkungan
3) Batasi interaksi pasien dengan orang lain, untuk meminimalkan
menularnya  cemas pada orang lain.
4) Identifikasi dan modifikasi situasi yang mempengaruhi kecemasan.
5) Berikan tindakan yang dapat mendukung fisik, seperti; mandi
hangat, massage.
c. Dorong klien melakukan aktifitas yang telah dijadwalkan
1) Dukung klien untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti
membersihkan ruangan, merawat taman selanjutnya berikan
penguatan perilaku produktif secara sosial.
2) Berikan beberapa jenis latihan fisik seperti; senam, relaksas
3) Bersama-sama klien untuk membuat jadwal kegiatan.
4) Libatkan keluarga atau sistem pendukung lainnya yang
memungkinkan.
5) Kolaborasi pemberian obat-obat anti ansietas untuk menurunkan
gejal-gejala cemas berat.
6) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
7) Amati efek samping obat.
2. Cemas tingkat sedang
a. Tujuan Umum
1) Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas.
2) Klien dapat mengenali penyebab cemas.
3) Klien dapat menguraikan respon koping adaptif dan mal-adaptif.
4) Klien dapat melaksanakan 2 respon adaptif untuk mengatasi
cemas.

Rencana Tindakan Keperawatan


1. Identifikasi perasaan cemas.
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
c. Monitor adakah kesesuaian perilaku dengan perasaan.
d. Validasi pasien tentang perasaan cemasnya semua perubahan dari
asumsi yang ada.
e. Gunakan pertanyaan terbuka, kaitkan perilaku klien dengan
perasaan klien.
f. Lakukan konfrontasi suportif secara bijaksana. (jika perlu)
2. Kenali penyebab kecemasan klien
a. Bantu klien untuk menggambarkan situasi dan interaksi yang
mendahului cemas.
b. Tinjau penilaian klien terhadap; stresor; nilai-nilai yang terancam;
timbulnya konflik.
c. Hubungkan pengalaman klien sekarang dengan masa lalu
3. Dorong klien untuk menguraikan cara koping adaptif
a. Gali bagaimana klien mengatasi cemas dimasa lalu dan bagaimana
tindakan yang dilakukan.
b. Tunjukan efek distruktif dari koping mal-adaptif.
c. Dorong klien untuk melakukan koping adaptif yang efektif.
d. Beri tanggung jawab klien.
e. Bantu klien menilai kembali : nilai, sifat dan arti stressor.
f. Diskusikan dengan klien manfaat manfaat berhubungan dan akibat
kita tidak   berhubungan.
4. Bantu klien melakukan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas
a. Bantu klien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali:
pikiran positif; perilaku adaptif, penggunaan sumber-sumer koping,
dan menguji respon koping yang baru.
b. Beri dorongan untuk melakukan aktifitas fisik dalam menyalurkan
energi.
c. Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping/dukungan sosial.
d. Ajarkan latihan relaksasi untuk meningkatkan pengendalian diri,
relevansi diri serta mengurangi stress.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 1
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien mengenal ansietas.
c. Mengajarkan tehnik relaksasi dengan pengalihan situasi.
d. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 2

a. Mengevaluasi latihan teknik pengalihan situasi.


b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi nafas dalam.
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 3

a. Mengevaluasi latihan teknik tarik nafas dalam


b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi progresif: mengerutkan
dan mengendurkan otot.
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 4
a. Mengevaluasi latihan tehnik relaksasi progresif mengerutkan dan
mengendurkan otot.
b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi lima jari.
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

Teknik relaksasi progresif:


a. Otot yang dapat dilatih mulai dari otot muka sampai otot kaki.
b. Kerutkan otot muka, kendurkan, 3-10 kali.
c. Otot punggung
d. Otot perut
e. Otot tangan
f. Otot kaki.

Teknik relaksasi lima jari:


a. Membayangkan, distraksi.
b. Sentuhkan ibu jari dengan telunjuk, sambil melakukannya, kenang
saat merasa sehat, menikmati kegiatan fisik yang menyenangkan,
misalkan membayangkan ketika baru saja selesai mengikuti
pertandingan bulu tangkis dan bapak menjadi pemenangnya.
c. Kedua, sentuhkan ibu jari dengan jari tengah, sambil
melakukannya, kenang saat pertama kali jatuh cinta, saat pertama
kali bertemu dengan istri dan kenangan indah yang lain.
d. Ketiga, sentuhkan ibu jari dengan jari manis dan bayangkan ketika
saat pertama menerima pujian yang paling berkesan.
e. Terakhir, sentuhkan ibu jari dengan kelingking dan bayangkan
berada di satu tempat yang paling disukai, misalnya pantai,
bayangkan berjalan di sekeliling pantai, kembangkan imajinasi.

Rencana Keperawatan berdasarkan tingkat ansietas:


1.   Ansietas Ringan

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Ansietas ringan  Tidak nyaman.  Gerakan tidak
adalah ansietas  Gelisah. tenang.
normal dimana  Insomnia ringan.  Perhatikan tanda
motivasi individu  Perubahan nafsu peningkatan
pada keseharian makan ringan. ansietas.
dalam batas  Peka.  Bantu klien
kemampuan untuk  Pengulangan menyalurkanenergi
melakukan dan pertanyaan. secara konstruktif.
memecahkan  Perilaku mencari  Gunakan obat bila
masalah meningkat. perhatian. perlu.
 Peningkatan  Dorong pemecahan
kewaspadaan. masalah.
 Peningkatan  Berikan informasi
persepsi akurat dan fuktual.
pemecahan
 Sadari penggunaan
masalah.
mekanisme
 Mudah marah.
pertahanan.
 Bantu dalam
mengidentifikasi
keterampilan
koping yang
berhasil.
 Pertahankan cara
yang tenang dan
tidak terburu.
 Ajarkan latihan
dan tehnik
relaksasi.
2.  Ansietas Sedang

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Ansietas sedang  Perkembangan dari  Pertahankan sikap tidak
adalah cemas yang ansietas ringan. tergesa-gesa, tenang bila
mempengaruhi  Perhatian terpilih berurusan dengan pasien.
pengetahuan baru dari lingkungan.  Bicara dengan sikap
dengan penyempitan  Konsentrasi hanya tenang, tegas meyakinkan.
lapangan persepsi pada tugas-tugas  Gunakan kalimat yang
sehngga individu individu. pendek dan sederhana.
kehilangan pegangan  Suara bergetar.  Hindari menjadi cemas,
tetapi dapat  Ketidaknyamanan marah, dan melawan.
mengikuti jumlah waktu yang  Dengarkan pasien.
pengarahan orang digunakan.  Berikan kontak fisik
lain.  Takipnea. dengan menyentuh lengan
 Takikardia. dan tangan pasien.
 Perubahan dalam  Anjurkan pasien
nada suara. menggunakan tehnik
 Gemetaran. relaksasi.
 Peningkatan  Ajak pasien untuk
ketegangan otot. mengungkapkan
 Menggigit kuku, perasaannya.
memukul-mukulkan  Bantu pasien mengenali
jari, dan menamai ansietasnya.
menggoyangkan
kaki dan
mengetukkan jari
kaki.

3.  Ansietas Berat
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas  Perasaan terancam.  Isolasi pasien
berat lapangan  Ketegangan otot yang dalam lingkungan
persepsi menjadi berlebihan. yang aman dan
sangat menurun.  Diaforesis. tenang.
Individu  Perubahan pernapasan.  Biarkan perawatan
cenderung  Napas panjang. dan kontak sering
memikirkan hal  Hiperventilasi. sampai konstan.
yang sangat kecil  Dispnea.  Berikan obat-
saja dan  Pusing. obatan pasien
mengabaikan hal  Perubahan gastrointestinalis. melakukan hal
yang lain.  Mual muntah. untuk dirinya
Individu tidak  Rasa terbakar pada ulu hati. sendiri.
mampu berfikir  Sendawa.  Observasi adanya
realistis dan  Anoreksia. tanda-tanda
membutuhkan  Diare atau konstipasi. peningkatan
banyak  Perubahan kardivaskuler. agitasi.
pengarahan,  Takikardia.  Jangan mennyentuh
untuk dapat  Palpitasi. pasien tanpa
memusatkan pada  Rasa tidak nyaman pada permisi.
daerah lain. prekokardia.  Yakinkan pasien
 Berkurangnya jarak persepsi bahwa dia aman.
secara berat.  Kaji keamanan
 Ketidakmampuan untuk dalam lingkungan
berkonsentrasi. sekitarnya.
 Rasa terbakar.
 Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan
.
 Aktivitas yang
tidak berguna.
 Bermusuhan.

4.   Panik

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Adalah tingkat  Hiperaktif / imobilitasi  Tetap bersama pasien ;
dimana individu berat. minta bantuan.
berada pada  Rasa terisolasi yang  Jika mungkin hilangkan
bahaya terhadap ekstrim. beberapa stressor fisik dan
diri sendiri dan  Kehilangan desintegrasi psikologisdari lingkungan.
orang lain serta kepribadian.  Bicara dengan tenang, sikap
dapat menjadi  Sangat goncang dan otot- meyakinkan, menggunakan
diam atau otot tegang. nada suara yang rendah.
menyerang  Ketidakmampuan untuk  Katakan pada pasien bahwa
dengan cara berkomunikasi dengan anda (staf) tidak akan
kacau. kalimat yang lengkap. membahayakan dirinya
 Distori persepsi dan sendiri atau orang lain.
penilaian yang tidak  Isolasikan pasien pada
realistis terhadap daerah yang aman dan
lingkungan dan ancaman. nyaman.
 Perilaku kacau dalam  Lanjut dengan perawatan
usaha melarikan diri. ansietas berat.
 Menyerang.
Sedangkan rencana keperawatan pada ansietas berat dan sedang, yaitu
sebagai berikut:
Kriteria hasil: klien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang
atau ringan.
Rencana keperawatan: respon ansietas pada tingkat sangat berat
Tujuan Khusus Intervensi Rasional
Klien dapat - Dukung dan terima - Ansietas berat dan
terlindung dari mekanisme pertahan panik dapat dikurangi
bahaya. diri klien. dengan mengijinkan
- Kenalkan klien pada klien untuk
kriteria kesediahan yang menentukan besarnya
berhubungan dengan stress yang dapat
mekanisme kopingnya ditangani.
saat ini. - Jika klien tidak
- Berikan umpan balik mampu
kepada klien tentang menghilangkan
perilaku, stressor dan ansietas, ketegangan
sumber koping. dapat mencapai
- Hindari perhatian pada
fobia, ritual atau
keluhan fisik.
- Kuatkan ide bahwa
kesehatan fisik
berhubungan dengan
kesehatan emosional.
- Batasi perilaku
maladaptif klien dengan
cara yang mendukung

Klien akan - Bersikap tenang - Perilaku dapat


mengalami terhadap klien. dimodifikasi dengan
situasi yang - Kurangi stimulus mengubah lingkungan
lebih sedikit lingkungan. dan interkasi klien
menimbulkan - Batasi interaksi klien dengan lingkungan
ansietas dengan klien lain untuk
meminimalkan aspek
menularnya ansietas.
- Identifikasi dan
modifikasi situasi yang
dapat menimbulkan
ansietas bagi klien.
- Berikan tindakan fisik
seperti mandi air hangat
dan massage

Klien dapat - Ikutlah terlibat dengan Dengan mendorong


terlibat dalam aktivitas klien untuk aktivitas ke luar rumah,
aktivitas yang memberikan dukungan perawat membatasi
dijadwalkan pada penguatan perilaku waktu klien yang
sehari-hari produktif secara sosial. tersedia untuk
- Berikan beberapa jenis mekanisme koping
latihan fisik. destruktif sambil
- Rencanakan jadwal atau meningkatkan partisipasi
daftar aktivitas yang dan meninkmati aspek
dapat dilakukan setiap kehidupan lainnya
hari.
- Libatkan anggota
keluarga dan sistem
pendukung lainnya

Klien akan - Berikan medikasi yang Efek hubungan yang


mengalami dapat membantu terapeutik dapat
penyembuhan mengurangi rasa tidak ditingkatkan jika kendali
dan gejala- nyaman klien. kimiawi terhadap gejala
gejala ansietas - Amati efek samping kemungkinan klien
berat medikasi dan lakukan untuk mengarahkan
penyuluhan kesehatan perhatian pada konflik
yang relevan yang mendasari

Rencana keperawatan: respon ansietas pada tingkat berat


Tujuan Khusus Intervensi Rasional
Klien akan - Bantu klien Untuk mengadopsi
mengidentifikasi mengindentifikasi dan respon koping yang
dan menggambarkan baru, klien pertama kali
menggambarkan perasaan yang harus menyadari
perasaan tentang mendasari kecemasan perasaan dan mengatasi
ansietasnya - Kaitkan perilaku klien penyakangkalan dan
dengan perasaan resistens yang disadari
tersebut atau tidak disadri
- Validasikan semua
perubahan dan asumsi
kepada klien.
- Gunakan pertanyaan
terbuka untuk beralih
dari topic yang tidak
mengancam ke isu-isu
konflik.
- Variasikan besarnya
ansietas untuk
meningkatkan
motivasi klien.
- Gunakan konfrontasi
supportif dengan
bijaksana

Klien akan - Bantu klien Setelah perasaan


mengidentifikasi manggambarkan ansietas dikenali, klien
penyebab ansietas situasi dan interaksi harus mengerti
yang mendahului perkembangannya
ansietas. termasuk stressor
- Tinjau penilaian klien pencetus, penilaian
terhadap stressor, stressor dan sumber
nilai-nilai yang yang tersedia
terancam dan cara
konflik berkembang
- Hubungkan
pengalaman klien
dengan pengalaman
yang relevan pada
masa lalu

Klien akan - Kaji bagaimana klien Respons koping adaptif


menguraikan menurunkan dapat dipelajri melalui
respons koping ansietasnya  dimasa analisa mekanisme
adaptif dan lalu dan tindakan koping yang digunakan
maladaptif yang dilakukan untuk dimasa lalu, penilaian
menurunkakannya ulang stressor,
- Tunjukkan efek menggunakan sumber
maladaptif dan koping yang tersedia
destruktif dari respons dan menerima tanggung
koping saat ini jawab untuk berubah.
- Dorong klien
menggunakan koping
adaptif yang efektif
dimasa lalu
- Fokuskan klien pada
tanggung jawab untuk
berubah
- Bantu klien untuk
mengevaluasi nilai,
sifat dan arti stressor
pada saat yang tepat
- Bantu klien secara
aktif mengkaitkan
hubungan sebab
akibat

Klien akan - Bantu klien Individu dapat


mengimplementasi mengidentifikasi cara mengatasi stress dengan
kan dua respons untuk membangun mengatur distress
adaptif untuk kembali pikiran, emosional yang
mengatasi ansietas memodifikasi menyertainya melalui
perilaku, teknik penatalaksanaan
menggunakan stres
su,mber dan menguji
respons koping yang
baru
- Dorong klien
melakukan aktivitas
fisik untuk
menyalurkan energi
- Libatkan orang
terdekat sebagai
sumber koping dan
dukungan sosial
- Ajarkan teknik
relaksasi untuk
meningkatkan
percaya diri

Manajemen Ansietas secara umum:

1. Obat
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
kecemasan. Ini termasuk:
a. Antidepresan. Obat-obat ini mempengaruhi aktivitas kimia otak
(neurotransmitter) diperkirakan memainkan peran dalam gangguan
kecemasan. Contoh antidepresan digunakan untuk mengobati gangguan
kecemasan termasuk fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil),
escitalopram (Lexapro), sertraline (Zoloft), venlafaxine (Effexor) dan
imipramine (Tofranil).
b. Buspirone. Ini obat anti-kecemasan dapat digunakan secara
berkelanjutan. Seperti kebanyakan dengan antidepresan , biasanya
memakan waktu sampai beberapa minggu untuk menjadi sepenuhnya
efektif. Sebuah efek samping yang umum dari buspirone adalah
perasaan kepala ringan tak lama setelah meminumnya. Efek samping
yang kurang umum termasuk sakit kepala, mual, gugup dan insomnia.
c. Benzodiazepin. Dalam keadaan terbatas dokter mungkin meresepkan
salah satu obat penenang untuk menghilangkan gejala kecemasan.
Contohnya termasuk clonazepam (Klonopin), lorazepam (Ativan),
diazepam (Valium), chlordiazepoxide (Librium) dan alprazolam
(Xanax). Benzodiazepin biasanya digunakan hanya untuk
menghilangkan kecemasan akut secara jangka pendek. Karena mereka
dapat membentuk kecanduan (adiktif), obat ini bukan pilihan yang baik
jika Anda punya masalah dengan penyalahgunaan alkohol atau obat
(membuat Anda lebih rentan terhadap kecanduan). Mereka dapat
menyebabkan efek samping yang mencakup kantuk, koordinasi
berkurang, dan masalah dengan keseimbangan dan memori.

2. Psikoterapi (TirtoJiwo,2012).

a. Psikoterapi merupakan terapi bicara dan konseling psikologis.


Psikoterapi menggarap tekanan hidup dan kekhawatiran yang
mendasari dan membuat perubahan perilaku. Psikoterapi ini dapat
menjadi pengobatan yang efektif untuk mengatasi kegelisahan.

b. Terapi perilaku kognitif adalah salah satu yang paling umum dari jenis
psikoterapi untuk gangguan kecemasan. Terapi perilaku kognitif
berfokus pada pengajaran keterampilan khusus untuk mengidentifikasi
pikiran dan perilaku negatif dan menggantinya dengan yang positif
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA dkk, Asuhan Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta. 2019.

Kholil Lur Rochman. Kesehatan Mental. Fajar Medika. Purwokerto. 2010

Mustamir Pedak. Metode Supernol Menaklukan Stress. Himah


Publishing House. Jakarta. 2009.

Prabowo Eko. Asuhan Keperawatan Jiwa.Jogjakarta: Nuha Medika. 2014.

Yusuf AH, Ritrtyasari R, Nihayati HE. Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan


Jiwa. Jakarta Selatan: Jagakarsa. 2015

Fitria, N. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika. 2010.
A. Laporan Kasus (LK)
1. Identitas Klien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Peempuan
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Status : buruh tani
Tanggal pengkajian : 11 Oktober 2021
Informan : Mahasiswa (Lely Meilani Rahmania)
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan mata kiri sejak 6 bulan yang lalu terkena padi lama
kelamaan banyak nanah, putih, tidak melihat dan nyeri. Klien mengeluh
bahwa dahulu mata kanan kirinya normal, Klien Klien berobat ke
pelayanan kesehatan di daerah dan di rujuk kr RS mata Cicendo bandung
dan harus menjalani operasi. Klien akan menjalani operasi eviscerasi os
(pengangkatan bola mata). Klien merasa cemas akan dilakukan tindakan
operasi pengangkatan bola mata.
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan sangat cemas dan takut dengan kondisinyanteelebih
tindakan operasi pengangkatan bola mata. Klien mengatakan perasaannya
gelisah, tidak bisa tidur, pasien juga mengatakan nyeri mata kiri sampai di
bagian kepala.
4. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya belum pernah dirawat di RS manapun. Klien tidak
memiliki riwayat keturunan gangguan mental dari keluarganya.
5. Masalah Keperawatan
1. Kecemasan
2. Gangguan pola tidur
6. Fisik
Mata kiri klien terlihat putih dan banyak kotoran. Klien tidak memiliki
riwayat penyakit apapun.
7. Genogram

Keterangan :

: Perempuan
: Laki – Laki

: Klien

8. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengeluh bahwa dahulu mata kanan kirinya
normal, semenjak 6 bulan yang lalu mata kirinya terkena padi dan
lama-kelamaan tidak bisa melihat dan banyak kotoran Klien merasa
cemas karena divonis harus dilakukan operasi pengangkatan bola mata
kiri.
b. Identitas : Klien anak pertama dari 2 bersaudara, klien lulusan SLTP
c. Peran : Klien berperan sebagai seorang ibu yang mempunyai 1 orang
suami dan 2 orang anak.
d. Ideal diri : Klien menerima keadaan saat ini walaupun kadang merasa
malu bila sedang berkumpul dengan tetangganya.
e. Harga diri : klien merasa bersyukur dengan kondisi saat ini

9. Hubungan sosial
Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti
dalam hidupnya, terutama ibunya, suami, anak, saudara dan teman –
temannya. Klien jarang mengikuti kegiatan di kelompok/masyarakat.
Klien mengatakan berhubungan baik dengan orang lain dan teman-
temannya.
10. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Islam dan yakin dengan
agamanya dan penyakitnya ini adalah salah satu ujian untuk menghapus
dosanya.
b. Kegiatan Ibadah : Klien ikut melakukan ibadah selama dirawat.
11. Status Mental
a. Penampilan Penjelasan : Klien rapi dan bersih, klien mandi 2x sehari
menggunakan shampo dan sabun dan menggosok gigi nya.
b. Pembicaraan Penjelasan : Klien saat diberikan pertanyaan menjawab
spontan.
c. Aktivitas Motorik
Penjelasan : Klien tampak kadang – kadang termenung ketika diajak
berkomunikasi.
d. Alam perasaan
Penjelasan : Klien merasa cemas karena akan menjalani operasi. Klien
sangat rindu dengan keluarganya dan teman – temanya, terutama
anaknya.
e. Afek
Penjelasan : Afek klien datar, tatapan kosong klien menjawab
pertanyaan dari perawat
f. Interaksi selama wawancara
Penjelasan : Selama komunikasi, klien dapat berkomunikasi
timbal balik
g. Persepsi
Penjelasan : Klien tidak mengalami gangguan persepsi
h. Proses Pikir
Penjelasan : Klien selalu menjawab tepat pada fokus pertanyaan
dari pembicaraan.
i. Isi pikir
Penjelasan : klien menjawab pertanyaan perawat sesuai dengan
apa yang ditanyakan. Jawabn sesuai realita yang dihadapi.
j. Tingkat kesadaran
Penjelasan : klien composmentis
k. Memori
Penjelasan : Klien tidak ada gangguan daya ingat. Klien mampu
mengingat suatu hal.
l. Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan : Klien mampu berkonsentrasi cukup baik dan klien
mampu berhitung.
m. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien mampu menilai mana yang lebih diutamakan
dalam mengambil keputusan.
n. Daya tilik diri
Penjelasan : Klien mengatakan menerima atas penyakitnya.
12. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan, Minum, BAB/BAK Pasien dapat mengambil makan dan
minum dan dapat kekamar mandi untuk BAB/BAK.
b. Mandi, berpakaian/berhias Pasien mengatakan dapat mandi dan
berpakaian secara mandiri.
c. Istirahat dan tidur
Tidur siang hampir tidak bisa tidur siang, tidur malam dari jam 21.00
WIB s/d 04.00 WIB tetapi itu juga sering terbangun karena nyeri mata
sebelah kiri paling lama 3-4 jam, kegiatan sebelum/sesudah :
Beribadah. Klien gelisah sebelum diberikan obat tidur.
13. Mekanisme Koping Klien mampu berbicara dengan orang lain dengan
baik, klien juga mampu berolahraga. Pada saat diajak berbicara reaksi
cepat/berlebih
14. Masalah Psikososial dan Lingkungan: klien mengatakan kadang mengikuti
pengajian di lingkungannya tetapi jarang karena kadang nyeri mata kiri
kambuh.
15. Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa : Klien mengetahui tentang apa
yang sering dipikirkannya.
16. Aspek Medik Diagnosa medis : Ulkus Kornea OS
17. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah keperawatan
1. Data subyektif: Ancaman pada status Kecemasan
1.Klien mengatakan kesehatan
sangat cemas
dengan kondisinya
saat ini.
2.Klien mengatakan
perasaan saya
gelisah
3.Klien mengatakan
sering berkemih.

Data obyektif:
1.Klien tampak
gelisah
2. Klien tampak
pucat
3.Klien sering
mondar-mandir
4. TD:150/100mmHg
5.Klien sering
bertanya kepada
perawat mengenai
kondisinya
2. Data subyektif: Nyeri akut Gangguan pola tidur
1. Klien
mengatakan nyeri
pada bagian mata
kiri kadang sampai
kepala bagian
belakang
2. Klien mengatakan
tidak bisa tidur
karena nyeri mata

Data obyektif:
1.
menahan nyeri
2.
(mata sayu,
tampak capek,
gerakan
menyeringai,
gelisah)

18. Diagnosa Keperawatan


1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan, ditandai dengan pasien tampak gelisah, mengekspresikan
kekhawatiran, gangguan tidur.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
akut ditandai dengan, pasien mengatakan ketidakpuasan tidur, skala nyeri
skala 4 klien tampak meringis menahan nyeri, waktu tidur klien 3-4 jam.

19. Intervensi Keperawatan


Out Come/Kriteria Hasil (NOC)
1.Ansietas berhubungan dengan 1. Ansietas control
ancaman atau perubahan status 2. Mekanisme koping Dengan ketentuan
kesehatan ditandai dengan pasien berikut (skala 1-5 : tidak pernah, jarang,
tampak gelisah gangguan tidur, kadang-kadang, sering, selalu) : Indikator:
gangguan perhatian. 1. Menunjukkan fleksibilitas peran
2. Keluarga menunjukkan fleksibilitas
peran para anggotanya
3. Melibatkan anggota keluarga dalam
membuat keputusan
4.Mengekspresikan perasaan dan
kebebasan emosional
5.Menunjukkan strategi penurunan
ansietas
Intervensi (NIC) Rasional
Penurunan ansietas dan peningkatan Penurunan ansietas dan peningkatan koping
koping:
1. Tenangkan klien 1. Membantu merilekskan perasaan klien
2. Berusaha memahami keadaan klien 2. Memberikan rasa nyaman kepada klien
3. Berikan informasi tentang 3. Menambah pengetahuan klien
diagnosa, prognosis dan tindakan
4. Kaji tingkat ansietas dan reaksi 4. Mengetahui tingkat ansietas klien
fisik pada tingkat ansietas
5. Gunakan pendekatan dan sentuhan 5. Membina rasa saling percaya terhadap klien
dan perawat
6. Temani klien untuk mendukung 6. Untuk mengurangi rasa takut klien
keamanan dan rasa takut
7. Instruksikan kemampuan klien 7. Meningkatkan pengetahuan pasien untuk
untuk menggunakan tekhnik melakukan intervensi mandiri jika ansietas
relaksasi terjadi

8. Dukung keterlibatan keluarga 8.Melibatkan keluarga membantu mengurangi


dengan cara yang tepat ansietas
No Diagnosa Out Come/Kriteria Hasil (NOC)
2. Gangguan pola tidur berhubungan Pasien menunjukkan tingkat nyeri, yang
dengan nyeri akut ditandai dengan, dibuktikan oleh indikator berikut (skala 1-5 :
pasien mengatakan ketidakpuasan sangat berat,berat,sedang,ringan,tidak ada).
tidur, skala nyeri skala 4 waktu 1. Pengendalian nyeri
tidur klien 3-4 jam 2. Tingkat nyeri

Intervensi (NIC) Rasional


1. Gunakan laporan dari klien sendiri 1. Untuk mengumpulkan informasi klien.
sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi
pengkajian
2. Minta klien untuk menilai nyeri 2. Mengetahui skala nyeri klien.
dengan skala 0-10
3. Dalam mengkaji nyeri 3. Untuk memudahkan proses pengkajian
klien,gunakan kata-kata yang
sesuai usia dan tingkat
perkembangan klien

Manajemen nyeri:
4. Lakukan pengkajian nyeri secara 4. Mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan
komprhensif meliputi lokasi, nyeri dirasakan, faktor pencetus, berat
karakteristik, awitan, dan durasi ringannya nyeri yang dirasakan.
frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan faktor
presipitasinya
5. Ajarkan penggunaan tekhnik non 5. Untuk mengajarkan klien apabila nyeri
farmakologi (relaksasi, distraksi) timbul.

Tindakan kolaborasi:
6. Berikan analgetik sesuai program 6. Untuk mengurangi rasa nyeri
20. Implementasi dan Evaluasi
No. Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
DX
Senin / 12- 1 Ansietas S : pasien mengatakan
10-2021 1. Menenangkan klien ansietasnya
Pukul 2. Memahami keadaan klien berkurang setelah
17.00 3. Memberikan informasi tentang mengungkapkan
diagnosa, prognosis dan tindakan perasaannya, pasien
4. Mengkaji tingkat ansietas dan merasa tenang,
reaksi fisik pada tingkat ansietas mampu
5. Menemani klien untuk mendukung mengidentifikasi
keamanan dan rasa takut situasi yang
6. Menginstruksikan kemampuan mencetuskan
klien untuk menggunakan tekhnik ansietas.
relaksasi O = klien tampak
7. Mendukung keterlibatan keluarga tenang, mau
dengan cara yang tepat mengungkapkan
perasaan
ansietasnya.
A=pengkajian
dilanjutkan, ansietas
pasien berkurang
setelah bercakap-
cakap, ekspresi
wajah tampak tenang
P=intervensi
dilanjutkan
Hari/tanggalImplementasi
NO Keperawatan Evaluasi (SOAP)
DX
Senin / 12- 2. 1. Menggunakan laporan dari klien S:
10-2021 sendiri sebagai pilihan pertama 1. Klien mengatakan
Pukul 17.30 untuk mengumpulkan informasi sudah lebih baik dan
pengkajian skala nyeri
2. Meminta klien untuk menilai nyeri berkurang dari 4
dengan skala 0-10 menjadi 2
3. Mengkaji nyeri 2. Pasien mengatakan
klien,menggunakan katakata yang waktu tidurnya
sesuai usia dan tingkat bertambah yang
perkembangan klien biasanya tidur 3-4
jam menjadi 5jam
Manajemen nyeri:
1. Melakukan pengkajian nyeri O:
secara komprhensif meliputi 1. TD:Tekanan darah
lokasi,karakteristik,awitan,d an 130/90
durasi 2. Frekuensi nafas
frekuensi,kualitas,intensitas atau 22x/m
keparahan nyeri dan faktor 3. Suhu 36,5 C A: 1.
presipitasinya Tujuan tercapai
2. Mengajarkan penggunaan tekhnik sebagian
non farmakologi (relaksasi,
distraksi) P:
1.Lanjutkan
Tindakan kolaborasi: intervensi/perencanan
3. Me untuk mengobservasi
mberikan analgetik sesuai ketidaknyamanan
program klien.
2. Pertahankan

Anda mungkin juga menyukai