Anda di halaman 1dari 5

Green Arsitektur

“Aplikasi Arsitektur Bioklimatik pada Bangunan”

Di Susun oleh :
Maya Inri F 221 19 002
Nur Halima F 221 19 009
Hilal Qoumy Ramadhan F 221 19 011
Renna Margaretha Mauruh F 221 19 027
Moh. Renaldi F 221 19 114

Kelas :A

Dosen : 1. Dr. Eng. Puteri Fitriaty, S.T., M.T.


2. Nazirah Amalia, S. Ars., M. Ars. L.

Program Studi S1-Arsitektur


Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
2021
Studi Preseden

Aplikasi Arsitektur Bioklimatik pada Bangunan

A. Wide-span Building

London Velodrome

Bangunan velodrome ini berlokasi di London, dengan keadaan iklim yang berbeda di Indonesia.
Konsep penghawaan di dalam ruangnya dapat di aplikasikan pada proyek pusat pelatihan. Di bawah ini
merupakan gambar skema penghawaan ruang di dalam velodrome.
Skema pergerakan udara (gambar 5.3) merupakan respon ketika musim panas pada lokasi
bangunan. Sedangkan skema (gambar 5.4) respon ketika musim dingin. Sistim penghawaannya seperti
cross ventilasi dengan memanfaatkan perbedaan tekanan udara. Pada bangunan London velodrome ini juga
dapat dijadikan preseden terkait pencahayaan alami bangunan untuk efisiensi energi listrik. Terdapat bagian
penutup atap yang dapat menembuskan terang langit masuk kedalam bangunan, jadi arena velodrome dan
tribun mendapat pencahayaan optimal tanpa menggunakan lampu.

Dengan mengintegrasikan pendingin alami, air tanah dan pencahayaan, struktur stadion ini
menerapkan sistem penghematan energi dengan konsep desain hijau. Hopkins, sang arsitek, menerapkan
konsep berkelanjutan pada stadion hijau ini, dengan menggunakan sistem efisiensi energi, ventilasi alami,
dan sistem daur ulang air hujan. Atap putih mencolok dilengkapi dengan deretan skylight, memungkinkan
pencahayaan alami pada siang hari, cahaya lampu pun tidak dibutuhkan. Strukturnya didukung dengan
bahan baja super yang akan membelokkan matahari musim panas selama pertandingan sehingga
mengurangi kebutuhan pendinginan. Selain itu, bagian atapnya didesain dapat menampung air hujan yang
kemudian bisa didaur ulang kembali.
B. High-rise Building

Mesiniaga Tower

Studi banding menggunakan penerapan fasad bioklimatik bangunan Menara Mesiniaga, karya
Kenneth Yeang. Desain ini terinspirasi dari bangunan tradisional di Asia Tenggara yang menyesuaikan
iklim setempat. Tanggapan ini lalu diwujudkan ke dalam arsitektur modern.

Orientasi & Bukaan Jendela Menara Mesiniaga memiliki bentuk massa bangunan lingkaran,
sehingga orientasi bangunan didesain merespon sesuai permasalahannya. Merespon iklim tropis, tangga
dan lift ditempatkan pada bagian timur menara dan ruangan lainnya pada sisi barat yang dilindungi kisi-
kisi penahan panas. Bukaan pada Menara Mesiniaga berada di sisi utara dan selatan. Bukaan tersebut
menggunakan kaca curtain wall. Pada bagian sisi timur, yang menghadap matahari langsung di jadikan area
core dan servis.
Menara Mesiniaga disebut city in the sky karena memiliki unsur kota pada bangunan. Unsur
tersebut adalah taman terbuka pada puncak dan vegetasi yang mengelilingi selubung bangunan yang disebut
sebagai ruang transisi. Ruang transisi adalah ruang terbuka pada lantai dasar (podium) dan selubung
bangunan. Ruang ini berfungsi sebagai penghubung antara ruang luar dan dalam sehingga tidak terjadi
kekontrasan antara bangunan dan lingkungan.

Desain dinding disesuaikan dengan fungsi ruang, kedudukan, dan letak ruang. Desain dinding
dengan pembayangan pasif digunakan untuk meminimalkan paparan matahari langsung. Desain fasad yang
diterapkan antara lain : skycourt untuk peneduh, curtailwall, kisikisi aluminium dan penonjolan core service
di luar bangunan. Penempatan Pembayangan pasif disesuaikan arah matahari, mengelilingin seubung
bangunan.

Anda mungkin juga menyukai