A. PRINSIP PERLINDUNGAN TERHADAP HAK PEMEGANG SAHAM
Salah satu prinsip CG yang disusun OECD adalah perlindungan terhadap hak pemegang saham. Prinsip ini menjelaskan bahwa kerangka corporate governance harus melindungi dan memfasilitasi pelaksanaan hak- hak pemegang saham. Disamping itu, terdapat enam prinsip GCG yang dianggap ideal yang harus tercakup dalam setiap penerapan corporate governance. Jika keenam prinsip tersebut dijabarkan dan dianalisis ke dalam hukum Perseroan Terbatas di Indonesia, maka dapat diketahui hal-hal sebagai berikut : a. Perlindungan terhadap Hak-hak Pemegang Saham Hak-hak para Pemegang saham yaitu, harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan. UUPT (Undang-Undang Perseroan Terbatas) mengenal beberapa prinsip ini, misalnya prinsip pencatatan saham atau bukti pemilikan maupun prinsip perolehan informasi yang relevan mengenai perseroan pada waktu yang tepat, demikian juga pada perusahaan publik. Prinsip OECD tentang tata kelola perusahaan menjelaskan bahwa kerangka corporate governance harus melindungi dan menunjang pelaksanaan hak-hak pemegang saham. Prinsip ini dibagi atas 7 sub prinsip: 1. Hak pemegang saham dasar harus mencakup hak untuk: a. mengamankan metode pendaftaran kepemilikan b. menyampaikan atau mengalihkan saham c. memperoleh informasi yang relevan dan material mengenai korporasi secara tepat waktu dan teratur d. berpartisipasi dan memilih dalam rapat umum pemegang saham e. memilih dan menghapus anggota dewan f. berbagi keuntungan perusahaan. 2. Pemegang saham harus memiliki hak untuk berpartisipasi, dan cukup mendapat informasi, keputusan mengenai perubahan mendasar perusahaan seperti: a. amandemen undang-undang, atau barang dari penggabungan atau dokumen pemerintah yang serupa b. otorisasi saham tambahan c. transaksi luar biasa, termasuk pengalihan semua atau sebagian besar aset, yang mengakibatkan penjualan perusahaan. 3. Pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara efektif dan memberikan suara dalam rapat umum pemegang saham dan harus diberitahu mengenai peraturan, termasuk prosedur pemungutan suara, yang mengatur rapat umum pemegang saham: a. Pemegang saham harus dilengkapi dengan informasi yang cukup dan tepat waktu mengenai tanggal, lokasi dan agenda rapat umum, serta informasi yang lengkap dan tepat waktu mengenai hal-hal yang akan diputuskan pada pertemuan tersebut. b. Pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada dewan pengurus, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan audit eksternal tahunan, untuk menempatkan item dalam agenda rapat umum, dan mengusulkan resolusi, sesuai dengan batasan yang wajar. c. Partisipasi pemegang saham yang efektif dalam keputusan tata kelola perusahaan yang penting, seperti pencalonan dan pemilihan anggota dewan, harus difasilitasi. Pemegang saham harus dapat membuat pandangan mereka diketahui mengenai kebijakan remunerasi bagi anggota dewan dan eksekutif kunci.Komponen ekuitas skema kompensasi untuk anggota dewan dan karyawan harus tunduk pada persetujuan pemegang saham. d. Pemegang saham harus dapat memberikan suara secara langsung atau in absentia, dan efek yang sama harus diberikan pada suara apakah pemain secara langsung atau in absentia. 4. Struktur dan pengaturan modal yang memungkinkan pemegang saham tertentu mendapatkan tingkat pengendalian yang tidak proporsional dengan kepemilikan ekuitas mereka harus diungkapkan. 5. Pasar untuk pengendalian perusahaan harus diizinkan berfungsi secara efisien dan transparan. a. Aturan dan prosedur yang mengatur perolehan kendali perusahaan di pasar modal, dan transaksi luar biasa seperti merger, dan penjualan sebagian besar aset perusahaan, harus diartikulasikan dan diungkapkan dengan jelas sehingga investor memahami hak dan hak mereka. Transaksi harus dilakukan dengan harga yang transparan dan dalam kondisi wajar yang melindungi hak semua pemegang saham sesuai dengan kelas mereka. b. Perangkat anti-pengambil-alih tidak boleh digunakan untuk melindungi manajemen dan dewan pengurus dari pertanggungjawaban. 6. Pelaksanaan hak kepemilikan oleh semua pemegang saham, termasuk investor institusi, harus difasilitasi. a. Investor institusional yang bertindak dalam kapasitas fidusia harus mengungkapkan keseluruhan tata kelola perusahaan dan kebijakan pemungutan suara sehubungan dengan investasi mereka, termasuk prosedur yang ada untuk menentukan penggunaan hak suara mereka. b. Investor institusional yang bertindak dalam kapasitas fidusia harus mengungkapkan bagaimana mereka mengelola konflik kepentingan material yang dapat mempengaruhi pelaksanaan hak kepemilikan utama terkait investasi mereka. 7. Pemegang saham, termasuk pemegang saham institusional, harus diajak berkonsultasi satu sama lain mengenai isu-isu mengenai hak pemegang saham dasar mereka sebagaimana didefinisikan dalam Prinsip, tunduk pada pengecualian untuk mencegah penyalahgunaan. b. Persamaan Perlakuan terhadap Seluruh Pemegang Saham Perlakuan yang sama terhadap para Pemegang Saham, terutama kepada Pemegang Saham minoritas dan Pemegang Saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (Insider Trading). Hukum Perusahaan di Indonesia telah mengatur prinsip ini, seperti yang diatur dalam UUPT ditegaskan bahwa saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk: a. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS b. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi; c. Menjalankan hak lainnya berdasarkan UUPT. Dalam praktinya masalah perlindungan pemegang saham minoritas masih sarat kontrovesi, dan sering sekadar hanya merupakan wacana normatif. Jika ditelusuri lebih jauh, prinsip ini salah satu aspek yang perlu diprioritaskan dalam penerapan atau pengaturan corporate governance di Indonesia. Sebagai contoh, penerapan Pasal 62 ayat (1) UUPT, yang menentukan bahwa. “Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar, apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa: perubahan anggaran dasar, b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50%(lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau , penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan”. Ketentuan pasal ini sangat limitatif dan tidak menentukan secara imperative mewajibkan perseroan membeli saham dari pemegang saham minoritas, maupun sanksi jika perseroan menolak membeli saham tersebut, dengan kata lain pemegang saham minoritas tertutup untuk memanfaatkan pasal 62 UUPT c. Peranan Pemegang Saham Peranan Pemegang Saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuntungan. d. Keterbukaan dan Transparansi Pengungkapan yang akurat dan tepat waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan (Stakeholders). Hukum Perusahaan yang berlaku di Indonesia tampaknya baru mengakomodir prinsip disclosure dan transparancy bahwa kewajiban Direksi dan Komisaris dalam menjalankan tugas-tugasnya harus dilandasi iktikad baik, tidak ada ketentuan yang jelas mengatur kewajiban, atau sanksi apabila perseroan tidak menerapkan keterbukaan dan atau transparansi. e. Akuntabilitas Dewan Komisaris (Board of Directors) Kerangka Corporate Governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap manajemen yang dilaksanakan oleh dewan komisaris, serta akuntabilitas dewan komisaris terhadap pemegang saham maupun perseroan.
B. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM
1. Perlindungan dari Perundang-Undangan Secara mendasar bahwa sejak awal perusahaan akan melakukan aktivitas di pasar modal, sudah disiapkan seperangkat peraturan yang maksudnya sebagai rangkaian tindakan preventif, agar emiten adalah emiten yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dengan itikad baik akan membagi power dan intensisnya kepada masyarakat. Peraturan yang mengatur tentang syarat materil maupun formal, prosedur dan pelaksanaan emisi saham tersebut merupakan upaya awal kepada pemegang saham publik, perlindungan tahap berikutnya dan antisipasi oleh peraturan- peraturan yang dikeluarkan oleh bappepam sebagai institusi yang berwenang untuk mengawasi pasar modal di Indonesia. Bapepam adalah otoritas dari pasar modal yang berwenang untuk mengawasi jalannya aktivitas di pasar modal. Karena seperti dijelaskan diatas bahwa kepentingan pemegang saham harus dilindungi untuk menciptakan citra pasar modal yang baik agar dapat lebih menarik investor untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Dengan kata lain bahwa sebagian dari sistem perlindungan hukum bagi pemegang saham publik berada di tangan Bapepam. Perlindungan terhadap pemegang saham dimuat dalam ketentuan perundang-undangan dalam pasar modal, seperti UU pasar modal dan perlindungan terhadap pemegang saham yang dilakukan Bapepam dapat dilihat dari UU Pasar Modal Pasal 82 ayat (2) Peraturan No. IX.E.1. 2. Perlindungan dari Penerapan Good Corporate Governance Penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan perlindungan terhadap pemegang saham karena dalam GCG terdapat prinsip-prinsip yang dapat melindungi kepentingan perusahaan, pemegang saham, manajemen, dan investor serta pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Ide dasar dari GCG adalah memisahkan fungsi dan kepentingan diantara para pihak dalam suatu perusahaan, seperti perusahaan yang menyediakan modal atau pemegang saham, pengawas dan pelaksana sehari-hari usaha perusahaan dan masyarakat luas. Dan GCG juga dijadikan sebagai suatu aturan atau standar yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, Direksi, Manajer, dengan merinci tugas dan wewenang serta bentuk pertanggung jawaban kepada pemegang saham. 3. Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) telah mengatur hak-hak pemegang saham minoritas. Bentuk-bentuk hak pemegang saham minoritas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Personal Right (Hak Perseorangan) Secara umum, semua orang adalah sama kedudukannya dalam hukum, berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pemegang saham minoritas sebagai subjek hukum mempunyai hak perseorangan untuk menggugat Direksi atau Komisaris, apabila Direksi atau Komisaris melakukan kesalahan atau kelalaian yang merugikan pemegang saham minoritas melalui pengadilan negeri. Personal Right pemegang saham minoritas dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah: Pasal 61 Ayat (1), Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris. (Setiap pemegang saham dalam pasal ini memberikan pembatasan bagi para pemegang saham yang mempunyai saham minimal 10% (sepuluh persen) dalam perusahaan). 2. Appraisal Right Appraisal Right adalah hak pemegang saham minoritas untuk membela kepentingannya dalam rangka menilai harga saham. Hak ini dipergunakan oleh pemegang saham pada saat meminta kepada perseroan agar sahamnya dinilai dan dibeli dengan harga yang wajar, karena pemegang saham tersebut tidak menyetujui tindakan perseroan yang dapat merugikannya atau merugikan perseroan itu sendiri. Appraisal Right pemegang saham minoritas dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah: Pasal 62 Ayat (1), Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa : a. perubahan anggaran dasar; b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan. 3. Pre-Emptive Right Pre-Emptive Right adalah hak untuk meminta didahulukan atau hak untuk memiliki lebih dahulu atas saham yang ditawarkan. Dalam anggaran dasar perseroan dapat diatur pembatasan mengenai keharusan menawarkan saham, baik ditawarkan kepada pemegang saham intern maupun ekstern, atau pelaksanaanya harus mendapat persetujuan dahulu dari organ perseroan. Jadi, dalam anggaran dasar perseroan dapat ditentukan bahwa kepada pemegang saham minoritas diberikan hak untuk membeli saham terlebih dahulu daripada pemegang saham lainnya. Harga yang ditawarkan kepada pemegang saham minoritas harus sama dengan harga yang ditawarkan kepada pemegang saham lainnya. Pre-Emptive Right pemegang saham minoritas dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah: Pasal 43 Ayat (1) dan Ayat (2), (1) Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama. (2) Dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya. 4. Derivative Right Kewenangan pemegang saham minoritas untuk menggugat Direksi dan Komisaris yang mengatasnamakan perseroan. Pemegang saham minoritas memiliki hak untuk membela kepentingan perseroan melalui otoritas lembaga peradilan, gugatan melalui lembaga peradilan harus membuktikan adanya kesalahan atau kelalaian Direksi atau Komisaris. Dengan gugatan tersebut, apabila gugatan dimenangkan, maka yang berhak menerima pembayaran ganti rugi dari tergugat adalah perseroan. Hak ini juga meliputi hak untuk menuntut diselenggarakannya RUPS atas nama perseroan. Derivative Right pemegang saham minoritas dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah : 1) Pasal 79 Ayat (2), Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat dilakukan atas permintaan : a. Satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil; (Pemegang Saham perseroan meminta diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Saham, pemegang saham minoritas hanya sekedar mengusulkan tanpa ada kewenangan untuk memutuskan diadakannya RUPS). 2) Pasal 144 Ayat (1), Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS. 5. Enquete Recht (Hak Enquete) Enquete Recht atau hak angket adalah hak untuk melakukan pemeriksaan. Hak angket diberikan kepada pemegang saham minoritas untuk mengajukan permohonan pemeriksaan terhadap perseroan melalui pengadilan, mengadakan pemeriksaan berhubung terdapat dugaan adanya kecurangan-kecurangan atau hal-hal yang disembunyikan oleh Direksi, Komisaris atau pemegang saham mayoritas. Pada dasarnya, pengawasan terhadap Direksi dalam pengelolaan perseroan dilaksanakan oleh komisaris. Tetapi dalam praktik, sering terjadi Direksi maupun Komisaris karena kesalahan atau kelalaiannya mengakibatkan kerugian pada perseroan, pemegang saham atau pihak ketiga. Oleh karena itu, pemegang saham minoritas berhak melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan operasional perseroan. Enquete Recht pemegang saham minoritas dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah sebagai berikut : 1) Pasal 97 Ayat (6), Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan. 2) Pasal 114 Ayat (6), Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke pengadilan negeri. 3) Pasal 138 Ayat (3), Permohonan pemeriksaan Perseroan dapat diajukan oleh : a. 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara; b. pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar Perseroan atau perjanjian dengan Perseroan diberi wewenang untuk mengajukan permohonan pemeriksaan; atau c. kejaksaan untuk kepentingan umum. (Meminta diadakannya pemeriksaan terhadap perseroan, dalam hal terdapat dugaan bahwa perseroan, anggota Direksi atau Komisaris perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga).
C. HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SAHAM
1. Hak Pemegang Saham Hak pemegang saham harus dilindungi dan dapat dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Hak pemegang saham tersebut pada dasarnya meliputi: a. Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapat, dan memberikan suara dalam RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara b. Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar dan teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan pemegang saham membuat keputusan mengenai investasinya dalam perusahaan berdasarkan informasi yang akurat c. Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang diperuntukkan bagi pemegang saham dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya, sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya d. Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS agar pemegang saham dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan mengenai hal- hal yang mempengaruhi eksistensi perusahaan dan hak pemegang saham e. Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham dalam perusahaan, maka: (i) setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sesuai dengan jenis, klasifikasi dan jumlah saham yang dimiliki; dan (ii) setiap pemegang saham berhak untuk diperlakukan setara berdasarkan jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya. 2. Kewajiban Pemegang Saham Undang-undang Perseroan Terbatas telah memberikan batasan kepada kekuasaan Pemegang Saham di dalam Perseroan dan pada akhirnya mengatur tentang tanggung jawab Pemegang Saham tersebut. Ketentuan- ketentuan tentang tanggung jawab Pemegang Saham dapat dilihat dalam pasal 3 (2), pasal 7 (3), dan (4). Pemegang Saham harus menyadari kewajiban dan tanggung jawabnya dengan memperhatikan anggaran dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan, yang meliputi : a. Pemegang Saham : a) Memisahkan kepemilikan harta Perusahaan dengan kepemilikan harta pribadi, dan b) Memisahkan fungsinya sebagai Pemegang Saham dengan fungsinya sebagai anggota Dewan Komisaris atau Direksi dalam hal Pemegang Saham menjabat pada salah satu organ tersebut. b. Pemegang Saham Pengendali : a) Memperhatikan kepentingan Pemegang Saham Minoritas dan pemangku kepentingan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan. b) Mengungkapkan kepada instansi penegak hukum tentang Pemegang Saham Pengendali yang sebenarnya (ultimate shareholders) dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan, atau dalam hal diminta oleh otoritas terkait. c. Dalam hal Pemegang Saham Pengendali menjadi Pemegang Saham Pengendali pada beberapa perusahaan lain, perlu diupayakan agar akuntabilitas dan hubungan antar perusahaan dapat dilakukan secara jelas.
D. TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP HAK DAN
KEWAJIBAN PEMEGANG SAHAM Perusahaan harus : 1. Melindungi hak Pemegang Saham sesuai dengan anggaran dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan. 2. Menyelenggarakan Daftar Pemegang Saham secara tertib sesuai dengan anggaran dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan. 3. Menyediakan informasi mengenai Perusahaan secara tepat waktu, benar dan teratur bagi Pemegang Saham, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia. 4. Tidak memihak pada Pemegang Saham tertentu dengan memberikan informasi yang tidak diungkapkan kepada Pemegang Saham lainnya. 5. Memberikan penjelasan lengkap dan informasi akurat mengenai penyelenggaraan RUPS.
Pendekatan sederhana untuk investasi pasif: Panduan Pengantar Prinsip-prinsip Teoretis dan Operasional Investasi Pasif untuk Membangun Portofolio Malas yang Berkinerja dari Waktu ke Waktu
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda