PENGEMBANGAN KURIKULUM
NIM : 7203341020
FAKULTAS EKONOMI
SEPTEMBER 2021
IDENTITAS BUKU
6. ISBN : 978-979-692-157-7
2. Edisi : 2016
6. ISBN : 978-602-6791-55-9
RINGKASAN ISI
Istilah kurikulum muncul pertama kalinya dan digunakan dalam bidang olahraga.
Secara etimologi curriculum yang berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya
“pelari” dan curere yang berlari “tempat berpacu”. Jadi istilah kurikulum pada zaman
romawi kuno mengandung pengertian sebagai suatu jarak yang ditempuh oleh pelari dan
garis start sampai garis finish. Pengertian kurikulum terus berkembang seirama dengan
perkembangan berbagai hal yang terus dikutip pendapat para ahli lain sebagai
perbandingan, seperti yang dikemukakan romine. Pandanganini dapat digolongkan sebagai
pendapat yang baru (modern) yang dirumuskan sebagai berikut: “curriculum is
interpreded to mean all ofthe organized courses, activities, and experience which pupile
haveunder direction of the school, whether in the classroom organisatoris not”
(Romine:1941). Apabila dibandingkan dengan pengertian atau defenisi di atas pada
dasanya tidak berbeda. Perbedaannya itu hanya terletak didalam perumusannya, ada yang
lebih menggambarkan kurikulum sebagai bahan tertulis atau program pendidikan (ideal
curiculum) ada pula yang lebih menekankan pada operasional proses pembelajaran (real
curiculum). Fungsi dan peran kurikulum: 1) Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan 2)
Fungsi kurikulum bagi guru 3) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah 4) Fungsi kurikulum
bagi pengawas (supervisor), 5) Fungsi kurikulum bagi sekolah/madrasah di atasnya 6)
Fungsi bagi masyarakat dan pengguna lulusan.
* Azas religius ialah untuk mengembangkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan beraklak muliamemerlukan asumsi-asumsi religius.
* Azas filosofis sistem pandangan seseorang tentang sesuatu terutama berkenaan dalam
arti kehidupan. Pandangan ini lahir dari kajian sesuatu masalah, norma-norma agama dan
sosial yang dianutnya.
* Azas psikologis pandangan guru terhadap suatu teori belajar dan pembelajaran akan
mempengaruhi cara ia mengelola pembelajarannya.
*Azas sosial budaya masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang mau tidak
mau harus dikenal dan diwujudkan peserta didik dalam betuk perilaku.
* Azas organisatoris, azas ini berkenaan organisasi dan penekatan kurikulum. Studi tentang
kurikulum sering mempertanyakan tentang jenis organisasi atau pendekatan apa yang
dipergunakan dalam pembahasan atau pegetahuan dan penyusunan kurikulum tersebut.
* Azas ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut sejak abad pertengahan mengalami
perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga
saat ini pandapat dipastikan kedepannya akan terus semakin berlangsung.
D. BAB IV KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM
a) Kontinuitas,
b) Fleksibilitas,
c) Prinsip integrasi.
a) Model administratif,
g. Agama
k. Kesetaraan gender
b. Muatan lokal,
e. Ketuntasan belajar,
g. Penjurusan,
j. Kelender pendidikan.
Pengembangan silabus terdiri dari :
1. Pengertian silabus
2. Manfaat silabus
6. Pengembangan silabus,
BAB I PENDAHULUAN
Eksistensi kurikulum dalam pendidikan telah menjadi perhatian sejak masa Yunani klasik.
Sebagaimana dikemukakan oleh Robert S. Zais dalam bukunya Curricu- lum Principles and
Foundation (1976), bahwa konsep kurikulum telah dibicarakan sejak abad keempat sebelum
masehi, yakni oleh para filosof Yunani khususnya Plato. Sebagaimana juga ditulis dalam
Encyclopedia of Educational Research (Alkin: 1992:227) bahwa ketika itu Plato telah menyusun
materi aritmatika sebagai ringkasan belajar yang didalamnya mencakup geometri, astronomi, dan
geometri, yang kesemuanya terkait dengan pelajaran matematika. Argumen bahwa konsep
kurikulum ini telah diperbincangkan sejak masa Yunani tersebut didukung pula oleh catatan
sejarah bahwa istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani (Latin), yakni currere (infinitif) atau
corro (present active), yang berarti run, hurry, hasten, speed, move, travel, processed (transitive)
dan of a race (transitive). Selanjut- nya istilah tersebut diadopsi ke dalam bahasa Inggeris,
melahirkan istilah ‘course’, `racecourse` atau `racetrack`.
Menurut Schubert (1985:26-33) pandangan (image) tentang kurikulum hingga kini masih
sangat beragam. Ia menyebutkan, ada delapan pandangan atau pemahaman tentang
kurikulum, yakni sebagai berikut:
curriculum as content or subject matter (kurikulum sebagai isi atau materi pelajaran);
curriculum as a program of planned avtivity (kurikulum sebagai sebuah program
aktivitas yang direncanakan);
1) Curriculum is that which is taught in school (kurikulum adalah apa yang diajarkan di
dalam sekolah);
9) Curriculum is everything that goes on within the school, in- cluding extra-class activities,
guidance, and interpersonal relationships (kurikulum adalah segala sesuatu yang
dilakukan di dalam sekolah, termasuk aktivitasdi luar (ekstra) kelas, bimbingan, dan
hubungan antar pribadi siswa);
10) Curriculum is that which is taught both inside and outside of school directed by the
school (kurikulum adalah apa yang diajarkan baik di dalam dan di luar sekolah yang
diarahkan oleh sekolah);
11) Curriculum is everything that is planned by school person- nel (kurikulum adala segala
sesuatu yang direncanakan oleh sekolah);
Berbeda dengan model kurikulum subyek akademik yang sangat menekankan pada
pengusaan materi atau pengetahuan pada anak, model kurikulum humanistik sangat
menekankan pada pengembangan potensi-potensi yang ada pada masing-masing individu
anak secara kese- luruhan. Hal ini tentu sesuai dengan namanya “humanis- tik” yang
berarti sesuatu yang lebih bersifat kemanusiaan. Dengan demikian konsep kurikulum
humanistik ini dimaksudkan untuk mendidik anak sesuai dengan hakekat
kemanusiaannya.
C. Model Rekonstruksi Sosial
Berbeda dengan dua model kurikulum di atas, model ini lebih menekankan pada
pembekalan anak didik untuk dapat menghadapi berbagai persoalan dalah kehidupan- nya di
masyarakat. Hal ini sesuai dengan namanya “rekonstruksi sosial” yang berarti membangun
kembali kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Gagasan ini muncul di tahun 1920-an,
antara lain dipelopori oleh Harold Rug. Ia berpandangan bahwa telah terdapat ke- senjangan
dan gap antara kurikulum dengan masyarakat pada saat itu. Oleh karena itu ia ingin para siswa
memiliki pengetahuan dan konsep baru. Dengan pengetahuan dan konsep baru tersebut
dapat mengidentifikasi dan memecahkan berbagai permasalahan sosial, dan pada
gilirannya diharapkan dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih baik.
D. Model Teknologis
Sesuai dengan namanya, model kurikulum ini lebih menonjolkan aspek pemanfaatan
teknologi dalam pembelajarannya. Penggunaan teknologi dimaksud, baik teknologi
dalam bentuk
perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Penerapan perangkat keras
dalam pendidikan, sesungguhnya telah ada sejak dahulu, seperti papan tulis, buku tulis,
kapur dan alat tulis lainnya.
BAB IV ANATOMI KURIKULUM
Anatomi Kurikulum
Masing-masing kurikulum pada dasarnya memiliki anatomi yang tidak sama, ada
yang simpel dan ada pula yang sangat rinci. Meskipun demikian, menurut Tyler (1950:1-
2) sebuah kurikulum minimal mengandung empat komponen. Empat komponen tersebut
merupakan komponen-komponen pokok dan mesti ada pada setiap kurikulum, baik secara
tersurat maupun secara tersirat. Empat komponen tersebut merujuk pada empat
pertanyaan dasar dalam sebuah kegiatan pendidikan atau pembelajaran.Dari apa yang
dikemukakan oleh Tyler di atas, sebuah kurikulum minimal berisikan: 1. perumusan tujuan
yang ingin dicapai; 2. pengamalan pendidikan atau isi/materi yang dianggap dapat
memenuhi tujuan yang ingin dicapai;3).bagaimana pengorganisasian kegiatan (pelaksanaan)
kurikulum tersebut sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan; dan 3). Bagaimana
memastikan atau mengevaluasi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan terasebut.
Ringkasnya, sebuah kurikulum, menurut Tyler harus berisikan tujuan, materi, organisasi
pelaksanaan, dan evaluasi. Rumusan lain namun hampir sama dan lebih tegas dikemukakan
oleh Meller dan Siller (1985:175), yang menurutnya sebuah domumen kurikulum
setidaknya berisikan lima komponen, yaitu: 1) aims and objectives, 2) content, 3) teaching
strategies/learning experiences, 4) organi- zation of content and teaching strategies, and 5)
evaluation.
Berbagai moel desain kurikulum di atas, menurut Zais (1976) dapat dikelompokkan pada
beberapa model, yaitu:
1. Subject centered design; 2. Learner centered design; 3. Prob- lem Centered design; 4. The
Unencapsulation design, dan 5. Beckers‘s humanistic design
BAB VI MODEL-MODEL ORGANISASI KURIKULUM
Model-model Organisasi Kurikulum
Robert S. Zais (1976) dalam bukunya yang berjudul “Curriculum Principles and
Foundations” mengemukakan
ada empat hal yang melandasi lahirnya sebuah kurikulum, yaitu: 1. Pandangan filosofis tentang
hakekat pengetahuan (Philosophy Nature of Knowledge), 2. Pertimbangan dasar tentang
Masyarakat dan Budaya (Society and Culture Basic Consideration), 3. Pertimbangan tentang
individual (The Individual Basic Considerations), dan 4. Pandangan tentang Teori-teori Belajar
(Learning Theories). Keemat hal tersebut secara asasi semuanya berdasarkan “pandangan filosofis
(philosophical assumtions)”. Berdasarkan empat landasan dasar yang didasari oleh pandangan
filosofis tersebut itulah anatomi kurikulum disusun dan ditetapkan, yang meliputi: Tujuan (Aims,
Goals, and Objectives); Isi kurikulum (Con- tent); Aktivitas pembelajaran (Learing activities);
dan Evaluasi (Evaluation).
C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Evaluasi kurikulum adalah sebuah konsep yang memiliki makna dan cakupan yang
sangat luas dan beragam. Oleh karena itu, konsep yang digunakan oleh para ahli dan praktisi
kurikulum juga sangat beragam. Terjadinya keragaman tersebut utamanya disebabkan oleh
beragamnya pemaknaan atas kurikulum dan konsep tujuan evaluasi itu sendiri.
B. Permasalahan Evaluasi Kurikulum
Persoalan klasik yang sering menyebabkan evaluasi kurikulum tidak terlaksana dan
berjalan dengan baik, menurut Daniel L. Stufflebeam (1970: 4-9) yang dinyatakan sebagai
evaluasi kurikulum yang menjadi tidak bermakna (ill and suffered) disebabkan oleh berbagai
gelaja (symptoms) terhadap evaluasi, antara lain sebagaimana dikemukakan- nya berikut:
Gelaja tidak adanya perbedaan yang signifikan (The no- significant-difference symptom)
Gelaja kehilangan elemen-elemen (The missing-elements)
C. Tujuan dan Cakupan Evaluasi kurikulum
Sebagaimana dikemukakan pada definisi kurikulum di atas, bahwa tujuan dan cakupan
evaluasi kurikulum bukan sekedar untuk memastikan tercapainya tujuan kurikulum, tetapi
mencakup program, prosedures, products, and processes. Tujuan dan cakupan evaluasi
kurikulum tersebut sejalan dengan definisi evaluasi itu sendiri, sebagaimana yang
dikemukakan oleh beberapa pakar evaluasi sebagai dikemukakan oleh Ross, Ellipse, dan
Free- man (2004) bahwa evaluasi adalah: “A systematic, rigorous, and meticulous application
of scientific methods to assess the design, implementation, improvement, or outcomes of a
program. It is a resource-intensive process, frequently requiring resources, such as, evaluate
expertise, labor, time, and a sizable budget”.
PERBANDINGAN BUKU I DAN BUKU II
Dari sisi cover : Buku kedua memiliki cover lebih menarik ketimbang buku pertama karena buku
kedua memiliki warna cover yang warnanya lebih cerah dan beberapa meyang menarik dari cover
buku pertama.
Dari sisi isi : Buku I Bahasa yang digunakan sangat ilmiah,dan buku ini bagus untuk mahasiswa
untuk menambah wawasan dalam penggunaan Bahasa Ilmiah. Dan juga di dalam buku 1 ini
berisikan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Sedangkan buku 2
Disetiap bab di buku 2 Berisikan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Beberapa bagian bab terdapat terdapat rangkuman yang berisikan ringkasan materi dari bab
tersebut.Dengan demikian hal itu dapat memudahkan kita untuk mencari penjelasan yang jelas dan
singkat serta mudah dimengerti. Pada setiap bab pada buku ini adanya dilampirkan latihan-latihan
yang dapat menguji kemampuan mahasiswa dalam memahami isi materi
Dari sisi kerapian : Buku kedua lebih rapi daripada buku pertama karena pada buku pertama
tulisannya terkadang ada dibeberapa bagian tidak susuai berurut
Dari sisi harga : Buku kedua memiliki harga lebih murah daripada buku pertama, sehingga bagi
mahasiswa buku ini lebih murah daripada buku pertama, sehingga bagi mahasiswa buku ini lebih
mudah dijangkau untuk dibeli
Dari sisi referensi : Buku pertama memiliki referensi yang cukup banyak sama halnya bukku
kedua. Namun pada buku kedua penulis banyak mengambil teori dari penulis sehingga kurang
penjelasannya tentang bagaimana kurikulum di Indonesia dan bagaimana sistemnya.
LAMPIRAN
Buku I
Buku II
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa kurikulum adalah suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pembelajaran adalah
perubahan perilaku yang relatif permanen, dan terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Dan
pembelajaran merupakan kaedah memperoleh ilmu pengetahuan atau kemahiran melalui
pengalaman, amalan yang dipelajari atau yang diajarkan.
Kurikulum dan pembelajaran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam dunia pendidikan,
kurikulum merupakan pijakan utama dalam melakukan proses belajar mengajar sedangkan
pengajaran merupakan alat untuk menyampaikan dari yang ada dalam kurikulum. Sehingga
dengan kurikulum yang lebih jelas kita dapat mengukukur apa yang diinginkan dan apa yang harus
dilakukan oleh seorang pendidik.
Kurikulum dan pembelajaran akan selalu berubah secara dinamis, sehingga pendidik harus mampu
memahami dan pendidik harus dapat mengikuti perkembangan kurikulum dan pembelajaran.
B. Saran
Kali ini saya memberi saran untuk buku-buku yang saya baca, bahwa saran yang harus saya
ungkapkan yaitu kedua buku tersebut sama- sama saling melengkapi dan saling memperbaiki satu
sama lain. Dalam buku II juga harus diperbaiki baik dalam pembuatan sebuah buku pelajaran
hendaknya cantumkan ringkasan atau rangkuman disetiap akhir bab, agar pembaca lebih mudah
untuk mencari kesimpulan dari rangkuman tersebut. Serta buat juga soal- soal latihan dengan
tujuan untuk melatih siswa dalam menjawab soal. Tidak hanya itu namun yang harus diperbaiki
didalam kedua buku itu seharusnya tidak usah terlalu tebal- tebal dalam membuat buku. Itu
membuat pembaca lebih cepat bosan dan tidak berminat untuk membacanya.
Didalam kedua buku tersebut harus menggunakan bahasa- bahasa yang mudah dimengerti oleh
pembaca. Untuk apa penjelasan isi buku tertulis panjang- panjang jika tidak ada kesimpulan yang
dapat diambil dan dipahami oleh pembaca. Dan buatlah isi buku semenarik mungkin. Agar
pembaca tidak mudah bosan dalam membaca buku itu.
Jadi saran saya, buatlah buku yang menarik. Baik dari segi cover maupun isi. Gunakanlah warna
yang berbeda untuk judul dan kata- kata yang penting dalam buku tersebut. Agar pembaca juga
tidak bingung dalam membedakan judul besar dengan judul yang lainnya. Begitu juga penulis
harus memperhatikan penulisan kata dan huruf yang baik dan benar. Karena saran dan kritik
sifatnya untuk membangun menjadi lebih baik bukan untuk menjatuhkan dan membiarkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,S(2015).PENGEMBANGAN KURIKULUM BARU.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya
Sabda,S(2016)PENGEMBANGAN KURIKULUM.Jakarta:Aswajada Pressindo