Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By Ny.

L DENGAN DIAGNOSA MEDIS BERAT


BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG MAWAR
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :
YESSI
2019.C.11a.1071

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : YESSI
NIM : 2019.C.11a.1071
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada By Ny. L Dengan Diagnosa Medis Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Mawar RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya

Telah melakukan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik


Pra Klinik Keperawatan III Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Cristephanie.,S.Kep.,Ners Desi Mariasanthy,S.Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusia di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan III (PPK III) pada Program Studi S-1 Keperawatan. Selain itu, Asuhan
Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun kami sebagai
penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan Keperawatan ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Winarti Trijayaningsih, SST Selaku kepala ruangan Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan Pembimbing Lahan yang telah memberikan izin, informasi dan
membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di Ruang Mawar RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
4. Christephanie.,S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini.
5. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis menyelesaikan
LaporanAsuhan Keperawatan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan
Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, 16 Oktober 2021

Penulis
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau
pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

1.1.2 Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati,
2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi
berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS,
TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan
gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella
bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom
tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi,
serta terpapar zat beracun.

1.1.3 Klasifikasi
Menurut Deslidel et al. (2011: 108)  klasifikasi BBLR, yaitu :
a. BBLR prematur atau kurang bulan
1) Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin)
2)  Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum sempurna, bayi belum dapat
menyusu
3)  Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak lateral akibat
anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
4)  Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yang masih sedikit
maupun brown fat belum terbentuk.
Beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain :
a)    Bayi menggigil
b)   Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-bercak.
c)    Anak terlihat apatis atau diam saja.
d)   Gerakan bayi kurang dari normal.
e)    Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan ujung-ujung
jarinya. (Walyani, 2015 : 161).
5)  Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
b. BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dimatur
1)   Sindrom aspirasi mekonium
2)   Hiperbilirubinemia
3)   Hipoglikemia
4)   Hipotermia

1.1.4 Patofisiologi
Menurut Maryanti, et al (2012:169) faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR terdiri
dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial ekonomi dan sebab lain
berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. BBLR dengan faktor risiko paritas
terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan Hal ini
disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun.
Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah
nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya (Mahayana et al., 2015 :
669).
Menurut Samuel S Gidding dalam Amirudin & Hasmi (2014:85-86)  mekanisme pajanan
asap rokok terhadap kejadian BBLR dan berat plasenta dengan beberapa mekanisme yaitu
kandungan tembakau seperti nikotin, CO dan polysiklik hydrokarbon, diketahui dapat menembus
plasenta. Carbonmonoksida mempunyai afinitas berikatan dengan hemoglobin membentuk
karboksihemoglobin, yang menurunkan kapasitas darah mengangkut oksigen ke janin.
Sedangkan nikotin menyebabkan vasokontriksi arteri umbilikal dan menekan aliran darah
plasenta. Perubahan ini mempengaruhi aliran darah di plasenta. Kombinasi hypoxia
intrauterine dan plasenta yang tidak sempurna mengalirkan darah diyakini menjadi penghambat
pertumbuhan janin.
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit pada ibu hamil. Anemia
pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke jaringan, selain itu juga dapat
merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini akan mengganggu pertumbuhan janin sehingga
akan memperkuat risiko terjadinya persalinan prematur dan kelahiran bayi dengan berat badan
lahir rendah terutama untuk kadar hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal
kehamilan (Cunningham, et al., 2010). Selain anemia, implantasi plasenta abnormal seperti
plasenta previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh, sehingga akan
mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini lepasnya tepi plasenta disertai perdarahan
dan terbentuknya jaringan parut sering terjadi, sehingga meningkatkan risiko untuk terjadi
perdarahan antepartum (Prawirohardjo, 2008). Apabila perdarahan banyak dan kehamilan tidak
dapat dipertahankan, maka terminasi kehamilan harus dilakukan pada usia gestasi berapapun.
Hal ini menyebabkan tingginya kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir rendah
disertai mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kejadian BBLR, karena
pada umumnya ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah akan mempunyai intake makan
yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secra kuantitas, yang berakibat kepada rendahnya
status gizi pada ibu hamil (Amalia, 2011 : 258). Selain itu,  gangguan  psikologis  selama 
kehamilan berhubungan dengan terjadinya peningkatan indeks resistensi arteri uterina. Hal ini
disebabkan karena terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga aliran
darah ke uterus menurun dan uterus sangat sensitif terhadap noradrenalin sehingga menimbulkan
efek vasokonstriksi. Mekanisme  inilah  yang  mengakibatkan terhambatnya  proses 
pertumbuhan  dan perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi BBLR (Hapisah, et al.,
2010 : 86-87).
Menurut Maryanti et al. (2012:169) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari faktor janin
berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan koromosom.
Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi air
ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat
menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR. Pada kehamilan
ganda berat badan kedua janin pada kehamilan tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini
terjadi karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan
kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering
terjadi persalinan prematur (Amirudin & Hasmi, 2014 : 110-111). Menurut Saifuddin dalam
Amirudin & Hasmi (2013 : 111-112) kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan
kelaianan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi
kecil.
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi berat badan dibandingkan
dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya
jaringan subkutan (Mitayani, 2013 : 176). Karena suplai lemak subkutan terbatas dan area
permukaan kulit yang besar dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas
pada lingkungan (Sondakh, 2013 : 152). Sehingga bayi dengan BBLR dengan cepat akan
kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia (Maryanti, 2012 : 171). Selain itu tipisnya
lemak subkutan menyebabkan struktur kulit belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit yang
akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering
tertekan dalam waktu yang lama (Pantiawati, 2010 : 28). Pada bayi prematuritas juga mudah
sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih
kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryanti, 2012 : 172).
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan belum sempurnanya
pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan
tegangan dinding alveoli paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru
untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi
sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang lebih besar
yang disertai usaha inspirasi yang kuat.  Hal tersebut menyebakan ketidakefektifan pola
nafas (Pantiawati, 2010 : 24-25).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang (Maryanti et al., 2012 : 171). Selain itu jaringan lemak subkutan yang tipis
menyebabkan cadangan energi berkurang yang menyebabkan malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat
fungsi organ-organ belum baik terutama pada otak dapat menyebabkan imaturitas pada sentrum-
sentrum vital yang menyebabkan reflek menelan belum sempurna dan reflek menghisap lemah.
Hal ini menyebabkan diskontinuitas pemberian ASI (Nurarif & Kusuma, 2015 : 54-55).
1.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
2.1.1 Pathway
P r e m a tu r ita s D is m a t u r it a s

Retardasi pertumbuhan
F a k to r ib u : U m u r (2 0 th ) F a k to r p la c e n ta : F a k t o r ja n in : K e la in a n in tra u te rin
P a rita s , R a s , In fe rtilita s , Penyakit vaskuler, k ro m o s o m , M a lfo rm a s i,
R iw a y a t k e h a m ila n ta k k e h a m ila n g a n d a , T O R C H , k e h a m ila n
b a ik , R a h im a b n o rm a l,
B a y i la h ir p re m a tu re B e ra t b a d a n < 2 5 0 0
(B B L R /B B L S R )

P e rm u k a a n tu b u h re la tiv e P re m a tu rita s
le b ih lu a s

K e h ila n g a n p a n a s

Fungsi organ-organ belum


R e s ik o b a ik
Ketidakseimbangan

R e s ik o in fe k s i

R e fle k m e n e la n b e lu m
se m p u rn a

 P e rtu m b u h a n d in d in g
Ketidakseimbangan d a d a b e lu m se m p u rn a
n u tr is i k u r a n g d a r i  V a s k u le r p a ru im a tu r
k e b u tu h a n tu b u h

Sumber: Nanda jilid 2 (2015)


Ketidakefektifan
G p o la n a fa s
a
m
b
a
r
2
.
1
P
a
t
h
w
a
y

a. Berat kurang dari 2500 gram


b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

1.1.6 Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
1. Hipotermia
2. Gangguan cairan dan elektrolit
3. Hiperbilirubbinemia
4. Sindroma gawat nafas
5. Paten duktus anteriocus
6. Infeksi
7. Perdarahan intraventrikuler
8. Apnea of prematurity
9. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi – bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan maturitas
fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas
atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada ibu yang
melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir tersebut
diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam
atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

1.1.8 Penatalaksanaan Medis


Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan
permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator,
bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi
air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pecernaan
belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori
110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3
jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi
yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.

c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh
karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan
ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus
dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa
bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.

f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap
dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah,
harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 34 minnggu ,berat badan kurang atau
sama dengan 2 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4
sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru, tumor kandungan,
kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi kurang atau
lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai
160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris,
cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat),
peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat
jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro, menghisap,
mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala
kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus),
tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan
sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33
cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris
menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung
dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput. (Pantiawati,
2010)

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada BBLR
adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh
subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

1.2.3 Intervensi Keperawatan


a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
1) Tujuan: pola napas menjadi efektif
2) Kriteria hasil:
- RR 30-60 x/mnt
- Sianosis (-)
- Sesak (-)
- Ronchi (-)
- Whezing (-)
3) Rencana tindakan:
- Observasi pola Nafas.
- Observasi frekuensi dan bunyi nafas
- Observasi adanya sianosis.
- Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
- Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
- Beri O2 sesuai program dokter
- Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
- Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
- Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh
subkutan.
1) Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C.
- Kulit hangat.
- Sianosis (-)
- Ekstremitas hangat
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi tanda-tanda vital.
- Tempatkan bayi pada incubator.
- Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
- Monitor tanda-tanda Hipertermi.
- Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
- Ganti pakaian setiap basah
- Observasi adanya sianosis.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
1) Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi
2) Kriteria hasil:
- Reflek hisap dan menelan baik
- Muntah (-)
- Kembung (-)
- BAB lancar
- Berat badan meningkat 15 gr/hr
- Turgor elastis
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi intake dan output.
- Observasi reflek hisap dan menelan.
- Beri minum sesuai program
- Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.
- Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
- Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
- Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
- Timbang BB setiap hari.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
1) Tujuan: tidak terjadi infeksi
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Leukosit 5.000-10.000
3) Tindakan keperawatan:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Isolasi bayi dengan bayi lain.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
- Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
- Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
- Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril.
- Kolaborasi dengan dokter.
- Berikan antibiotic sesuai program.
1.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,  dimana perawat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan. Dan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Meirisa, 2013).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani 2013), yaitu
Subjek, adalah ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan. Objek adalah keadaan objektif yang dapat
diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif. Assasment adalah analisis
perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif. Planning adalah perencanaan
selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jln Beliang No 110 Telp/Fax. (0536) 3227707

FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS

I. IDENTITAS
Identitas Bayi Identitas Orang Tua
Nama bayi : By Ny.L ( L ) Nama Ayah : Tn.L
TTL : 07 Oktober 2021 Umur Ayah : 35 Tahun
Jam Kelahiran : 12.30 WIB Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Agama Ayah : Kristen Protestan
Nama Ibu : Ny.L
Umur Ibu : 31 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama Ibu : Kristen Protestan

II. RIWAYAT PERSALINAN


a.Awal Persalinan (hari/tgl/jam) : 07 Oktober 2021 jam 12.30 wib
b. Lama Persalinan :3
jam
c.Komplikasi Persalinan : tidak ada komplikasi
d. Terapi yang diberikan : terapi injeksi
e.Cara melahirkan : spontan
f. Tempat Melahirkan : dibidan kampung
g. Usia Kehamilan : 34 minggu
h. Riwayat Kesehatan ibu :
(penyakit yang diderita/pernah diderita, pengobatan yang pernah diberikan selama
kehamilan, trauma fisik/psikologis yang pernah dialami, keadaan laktasi ibu)
Ibu an Ny.L menceritakan tidak memiliki riwayat peyakitnya membuat kehamilan anak
ke dua ini tidak terganggu selama masa kehamilan terasa nyaman hanya saja selama masa
mengandung ibu an Ny.L tidak melakukan yang Namanya imunisasi TT

III. Pemeriksaan Fisik Neonatus


a.Antropometri
1. Berat Badan : 1800 gram
2. Panjang Badan : 42 cm
3. Lingkar Kepala : 28 cm
- Sirkumferensia froto-occipital :-cm
- Sirkumferensia mento-occipitalis:-cm
- Sirkumferensia suboccipito-bregmatika:-cm
- Sirkumferensia submento-bregmatika:-cm
4. Lingkar Dada : 28 cm
5. Lingkar lengan atas : 8 cm
b. Pernapasan dan peredaran darah (APGAR Score)
- Pernapasan/RR : 56 x/menit, type: pernapasan dada dan perut
- APGAR Score :8
No Tanda Score
6 1 2
1 Frekuensi Jantung Tidak ada Langsung Nanggis >100 X/Menit
2 Usaha Bernafas Tidak ada Gerak Aktif Gerak Aktig
3 Tonus Otot Tidak ada Reflek Gerakan Aktif
4 Refleks Tidak ada Gerak Aktif Gerakan Kuat
5 Warna Kulit Biru/pucat Ada Kebiruan Ada krbiruan

- Frekuensi denyut jantung: 125 x/menit


- Kelainan/keluhan lain:
Masalah keperawatn : tidak ada masalah keperawatan
c.Suhu tubuh (rectal/axial) : 37.2 oC

d. Kepala/Leher
- Fontanel anterior : lunak
- Sutura sagitalis : tepat
- Wajah : simetris
- Molding : caput seccedaneum
Bentuk kepala bulat,persebaran rambut merata,kulit kepala bersih,UUB dan UUK
terbuka datar,kelainan (-)

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

e. Mata :bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

f. THT
- Telinga : normal,bersih
- Hidung : simetris normal
- Palatum : normal
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

g. Toraks simetris, normal, tidak ada retraksi dinding.


Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

h. Abdomen
lunak/tegas/datar/kembung:
lingkar perut : 22,5 cm
liver : tidak ada pembesaran
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

i. Spina/tulang belakang (spina bifida)


Tidak mengalami kelainan tulang belakang ( spina bifida )
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

j. Kulit warna sawo matang


Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

k. Keadaan dan kelengkapan tubuh dan ekstremitas


Bentuk normal,jari-jari tangan lengkap,tidak terdapat benjolan dan lesi
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
l. Tali pusat
Tali pusat bayi mulai kering,tidak tampak tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
m. Anus
Ada lubang anus
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
n. Mekonium
Normal BAB dan Bak
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
o. Refleks: (moro, menggenggam, menghisap, berjalan)
Refleks moro baik,belom dapat menggengam dengan baik,belom dapat menghisap susu
dot dengan baik,dan belom bisa berjalan serta terpasang cairan infus 20 tetes/ menit.
P. Data Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Glukosa sewaktu 61 <200 Mm/dl

NO PARAMETER RESULT UNIT REF. RANGE

1 WBC ( 10 ^3/uL ) 4.50 11.96


2 RBC ( 10^6/uL) 4.00 4.48
3 HBG ( g/dL) 10.5 18.4
4 PLT ( 10^3/Ul) 150 308

Terapi
Dosis Rute Indikasi
D10% 3,6 cc IV ( Intra Vena ) sebagai tata laksana dan
pencegahan hipoglikemia,
nutrisi parenteral dan
rehidrasi, serta sebagai
pelarut dari produk obat lain.
Indikasi dan dosis dari
larutan dextrose tergantung
dari tipe cairan dan kondisi
klinis pasien.
Gentamicin 1x9 mg IV ( Intra Vena ) gentamicin adalah obat untuk
mengatasi infeksi akibat
bakteri
Aminifilin 0,252 c + D5% Oral Aminofilin adalah obat yang
digunakan untuk meredakan
beberapa keluhan.seperti sesak
napas,mengi, atau sulit
bernapas yang disebabkan
oleh asma penyakit paru
obstruktif kronis ( PPOK )
Bronchitis, atau emifiseme.
Cefotaxime 3x60 mg IV ( Intra Vena Untuk penatalaksanaan
infeksi saluran pernapasan
bawah, sebagai antibiotic
profilaksis sebelum tindakan
pembedahan, seperti
histerektomi abdomen atau
vegina, pembedahan pada
saluran pencernaan pada
infeksi mata ekstrema,infeksi
saluran kemih dan infeksi
pada kuli.
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : orang tua mengatakan Ketidak efektifan pola nafas
bayinya sesak. Ketidak efektifan pola nafas SDKI(D.0005)

DO :
 RR : 56 x/menit Imaturitas fungsi paru dan
neuromusculer
 S : 37,2 ℃

 BB : 1,8 kg

 Terpasang SPO2 : 99%

 Frekuensi denyut
jantung : 125x/menit

 Pasien Nampak sesak

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Orang tua mengatakan resiko nutrisi kurang dari
BB badan anaknya tidak resiko ketidak seimbangan kebutuhan tubuh
mengalami kenaikan yang SDKI( D.0032)
signifikan sejak lahir hingga
saat pengkajian. resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DO:
 postur tubuh pasien
belom berkembang ketidak mampuan mencerna
nutrisi ( imaturitas saluran
 BB 1,8 kg
cerna )
 Diet ASI 12x10 cc
/OGT (-).

 Terpasang OGT

 Reflek pengisap lemah

 Tidak muntah
Penyakit Vaskuler,Kehamilan Resiko infeksi SDKI
Ganda ( D.0142)

DS Resiko infeksi b.d Bayi Lahir Ptemature (Bblr


ketidaktauhan tentang cara /Bblsr )
merawat bayi
DO
- Tampak tali pusat Prematuritas
belum terlepas

- BB lahir 1800gram
Fungsi Organ-Organ Belum
- Nadi 125x/menit Baik

- Suhu 37,2℃

- RR 56x/menit

- Terpasang infus Dio%


4ml/jam
PRIORITAS MASALAH

1. Ketidak efektifan pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuro muscular berhubungan
dengan imaturitas fungsi paru dan neuromuscular.ditandai dengan Pasien tampak sesak,
terdapat resiko infeksi dan penggunaan otot aksesori, RR= 56 x/menit.

2. Risiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan


mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna) ditandai dengan Postur Tubuh Pasien yang tidak
berkembang , BB: 1,8 kg

3. Resiko infeksi SDKI ( D.0142) kemungkinan penyebab ketidak adekuatan pertahanan tubuh
ditandai dengan tali pusat belum terlepas.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : By.P

Ruang Rawat : Ruang Mawar

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Ketidak efektifan pola nafas Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen jalan nafas (I.01011) - mengetahui tanda tanda vital

SDKI(D.0005) 2 x 24 jam pola efektif dengan kriteria - Mengetahui Takpnea pernapasan


- Pantau tanda-tanda vital
hasil: dangkal dan gerakan dada tak
- Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman,
simetris sering terjadi karena
- Sesak berkurang usaha nafas)
ketidaknyamanan gerakan dinding
- Tidak terdapat penggunaan otot - Monitor bunyi napas tambahan
dada dan atau cairan paru
aksesori ( mis.gurling,mengi,weezing,ronkhi kering)
mengetahui tanda tanda vital
- RR : 56 x/menit
- Monitor ventilasi ruangan tempat perawatan
- S : 37,2 ℃ - Mengetahui terjadinya komplikasi
klien
- BB : 1,8 kg - Memudahkan Bernapas
- Monitorkan jalan napas buatan
- Terpasang SPO2 : 99%
- Frekuensi denyut jantung :
125x/menit
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
resiko nutrisi kurang dari Setelah diberikan asuhan selama 2x24 Manajemen nutrisi ( I.03030 ) - Mengetahui jumlah intake dan
kebutuhan tubuh jam terjadi peningkatan toleransi output
- Monitor intake dan output
SDKI( D.0032) terhadap aktivitas dengan kriteria - Mengetahui reflek hisap dan
- Monitor reflek hisap dan menelan.
hasil : menelan
- Monitor beri minum sesui program
- Menambah berat badan
- Postur tubuh bertambah sesuai - Monitor pasang NGT bila reflek menghisap dan
- Agar bayi bisa memperoleh
usia menelan tidak ada
asupan nutrisi
- Berat badan pasien bertambah - Monitor kaji kesipan ibu untuk menyusui.
- Nutrisi terbaik adalah ASI
- BB : 1,8 kg - Monitor timbang BB
- Mengetahui pertambahan berat
- PB : 42 cm
badan.
- LK : 32,5
- LD : 28
Cacat (-) caput (+) anus (+)
Resiko infeksi SDKI ( D.0142) Manajemen resiko infeksi ( D0142) - Mengetahui tanda-tanda infeksi
kemungkinan penyebab ketidak - Kaji tanda-tanda infeksi. - Mengetahui isolasi dengan bayai
adekuatan pertahanan tubuh - Monitor Isolasi bayi dengan bayi lain. lain
ditandai dengan tali pusat belum Setelah diberikan asuhan selama 2x24 - Monitor Cuci tangan sebelum dan sesudah - Mengetahui cara mencuci tangan
terlepas. jam terjadi peningkatan toleransi kontak dengan bayi. sebelim dan sesudah kontak
terhadap aktivitas dengan kriteria - Monitor Gunakan masker setiap kontak dengan dengan bayi
hasil : bayi. - Untuk mengetahui cara
- Monitor Cegah kontak dengan orang yang mengunakan masker setiap kontak
terinfeksi. dengan bayi
- Intergritas kulit baik
- Monitor Pastikan semua perawatan yang kontak - Mengetahui cara mencegah
- Resiko infeksi berkurang
dengan bayi dalam keadaan bersih/steril. dengan orang lain
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
09 Oktober 2021 - Melihat keadaan tanda-tanda vital S:- orang tua pasien mengatakan klien sesaknya
- Menkultasikan pola nafas ( frekuensi, kedalaman, sudah mulai berkurang
12.30wib
usaha nafas)
O: - pasien tampak terpasang indikubator
- Mencatat frekuensi dan kedalam pernapasan pasien
- Memberikan terapi oksigen - Diet ASI 12X10cc/ogt
- Memposisikan pasien dengan semifowler dan high - Menghisap lemah (-) YESSI
fowler. - Terpasang infus D10% NACL
- Memaksimalkan ventilasi ruangan tempat perawatan - Jumlah napas 40-60x/menit
klien A: - masalah teratasi sebagian

P: - kalien sudah bernapas dengan nyaman

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
10 Oktober 2021

12.00 WIB 1. Mengobservasikan intake dan output S: - ibu pasien mengatakan klien mengalami sulit
2. Memberi susu pemula BBLR 35ml 3x/sehari untuk menelan air susu.
3. Monitor reflek hisap dan menelan.
4. kolaborasi pamasangan NGT bila reflek menghisap O: reflek isap pasien belum terlalu kuat YESSI
dan menelan tidak ada
- Tanggis gerak aktif
5. Memebrikan pengkajian kesipan ibu untuk menyusui.
- BAB/BAK ( + )
6. Memeriksan timbang Berat badan bayi
- Sesak/sianosir
- HR 132 mm
- RR 40x/menit
- T 36,6 ℃
A: masalah teratasi sebagian

- Potensi infeksi
P: lanjutkan intervensi

11 oktober 2021
1. Melihat tanda-tanda infeksi. S ; - ibu pasien mengatakan klien tidak memiliki
12.00 WIB
2. Dikasi obat antibiotic tanda-tanda infeksi
3. Kolaborasi bayi pemberian antibiotic
O :- klien terbebas dari infeksi
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. YESSI
5. Gunakan masker setiap kontak dengan bayi. A :- masalah teratasi sebagian
6. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
P :- lanjutkan intervensi
7. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi
dalam keadaan bersih/steril.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn. E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bay., Jakarta: EGC.


Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1990. Ilmu Kesehatan Anak. III. Jakarta:
FKUI. Wong, Dona. L. 2003.
Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai