Revisi Askep BBLR Yessi
Revisi Askep BBLR Yessi
OLEH :
YESSI
2019.C.11a.1071
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusia di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan III (PPK III) pada Program Studi S-1 Keperawatan. Selain itu, Asuhan
Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun kami sebagai
penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan Keperawatan ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Winarti Trijayaningsih, SST Selaku kepala ruangan Ruang Mawar RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan Pembimbing Lahan yang telah memberikan izin, informasi dan
membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di Ruang Mawar RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
4. Christephanie.,S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini.
5. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis menyelesaikan
LaporanAsuhan Keperawatan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan
Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.
Penulis
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau
pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
1.1.2 Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati,
2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi
berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS,
TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan
gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella
bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom
tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi,
serta terpapar zat beracun.
1.1.3 Klasifikasi
Menurut Deslidel et al. (2011: 108) klasifikasi BBLR, yaitu :
a. BBLR prematur atau kurang bulan
1) Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin)
2) Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum sempurna, bayi belum dapat
menyusu
3) Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak lateral akibat
anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
4) Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yang masih sedikit
maupun brown fat belum terbentuk.
Beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain :
a) Bayi menggigil
b) Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-bercak.
c) Anak terlihat apatis atau diam saja.
d) Gerakan bayi kurang dari normal.
e) Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan ujung-ujung
jarinya. (Walyani, 2015 : 161).
5) Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
b. BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dimatur
1) Sindrom aspirasi mekonium
2) Hiperbilirubinemia
3) Hipoglikemia
4) Hipotermia
1.1.4 Patofisiologi
Menurut Maryanti, et al (2012:169) faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR terdiri
dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial ekonomi dan sebab lain
berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. BBLR dengan faktor risiko paritas
terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan Hal ini
disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun.
Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah
nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya (Mahayana et al., 2015 :
669).
Menurut Samuel S Gidding dalam Amirudin & Hasmi (2014:85-86) mekanisme pajanan
asap rokok terhadap kejadian BBLR dan berat plasenta dengan beberapa mekanisme yaitu
kandungan tembakau seperti nikotin, CO dan polysiklik hydrokarbon, diketahui dapat menembus
plasenta. Carbonmonoksida mempunyai afinitas berikatan dengan hemoglobin membentuk
karboksihemoglobin, yang menurunkan kapasitas darah mengangkut oksigen ke janin.
Sedangkan nikotin menyebabkan vasokontriksi arteri umbilikal dan menekan aliran darah
plasenta. Perubahan ini mempengaruhi aliran darah di plasenta. Kombinasi hypoxia
intrauterine dan plasenta yang tidak sempurna mengalirkan darah diyakini menjadi penghambat
pertumbuhan janin.
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit pada ibu hamil. Anemia
pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke jaringan, selain itu juga dapat
merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini akan mengganggu pertumbuhan janin sehingga
akan memperkuat risiko terjadinya persalinan prematur dan kelahiran bayi dengan berat badan
lahir rendah terutama untuk kadar hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal
kehamilan (Cunningham, et al., 2010). Selain anemia, implantasi plasenta abnormal seperti
plasenta previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh, sehingga akan
mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini lepasnya tepi plasenta disertai perdarahan
dan terbentuknya jaringan parut sering terjadi, sehingga meningkatkan risiko untuk terjadi
perdarahan antepartum (Prawirohardjo, 2008). Apabila perdarahan banyak dan kehamilan tidak
dapat dipertahankan, maka terminasi kehamilan harus dilakukan pada usia gestasi berapapun.
Hal ini menyebabkan tingginya kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir rendah
disertai mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kejadian BBLR, karena
pada umumnya ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah akan mempunyai intake makan
yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secra kuantitas, yang berakibat kepada rendahnya
status gizi pada ibu hamil (Amalia, 2011 : 258). Selain itu, gangguan psikologis selama
kehamilan berhubungan dengan terjadinya peningkatan indeks resistensi arteri uterina. Hal ini
disebabkan karena terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga aliran
darah ke uterus menurun dan uterus sangat sensitif terhadap noradrenalin sehingga menimbulkan
efek vasokonstriksi. Mekanisme inilah yang mengakibatkan terhambatnya proses
pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi BBLR (Hapisah, et al.,
2010 : 86-87).
Menurut Maryanti et al. (2012:169) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari faktor janin
berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan koromosom.
Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi air
ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat
menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR. Pada kehamilan
ganda berat badan kedua janin pada kehamilan tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini
terjadi karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan
kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering
terjadi persalinan prematur (Amirudin & Hasmi, 2014 : 110-111). Menurut Saifuddin dalam
Amirudin & Hasmi (2013 : 111-112) kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan
kelaianan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi
kecil.
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi berat badan dibandingkan
dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya
jaringan subkutan (Mitayani, 2013 : 176). Karena suplai lemak subkutan terbatas dan area
permukaan kulit yang besar dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas
pada lingkungan (Sondakh, 2013 : 152). Sehingga bayi dengan BBLR dengan cepat akan
kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia (Maryanti, 2012 : 171). Selain itu tipisnya
lemak subkutan menyebabkan struktur kulit belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit yang
akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering
tertekan dalam waktu yang lama (Pantiawati, 2010 : 28). Pada bayi prematuritas juga mudah
sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih
kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryanti, 2012 : 172).
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan belum sempurnanya
pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan
tegangan dinding alveoli paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru
untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi
sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang lebih besar
yang disertai usaha inspirasi yang kuat. Hal tersebut menyebakan ketidakefektifan pola
nafas (Pantiawati, 2010 : 24-25).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang (Maryanti et al., 2012 : 171). Selain itu jaringan lemak subkutan yang tipis
menyebabkan cadangan energi berkurang yang menyebabkan malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat
fungsi organ-organ belum baik terutama pada otak dapat menyebabkan imaturitas pada sentrum-
sentrum vital yang menyebabkan reflek menelan belum sempurna dan reflek menghisap lemah.
Hal ini menyebabkan diskontinuitas pemberian ASI (Nurarif & Kusuma, 2015 : 54-55).
1.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
2.1.1 Pathway
P r e m a tu r ita s D is m a t u r it a s
Retardasi pertumbuhan
F a k to r ib u : U m u r (2 0 th ) F a k to r p la c e n ta : F a k t o r ja n in : K e la in a n in tra u te rin
P a rita s , R a s , In fe rtilita s , Penyakit vaskuler, k ro m o s o m , M a lfo rm a s i,
R iw a y a t k e h a m ila n ta k k e h a m ila n g a n d a , T O R C H , k e h a m ila n
b a ik , R a h im a b n o rm a l,
B a y i la h ir p re m a tu re B e ra t b a d a n < 2 5 0 0
(B B L R /B B L S R )
P e rm u k a a n tu b u h re la tiv e P re m a tu rita s
le b ih lu a s
K e h ila n g a n p a n a s
R e s ik o in fe k s i
R e fle k m e n e la n b e lu m
se m p u rn a
P e rtu m b u h a n d in d in g
Ketidakseimbangan d a d a b e lu m se m p u rn a
n u tr is i k u r a n g d a r i V a s k u le r p a ru im a tu r
k e b u tu h a n tu b u h
1.1.6 Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
1. Hipotermia
2. Gangguan cairan dan elektrolit
3. Hiperbilirubbinemia
4. Sindroma gawat nafas
5. Paten duktus anteriocus
6. Infeksi
7. Perdarahan intraventrikuler
8. Apnea of prematurity
9. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi – bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh
karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan
ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus
dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa
bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap
dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah,
harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai
160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris,
cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat),
peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat
jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro, menghisap,
mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala
kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus),
tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan
sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33
cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris
menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung
dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput. (Pantiawati,
2010)
I. IDENTITAS
Identitas Bayi Identitas Orang Tua
Nama bayi : By Ny.L ( L ) Nama Ayah : Tn.L
TTL : 07 Oktober 2021 Umur Ayah : 35 Tahun
Jam Kelahiran : 12.30 WIB Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Agama Ayah : Kristen Protestan
Nama Ibu : Ny.L
Umur Ibu : 31 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama Ibu : Kristen Protestan
d. Kepala/Leher
- Fontanel anterior : lunak
- Sutura sagitalis : tepat
- Wajah : simetris
- Molding : caput seccedaneum
Bentuk kepala bulat,persebaran rambut merata,kulit kepala bersih,UUB dan UUK
terbuka datar,kelainan (-)
e. Mata :bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
f. THT
- Telinga : normal,bersih
- Hidung : simetris normal
- Palatum : normal
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
h. Abdomen
lunak/tegas/datar/kembung:
lingkar perut : 22,5 cm
liver : tidak ada pembesaran
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Terapi
Dosis Rute Indikasi
D10% 3,6 cc IV ( Intra Vena ) sebagai tata laksana dan
pencegahan hipoglikemia,
nutrisi parenteral dan
rehidrasi, serta sebagai
pelarut dari produk obat lain.
Indikasi dan dosis dari
larutan dextrose tergantung
dari tipe cairan dan kondisi
klinis pasien.
Gentamicin 1x9 mg IV ( Intra Vena ) gentamicin adalah obat untuk
mengatasi infeksi akibat
bakteri
Aminifilin 0,252 c + D5% Oral Aminofilin adalah obat yang
digunakan untuk meredakan
beberapa keluhan.seperti sesak
napas,mengi, atau sulit
bernapas yang disebabkan
oleh asma penyakit paru
obstruktif kronis ( PPOK )
Bronchitis, atau emifiseme.
Cefotaxime 3x60 mg IV ( Intra Vena Untuk penatalaksanaan
infeksi saluran pernapasan
bawah, sebagai antibiotic
profilaksis sebelum tindakan
pembedahan, seperti
histerektomi abdomen atau
vegina, pembedahan pada
saluran pencernaan pada
infeksi mata ekstrema,infeksi
saluran kemih dan infeksi
pada kuli.
ANALISIS DATA
DO :
RR : 56 x/menit Imaturitas fungsi paru dan
neuromusculer
S : 37,2 ℃
BB : 1,8 kg
Frekuensi denyut
jantung : 125x/menit
Terpasang OGT
Tidak muntah
Penyakit Vaskuler,Kehamilan Resiko infeksi SDKI
Ganda ( D.0142)
- BB lahir 1800gram
Fungsi Organ-Organ Belum
- Nadi 125x/menit Baik
- Suhu 37,2℃
- RR 56x/menit
1. Ketidak efektifan pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuro muscular berhubungan
dengan imaturitas fungsi paru dan neuromuscular.ditandai dengan Pasien tampak sesak,
terdapat resiko infeksi dan penggunaan otot aksesori, RR= 56 x/menit.
3. Resiko infeksi SDKI ( D.0142) kemungkinan penyebab ketidak adekuatan pertahanan tubuh
ditandai dengan tali pusat belum terlepas.
RENCANA KEPERAWATAN
12.00 WIB 1. Mengobservasikan intake dan output S: - ibu pasien mengatakan klien mengalami sulit
2. Memberi susu pemula BBLR 35ml 3x/sehari untuk menelan air susu.
3. Monitor reflek hisap dan menelan.
4. kolaborasi pamasangan NGT bila reflek menghisap O: reflek isap pasien belum terlalu kuat YESSI
dan menelan tidak ada
- Tanggis gerak aktif
5. Memebrikan pengkajian kesipan ibu untuk menyusui.
- BAB/BAK ( + )
6. Memeriksan timbang Berat badan bayi
- Sesak/sianosir
- HR 132 mm
- RR 40x/menit
- T 36,6 ℃
A: masalah teratasi sebagian
- Potensi infeksi
P: lanjutkan intervensi
11 oktober 2021
1. Melihat tanda-tanda infeksi. S ; - ibu pasien mengatakan klien tidak memiliki
12.00 WIB
2. Dikasi obat antibiotic tanda-tanda infeksi
3. Kolaborasi bayi pemberian antibiotic
O :- klien terbebas dari infeksi
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. YESSI
5. Gunakan masker setiap kontak dengan bayi. A :- masalah teratasi sebagian
6. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
P :- lanjutkan intervensi
7. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi
dalam keadaan bersih/steril.
DAFTAR PUSTAKA