Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Radioterapi atau terapi radiasi merupakan tindakan pengobatan terhadap tumor

dengan menggunakan sinar pengion. Jenis sinar pengion ini dapat berupa sinar x dan

sinar gamma, alfa dan beta, termasuk juga dari beberapa kelompok partikel seperti

elektron dan neutron1. Salah satu modalitas radioterapi yang menggunakan sumber

pengion berupa berkas elektron yang telah banyak digunakan untuk terapi berbagai

jenis tumor adalah LINAC (Liniear Accelerator). Modalitas LINAC tersebut

dirancang untuk menghasilkan berkas foton dan elektron. Berkas ini digunakan untuk

pengobatan penyinaran tumor yang berada dalam jaringan tubuh misalnya kanker

payudara, ca cervix dan ca nasofaring. Teknik dan metode penyinaran dengan

LINAC ini dikenal efektif untuk digunakan dalam terapi tumor khususnya yang

berada di daerah permukaan tubuh yakni di kedalaman <5 cm (superficial)1. Radiasi

dengan berkas elektron dapat menawarkan keuntungan dalam hal keseragaman dosis

radiasi di dalam target volume (TV) tumor superficial, dan dapat meminimalkan

dosis radiasi pada jaringan yang lebih dalam2.

Meskipun penggunaan LINAC dipandang efektif untuk pengobatan tumor

superficial, namun demikian masih di temukan kendala dalam mengoptimal dosis

serap pada TV agar dicapai homogenitas distribusi dosis radiasi karena pengaruh
kontur permukaan permukaan tubuh yang disinari bervariasi. Sebagai contoh, pasien

radioterapi LINAC dengan tumor payudara post-masektomi, kontur permukaan organ

yang tidak flat (rata) akan mempengaruhi distribusi efektif dosis penyinaran

permukaan pada TV. Akibatnya, terjadi peningkatan dosis serap justru di lokasi yang

lebih dalam dari daerah lapisan dimana tumor superfisial berada, yang pada giliran

nya mereduksi efektivitas distribusi dosis di TV sementara kerusakan jaringan sehat

di lokasi yang lebih dalam justru terjadi 3. Sebagian berkas radiasi yang kemungkinan

akan mengenai jaringan sehat berpotensi memunculkan kanker baru yang tidak

diinginkan. Kemudian, pada saat mengobati kanker yang berada di permukaan kulit

(superficial), dosis permukaan yang dihasilkan dari penggunaan berkas elektron

masih belum mencapai 100%, sehingga, untuk mengatasi permasalahan tersebut

diperlukanlah sebuah sarana radioterapi yang dikenal sebagai bolus 4.

Berdasarkan protokol American Association of Physicists in Medicine TG 25

merekomendasikan bahwa parameter radioterapi dalam penggunaan modalitas

berbasis berkas elektron terdiri dari energi, ukuran lapangan radiasi dan bolus yang

dipilih sedemikian rupa sehingga volume target mencakup 90% dari dosis yang

ditentukan 3. Penggunaan bolus akan memberikan dosis yang lebih homogen dan

lebih tinggi ke kulit sebagai pengoptimalan pengobatan apabila tanpa penggunaan

bolus akan mengakibatkan kerusakan pada kulit karena 95% dosis serap pada kulit

dan dengan menggunakan bolus dosis kulit <75% 56.

Solusi penggunaan bolus radioterapi berbahan plastisin yang merupakan jenis

bolus lunak pada penyinaran tumor superficial cukup efektif meningkatkan distribusi
homogen berkas elektron dan meminimalisasi efek dosis radiasi pada jaringan di

bawah target volume.3 Beberapa studi terdahulu menjelaskan bahwa penggunaan

bolus dengan karakteristik kandungan seperti polydimethyl siloxane, paraffin

granules, elasto-gel pad, superflab, thermoplastic sheets, dental wax, polypropylene,


7 8 9
rayon cloth, dan silicone rubber . Bolus berbahan dasar polydimethyl siloxane

mampu meningkatkan dosis TV hingga 100% dengan dosis serap permukaan pada

ketebalan 12 mm sebesar 93,48% dan dosis serap kedalaman 2,5 cm pada bolus 12

mm sebesar 17,80 % 10. Dibandingkan dengan pembuatan bolus komersial dari bahan

polipropilena dan rayon cloth rayon cloth digunakan dalam situasi klinis dimana

terdapat permukaan yang tidak teratur, dari hasil penelitian perbedaan dosis pada

permukaan tidak terlalu signifikan dimana HPRC memiliki nilai kerapatan fisik

antara (0,8-1,0 g/cm3). Berdasarkan studi yang ada, persyaratan bolus yang memadai

adalah jika memenuhi sifat fisis (densitas, porositas dan daya serap air), sifat mekanin

(kuat tarik, modulud elastisitas dan pertambahan putus) analisis menggunakan CT

Scan untuk dapat menentukan nilai Relative Electron Density (RED) 9.

Dalam kandungan bahan bolus harus memiliki komponen bahan yang memiliki

karakteristik mengatenuasi berkas radiasi secara homogen, meskipun penggunaan

bahan campuran dasar alami sudah pernah diteliti dan diterapkan, akan tetapi

penggunaan bahan campuran dari tumbuhan enceng gondok (Eichhornia Crassipes)

belum diteliti secara mendalam. Enceng gondok (Eichhornia Crassipes) memiliki

kandungan serat yang tinggi dan kandungan protein yang rendah, dan enceng gondok

(Eichhornia Crassipes) merupakan tanaman yang mengandung selulosa tinggi


sebagai biopolimer sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan bahan dasar campuran

bolus karena disamping jenis tumbuhan ini mudah didapat di alam dengan geografi
11–13
tropis seperti Indonesia, juga memenuhi persayaratan untuk bolus radioterapi .

Untuk itu penelitian ini akan dilakukan pembuatan bolus radioterapi berbahan dasar

bubuk enceng gondok (Eichhornia Crassipes) dengan ketebalan bolus 0,5 cm, 1 cm

dan 1,5 cm. bubuk enceng gondok (Eichhornia Crassipes) diharapkan dapat menjadi

substrat baru dalam pembuatan bolus radioterapi. Bolus akan dianalisis dengan

menggunakan CT Scan untuk dapat menentukan nilai Relative Electron Density

(RED) untuk mengamati sifat fisis, sifat mekanik dan analisis dosis serap dengan

menggunakan energi 6 MV.

B. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu:

1. Rumusan Masalah Umum:

Rumusan masalah umum dari penelitian ini adalah bagaimana proses

pembuatan bolus radioterapi dengan memanfaatkan biopolimer pada enceng

gondok (Eichhornia Crassipes) yang memiliki karakteristik seperti bolus yang

digunakan di Rumah Sakit.

2. Rumusan Masalah Khusus:

a. Bagaimana karakteristik bolus enceng gondok (Eichhornia Crassipes) di

tinjau dari variasi ketebalan bolus ?


b. Apakah variasi ketebalan bolus enceng gondok (Eichhornia Crassipes)

berpengaruh terhadap homogenitas ?

c. Apakah bolus enceng gondok (Eichhornia Crassipes) layak digunakan

sebagai bolus eksternal di radioterapi ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pada penelitian ini, yaitu:

1. Tujuan Umum:

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk membuat bolus radioterapi

dengan memanfaatkan biopolimer pada enceng gondok (Eichhornia Crassipes)

yang memiliki karakteristik seperti bolus yang digunakan di Rumah Sakit

2. Tujuan Khusus:

a. Mengetahui karakteristik bolus enceng gondok (Eichhornia Crassipes) yang

ditinjau dari variasi ketebalan bolus.

b. Mengetahui pengaruh variasi ketebalan enceng gondok (Eichhornia

Crassipes) terhadap homogenitas radiasi.

c. Mengetahui kelayakan bolus enceng gondok (Eichhornia Crassipes) sebagai

bolus eksternal di radioterapi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan pembaca umumnya dan penulis khususnya dalam mengetahui

pemanfaatan enceng gondok (Eichhornia Crassipes) sebagai bolus radioterapi.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi tentang karakteristik bolus radioterapi dengan bahan

dasar bubuk enceng gondok (Eichhornia Crassipes)

b. Menjadi acuan dalam hal preparasi bolus dengan komposisi bahan bubuk

Eichhornia Crassipes pada setiap unit radioterapi

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan terdapat penelitian serupa tetapi

tidak sama yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yang di

tunjukkan pada table 1.1 berikut

Tabel 1.1 Penelusuran Kepustakaan

N Penulis Jurnal Judul Hasil penting terkait

o penelitian proposal
1 Heri Sutanto, Eko Divisi Material Medis Bolus Berbahan Bolus SR memiliki

Hidayanto, Gede Smart Material Reaserch Silicone dan permukaan yang rata

Wiratma Jaya, Center (SMARC) Natural Rubber dan tidak terdapat

Santi Yuli Astuti, Departemen Fisika, gelembung udara

Astri Suppa Fakultas Sains dan pada bagian

Supratman Matematika Universitas permukaannya. Untuk

Diponegoro bolus Nr memiliki

permukaan yang
ISBN:978-979- 097-526-2
terlihat tidak rata
dikarenakan proses

pengerasan

(koagulan) yang

terjadi tidak terlalu

begitu baik.

Penggunaan bolus SR

menghasilkan nilai

presentase dosis

permukaan di atas

100 % dibandingkan

dengan bolus NR.


2 Dodi Junaedi, Evi Youngster Physics Journal Analisis Hasil perhitungan

Setiawati, Zaenal Vol. 5, No.4, Oktober penggunaan densitas bolus

Arifin, sanggam 2016, Hal. 391-398 Polydimethyl polydimethyl siloxane

Ramantisa ISSN: 2302-7371 Siloxane sebagai yang dihitung dengan

bolus dalam perbandingan massa

radioterapi dan volume adalah

menggunakan 1,25 ± 0,01 g/cm3 ,

elektron 8 MeV memiliki perbedaan

pada linac 0,04 sampai 0,06

g/cm3 dengan

densitas polydimethyl

siloxane yang

terdapat dalam

referensi dan

mengalami
penyimpangan hasil

sebesar 3,33 sampai

5,00 %.

3 Hendra Repositori Instirusi USU Pembuatan dan Hasil penelitian

Tampubolon Departemen Fisika penentuan menunjukkan

Absorben Bolus komposisi yang

http://repositori.usu.ac.id Radioterapi optimum yaitu pada

Berbahan Alginat variasi komposisi

menggunakan silikom rubber:serbuk

Energi 8 MeV dan alginate: katalis

10 MeV (80:19:1) %wt dengan

ketebalan 15 mm

memiliki sifat fisis

yang baik dengan

nilai densitas 2,09 x

103 kg/m3, porositas

9,82% dan daya serap

air 1,66 %. Sifat

mekanik dengan kuat

tarik 3,37 MPa,

perpanjang putus

45,28 % dan modulus

elastisitas 0,816 MPa.


4 Fairuzdzah Binti University sains Malaysia Biji Durian Suatu metode untuk

Ahmad Lothfy potensi bahan memodifikasi struktur

http://eprints.usm.my. untuk bolus dalam tanpa memasukkan


radioterapi gugus kimia baru bisa

membuktikan manfaat

berkas elektron.

Misalnya, penautan

silang novel getah

arab terjadi tanpa

perlu aditif apapun

dan hanya dengan

cross-linkiradiasi

dengan menggunakan

konsentrasi zat

terlarut tinggi Gum

arabic akan

terdegradasi sekali

diiradiasi dengan

berkas elektron dalam

larutan air pada

konsentrasi rendah.
5 Yudha Aries Jurnal Radiografer Perbandingan Nilai dosis serap pada

Pratama, Indonesia kesetaraan nilai bolus conformal lebih

Muhammad Fadli ISSN 2620-9950 dosis serap bolus sedikit selisihnya

lilin dan dibandingkan dengan

conformal bolus nilai dosis serap bolus

terhadap jaringan lilin terhadap slab

lunak pada phantom. Hal itu

perencanaan memiliki arti bahwa


teknik radioterapi nilai dosis serap bolus

conformal lebih mirip

dengan nilai dosis

serap jaringan lunak

tubuh manusia

dibandingkan dengan

nilai dosis serap bolus

lilin.

Dari hasil penelitian terdahulu, adapun perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan penulis adalah:

1. peneliti akan mencoba dengan menggunakan enceng gondok (eichhornia

crassipes) sebagai alternatif bolus radioterapi

2. Penelitian menggunakan metode research and development dengan

melakukan studi pustaka dan studi lapangan untuk mengetahui efektifitas

bolus enceng gondok (eichhornia crassipes)

C. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini:

1. Ruang lingkup waktu

Dalam penelitian ini membutuhkan pengukuran dan penelitian mengenai

bolus yang telah jadi dengan menggunakan CT-Scan dan Linac namun karena

adanya pandemi Covid-19 dapat mempengaruhi waktu dalam penelitian

karena mahasiswa belum diperbolehkan magang secara offline.


2. Ruang lingkup tempat

Dalam penelitian ini harus dilakukan perhitungan ke Rumah Sakit akan tetapi

karena adanya pandemi Covid-19 akan menjadi halangan untuk melakukan

observasi secara langsung di Rumah Sakit.

3. Ruang lingkup materi

Dalam penelitian ini sudah cukup banyak yang melakukan penelitian

mengenai bolus akan tetapi belum ada yang melakukan penelitian dengan

menggunakan bahan yang dapat diuraikan oleh tanah dan menggunakan

tumbuhan atau bahan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai