Model Perumusan Kebijakan Dan Penerapannya
Model Perumusan Kebijakan Dan Penerapannya
Mercantilist Era
1
9/30/2020
1. Hukum
1. Hukum Pidana
2. Hukum Perdata
3. Hukum Tata Negara
4. Hukum Tata Usaha (Administrasi) Negara
5. Hukum Acara Perdata Indonesia
6. Hukum Acara Pidana Indonesia
7. Hukum Militer
8. Hukum Adat
2. Regulasi (bisnis)
Ketika Negara memberi konsesi kepada masyarakat (swasta) untuk mengeksploatasi
kekayaan Negara, karenanya ia diatur (dengan ketat) agar tidak menjadi jahat. Karena
itu Regulasi dan Deregulasi adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Untuk lisensi
sumberdaya langka dan/atau ada monopoli/oligopolI, dibentuk “Badan Regulasi”.
2
9/30/2020
3. Undang-Undang
Pusa
t
Daerah Tata Kelola
Sosial Infrastruktur Daerah Perundangan-
Undag
1. Dari Negara/Pemerintah
2. Dari Rakyat
3. Dari Internasional
4. (Dari Galaksi)
3
9/30/2020
4
9/30/2020
10
5
9/30/2020
VALUES
11
Legal Formal
Konvensi
Pernyataan
Perilaku
12
6
9/30/2020
Tidak Pasti
Bisa
Pernyataan Perilaku
Menang
13
1 2 3 4
Sesuai dengan kebutuhan Sesuai dengan aturan resmi Disadarkan, diarahkan, Dihilangkan kesadarannya,
kebijakan dan konteks dari Negara dikendalikan secara diarahkan, dikendalikan
kebijakan sistematis secara sistematis
14
7
9/30/2020
Metodologikal
▪ 15 metode perumusan kebijakan
15
Prosedural
▪ UU 12 tahu 2011
16
8
9/30/2020
3. Rekayasa Sosial
1. Aktoral = yakinkan aktornya
2. Institusional = bentuk lembaganya
3. Kultural = kembangkan (nilai) budayanya
4. Digital = perkuat dengan panggung digital
5. (Kombinasi)
17
4. Manipulasional
1. Keras (hard)
2. Lunak (soft)
3. Cerdas (smart)
18
9
9/30/2020
19
2. Lunak (soft)
Data/Informasi
1
Nilai/Kepercayaan
LUNAK
2 Kebenaran
HALUSINASI
Ketidakbenaran
20
10
9/30/2020
2. Lunak (soft)
KERAS
CERDAS
LUNAK
21
22
11
9/30/2020
Entitas Perumusan
Entitas Pelaksanaan
Entitas Evaluasi
23
David Easton
ENVIRONMENT ENVIRONMENT
A
OUTPUT
DEMANDS
INPUT
POLITICAL DECISIONS
SUPPORT OR POLICIES
SYSTEM
FEEDBACK
24
12
9/30/2020
The
Effort by the
Those development Development Application of
government to
problems, of pertinent of support for a the policy by
determine
among many, and acceptable specific the
wheter the
which receive proposal proposal so government’s
policy was
the seriuos courses of that policy can administrative
effective and
attention of action for be legitimized machinery to
why, and why
public officer dealing with or authorized problem
not
problem
Stage 1 : policy Stage 2 : policy Stage 3 : policy Stage 4 : policy Stage 5 : policy
agenda formulation adoption implementation evaluation
25
Evaluation Forecasting
Problem
structuring
structuring
structuring
Problem
Problem
Problem
structuring
Monitoring Recomendation
26
13
9/30/2020
27
Thomas R. Dye
28
14
9/30/2020
Gerald Meier
29
30
15
9/30/2020
David Scott
31
Pemerintah Australia
Coordination
Consultation
Decision
Policy
instruments
Implementation
Policy analysis
evaluation
Identify issues
32
16
9/30/2020
Sofian Effendi
33
14 model
34
17
9/30/2020
1. Kelembagaan
▪ tugas membuat kebijakan publik adalah tugas pemerintah.
▪ apapun yang dibuat pemerintah dengan cara apapun
adalah kebijakan publik yang benar
▪ model yang paling sempit dan sederhana di dalam
formulasi kebijakan publik
▪ Dye: pemerintah memang sah membuat kebijakan publik,
fungsi tersebut bersifat universal, dan memang pemerintah
memonopoli fungsi pemaksaan (koersi) dalam kehidupan
bersama.
35
2. Model Proses
Patton-Sawicky
36
18
9/30/2020
37
Charles O. Jones
38
19
9/30/2020
3. Model Kelompok
Pengaruh
tambahan
Pengaruh
Pengaruh Grup A
Grup B
Kebijakan Publik
Posisi kebijakan
alternatif Perubahan
Kebijakan
Ekuilibrium
39
40
20
9/30/2020
4. Model Elit
41
42
21
9/30/2020
43
44
22
9/30/2020
sembilan masalah
1. Tidak mudah mendapatkan profesional dengan kemampuan yang diperlukan
2. Informasi yang dibutuhkan seringkali tidak tersedia secara memadai
3. Tidak mudah membuat perhitungan secara rasional dan komprehensif, khususnya
untuk menerapkan metode cost-and-benefit
4. Para pembuat kebijakan lebih tergoda untuk mendapatkan ‘alternatif baru’
daripada memilih dari alternatif-alternatif yang ada
5. Para pembuat kebijakan lebih tergoda untuk memuaskan hasrat memenuhi
kepentingan pribadi, kelompok, dan konstituennya daripada membuat kebijakan
dengan memilih alternatif yang terbaik
6. Pendekatan ilmu sains yang dijanjikan dari prinsip positivisme yang melekat di
model R-K seringkali tidak membantu seperti yang diharapkan.
7. Birokrasi yang tersegmentasi membuat analisis kebijakan R-K akhirnya terbelenggu
kepentingan sektoral dari masing-masing lembaga
8. Jika pun didapatkan ahli atau analis yang ‘luar biasa’, biasanya kemudian terjebak ke
dalam diskusi akademis yang memakan waktu yang panjang dan perdebatan yang
meletihkan
9. Pada akhirnya elit politik, baik di ekskekutif dan legislatif memilih dan menetapkan
kebijakan dengan cara yang tidak rasional, misalnya dengan cara asal-ambil atau out
of the blue, iseng tanya kepada ‘pembisik’ hingga mencari nasihat kepada cenayang.
45
6. Model Inkremental
model yang menguasai panggung kebijakan
publik tanpa banyak bicara. Kata simboliknya,
it goes without saying
46
23
9/30/2020
47
• Namun, harus diakui, di Indonesia model ini disukai karena merupakan ‘model
kompromi’, meski tidak efektif. Mengkompromikan Rasional dan Inkrementral
dapat dilihat ketika Soekarno menggabungkan antara ‘Nasionalisme’, ‘Agama’,
dan ‘Komunisme’ pada doktrinnya yang disebut sebagai Nasakom.
48
24
9/30/2020
8. Model Demokratis
49
Kata kunci
• Good Governance
• Stakeholders
• Pentahelix
• HAM
• Pemberantasan Korupsi
50
25
9/30/2020
51
Player A
Alternative A1 Alternative A2
52
26
9/30/2020
Pengembangan
53
54
27
9/30/2020
Sisi lain
▪ Dennis C. Mueller (1989) “… public choice can be defined as the economic study
of non-market decision making, or simply the application of economics to
political science…The methodology is that economics. The basic behavioral
postulate of public choice, as for economics is that man is an egoistic, rational,
utility maximizer…”
55
ENVIRONMENT ENVIRONMENT
A
OUTPUT
DEMANDS
INPUT
POLITICAL DECISIONS
SUPPORT OR POLICIES
SYSTEM
FEEDBACK
56
28
9/30/2020
ENVIRONMENT
INTERFERER
PRODUCT
DEMANDS
Society
INPUT A Public Policies
POLITICAL
State SUPPORT SYSTEM Public Services
BY-PRODUCT
FEEDBACK
FEEDBACK
ENVIRONMENT
57
58
29
9/30/2020
Jumlah product
Jumlah by product X 100% Input
59
Product
(90%)
Public Policy
By-product Earmarked
(10%) Policy
60
30
9/30/2020
erifikasi dan
akuntabilisasi
Analisis Pemerintah
ebi akan Administrasi
Publik
61
62
31
9/30/2020
63
Non Competitive
KLUSTER 2 KLUSTER 1
Autocratic Democratic
KLUSTER 4 KLUSTER 3
Competitive
64
32
9/30/2020
65
66
33
9/30/2020
67
68
34
9/30/2020
69
70
35
9/30/2020
KLUSTER 2 KLUSTER 1
Resources
KLUSTER 4 KLUSTER 3
Complexity
71
72
36
9/30/2020
73
74
37
9/30/2020
75
76
38
9/30/2020
77
78
39
9/30/2020
79
80
40
9/30/2020
81
82
41