Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU KEBIJAKAN LINGKUNGAN

REVIEW MATERI KULIAH DAN PENERAPAN

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah


Kebijakan Lingkungan

DOSEN :

DR. FUAD MUCHLIS, SP., M.Si.

DISUSUN OLEH :
MARLIANTONI
P2F119044
EMAIL : marliantoni@gmail.com

FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN (S-2)
UNIVERSITAS JAMBI
2020
1
1. Apa masalah kebijakan dan bagaimana menentukannya?
Masalah adalah perbedaan antara situasi yang dihadapi dan situasi yang diinginkan
atau dalam hal tertentu diharapkan – terjadi (Pound (1969) dan Dunn (2003)). Masalah
bukan hanya merefleksikan nilai-nilai (values) tetapi juga komitmen etis yang kita
miliki, yakni yang kita percayai seharusnya tidak terjadi. Dalam realitas sosial, sesuatu
dianggap sebagai masalah apabila hal tersebut tidak sebagaimana yang diharapkan
terjadi oleh masyarakat, didalamnya mengandung kesenjangan etika dan estetika
(Mittroff dan Linstone (1993)). Masalah dapat diartikan sebagai kenyataan dalam
kehidupan yang dialami oleh seseorang, organisasi atau lembaga maupun oleh suatu
bangsa.
Masalah Kebijakan merupakan setiap kebutuhan, nilai-nilai atau kesempatan-
kesempatan yang tidak terealisir, tetapi yang dapat dicapai melalui tindakan publik.
Atau juga dapat diartikan sebagai sebagai kenyataan dalam kehidupan yang dialami
oleh seseorang, organisasi atau lembaga maupun oleh suatu bangsa. Pada kenyataannya
masalah kebijakan sudah merupakan suatu retorika di mana suatu kelompok
kepentingan berkomunikasi dengan diri mereka sendiri dan dengan orang lain dengan
mengabaikan faktor-faktor sosial, politik, dan dimensi ekonomi dari suatu keputusan
pemangku kepentingan yang berbeda tanpa melibatkan semua bagian dari sebuah
situasi problematik, semua pemain dan kemungkinan keterkaitan mereka, apa
pengetahuan yang mereka miliki dan apa yang kurang mereka miliki, serta sejauh apa
kemungkinan keadaan yang berada di dalam kontrol mereka.
Adapun ciri masalah kebijakan (Dunn, 2003: 214-216), yaitu :
a) Saling ketergantungan dari masalah kebijakan. Masalah-masalah kebijakan di
dalam satu bidang dapat mempengaruhi masalah-masalah kebijakan di dalam
bidang lain, yang dalam kenyataannya masalah-masalah kebijakan bukan
merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri melainkan bagian dari seluruh sistem
masalah yang dapat dijelaskan sebagai messes, yaitu suatu sistem kondisi eksternal
di luar pembuat kebijakan yang menghasilkan ketidakpuasan diantara segmen-
segmen masyarakat yang berbeda
b) Subyektivitas dari masalah kebijakan. Kondisi yang menimbulkan atau terkait
terjadinya suatu masalah dengan pendekatan tertentu oleh oleh analis kebijakan
didefinisikan, diklasifikasikan, dijelaskan, dan dievaluasi secara selektif untuk
memahaminya.
c) Sifat buatan dari masalah. Masalah-masalah kebijakan hanya akan mungkin ada
ketika manusia membuat penilaian mengenai keinginan untuk mengubah situasi
masalah
d) Dinamika masalah kebijakan. Terdapat banyak solusi untuk suatu masalah,
sebagaimana terdapat banyak definisi terhadap masalah tersebut. Masalah dan
solusi berada dalam perubahan-perubahan, dan oleh karenanya masalah tidak secara
konstan terpecahkan

2. Fenomena
Fenomena-fenomena masalah kebijakan dilihat dari Aspek Teknis, Aspek Sosial,
Aspek Hukum, Aspek Kelembagaan, dan Aspek Ekonomi, yaitu :
a) Aspek Teknis
Suatu cara bagaimana suatu kelompok atau individu dapat memahami suatu
masalah kebijakan dan bisa mengerti dengan apa masalah kebijakan itu sendiri.
b) Aspek Sosial
Merupakan suatu upaya yang ditetapkan untuk mengatasi masalah sosial yang
dirancang secara kolektif untuk mencegah terjadinya persoalan ditengah
masyarakat yang menimbulkan konflik sosial.
c) Aspek Hukum
Merupakan salah satu hal penting dalam masalah kebijakan hal ini menjadi salah
satu dasar untuk menuju hal yang di capai jika memang berjalan dengan aturan itu
sendiri dan keadilan untuk semua rakyat, bukan hanya untuk segelintir rakyat.
d) Aspek Kelembagaan
Aspek ini sangat vital dan fatal sekali dalam suatu masalah kebijakan, vital jika
suatu organisasi dijalankan dengan baik akan menghasilkan hal yang positif dan
fatal jika dimanfaatkan oleh segelintir orang.
e) Aspek Ekonomi

2
Pada umumnya aspek ekonomi merupakan pemicu dari segala persoalan aspek,
hal ini dikarenakan adanya kesenjangan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh
masyarakat.

Contoh suatu fenomena misalnya pada kebijakan keberlangsungan ijin usaha


pertambangan (IUP) batubara. Pada saaat awal perencanaan proyek pertambangan
dilakukan, perusahaan selaku pemegang IUP menyatakan akan bertanggung jawab atas
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan tersebut. Jika
dinilai dari aspek teknis, kegiatan pertambangan pada dasarnya dapat mengubah rona
awal lingkungan. Dari aspek sosial, perusahaan pertambangan mestinya membuat
suatu program pemberdayaan masyarakat atau CSR. Umumnya masyarakat yang juga
berposisi sebagai stakeholder tidak perlu bersusah payah menagih janji pada pihak
perusahaan karena jika dilihat dari peraturan yang berlaku, CSR merupakan suatu
kewajiban perusahaan. Dari aspek hukum, adanya jaminan reklamasi tidak cukup
menjamin suatu perusahaan akan benar benar melakukan upaya pemulihan lingkungan
melalui reklamasi. Perusahaan pertambangan batubara umumnya mengangap jaminan
rekalamasi hanyalah sebagai bagian dari prosedural yang wajib dilalui agar kegiatan
pertambangan dapat beroperasi. Dari aspek kelembagaan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) pada bidang lingkungan tidak sedikit yang memanfaatkan celah ini
sebagai “mesin uang” mereka. LSM dimanfaatkan sebagai alat untuk memperdaya
perusahaan dengan segelintir cara mulai dari memunculkan isu lingkungan hingga isu
pemberdayaan masyarakat. Dari aspek ekonomi, keterbukaan perusahaan mengenai
pendapatan akan berimbas pada kelangsungan program pemberdayaan masyarakat
(CSR). Tidak ada aturan yang jelas mengenai persentase CSR yang mesti di “cairkan”.

3. Masalah Kebijakan
Masalah kebijakan sangat penting, karena penelitian lebih lanjut dan rekomendasi
kebijakan, keputusan, dan tindakan adalah sesat dan mungkin sia-sia, apabila masalah
kebijakan yang ditetapkan keliru sesuai dengan pesanan kelompok tertentu dengan
mengabaikan faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi serta hukum. Sebuah masalah
tidak memiliki kepastian dalam perumusannya, sehingga cenderung hanya merupakan
gejala-gejala atau rumusan masalah yang keliru, dan akibatnya adalah fungsi peraturan
yang terhenti atau tidak berjalan. Solusi atas masalah yang keliru menyebabkan
hilangnya kesempatan untuk melakukan pendekatan “trial & error”. Pada kondisi
demikian, para pengambil keputusan tidak mempunyai kesempatan untuk berbuat salah
karena yang dilakukan hanya memperhatikan keadaan atau kondisi yang dianggap
sebagai masalah dan dipecahkan, padahal bukan masalah yang sesungguhnya.
Misalkan pada industri pertambangan :
a) Kekeliruan dalam perpanjangan ijin usaha pertambangan (IUP). Lemahnya
pemantauan oleh pihak berwenang dan adanya indikasi keberpihakan pemerintah
kepada pemegang IUP menjadikan kelestarian lingkungan akibat pertambangan
mennjadi taruhan.
b) Susahnya mencegah penambangan tanpa ijin (PETI) karena dilema pemerintah
antara kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Aturan yang berlaku
tidak mampu menghentikan laju PETI, bahkan ditengah himpitan ekonomi yang
semakin menekan masyarakat membuat PETI menjadi opsi dalam mencari nafkah.
Jika saja pemerintah membuat suatu aturan mengenai pertambangan rakyat dan
membentuk suatu lembaga khusus yang mendampingi masyarakat, maka fenomena
ini dapat diselesaikan.

4. Mengapa Ada Masalah Tersebut?


Mengapa masalah terjadi menurut pendapat Charles O. Jones, bahwa masalah-
masalah publik (public problems) mempunyai dua tipe, yaitu:
a) Masalah-masalah tersebut dikarakteristikkan oleh adanya perhatian kelompok dan
warga kota yang terorganisasi yang bertujuan untuk melakukan tindakan (action).
b) Masalah-masalah tersebut tidak dapat dipecahkan secara individual/pribadi
(sehingga hal itu menjadi masalah publik), tetapi kurang terorganisasi dan kurang
mendapat dukungan. Pembedaan seperti ini,merupakan sesuatu yang kritis dalam
memahami kompleksitas proses yang berlangsung dimana beberapa masalah bisa
sampai kepada pemerintah, sedangkan beberapa masalah yang lain tidak.

3
Masalah masalah pada insutri pertambangan terjadi karena beberapa factor :
a) Kurangnya keberpihakan pemerintah kepada masyarakat.
b) Lemahnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang semestinya menjembatani
masyarakat dengan pihak perusahaan dan pemerintah.
c) Kurangnya pengetahuan masyarakat akan prosedural hukum sehingga masyarakat
menjadi takut untuk meminta hak seperti CSR.

Anda mungkin juga menyukai