III.
1. 2
Membahas mengenai struktur dan dinamika proses KP dalam dimensi sosial politik : 1. Dinamika Lingkungan Kebijakan Publik; 2. Agenda Setting;
HASIL PEMBELAJARAN
3
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta mampu mengeksplorasi struktur dalam dinamika proses kebijakan publik dalam dimensi sosial politik yang akan digunakan untuk menjelaskan faktor sosial ekonomi politik dalam dinamika proses kebijakan.
Selanjutnya
peserta
menuangkan
kompetensi
Setelah pembelajaran diharapkan peserta mampu : Mengidentifikasi dan menjelaskan faktor sosial ekonomi politik yangberpengaruh dalam proses kebijakan; Menjelaskan dinamika perkembangan dan interaksi faktor-faktor sosial ekonomi politik; Merumuskan agenda kebijakan dan mengaplikasikannya dalam penyelenggaraan pemerintahan; Memperhitungkan pengbaruh faktor-faktor lingkungan dalam penyusunan kebijakan.
Apa yang akan dikerjakan oleh pemerintah dan masyarakat; Apa konsekwensi terhadap masyarakat dan lingkungan;
Kebijakan Publik dapat dipahami dengan theori Gunung Es (Iceberg Theory) yang sangat sering digunakan dalam berpikir sistem. Bertolak dari pemikiran sistem, model David Easton dapat terjadi pada intra dan extra societal environment. Bertolak dari pemikiran Kees Van der Heijden, maka perubahan dapat diamati melalui : 1. Peristiwa (Events) 2. Kecenderungan (trends) dan pola perilaku (pattern of behavior). 3. Struktur (structures).
Contoh yang dapat kita amati pada perubahan lingkungan strategis pada Era Globalisasi dan Modernisasi.
Dinamika KP
Peristiwa
Responsif, bertindak dengan melihat pola tingkah laku kejadian yang berulang.
Pola Struktur
Generatif, bertindak setelah melihat struktur permasalahan dan diselesaikan secara terstruktur pula.
Fundamental, dari tingkat pemikiran yang paling dalam, ditemukan sistemik permasalahan dan model mental indivudu.
Model Mental
9
STUDI KASUS
(Pemahaman Lingkungan KP dengan The Iceberg Theory) 10
1.
EVENTS
2.
PATTERN OF BEHAVIOR :
- Didepan pabrik banyak PKL; - Kebutuhan buruh berbelanja u/ RT; - Kebutuhan transportasi para buruh; - Terminal bayangan di depan pabrik.
11
3.
SYSTEMIC STRUCTURE : - Penertiban PKL & Angkot belum intensif; - Partisipasi Manajemen Pabrik kurang; - Kurang efektifnya peran petugas. MENTAL MODEL :
- Kepatuhan Normatif semua pihak lemah.
4.
1. Relevansi untuk melakukan kembali peranan Adminsitrasi Publik adalah adanya perubahan signifikan lingkungan strategis; 2. Sebagai contoh adanya globalisasi menunjukkan trend baru adanya interdependensi berbagai negara dan masyarakat/ bangsa.
3. Perubahan yang bergejolak dan kondisi ketidak pastian mendorong akademisi, birokrat untuk berpacu mengembangkan strategi perubahan dan kebijaksanaan. Dengan maksud mengantisipasi untuk selalu menyesuaikan diri dengan berbagai ragam tuntutan masyarakat dan lingkungan strategis;
4. Konichi Ohmae (1991) mengingatkan, bahwa saat ini kita sedang dan akan memasuki era tanpa batas, ditandai dengan 5 C (customer, company, competetion, currency, dan country).
13
PERUBAHAN.
14
5. Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis maka arah perkembangan Administrasi Publik (khusus kebijakan publik) berubah pendekatan. Dari pendekatan pertumbuhan ekonomi kearah konsep pembangunan sumberdaya manusia;
6. UNDP dengan konsep Human Development Index memperluas pilihan masyarakat.
7.
Di negara yang sedang berkembang (seperti Indonesia) dalam merencanakan dan membiayai pembangunan harus memeperhatikan 4 hal : a. b. Perlu memperluas basis komoditi ekonomi untuk pertumbuhan. Memprioritaskan pelayanan sosial bagi masyarakat.
c.
d.
LINGKUNGAN STRATEJIK KP
16
CIRI GLOBALISASI.
Konichi Ohmae : 5C - Customer, Company, Competation, Currency Dan Country Rosabeth Moss Kanter : 3C -Concept, Competence Dan Connection. Marquads & Reynold : The Global learning Organization (Fifth Disciplines) : 1.System thinking; 2.Personal Mastery; 3.Mental Model; 4.Share Visions;
17
2. AGENDA SETTING
POLICY PROCESS
18
Policy Agenda sebagai tahap awal dalam Policy Process terdiri dari (Anderson) : 1. Agenda setting (Agenda Formation) 2. Policy formation. 3. Policy adoption. 4. Policy implementation. 5. Policy assessment / evaluation.
AGENDA SETTING
19
PEMILIHAN ISSU / AGENDA : Isyu sudah sangat kritis Dampak sudah dirasakan Sudah menjadi buah bibir Dampak luas Menyangkut masalah kewenangan Terasakan dimana-mana
AGENDA SETTING
20
Proses pembuatan Policy Agenda secara runtut sbb (Anderson) : 1. Private problem. 2. Public problem. 3. Issue 4. Systematic agenda 5. Institutional agenda. Agenda setting merupakan core business para pejabat Eselon I dan II (Prof Mustopadidjaya).
PRIVATE PROBLEM
DIKONVERSIKAN
ISSUE
INSTITUTIONAL AGENDA
SYSTEMIC AGENDA
AGENDA SETTING
1. Private Problems adalah masalah-masalah yang mempunyai akibat yang terbatas, atau hanya menyangkut pada satu atau sejumlah kecil orang yang terlibat secara langsung. 2. Public Problems adalah masalah-masalah yang mempunyai akibat lebih luas termasuk akibat-akibat yang mengenai orang-orang yang secara tidak langsung terlibat; 3. Issues adalah perbedaan pendapat
22
Agenda Setting ..
4. Systematic Agenda: issue dirasakan oleh semua warga masyarakat politik yang patut mendapat perhatian publik dan issue tersebut berada dalam yuridiksi kewenangan pemerintah; 5. Institutional Agenda: serangkaian issue yang secara tegas membutuhkan pertimbanganpertimbangan yang aktif dan serius dari pembuat keputusan yang syah / otoritatif.
23
Agenda Setting
24
Private Problems adalah masalah-masalah yang mempunyai akibat yang terbatas, atau hanya menyangkut pada satu atau sejumlah kecil orang yang terlibat secara langsung. Public Problems adalah masalah-masalah yang mempunyai akibat lebih luas termasuk akibat-akibat yang mengenai orang-orang yang secara tidak langsung terlibat. Pol.Issues adalah perbedaan pendapat masyarakat tentang solusi dalam menangani masalah (policy action).
Political Issues
Systematic Agenda: issue dirasakan oleh semua warga masyarakat politik yang patut mendapat perhatian publik dan issue tersebut berada dalam yuridiksi kewenangan pemerintah.
Sistemic Agenda
Institutional Agenda
Institutional Agenda: serangkaian issue yang secara tegas membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang aktif dan serius dari pembuat keputusan yang syah / otoritatif.
AGENDA SETTING
NO
1 2
TATARAN
PRIVATE PROBLEM
MASALAH
Pelayanan perijinan tidak memuaskan dunia usaha.
PUBLIC PROBLEM -Perkembangan dunia usaha lamban; -Praktek KKN cenderung maningkat; -Lapangan kerja tdk berkembang. POLICY ISSUES -Peningkatan kompetensi Aparatur; -Penerapan sanksi pelanggaran; -Penataan Pola Pelayanan Prima.
SYSTEMIC AGENDA INSTITUTIONAL AGENDA -Penyusunan Pedoman Yanma Perijinan; -Pengawasan Yan yang efektif. -Mewujudkan Pusat Pelayanan Terpadu
25
4 5
AGENDA SETTING
NO
1 2
3
TATARAN
PRIVATE PROBLEM
MASALAH
Beban biaya pengurusan KTP membebani masyarakat.
PUBLIC PROBLEM -Banyak masyarakat tidak ber KTP; -Cenderung Pembuatan KTP palsu.
POLICY ISSUES -Pengurusan KTP kembali di Kec. -Sosialisasi wajib KTP; -Operasi Yustisi ttg kepemilikan KTP. -Penataan kembali proses Yan. KTP. -Sosialisasi Mekanisme yan.KTP.
SYSTEMIC AGENDA
INSTITUTIONAL AGENDA
AGENDA SETTING
NO
1 2
3
TATARAN
PRIVATE PROBLEM PUBLIC PROBLEM
POLICY ISSUES
MASALAH
Daya Beli rendah -Rawan Pangan/Gizi -Pengangguran meningkat
-Pemerataan Pembangunan -Peningkatan Pendapatan Masyarakat -Memperluas Lapangan Kerja -Pemberdayaan Masyarakat -Meningkatkan Modal Usaha -Pemberdayaan Masyarakat
27
4 5
28
TERDIRI DARI:
Lingkungan
Kebijakan, Pengelola Kebijakan, Kebijakan Publik dan Kelompok Sasaran yang disebut sebagai Policy System; antar unsur tersebut sangat erat dalam pengelolaan kebijakan publik yang merupakan dasar dalam setiap evaluasi dan pengembilan keputusan.
Keterkaitan
LK :
PELAKU KEBIJAKAN
LINGKUNGAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN PUBLIK
KP : Penegakan hukum Ekonomi Kesejahteraan Personil Perkotaan KS : Target group Pengurangan subsidi Pengusaha Kenaikan harga BBM Petani Pedagang Pemberantasan korupsi Masyarakat, Pegawai Impor beras, Pinjaman LN Pejabat
Dinamika KP
31
Dinamika KP
POLITIC CULTURE
1. Budaya politik adalah nilai, kepercayaan, sikap yg diterima secara luas oleh masyarakat tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah dan bagaimana seharusnya pemerintah bekerja dan hubungannya dengan warganya.
2. Tiga jenis political culture : a. Individual political culture. b. Moralistic political culture. c. Traditionalistic political culture.
SOCIO - ECONOMIC CONDITIONS Bentuk intervensi pemerintah untuk mempengaruhi mekanisme pasar agar perekonomian dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan
1.
2.
3.
Kebijakan publik disatu sisi dapat dipandang sebagai produk konflik mengenai aktivitas ekonomi. Misal konflik bisnis besar dengan bisnis kecil, tenaga kerja dengan manajemen, debitor dengan kreditor, petani dengan pembeli komoditas pertanian dsb. Kelompok masyarakat yang tak puas dalam hubungannya dgn kelompok lain akan minta bantuan pemerintah. Hubungan dapat berubah antar kelompok bila terjadi perubahan ekonomi. Kelompok yang dirugikan dapat mengajukan demands, claims kepada pemerintah agar menciptakan keseimbangan baru.
Dinamika KP
4. Satu hal yang perlu diamati, seberapa jauh variabel politik dan ekonomi mempengaruhi kebijakan publik. Hal ini masih menimbulkan kontroversi diantara pakar politik. 5. Berdasar penelitian Thomas Dye, di AS variabel ekonomi banyak mempengaruhi kebijakan publik. Terlihat dalam kebijakan pendidikan, kesejahteraan, jalan raya, pajak, dll.
FORMAT IDENTIFIKASI
FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN POLITIK YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
36
FAKTOR SOSIAL EKONOMI (Socio Economic Condions) : 1) 2) 3) dst. FAKTOR POLITIK (Political Culture) : 1) 2) 3) dst.
1. SDM Policy elites dan social interest tidak cukup syarat untuk mengambil bagian dalam proses kebijakan; 2. Pembuatan kebijakan publik lebih untuk kepentingan elites sendiri, bukan masyarakat; 3. Budaya masyarakat yang kurang mendukung dalam memberi penghargaan kepada kebebasan berpendapat, kerja keras, waktu dsb.
Masalah..
38
4. Komunikasi sosial yang tidak lancar, karena hambatan budaya, sikap elites politik maupun hambatan struktural; 5. Kelembagaan tidak berfungsi dengan benar karena keterbatasan sumber daya; 6. Pemusatan kewenangan dan tanggung jawab; 7. Rendahnya kualitas Informasi menyebabkan rendahnya kualitas dan effektivitas kebijakan; 8. Perkembangan teknologi menciptakan variable kebijakan makin luas dan rumit.
39