Anda di halaman 1dari 3

Nama : Novita Yesnath

NIM : 21011004
Prodi : Teologia
Tugas : Ringkasan

A. KETENTUAN DOGMA

Dogma mempunyai kuasa dan dogma ditentukan oleh Gereja. Tetapi apakah dogma
menerima kuasa ini dari Gereja? Jawab atas pertanyaan ini terang, kalau kita ingat akan
sumber dogma. Hanya Alkitablah yang menjadi sumber. Kalau ada anasir di dalam dogma
yang tak berasal dari Alkitab, maka anasir ini harus dibuang. Maka dengan demikian harus
dikatakan: letak kepastian dogma hanya pada Alkitab. Memang Gereja dapat menentukan
dogma tetapi tiap-tiap orang percaya boleh membandingkan dogma-dogma dengan Kitab
Suci, dan kalau terdapat dogma yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, maka orang harus
berusaha supaya dogma itu dibuang atau diubah olch Gereja.

C. GEREJA YANG MENENTUKAN DOGMA

1). Sesudah hal-hal yang dibicarakan di atas, timbullah pertanyaan: Apakah Gereja perlu
menentukan dogma? Memang perlu! Bukan hanya perlu, melainkan hal ini harus
dilakukannya. Tuhan sendiri yang memerintahkannya.
Kepada murid-murid, juga Jemaat Gereja, diberikan anak kunci Kerajaan Sorga oleh Tuhan
Yesus. Ini berarti bahwa ajaran gereja harus dapat menjadi pegangan bagi orang. Dan Tuhan
Yesus berjanji akan melaksanakan ajaran itu (Mat. 16:19).
Jemaat Gereja, pernah juga disebut sidang Allah yang hidup, suatu tiang dan dasar daripada
hal-hal yang benar (1 Tim. 3:15). Perkataan-perkataan "tiang penopang” dan "dasar
kebenaran” juga menyatakan bahwa Gereja harus menjadi sesuatu yang kokoh yang dapat
menjadi pegangan. Jadi, Gereja yang tidak menjadi pegangan adalah gereja yang tidak
menurut perintah Tuhan sendiri.
3. DOGMATIKA

Apakah dogmatika?
Dogmatika dapat dibatasi sebagai berikut:
Ilmu Teologi yang menyelidiki dan merumuskan hal-hal yang dinyatakan di dalam Kitab
Suci dan yang mencari kesatuan dari hal-hal tersebut.

Dari batasan ini kita dapat menarik kesimpulan tentang tiga hal:
a. Objck dogmatika.
Objek dogmatika bukannya dogma-dogma Gereja. Memang ada ranting Ilmu Teologi yang
hanya menyelidiki dogma-dogma gereja: menyelidiki, membandingkan, mencari sejarahnya
dan lain sebagainya. Ranting Ilmu Teologi ini namanya simbolik (symbolum - pengakuan,
sahadat). Objek dogmatika ialah Kitab Suci segenapnya. Dogma-dogma ialah rumusan-
rumusan dari pengertian-pengertian yang pokok di dalam Kitab Suci. Tetapi di luar dogma-
dogma, isi Kitab Suci yang sudah diakui Gereja seperti objek kepercayaan anggotanya masih
banyak isi Kitab Suci yang belum atau tidak akan menjadi dogma. Isi ini harus diselidiki
juga. Dogmatika mencari isi-isi ini dan mencari juga kesatuan dari segenap pernyataan Kitab
Suci.

4. METODE DOGMATIKA

Bagaimanakah dogmatika bekerja? Bagaimanakah cara dogmatika memenuhi tugasnya?


Di dalam membicarakan tugas dogmatika kita harus berpegang pada tiga faktor:
a. Kitab Suci sebagai sumber, dari situ dogmatika menerima pernyataan-pernyataan.
b. Sahadat, sebagai pautan bagi mereka yang mengusahakan dogmatika.
c. Keadaan orang yang menyelidiki.
Bagi dogmatika, ketiga faktor ini semua penting. Tetapi di sini pun kita harus menghindari
segala hal yang berlebih-lebihan.

5. TEMPAT DOGMATIKA DI DALAM SELURUH ILMU TEOLOGI

Ilmu Teologi dapat dibedakan dalam 4 ranting. Keempat ranting ini berobjek satu saja, yaitu
pernyataan Tuhan. Tetapi tiap-tiap ranting mempelajari satu objek ini dari sudut yang
berbeda-beda.
Ranting I mempelajari Kitab Suci sendiri, mencari maksud tiap-tiap nats. Sudah barang tentu
sebelum orang dapat mencrangkan Kitab Suci, harus ada pekerjaan-pekerjaan lain yang
menyiapkan pekerjaan menerangkan. Ranting ini disebut Bib/iologi dan yang termasuk di sini
ialah: penyelidikan bahasa, penyelidikan keadaan zaman tertulisnya kitab-kitab yang
membentuk Kitab Suci (Arkeologi), mencari susunan kata dan kalimat Kitab Suci yang
sedekat-dekatnya dengan yang asli dan Tafsiran yang mencari dan menerangkan isi Kitab
Suci.

6. BAGIAN-BAGIAN DOGMATIKA

I. Dogmatika menyelidiki isi pernyataan Tuhan, maka bagian-bagian dopimatika harus


melulu bersangkutan dengan pernyataan itu. Maka pertama-tama kita membicarakan
pernyataan Tuhan:
Apakah yang disebut pernyataan? Mungkinkah pernyataan itu? Bagai-manakah cara-cara
Tuhan menyatakan diri?

II. Sesudah pernyataan sendiri dibicarakan, latu kita menyelidiki isi pernyataan. Scsuai
dengan cara yang disebut Teosentris kita memusatkan segenap isi Kitab Suci pada Tuhan
Allah. Pertama-tama membicarakan pernyataan tentang Tuhan Allah sendiri, Pembicaraan ini
meliputi soal-soal:
Apakah pengenalan tentang Tuhan

Anda mungkin juga menyukai