PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 menjadi panduan
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMD) dan telah
disahkan dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009. Penyusunan RPJMD mengacu kepada
RPJPD 2005-2025, visi, misi dan program prioritas Gubernur terpilih.
RPJMD merupakan prioritas dari Gubernur terpilih yang akan dilaksanakan oleh PD Daerah
melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Strategis dari PD Daerah (Renstra-
PD). Rancangan RPJMD disusun oleh Bappeda, sedangkan rancangan Renstra-PD disusun oleh
pimpinan masing-masing PD Daerah. Rancangan Renstra-KPD ditelaah oleh Bappeda agar
konsisten dengan sasaran program prioritas Gubernur. Oleh karena itu diperlukan suatu
Rancangan Renstra PD yang memuat ruang lingkup arah kebijakan, sasaran, dan program dalam
rancangan Renstra-PD sebagai bahan pendahuluan untuk menyusun RPJMD.
Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau
disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang 2017
tentangTata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
DaerahDan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, SertaTata Cara Perubahan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan dokumen perencanaan Dinas
Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan untuk periode 5 (lima) tahun dari tahun 2016
sampai dengan 2021. Renstra ini memuat telaah, tujuan, strategi, kebijakan,program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas yangdisusun dengan berpedoman pada
RPJM Daerah dan bersifat indikatif. Adapun tahapan penyusunan rancangan Renstra PD dapat
Penyusunan Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 ini, disamping berdasarkan pada tugas dan fungsi PD, juga
berlandaskan pada pemetaankondisi lingkungan serta isu-isu strategis yang terus berkembang
Gambar 1.5. Hubungan antara RPJM Nasional, RPJMD Provinsi dan Renstra PD
Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun RPJM Daerah sejalandengan arah
pembangunan yang telah ditetapkan melalui RPJM Nasional, danRPJM Provinsi.
Penyusunan rancangan Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 dilandasi berbagai peraturan perundanganyang
berlaku antara lain :
Maksud penyusunan Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2016 -2021 adalahsebagai arah dan pedoman perencanaan dalam
penyelenggaraan pembangunaninfrastruktur urusan bidang Pekerjaan Umum, dan urusan Bidang
Penataan Ruang dan Pertanahan di Daerah Provinsi Kepulauan Riau sehingga pelaksanaan
pembangunan urusan terkait bisa dilaksanakansecara terpadu, sinergis, harmonis dan
berkesinambungan.
1.3.2. Tujuan
Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2016-2021 disusun dengan tujuanuntuk :
a. Merumuskan tujuan sasaran strategi dan kebijakan Pembangunan bidang Pekerjaan Umum,
Penataan Ruang dan Pertanahan di Provinsi Kepulauan Riau yang mengacu pada RPJMD
Kepulauan Riau Tahun 2016-2021.
Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2016 –2021disusun dengan sistematikasebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) PD dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah, mengulas secara ringkas apa saja sumber daya yang dimiliki PD dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsinya, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah
dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra PD periode sebelumnya, mengemukakan capaian
program prioritas PD yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya, dan
mengulas hambatan-hambatan utama yang masih dihadapi dan dinilai perlu diatasi melalui
Renstra PD ini.
Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan tujuan dan sasaran jangka menengah
Perangkat Daerah.
Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan strategi dan arah kebijakanPerangkat
Daerah dalam lima tahun mendatang.
Pada bagian ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok
sasaran, dan pendanaan indikatif.
Pada bagian ini dikemukakan indikator kinerja Perangkat Daerah yang secara langsung
menunjukkan kinerja yang akan dicapai Perangkat Daerah dalam lima tahun mendatang
sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.
Pada bagian ini dikemukakan kesimpulan terkait indikator kinerja PD yang secara
langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai PD dalam lima tahun mendatang
sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.Naskah
rancangan Renstra PD ini selanjutnya disampaikan kepala PDkepada Bappedauntuk di
verifikasi.
Susunan penulisan Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan
Provinsi Kepulauan Riautahun 2016 -2021 dimulai dengan latar belakang, landasan
hukum serta maksud dan tujuan penyusunan Renstra Dinas, gambaran terkait pelayanan
Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau,
pemaparan tentang isu strategis, kondisidan tantangan penyelenggaraan bidang
pekerjaan umum, Penataan Ruang dan Pertanahan; visi, misi, tujuan dansasaran Dinas
Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau; strategi
dan kebijakan penyelenggaraaninfrastruktur; serta program dan kegiatan prioritas disertai
dengan pagu indikatif.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 60 Tahun 2016 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan PertanahanProvinsi
Kepulauan Riau.
Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian
kewenangan desentralisasi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang pekerjaan umum,
penataan ruang dan pertanahan sesuai dengan lingkup tugasnya.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. pengelolaan kegiatan kesekretariatan meliputi perencanaan dan evaluasi program, umum dan
keuangan;
Bidang Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi, pembinaan pelaksanaan tugas dan
dukungan administrasi dinas.
Dalam melaksanakan tugas tersebut bidang Sekretariat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. pengelolaan urusan administrasi dan inventarisasi aset;
b. pengkoordinasian dan monitoring pengelolaan aset dan kearsipan;
c. membangun, mengembangkan, dan melaksanakan system pengelolaan aset dan kearsipan;
d. pengelolaan urusan administrasi kepegawaian, pengembangan SDM, organisasi dan tata laksana
Dinas;
e. pengelolaan urusan ketatausahaan, perlengkapan dan urusan rumah tangga Dinas;
f. pengelolaan urusan surat menyurat, kearsipan serta urusan umum lainnya, hukum dan
kehumasan;
g. pengkoordinasian pelaksanaan Sistem Informasi dan mengelolah pengaduan masyarakat;
Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan
menyusun rencana program dan kegiatan dinas, penyusunan program dan anggaran, pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan, mengkoordinir penyusunan sistem informasi infrastruktur serta melakukan
penyiapan bahan pengendalian, perbendaharaan, pengelolaan administrasi dan pertanggungjawaban
keuangan.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok mengumpul dan mengolah bahan
administrasi umum, administrasi kepegawaian, pengembangan sumber daya manusia, organisasi serta
menyiapkan bahan laporan tindak lanjut hasil pengawasan fungsional dan pengawasan melekat.
Bidang Bina Marga mempunyai tugas pokok penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan, fasilitasi, pembangunan serta pemeliharaan di bidang kebinamargaan; pemetaan jalan
provinsi serta pengelolaan jembatan.
Seksi Seksi Perencanaan Teknik dan Evaluasi Bina Marga mempunyai tugas pokok melaksanakan
koordinasi dan menyusun rencana program dan kegiatan Bidang Bina Marga, pelaksanaan evaluasi
dan pelaporan, pengumpulan dan pengelolaan data kegiatan di Bidang Bina Marga.
Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi, fasilitasi
dan pembinaan serta pelaksanaan pembangunan jalan dan jembatan.
Seksi Preservasi Jalan dan Jembatan mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi, fasilitasi dan
pembinaan serta pemeliharaan jalan dan jembatan.
Bidang Sumber Daya Air mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan dan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan sumber daya air.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Bidang Sumber Daya Air mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. menyiapkan dan menyusun program kegiatan bidang sumber daya air;
b. penyiapan bahan perumusan penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air provinsi;
c. penetapan rencana, pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
d. penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
e. penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan
sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; pelaksanaan pembangunan,
pengelolaan konservasi, pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
f. penetapan dan pemberian rekomendasi teknis atas penyediaan, pengambilan, peruntukan,
penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas kabupaten/kota;
g. penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air;
h. penertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
Seksi Perencanaan Teknik dan Evaluasi Sumber Daya Air mempunyai tugas pokok melaksanakan
koordinasi dan menyusun rencana kegiatan Bidang Sumber Daya Air, pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan serta pengumpulan dan pengelolaan data kegiatan di Bidang Sumber Daya Air.
Seksi Pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Air mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi,
fasilitasi dan pembinaan serta pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.
Seksi Operasi dan Pemeliharaan tugas pokok melaksanakan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan serta
pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana sumber daya air.
Bidang Jasa Kontruksi mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan, perumusan kebijakan teknis,
fasilitasi, koordinasi, pemantauan dan pembinaan serta pelaksanaan dibidang Jasa Kontruksi.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Bidang Jasa Kontruksi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. penyusunan program dan kegiatan Bidang Jasa Kontruksi;
b. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia;
c. pelaksanaan pemberdayaan dan pengembangan usaha jasa kontruksi;
d. penyelenggaraan pengembangan teknologi di bidang jasa kontruksi;
e. pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan pekerjaan kontruksi;
f. penyelenggaraan pembinaan jasa kontruksi baik untuk kepentingan pemerintah dan dunia usaha;
g. pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di bidang jasa kontruksi; dan
h. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh kepala dinas.
Seksi Pengaturan dan Pengawasan Jasa Konstruksi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
penyusunan rencana kegiatan pengaturan dan pengawasan jasa konstruksi, pelaksanaan evaluasi
dan pelaporan serta pengumpulan dan pengelolaan data kegiatan pada seksi pengaturan dan
pengawasan jasa konstruksi.
Seksi Pemberdayaan Jasa Kontruksi mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan
penyusunan rencana kegiatan pemberdayaan jasa kontruksi, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan
serta pengumpulan dan pengelolaan data kegiatan dibidang pemberdayaan jasa kontruksi.
Seksi Pengujian Konstruksi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana
kegiatan pengujian konstruksi, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan serta pengumpulan dan
pengelolaan data kegiatan pada seksi pengujian jasa konstruksi.
Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan mempunyai tugas pokok penyelenggaraan penataan ruang,
koordinasi, fasilitasi, pengawasan, pengendalian, pemanfaatan penyelenggaraan penataan ruang
wilayah serta pertanahan di Provinsi Kepulauan Riau.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
a. pelaksanaan penyiapan dan penyusunan program kegiatan Bidang Penataan Ruang dan
Pertanahan;
b. pelaksanaan penyusunan peraturan daerah bidang penataan ruang kawasan strategis Provinsi;
c. pelaksanaan pengembangan sistem informasi dan data base tentang peraturan, pedoman,
informasi di bidang penataan ruang;
d. pelaksanaan sosialisasi peraturan, pedoman, dan norma standar prosedur dan kriteria (NSPK)
kepada masyarakat Provinsi Kepulauan Riau;
e. pelaksanaan pembinaan pelaksanaan penataang ruang di kabupaten/kota;
f. pelaksanaan pengembangan aparatur dan masyarakat di bidang penataan ruang;
g. pelaksanaan penelitian dan pengembangan ilmu di bidang penataan ruang;
h. pelaksanaan pemberian rekomendasi izin pemanfaatan ruang serta pemberian rekomendasi
sanksi atas pelanggaran pemanfaatan ruang di wilayah kawasan strategis provinsi;
i. penyelenggaraan koordinasi dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang terhadap
pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang;
j. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dalam pengendalian dan penertiban penyelenggaraan
penataan ruang;
k. pelaksanaan fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan penataan ruang antar
Kabupaten/Kota;
l. pelaksanaan fasilitasi dan operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil bidang penataan ruang
Provinsi Kepulauan Riau;
m. pelaksanaan fasilitasi peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang;
n. pelaksanaan penyusunan perencanaan pemanfaatan dan penguasaan pertanahan;
o. pelaksanaan fasilitasi pemberian izin lokasi lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) daerah
Provinsi Kepulauan Riau;
p. pelaksanaan fasilitasi penetapanan lokasi pengadaan tanah untuk kepentingan umum;
q. pelaksanaan fasilitasi penyelesaian sengketa tanah garapan lintas daerah kabupaten/kota dalam 1
(satu) daerah Provinsi Kepulauan Riau;
a. menyiapkan bahan penetapan peraturan daerah bidang penataan ruang kawasan strategis
Provinsi;
b. menyiapkan bahan penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang kawasan strategis
Provinsi;
a. menyiapkan bahan sosialisasi NSPK, SPM, bimbingan, supervisi, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan, penelitiandan pengembangan penataan ruang tingkat Provinsi dan kawasan strategis
Provinsi;
b. menyiapkan bahan pemberian rekomendasi izin pemanfaatan ruang serta pemberian rekomendasi
sanksi atas pelanggaran pemanfaatan ruang di wilayah kawasan strategis provinsi;
c. menyiapkan bahan dalam rangka koordinasi penyelenggaraan penataan ruang terhadap
pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang;
d. menyiapkan bahan pelaksanaan fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan penataan
ruang antar Kabupaten / Kota;
e. menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang perencanaan tata ruang;
f. menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaran
penataan ruang;
g. menyiapkan bahan koordinasi dalam rangka penyelenggaraan penataan ruag terhadap
pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang;
h. memfasilitasi dan operasionalisasi Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bidang Penataan ruang Provinsi
Kepulauan Riau;
i. menfasilitasi peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfatan ruang;
3) Seksi Pertanahan
Seksi Pertanahan mempunyai tugas pokok penyusunan bahan perumusan kebijakan, dalam rangka
penguasaan tanah agar sesuai dengan peruntukannya.
Jumlah seluruh pegawai Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan
Riau sampai dengan akhir tahun 2016 sebanyak 132 orang terdiri dari 61 orang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan 69 orang Pegawai Non PNS, dengan rincian sebagai berikut :
04 SMA 49 orang
Gambar 2.2. Diagram SDM
Jumlah 130 orang
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan formal masih didominasi oleh tingkat pendidikan Sarjana (S1)
berjumalh 50 orang atau sebesar 42,37 persen dan tingkat pendidikan paska sarjana (S2)
berjumlah 11 orang atau sebesar 9,32 persen maka total SDM Dinas PUPP berjumlah 61 orang
atau sebesar 51,69%, maka SDM Dinas PUPP cukup baik sebesar 50 % lebih. Untuk itu masih
perlu ditingkatkan kemampuan dan pendidikan pegawai Dinas PUPP dan saat ini 2 orang lagi
melanjutkan pendidikan S-2 sebanyak 2 orang.
100%
80%
60%
40%
20%
0%
IV.c IV.b IV.a III.d III.c III.b III.a II.c II.a PTT
Laki-Laki Perempuan
Aset yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum , Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan
Riau per 3 Januari 2017 berdasarkan Buku Induk Inventaris, dalam pelayanan masyarakat, berupa
kantor, kendaraan dinas, kendaraan operasional, dan perlengkapan kantor dengan nilai total aset
adalah sebesar Rp 9.752.315.563,00 ( Sembilan Milyar Tujuh Ratus Lima Puluh Dua Juta Tiga Ratus
Lima Belas Ribu Lima Ratus Enam Puluh Tiga Rupiah ). Sisanya adalah aset tanah dan infrastruktur
yang merupakan infrastruktur publik.
Tabel 2.4. Jumlah Aset yang Dikelola oleh Dinas PUPP Provinsi Kepri
NO ASET YANG DIKELOLA JUMLAH
01 Mobil Mini Bus (Innova) 1 Unit
02 Sepeda Motor 6 Unit
02 Televisi Samsung 43” 3 Unit
03 AC Panasonic 1 PK 4 Unit
04 UPS 15 Unit
05 Laptop / Notebook 35 Unit
06 Printer 66 Unit
07 Komputer PC 6 Unit
08 Conference System 1 Unit
Jumlah 137 unit
Dari segi pelayanan terhadap masyarakat maupun terhadap pihak-pihak lainnya yang terkait urusan
kedinasan, Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan telah berusaha sebaik mungkin,
namun begitu ada beberapa kendala yang harus segera diatasi untuk meningkatkan pelayanan yang
prima, yaitu sebagai berikut :
Secara administratif, Provinsi Kepulauan Riau memiliki dua kota yaitu Kota Tanjungpinang sebagai
ibukota provinsi dan Kota Batam, serta memiliki lima kabupaten, yaitu : Kabupaten Karimun, Kabupaten
Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2005 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan terakhir dengan perubahan Permendagri Nomor 56 Tahun 2015, luas daratan Provinsi
Kepulauan Riau seluas 8.201,72 km², dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.5. Luas Daratan Provinsi Kepulauan Riau Menurut Permendagri Nomor 56 Tahun 2015
No Kabupaten/Kota Luas Daratan (km2)
01 Kabupaten Bintan 1.318,21
02 Kabupaten Karimun 912,75
03 Kabupaten Natuna 2.009,04
04 Kabupaten Lingga 2.266,77
05 Kabupaten Kepulauan Anambas 590,14
06 Kota Batam 960,25
07 Kota Tanjungpinang 144,56
TOTAL 8.201,72
Sumber: Permendagri Nomor 56 Tahun 2015
Tabel 2.6. Luas Wilayah Laut Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan Hitungan Teknis Dari Balai
Kajian Geomatika Bakosurtanal Tahun 2007
No Kabupaten/Kota Luas Daratan (km2)
01 Kabupaten Bintan 102.964,08
02 Kabupaten Karimun 4.698,09
03 Kabupaten Natuna 216.113,42
04 Kabupaten Lingga 3.675,25
05 Kabupaten Kepulauan Anambas 149,13
06 Kota Batam 43.339,00
07 Kota Tanjungpinang 46.074,00
TOTAL 417.012,97
Adapun hasil Verifikasi Tim Nasional dimaksud terdapat 1.795 pulau yang sudah bernama, kecuali satu
pulau yaitu Pulau Berhala dimana saat itu masih dalam sengketa dengan Provinsi Jambi. Dengan
terbitnya Permendagri Nomor 54 Tahun 2014 tentang Wilayah Administrasi Pulau Berhala, maka pulau
Provinsi Kepulauan Riau bertambah 1 (satu) buah menjadi 1.796 pulau, dengan perincian terlihat pada
Tabel berikut ini :
Perkembangan terakhir pulau di Provinsi Kepulauan Riau, berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri
Nomor : 125.1/4275/BAK, tanggal 12 Oktober 2015 perihal penyampaian data pulau, ada penambahan
Kondisi Demografis
Berdasarkan database kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, jumlah penduduk
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015 sebanyak 1.827.234 jiwa, dengan perincian seperti terlihat pada
Tabel berikut ini :
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015 sebanyak 1.973.043
jiwa, terdiri dari 51,24% penduduk laki–laki dan 48,76% perempuan. Penyebaran penduduk di Provinsi
Kepulauan Riau masih terkonsentrasi di Kota Batam yakni sebesar 56,23%, sedangkan wilayah
dengan persentase penduduk paling sedikit yaitu Kabupaten Kepulauan Anambas sebesar 2,27%.
Secara rinci jumlah dan laju pertumbuhan penduduk pada masing-masing kabupaten/kota dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.9. Jumlah Penduduk Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011 - 2015
No Kab/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
1 Karimun 216.146 218.475 220.882 223.117 225.298
2 Bintan 145.057 147.212 149.120 151.123 153.020
3 Natuna 70.423 71.454 72.527 73.470 74.520
4 Lingga 87.026 87.482 87.867 88.274 88.591
5 Kepulauan Anambas 38.210 38.833 39.374 39.892 40.414
6 Kota Batam 1.000.661 1.047.534 1.094.623 1.141.816 1.188.985
7 Kota Tanjungpinang 191.287 194.099 196.980 199.723 202.215
Provinsi Kepulauan Riau 1.748.810 1.805.089 1.861.373 1.917.415 1.973.043
Sumber: BPS Provinsi kepulauan Riau Tahun 2015
Pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Riau tergolong cukup tinggi, dengan rata-rata dari 2011
sampai dengan tahun 2015 sebesar 3,11%, terutama dikontribusikan dari pertumbuhan penduduk Kota
Batam yang mencapai rata-rata sebesar 4,49%. Pertumbuhan penduduk yang besar di Kota Batam
lebih disebabkan oleh migrasi masuk penduduk karena perkembangan Kota Batam yang sangat pesat
sehingga menarik perhatian bagi penduduk dari daerah lain. Pertumbuhan penduduk terkecil berada di
Kabupaten Lingga dengan rata-rata sebesar 0,47%. Secara rinci pertumbuhan penduduk per
kabupaten/kota tercantum pada tabel di bawah ini.
Tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015 sebesar 186 jiwa/km2. Kepadatan
penduduk tertinggi berada di Kota Tanjungpinang sebesar 844 jiwa/km2 selanjutnya Kota Batam
sebesar 757 jiwa/km2 dan terendah di Kabupaten Natuna dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar
26 jiwa/Km2. Terlihat peningkatan kepadatan penduduk Kota Batam dan Tanjungpinang sangat cepat
dalam kurun waktu tahun 2011-2015. Secara rinci kepadatan penduduk per kabupaten/kota dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.11. Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011 - 2015 (jiwa/ km2)
No Kab/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
1 Karimun 142 143 145 146 147
2 Bintan 83 85 86 87 88
3 Natuna 25 25 26 26 26
4 Lingga 41 41 41 42 42
5 Kepulauan Anambas 60 61 62 63 68
6 Batam 637 667 697 727 757
7 Tanjungpinang 799 810 822 834 844
Provinsi Kepulauan Riau 164 170 175 180 186
Sumber: BPS Provinsi kepulauan Riau Tahun 2015
Kondisi Klimatologi
Kondisi iklim di Provinsi Kepulauan Riau sangat dipengaruhi oleh kondisi angin sehingga secara umum
wilayah ini beriklim laut tropis basah. Terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh
musim pancaroba. Suhu rata-rata tertinggi di Karimun sebesar 28,08 0C dan rata-rata terendah di
Tanjungpinang 27,37 0C. Rata-rata Kelembaban Udara tertinggi di Natuna dan Hang Nadim (Batam)
sebesar 85,92%, sedangkan rata-rata terendah di Dabo (Lingga) sebesar 82,08%. Curah hujan tertinggi
di Tanjungpinang sebanyak 188,27 mm3 sedangkan curah hujan terendah di Dabo (Lingga) 105,10
mm3. Tekanan Udara tertinggi di Tanjungpinang sebesar 1.016,98 mb, sedangkan tekanan udara
terendah di Karimun sebesar 1.010,62 mb. Kecepatan Angin tertinggi di Karimun sebesar 8,92 knot,
Secara rinci data kondisi cuaca yang tercatat di 6 stasiun BMKG di Provinsi Kepulauan Riau
ditampilkan pada Tabel dibawah ini :
Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok memproduksi
hasil hutan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 867/Menhut-II/2014 tentang
Kawasan Hutan di Provinsi Kepulauan Riau yaitu: Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas
164.662 hektar, Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) sebanyak 49.439 hektar, Kawasan Hutan yang
dapat dikonversi (HPK) seluas 252.940. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan
Kawasan Hutan seluas lebih kurang 231.441 hektar. Selain itu Kawasan hutan yang berdampak penting
dan cakupan yang luas serta bernilai strategis (DPCLS) seluas 23.872 hektar. Non DPCLS seluas
207.569 hektar. Selanjutnya perubahan fungsi kawasan hutan seluas 60.299 hektar dan penunjukan
bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas 536 hektar.
Kawasan peruntukan pariwisata merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata.
Rencana kawasan pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau seluas 37.929,83 Ha yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota. Adapun arahan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Riau diimplementasikan ke dalam
7 (tujuh) Koridor Pariwisata Daerah yang berdasarkan keunggulan kooperatif terdiri dari :
Kawasan rawan tanah longsor / gerakan tanah adalah kawasan yang memiliki kriteria berbentuk lereng
yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah
atau material campuran. Kawasan tanah longsor ditetapkan dengan ketentuan kawasan yang
penurunan muka tanahnya sedang sampai tinggi. Kawasan ini tersebar di seluruh kabupaten dan kota
dengan tingkat bahaya sedang. Kawasan ini terdapat di area dan kawasan bekas tambang dan
kawasan terkena pemotongan lereng di Pulau Karimun dan Pulau Kundur di Kabupaten Karimun, Pulau
Singkep di Kabupaten Lingga, Kabupaten Bintan, Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Natuna
dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Secara total luas bahaya tanah longsor sebesar 149.798 hektar.
Berikut ini disajikan potensi luas bahaya tanah longsor di Provinsi Kepulauan Riau sebagai berikut :
Tabel 2.13. Potensi Luas Bahaya Tanah Longsor di Provinsi Kepulauan Riau
No Kabupaten/Kota Bahaya
Luas (Ha) Kelas
01 Kabupaten Bintan 3.061 Sedang
02 Kabupaten Karimun 13.397 Tinggi
03 Kabupaten Natuna 26.919 Tinggi
04 Kabupaten Lingga 49.963 Tinggi
05 Kabupaten Kepulauan Anambas 48.922 Tinggi
06 Kota Batam 7.468 Tinggi
07 Kota Tanjungpinang 68 Sedang
TOTAL 149.798 TINGGI
Sumber : Hasil Analisa BNPB Tahun 2015
Daerah Aliran Sungai mencakup sebanyak tujuh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau, dengan
jumlah terbanyak di Kabupaten Lingga. Mata air sebagai sumber air permukaan terdapat di lima
kabupaten/kota yaitu Kabupaten Natuna, Kepulauan Anambas, Bintan, Tanjungpinang dan Lingga.
DAM/Waduk tersebar di seluruh kabupaten/kota. Beberapa DAM/Waduk/Embung yang direncanakan
dibangun pada yaitu RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 II – 8 Sei Raya, Sei Galang
Utara, Galang Timur, Sei Ta’tas dan Sei Curus di Kota Batam, dan DAM/Waduk/Embung Dompak di
Kota Tanjungpinang. Sementara itu Kolong terdapat di tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Karimun,
Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga.
Secara rinci data mengenai potensi sumberdaya air di Kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini :
Tabel 2.14. Potensi Sumber Daya Kabupaten/ Kota di Provinsi Kepulaun Riau
No Kab/Kota Daerah Aliran Sungai Mata Air DAM/Waduk/Embung Kolong
1 Batam Terong, Gading, Ladi, - Duriangkang, Muka -
Pesung, Bukit Jodoh, Kuning, Sei Ladi,
Tiban Lama, Tiban Lama, Nongsa, Sei Harapan,
Balo, Nongsa, Gata, Rempang, Sekanak I,
Medang, Galang Baru, Sekanak 2, Sei
Galang, Kangka, Tembesi, Rempang
Sembulang, Abang Besar Utara, Sei Gong, Sei
Raya, Sei Galang
Utara, Galang Timur,
Sei Ta’tas dan Sei
Curus.
2 Natuna Midai, Kampung Hilir, Nuraja, dan Balau Sedanau, Ranai -
Pajang, Serasan, Lagong, Gunung Darat, Selat Lampa,
Batang, Tiga Sedanau, Datuk Kelarik, Tapau,
Selor, Segeram, Kelarik, Sebayar.
Cinak, Cinak Besar,
Kelarik Hulu, Hulu,
Bunguran Timur,
Binjai.
3 Kepulauan Air Abu, Nyamuk, Telaga, Tarempa, Batu Tambun, -
Anambas Siantan, Batu Belah, Air Temurun, Gunung Lintang, Batu
Asuk, Wampu, Ladan, Gunung Bini, Tabir, dan Gunung
Mubur, Matak, Anambas, dan Gunung Samak
Panai Kesayana
4 Bintan Logo, Ekang, Bintan, Gunung Waduk Tanjung Danau Kolong Gunung
Cikolek, Sumpai, Angus, Lengkuas Uban/Sei Jeram, Kijang,Danau Belakang
Sopor, Mapor, Katubi, Waduk Sei Jago, Mesjid Raya, Ex. Galian
Pengibu, Tambelan, Waduk Lagoi, Waduk Pasir Galang Batang, Ex.
Benuwa, Tambang Besar. Gesek, Kolong Enam, Galian Pasir Simpang
Busung, Galang Busung, Ex. Galian Pasir
Batang, Kawal, Pengujan, Bloreng,
Anculai, Kangboi, Katen, Nyirih, Tembeling
danSekuning dan Mantang
5 Karimun Gemuruh, Urung, Ungar, - Waduk Sei Bati, Ex. Galian Timah
Sawang, Teluk Radang, Pongkar 1, Pongkar 2, Perayon, Ex.
Bela, Rapit, Papan, Buru, Sentani, Paya Galian Pasir
Lebuh, Pauh, Durian, Manggis, Sei Gunung Kobel, Galian
Tjitim, Sebesi, Karimun, Jantan (Pulau Pasir Tempan
Moro, Sugi, Combol, Alai, Karimun Besar),
Sanglar, Durai, Terong Waduk Tempan,
Sawang (Pulau
Kundur) dan Waduk
Rencana kawasan peruntukan pertanian di Provinsi Kepulauan Riau seluas 227.682,63 Ha. Kawasan
pertanian ini terdiri dari kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan hortikultura, kawasan
perkebunan dan kawasan peternakan. Pengembangan Kawasan Budidaya Tanamana Pangan,
Hortikultura dan Peternakan dialokasikan di Kabupaten Lingga sebagai sentra pengembangan sektor
pertanian dan Kabupaten Bintan. Pemanfaatan kawasan pertanian ditujukan untuk pemanfaatan
potensi dan berdasarkan kesesuaian lahan secara berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan
dan pengembangan berorientasi agribisnis pertanian.
Kawasan rawan gelombang pasang berada sekitar pantai rawan terhadap gelombang pasang akibat
angin kencang dengan kecepatan tinggi atau gravitasi bulan atau matahari. Kriteria kawasan ini adalah
kawasan yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai 100 kilometer
per jam yang timbul akibat kecepatan angin atau gravitasi bulan dan matahari. Kawasan rawan
gelombang pasang ditetapkan dengan ketentuan kawasan permukiman yang berada di sekitar pantai
atau pesisir. Arahan kebijakan kawasan rawan gelombang pasang adalah melalui pengamanan pantai
dan penanaman mangrove untuk meredam dan agar terlindung dari gelombang pasang (rob).
Gelombang pasang ini juga mengakibatkan terjadinya abrasi pantai.
Kawasan rawan abrasi meliputi kawasan yang mengalami perubahan bentuk pantai yang diakibatkan
oleh gelombang laut, arus laut dan pasang surut laut terutama yang berada di pulau-pulau kecil dan
pulau-pulau terluar. Pantai-pantai yang rawan terhadap abrasi antara lain:
a. Pulau Karimun: Pantai Tanjung Balai sepanjang ± 4 km, Pantai Pelawan sepanjang ± 3 km,
Pantai Pongkar sepanjang ± 6 km, Pantai Tanjung Sebatak sepanjang ± 4 km dan Pantai
Sepedas sepanjang ± 4 km.
Luas kawasan rawan gelombang ekstrim dan abrasi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 125.040
hektar yang tersebar di seluruh kabupaten/kota dengan bahaya kategori Sedang, dengan perincian
pada sebagai berikut :
Tabel 2.15. Luas kawasan rawan gelombang ekstrim dan abrasi di Provinsi Kepulauan Riau
No Kabupaten/Kota Bahaya
Luas (Ha) Kelas
01 Kabupaten Bintan 16.016 Sedang
02 Kabupaten Karimun 16.310 Sedang
03 Kabupaten Natuna 16.024 Sedang
04 Kabupaten Lingga 32.359 Sedang
05 Kabupaten Kepulauan Anambas 19.817 Sedang
06 Kota Batam 22.745 Sedang
07 Kota Tanjungpinang 1.769 Sedang
TOTAL 149.798 SEDANG
Sumber : Hasil Analisa BNPB Tahun 2015
Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang diidentifikasikan sering atau berpotensi tinggi mengalami
bencana alam banjir. Kawasan banjir terutama terdapat di kawasan tangkapan air yang daerah resapan
airnya sudah mengalami kerusakan lingkungan (berubah fungsi lahan) seperti reklamasi dan wilayah
dengan drainase yang kurang berfungsi secara baik, sehingga sungai tidak mampu lagi menampung
jumlah aliran permukaan dan air meluap dari badan sungai. Kawasan rawan banjir tersebar di 7
kabupaten/kota dengan luasan mencapai 478.906 hektar. Untuk Kota Batam, Kota Tanjungpinang dan
Kabupaten Bintan termasuk kategori tinggi, sedangkan Kabupaten Karimun, Natuna, Lingga dan
Kepulauan Anambas termasuk kategori sedang. Kabupaten Anambas dan Natuna termasuk kategori
ringan. Potensi luas bahaya banjir terlihat pada Tabel berikut ini :
Unit air baku yang dimaksud adalah (sesuai dengan Perpres Nomor 87 Tahun 2011) adalah :
1. Waduk Sei Harapan, Waduk Sei Ladi, Waduk Nongsa, Waduk Muka Kuning, Waduk Duriangkang,
Waduk Sei Tembesi Baru, Waduk Sungai Rempang, Waduk Sungai Cia, Waduk Sungai Galang,
dan Waduk Sungai Gong di Kota Batam;
2. Waduk Sei Pulai di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Waduk Galang Batang di Kecamatan
Gunung Kijang, Waduk Sungai Gesek di sebagian Kecamatan Toapaya dan sebagian Kecamatan
Teluk Bintan, Waduk Sungai Kawal di sebagian Kecamatan Toapaya dan Sebagian Kecamatan
Gunung Kijang, Waduk Lagoi di Kecamatan Teluk Bintan, Waduk Anculai di Kecamatan Teluk
Sebong, dan Waduk Kangboi di sebagian Kecamatan Toapaya dan sebagian Kecamatan Teluk
Bintan, Waduk Sekuning di Kecamatan Teluk Bintan, Waduk Sungai Jago-Lepan di sebagian
Kecamatan Bintan Utara dan sebagian Kecamatan Seri Kuala Lobam, dan Waduk Tanjung Uban di
Kecamatan Bintan Utara di Kabupaten Bintan;
3. Waduk Sei Pulai di Kecamatan Tanjungpinang Timur di Kota Tanjungpinang; dan
4. Waduk Sei Bati di Kecamatan Tebing, Waduk Sei Pongkar di Kecamatan Tebing, Waduk Sei
Gunung Jantan di Kecamatan Tebing, Waduk Sentani di Kecamatan Tebing di Kabupaten
Karimun;
Sedangkan menurut RTRW Provinsi Kepulauan Riau Sumber Air Baku untuk jaringan air bersih adalah
sebagai berikut :
a. Sumber air bersih di Kabupaten Bintan adalah hasil dari instalasi pengolahan air (IPA) di
Tanjung Uban, Teluk Sekuni, Kijang, Lobam, Kawal, Waduk Sei Pulai, Waduk Jago, Waduk Lagoi,
Waduk Sei Lepan, Waduk Sekuning, Waduk Galang Batang, Sungai Gesek, Sungai Busung,
Sungai Ekang-Angculai, Sungai Kawal, Sungai Bintan, Sungai Kangboi. Dan pengembangan IPA
lainnya berasal dari mata air dan embung/kolong pasca tambang;
Air baku merupakan air yang akan digunakan untuk input pengolahan air minum yang memenuhi baku
mutu air baku. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari sumber air bawah tanah yaitu
dari lapisan yang mengandung air di bawah permukaan tanah dangkal atau dalam, sumber air
permukaan yaitu sungai, danau, rawa dan mata air serta air laut. Persentase tersedianya air baku untuk
memenuhi kebutuhan penduduk menunjukkan peningkatan dari sebesar 36,09% pada tahun 2011
menjadi 60,60% pada tahun 2015. Untuk saat ini kondisi waduk di Provinsi Kepulauan Riau adalah
sebagai berikut :
1. Di Kota Batam, secara keseluruhan terdapat 9 buah Waduk besar yang tersebar di Pulau Batam
dan pulau sekitarnya. Adapun rincian jumlah waduk di Kota Batam adalah sebagai berikut :
Tabel 2.17. Kapasitas Tampungan dan Luas Tampungan Waduk di Kota Batam
2. Di Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan (Pulau Bintan) memiliki waduk yang berjumlah 7
Waduk, waduk Lagoi dikelolah oleh swasta dan diperuntukan terbatas untuk pariwisata hotel di
kawasan Lagoi. Adapun rincian waduk di Pulau Bintan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.18. Kapasitas Tampungan dan Luas Tampungan Waduk di Kabupaten Bintan
Volume
No Nama Waduk Kapasitas Luas Tampungan
Tampungan (m3) (Ha)
01 Waduk Sei Pulai (Kota Tanjungpinang) 1.750.000 725,00
02 Waduk Sei Jago (Kab. Bintan) 1.250.000 25,00
03 Waduk Tanjung Uban/Sei Jeram (Kab. 400.000 6,70
Bintan)
04 Waduk Kolong Enam 300.000 7,40
05 Waduk Lagoi 6.000.000 4.000
06 Waduk Sei Gesek NA NA
07 Embung Dompak NA NA
TOTAL
Sumber : Data Olahan Dinas Pekerjaan Umum
Tabel 2.19. Kapasitas Tampungan dan Luas Tampungan Waduk di Kabupaten Karimun
Volume
No Nama Waduk Kapasitas Luas Tampungan
Tampungan (m3) (Ha)
01 Waduk Sungai Bati 378.937 15,00
02 Waduk Tempan 90.000 3,00
03 Waduk Sidodadi 100.000 2,50
04 Waduk Sentani 1.250.000 25,00
05 Waduk Prayon (Kundur Utara) 300.000 6,00
06 Waduk Sidomoro (Pulau Moro) 120.000 3,00
TOTAL 2.238.937 55,00
Sumber : Data Olahan Dinas Pekerjaan Umum
4. Sumber air baku di Kabupaten Lingga diambil dari berbagai macam sumber antara lain :
a. Untuk pelayanan di Kelurahan Dabo, Kelurahan Dabo Lama, Desa Batu Berdaun dan Desa
Tanjung Harapan menggunakan sumber berupa mata air yang terletak di Air Gemuruh
Gunung Muncung.
b. Untuk pelayanan di Desa Penuba menggunakan sumber berupa mata air di kampung
Menserai dan kampung Tanjung Tinggi.
c. Untuk pelayanan di Kelurahan Daik menggunakan sumber yang berasal dari mata air yang
terletak di Gunung Daik.
5. Di Kabupaten Natuna tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari
untuk kondisi saat ini bahwa total volume Instalasi Pengolah Air (IPA) sebesar 40 m3/tahun
sedangkan jumlah kebutuhan air baku per tahun sebesar 2.233.440 m3/tahun. Jika dilihat
berdasarkan jumlah tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air
Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan
pokok minimal 60 liter/orang/hari bahwa diketahui Jumlah penduduk yang memiliki akses air minum
yang aman sebesar 3.102 jiwa, sedangkan proyeksi jumlah penduduk kabupaten/kota pada akhir
tahun pencapaian SPAM sebesar 69.003 jiwa. Maka cakupan pelayanan masih sangat rendah
sebesar 4,49 %. Hal ini disebabkan karena pelayanan air bersih di Kabupaten Natuna dengan
sisitem perpipaan masih terpusat di kawasan perkotaan.
6. Di Kabupaten Kepulauan Anambas sumber air baku masih diperoleh dari daerah perbukitan
dengan sistem pengairan gravitasi. Pelayanan air bersih di Kabupaten Kepulauan Anambas belum
memiliki sumber air baku yang memadai dan sistem yang ada menggunakan SPAM IKK dengan
kapasitas 10 – 20 liter/detik.
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan. Luas irigasi kondisi baik di
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2014 sebesar 1.354 Ha, meningkat dari tahun sebelumya sebesar 1.010
Ha. Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan. Dengan irigasi pertanian dapat
berproduksi setiap tahunnya serta dapat juga dipergunakan untuk peternakan, dan keperluan lain yang
bermanfaat. Persentase ketersediaan air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah
ada menunjukkan peningkatan dari sebesar 25,91% pada tahun 2011 menjadi 30,64% pada tahun
2015.
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah mengatakan bahwa pembagian
urusan Sumber Daya Air mengenai mengenai kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi untuk urusan
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya
1000 ha - 3000 ha, dan daerah irigasi lintas Daerah kabupaten/kota. Sedangkan untuk kewenangan
provinsi untuk pengelolaan dan pengembangan SPAM pada lintas Daerah kabupaten /kota. Kondisi
saat ini untuk Daerah Irigasi di Provinsi Kepulauan Riau adalah :
Melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera IV telah menangani 3 (Tiga) Daerah Irigasi yaitu : DI Tapau di
Kabupaten Natuna seluas 1.505 ha, DI Kelarik (masa konstruksi) juga di Kabupaten Natuna seluas
1.250ha dan DI Jemaja di Kabupaten Kepulauan Anambas seluas 1.200 ha.
Lokasi pekerjaan (DI Jemaja) termasuk dalam Wilayah Kecamatan Jemaja Timur, yang mana area
pesawahannya tersebar dalam 2 (dua) desa, yaitu Desa Ulu Maras dan Pasiran. Pada tahun 2008
produksi padi sawah tercatat sebesar 136 ton gabah, yang dihasilkan dari lahan seluas 20 Ha yang
berlokasi di Kecamatan Jemaja dan Jemaja Timur dengan tingkat produktivitas tanaman padi pada
tahun 2008 adalah 4 ton/hektar. Jaringan Irigasi Jemaja dibangun untuk menyediakan air irigasi lahan
seluas ± 386 Ha, namun sampai dengan saat ini total luas areal yang sudah dibuka untuk lahan
pertanian baru berkisar ± 150 Ha. Sumber Air berasal dari 2 (dua) bendung yang berlokasi di
Kecamatan Jemaja Timur. Bendung pertama adalah Bendung Davit yang membendung sungai Davit
dan berlokasi di Desa Ulu Maras dan bendung kedua adalah Bendung Jelis yang membendung sungai
Jelis yang berlokasi di desa Ulu Maras.
Secara rinci kinerja urusan Bidang Sumber Daya Air dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Sesuai UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan, dinyatakan bahwa jalan (termasuk jembatan) sebagai
bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendu- kung
bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah.
Prosentase jalan provinsi berkondisi baik pada tahun 2015 telah mencapai 71,97% dan kondisi
jembatan di ruas jalan provinsi sebesar 71,27 %, sedangkan panjang jalan yang ditingkatkan kelasnya
115,37 km dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 dan rata-rata rasio panjang jalan terhadap
jumlah kendaraan sekitar 0,24 %.
Rincian capaian kinerja tahun 2010 – 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
1. Persentase jalan berkondisi baik (%) % 69,44 68,90 71,27 71,57 71,97
2. Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan 0,0010 0,0010 0,0009 0,0008 0,0008
a Panjang Jalan Provinsi (km)
Tanjungpinang km 58,15 61,17 63,43 65,13 70,23
Bintan km 162,77 162,77 162,77 162,77 162,77
Batam km 78,79 87,18 93,47 98,19 112,35
Penanganan status jalan di Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 3 status jalan yaitu status jalan
nasional, status jalan provinsi, dan status jalan kabupaten/kota.Status jalan nasional sudah ditetapkan
oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan Nomor: 248/KPTS/M/2015tentang
penetapan status jalan nasional di Provinsi Kepulauan Riau dengan penanganan panjang jalan
586,83 km. Sedangkan status jalan provinsi ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Kepulauan Riau
Nomor 1863 Tahun 2016 tentang Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Provinsi Kepulauan
Riau dengan panjang 896,45 km.
Secara rata-rata kondisi jalan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015 sudah baik sebesar 71,27 %,
namun jika dilihat dari grafik sebelah diketahui Kota Tanjungpinang dan Kota Batam memiliki
persentase kondisi jalan baik yang paling kecil yaitu masih dibawa 70%, hal ini disebakan karena
intensitas lalu lintas di Ibukota Provinsi dan Kota Batam sangat tinggi, sehingga perlu diprioritaskan
program pemeliharaan jalan provinsi. Di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun memiliki nilai
prosentase kondisi jalan baik yang tinggi, yaitu sebesar 91,57% dan kondisi jalan yang masih perlu
pemeliharaan sepanjang 12,12 km.
Tata Ruang Provinsi masih dalam pembahasan, sedangkan untuk enam Kabupaten Kota Lainnya
sudah memiliki Perda RTRW, untuk Kota Batam belum memiliki Perda RTRW oleh karena itu
Pemerintah Kota Batam berpedoman kepada Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2011 tentang RTR
Kawasan BBK (Rencana Tata Ruang Kawasan Batam Bintan dan Karimun).
Berdasarkan Kementerian Pekerjaan Umum telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang. SPM bidang penataan ruang mencakup:
Untuk Pemanfaatan tanah di Provinsi Kepuluan Riau juga berpedoman kepada RTW yang telah di
sahkan. Rencana Tata Ruang baik yang umum maupun yang rinci akan berdampak pada arah
pemanfaatan ruang sehingga pada saat perencanaan pembangunan akan lebih terarah dan dapat
memberikan dampak positif sehingga mengurangi disparitas pembangunan antar wilayah. Sedangkan
dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang akan meminimalisir terjadinya kesalahan pemanfaatan
fungsi ruang.
Terkait bidang pertanahan yang menyangkut dalam pemanfaatan dapat di sesuaikan dengan rencana
tata ruang sehingga dalam pelaksanaan legalitasnya akan lebih sesuai peruntukannya sebagai mana di
amantkan UU Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960.
Sesuai dengan latar belakang dapat di rumuskan tujuan yang di capai yaitu mengawasi
penyelenggaraan penataan ruang di tingkat provinsi, kabupaten dan kota melalui kegiatan pemantauan
danevaluasi terhadap pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang.
Untuk saat ini RTRW Provinsi masih dalam proses Ranperda RTRW dan diharapkan tahun 2016 dapat
ditetapkan dan disetujui oleh DPRD Provinsi Kepulauan Riau, dan RTRW yang saat ini juga belum
disahkan juga yaitu RTRW Batam, sedangkan RTRW 6 kabupaten/kota lainnya sudah disyahkan dan
ditetapkan.
Berdasarkan hasil monitoring aspek pengendalian RTRW kabupaten/kota, ada beberapa kondisi
program yang telah diatur dalam RTRW Kabupaten/kota yang belum dijalankan, sedang dijalankan, dan
sudah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Pengembangan jaringan jalan Jaringan jalan arteri primer di Kabupaten Bintan dalam kondisi baik, setiap
arteri primer tahunnya dilakukan penambalan serta perbaikan jalan untuk menjaga kondisi
jalan, adapun jalan yang belum selesai pengembangannya salah satunya
yaitu jalan Km 16 – Lintas timur – Kijang.
Pengembangan sistem jaringan Kondisi jaringan jalan Kolektor primer 1 di Kabupaten Bintan dalam keadaan
jalan kolektor primer baik, secara umum program peningkatan jaringan jalan di Kabupaten Bintan
sudah terealisasikan.
Pengembangan sistem jaringan Secara umum kondisi jalan kolektor sekunder di Kabupaten Bintan dalam
jalan kolektor sekunder kondisi baik, adapun pengembangan dilakukan dalam bentuk penambalan
serta perawatan jalan.
Pengembangan sistem jaringan Jaringan jalan lokal primer di Kabupaten Bintan sebagian masih belum
jalan lokal primer terealisasi maupun masih dalam tahap pengerjaan, untuk jalan lingkar di
pulau mantang, pengujan, kelong dan tambelan belum terealisasi
Pengembangan jembatan antar Belum ada jembatan antar pulau dan jalan bebas hambatan yang terealisasi
pulau dan jalan bebas di Kabupaten Bintan
hambatan
Normalisasi sungai utama di Kondisi sungai utama di Pulau Bintan yaitu S. Jago, S. Ekang-Anculai, S.
Pulau Bintan Bintan, S. Kangboi, S. Gesek, S. Kawal, dan S. Lagoi cukup baik, sudah
dilakukan normalisasi di beberapa titik.
Rehabilitasi kondisi waduk di Waduk Galang Batang belum ada peningkatan, waduk masih berbentuk
Pulau Bintan waduk alami.
Waduk Sungai Gesek
Waduk Sungai Kawal belum ada peningkatan.
Kondisi Waduk Lagoi dalam kedaan baik
Waduk Aculai belum ada peningkatan
Waduk Kangboi belum ada peningkatan
Waduk Sekuning dalam keadaan baik, akan tetapi peningkatan ataupun
pemeliharaan di waduk ini belum ada.
Waduk Sungai Jago-Lepan belum ada penigkatan
Waduk Tanjung Uban dalam keadaan baik peningkatan di waduk ini belum
ada.
Realisasi Infrastruktur Ke-Pu- Dari seluruh indikasi program RTRW Kabupaten Bintan 55% sudah
An terlaksana dengan baik, 25% masih dalam proses pelaksanaan dan
sebanyak 20% masih belum terlaksana.
2. Kabupaten Karimun
Peningkatan Jaringan Jalan Jaringan jalan kolektor primer di Kabupaten Karimun dalam kondisi yang
Kolektor Primer cukup baik, hampir seluruh jalan yang ada di indikasi program sudah
terealisasi, hanya ruas Sp. Pongkar – Teluk Ranai yang masih belum selesai
pengerjaannya
Pengembangan sistem jaringan Kondisi jaringan jalan lokal primer berbeda-beda disetiap pulau, untuk pulau
3. Kabupaten Lingga
Peningkatan Jaringan Jalan Jaringan jalan kolektor primer di Kabupaten Lingga cukup baik kondisinya,
Kolektor Primer beberapa ruas yang belum terlaksana yaitu ruas Mentunda - Sungai Tenam
dan Sp. Panggak Darat - Panggak Laut, Jalan akses kawasan agropolitan
Kerandin, Linau
Pengembangan sistem jaringan Kondisi jaringan jalan lokal primer cukup baik, beberapa ruas belum
jalan lokal primer terealisasi dianta.rnya ruas sungai besar - tanjung bungsu – semarung –
linau – limbung di Kecamatan Lingga Utara yang belum selesai
pembangunannya
4. Kabupaten Natuna
Peningkatan Jaringan Jalan Untuk jalan di Pulau Bunguran sudah cukup baik kondisinya, hanya jalan di
Kolektor Primer kecamatan Bunguran Tengah yang banyak belum terlaksana rencana
pembangunannya
Peningkatan Jaringan Jalan Jaringan jalan kolektor primer banyak yang belum terealisasi seperti jalan
Kolektor Primer genting-penebung, penebung-nyamuk, letung-kusik sementara jalan yang
sudah dalam kondisi baik diantaranya ialah ruas kuala maras-sei hulu, air
asuk-liuk, sei hulu-letung.
Pengembangan sistem jaringan Ruas jalan dan jembatan lokal primer masih sangat sedikit yang terealisasi
jalan lokal primer hanya ruas dalam kota Tarempa, ruas dalam kota Letung dan air sena yang
sudah cukup baik kondisinya
Penataan mata air sumber air Belum ada rencana jembatan dalam indikasi program RTRW Kabupaten Kep.
baku Anambas yang terealisasi
Pengembangan Sumber Air Sumber Air Terjun Temburun merupakan sumber air yang berasal dari
Baku air terjun temburun. Sumber Air ini digunakan oleh warga untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, memasak, dan lain
sebagainya di Pulau Siantan
Sumber Air Waduk David merupakan air permukaan waduk tadah hujan.
Sistem perpipaan dari waduk Kolong David dengan Kapasitas 10
liter/detik. Sumber Air Waduk David ini digunakan sebagai Sumber Air di
Pulau Jemaja.
Sumber Air Mata Air Matak merupakan sumber mata air yang digunakan
warga di pulau Matak, digunakan warga untuk keperluan sehari hari
seperti, memasak, mandi, air minum dan sebaginya
Realisasi Infrastruktur Ke-Pu- Seluruh indikasi program RTRW Kabupaten Kepulauan Anambas hanya 14%
An yang sudah terlaksana dengan baik, 31% masih dalam proses pelaksanaan
dan sebanyak 55% masih belum terlaksana
6. Kota Tanjungpinang
Pengembangan sistem jaringan Kondisi jaringan jalan kolektor dan lokal dalam keadaan baik, pembangunan
jalan lokal primer jalan di kawasan senggarang sudah hampir selesai, peningkatan-
peningkatan jalan eksisting sudah terealisasi
Pembangunan dan Secara umum kondisi jembatan yang sudah ada dalam kondisi baik,
peningkatan jembatan jembatan-jembatan yang terkait jalan lingkar belum terealisasi
Rehabilitasi dan Revitalisasi Kondisi sungai utama di Kota Tanjungpinang memang tidak dalam kondisi
Sungai Utama di Kota yang baik, perlu segera dilakukan pengerasan di bibir sungai, serta
Tanjungpinang pengamanan DAS sungai utama di Kota Tanjungpinang
Pembangunan prasarana dan Belum terlihat pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan abrasi
sarana pada kawasan abrasi pantai, untuk kawasan rawan banjir sudah ada pelebaran gorong-gorong
pantai dan rawan dibeberapa titik
banjir/genangan
Realisasi Infrastruktur Ke-Pu- Seluruh indikasi program RTRW Kota Tanjungpinang hanya 10% yang sudah
An terlaksana dengan baik, 36% masih dalam proses pelaksanaan dan
sebanyak 54% masih belum terlaksana, hal ini terjadi dikarenakan RTRW
Tanjungpinang baru diperdakan pada akhir 2014 sehingga perda tersebut
baru berjalan kurang dari satu tahun
Infrastruktur Jaringan Wilayah Kota Batam yang terdiri dari banyak pulau, baik besar maupun kecil
Jembatan telah terhubung dengan 6 (enam) buah jembatan megah yang
menghubungkan 7 (tujuh) pulau yaitu Pulau Batam ke Pulau Tonto ke Pulau
Nipah ke Pulau Setoko ke Pulau Rempang ke Pulau Galang dan ke Pulau
Galang Baru. Semua jembatan tersebut berkonstruksi besi dan beton dengan
panjang keseluruhan 2.262 meter
Infrastruktur Jaringan Jalan 1. Melalui Dinas PU Kota Batam membangun sepanjang 4,5 Km jalan baru
dan melaksanakan peningkatan jalan sepanjang 26,09 Km, selain tiu
juga dilaksanakan pemeliharaan rutin di sepanjang 35 Km jalan Kota
Batam. Berdasarkan data yang dimiliki Dinas PU Kota Batam, total ruas
jalan Kota Batam tahun 2013 lalu yakni 882,57 Km dengan lebar ruas
rata-rata 15,33 meter.
2. Dari total jalan ini, sebanyak 80,49 persen sudah berupa jalan aspal,
14,04 persen masih berupa kerikil dan 5,47 persen jalan tanah atau
belum tembus. Jika dilihat dari kondisi jalan, sebanyak 66,66 persen
dalam keadaan baik, sementara 9,32 persen jalan kota dalam kondisi
sedang dan 9,72 persen rusak ringan serta 14,30 persen rusak berat.
3. Adapun ruas jalan nasional di Kota Batam berdasrkan SK Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 630/KPTS/M/2009 yaitu 148,209 Km, jalan
nasional ini terbagi 2 (dua) yaitu ruas jalan arteri nasional sepanjang
91,574 Km dan ruas jalan kolektor nasional sepanjang 56,635 Km.
4. Ruas jalan provinsi di Kota Batam yang ditetapkan dalam SK Gubernur
Kepulauan Riau Nomor 530.a tahun 2010 adalah sepanjang 67,6 Km.
Infrastruktur Fly Over Badan Pengusahaan Batam telah merencanakan pembangunan 2 (dua) Fly
2.3.5. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Jasa Konstruksi dan Pengujian Laboratorium
Laboratorium Pengujian UPTD Pemberdayaan, Pengawasan Jasa Konstruksi, Pengujian dan Peralatan
Dinas PU, Penataan Ruang dan Pertanahan Pemprov Kepri dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur
Kepulauan Riau Nomor 17 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Daerah Pemberdayaan, Pengawasan Jasa Konstruksi, Pengujian dan Peralatan Pada Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Kepulauan Riau, tanggal 01 Maret 2012. Laboratorium Pengujian ini menyediakan
pelayanan uji bahan, yang meliputi uji kualitas material di bidang aspal, bidang beton dan bidang tanah.
Personil tenaga laboratorium yang telah memiliki sertifikat keahlihan adalah sebagai berikut :
PENDIDIKAN
NO NAMA TUPOKSI KETERANGAN
TERAKHIR
1 TUGIMIN SMK TEKNISI LABORATORIUM TANAH BERSERTIFIKASI
2 HERU PRASTOWO SMK TEKNISI LABORATORIUM TANAH BERSERTIFIKASI
3 ADI SAYUTI SMA TEKNISI LABORATORIUM TANAH BERSERTIFIKASI
ROSNELIS
4 SMK TEKNISI LABORATORIUM TANAH BERSERTIFIKASI
PERMATASARI
5 EDI SAPUTRA SMK TEKNISI LABORATORIUM TANAH BERSERTIFIKASI
6 ROBY MAULUDIN SMK TEKNISI LABORATORIUM TANAH BERSERTIFIKASI
7 EKO SURONO SMA TEKNISI LABORATORIUM BETON BERSERTIFIKASI
8 RENDY OCTAVIANO SMA TEKNISI LABORATORIUM BETON BERSERTIFIKASI
9 WAWAN SETIAWAN SMA TEKNISI LABORATORIUM BETON BERSERTIFIKASI
10 PRATAMA CAHYADI SMP TEKNISI LABORATORIUM BETON BERSERTIFIKASI
11 MUHTAZAR SMK TEKNISI LABORATORIUM ASPAL BERSERTIFIKASI
12 M. ALFARABI SMA TEKNISI LABORATORIUM ASPAL BERSERTIFIKASI
Peralatan Laboratorium Pengujian terdiri dari peralatan pengujian beton, pengujian aspal dan pengujian
tanah, seperti penjabaran pada tabel-tabel berikut :
BETON
NO NAMA ALAT JUMLAH/ UNIT
1 Ayakan Agg. Halus + Kasar 1
2 Mesin Shake (Getar) Ayakan 1
3 Oven 2
4 Molen Kapasitas 0,2 m³ 2
5 Mesin Kuat Tekan Beton 2
6 Alat Slum Test 1
7 Mould (Cetakan Beton) Besar 15 x 15 85
8 Mould (Cetakan Beton) Kecil 4
9 Mesin Lentur Beton 1
10 Kerucut SSD 1
11 Picnometer 1
12 Timbangan Digital Besar 2
13 Timbangan Digital Kecil 2
14 Timbangan Manual 2
15 Kadar Udara Beton 1
16 Hammer Test + Alat Calibrasi 1
17 Mesin Shake Beton 1
TANAH
Kondisi alat untuk saat ini dalam berkondisi baik dan dikategori masih baru, dan saat ini masih terus
dilakukan peningkatan dalam rangka untuk mencapai sertifikat standar mutu (ISO17025 : 2005).
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah
2.4.1. Tantangan Pembangunan Bidang Bina Marga
Perencanaan Strategis Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2016 - 2021, adalah perencanaan pembangunan yang merupakan
keberlanjutan dari pembangunan tahun-tahun sebelumnya, sehingga dalam merumuskan arah
kebijakan dan strategi pembangunan kedepan tidak lepas dari kondisi riil capaian pembangunan
tahun sebelumnya. Lima tahun pertama dan kedua Renstra Dinas Pekerjaan umum, Panataan
Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau telah menghasilkan berbagai kemajuan yang
cukup berarti namun masih menyisahkan berbagai permasalahan pembangunan daerah yang
merupakan kesenjangan antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang
direncanakan yang bermuara pada tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Potensi
permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum
didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi peluang yang tidak dimanfaatkan,
dan ancaman yang tidak diantisipasi. Untuk mendapatkan gambaran awal bagaimana
permasalahan infrastruktur dapat dipecahkan dan diselesaikan dengan baik, tiap-tiap
Pada bagian ini, akan diuraikan permasalahan, diuraikan permasalahan yang paling krusial tentang
layanan dasar di tiap Bidang/UPTD sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing melalui
penilaian terhadap capaian kinerja yang belum mencapai target yang ditetapkan dalam RPJMD
Tahun 2016 - 2021. Permasalahan akan diuraikan untuk mengetahui faktor-faktor, baik secara
internal maupun eksternal, yang menjadi pendorong munculnya permasalahan tersebut. Identifikasi
permasalahan pada tiap urusan dilakukan dengan memperhatikan capaian indikator kinerja
pembangunan dan hasil evaluasi pembangunan lima tahun terakhir sebagai berikut :
1. Bagian Sekretariat
a. Penyelenggaraan pengelolaan kegiatan sekretariat belum optimal, salah satunya
pengelolahan Barang Milik Negara (BMN) yang belum optimal;
b. Masih kurangnya tenaga pengelola kegiatan dan administrasi keuangan yang bersertifikat;
c. Kapasitas pengendalian dan evaluasi terhadap hasil-hasil pelaksanaan realisasi program
dan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum belum optimal; dan
d. Belum optimalnya data dan informasi Dinas Pekerjaan Umum yang terintegrasi sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
3.2. Telaahan Visi, Misidan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
Menelaah visi, misi, dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih ditujukan untuk
memahami arah pembangunan yang akan dilaksanakan selama kepemimpinan Gubernur dan
Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau tersebut dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
penghambat dan pendorong pelayanan Dinas Pekerjaan Umum, Panataan Ruang dan Pertanahan
yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi Gubernur dan wakil Gubernur Provinsi
Kepulauan Riau tersebut.
Hasil identifikasi Dinas Pekerjaan Umum, Panataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan
Riau tentang faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan Dinas Pekerjaan Umum, Tata
Ruang dan Pertanahan yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan
wakil kepala daerah terpilih ini juga akan menjadi input bagi perumusan isu-isu strategis pelayanan
Dinas Pekerjaan Umum. Dengan demikian, isu-isu yang dirumuskan tidak saja berdasarkan
Visi merupakan pernyataan cita-cita atau impian sebuah kondisi yang ingin dicapai di masa depan.
Kondisi yang dicita-citakan atau diimpikan tersebut adalah kondisi yang di akhir periode dapat
diukur capaiannya melalui berbagai usaha pembangunan. Usaha-usaha pembangunan yang
dilaksanakan, umumnya berorientasi untuk memperbaiki tingkat hidup (level of living) masyarakat
Visi Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau merupakan gambaran kesuksesan yang ingin dicapai
dalam kurum waktu 5 (lima) tahun kedepan yang disusun dengan memperhatikan visi RPJPD
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 dan arah Pembangunan Nasional RPJMN Tahun 2015
– 2019.
Telaahan Visi dan Misi RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016 - 2021
RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016 - 2021 merupakan bagian dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kepulauan Riau tahap ke-3. Visi RPJMD
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016 – 2021 adalah ”Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai
Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di
Bidang Maritim”. Dengan kata kunci dari visi Provinsi Kepulauan Riau periode 2016 -2021 meliputi
sebagai berikut :
1. Sebagai Bunda Tanah Melayu
Mengandung arti bahwa Provinsi Kepulauan Riau diharapkan tetap menjadi wilayah yang
menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan seni budaya melayu dalam kehidupan masyarakat. Nilai-
nilai adat dan budaya melayu tersebut dilestarikan agar tidak pudar terpengaruh oleh budaya
luar.
2. Sejahtera
Sejahtera menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti aman sentosa dan
makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran, dsb). Masyarakat
sejahtera dapat diartikan secara luas yaitu masyarakat yang terpenuhinya kebutuhan
dasarnya (pendidikan, kesehatan, pekerjaan, pangan, perumahan, dan jaminan sosial).
4. Ramah Lingkungan
Ramah lingkungan mengandung arti bahwa wilayah Provinsi Kepulauan Riau diharapkan
menjadi wilayah dengan lingkungan yang bersih, sehat, asri, dan nyaman sehingga perlu
didukung dengan sistem pengelolaan lingkungan dan sistem pengelolaan sampah yang baik,
pemanfaatan ruang yang memenuhi aspek daya dukung lingkungan, dan dilengkapi ruang
terbuka hijau yang memadai.
Sesuai dengan amanah RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016 – 2021, peran Dinas
Pekerjaan Umum, Panataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau untuk mendorong
misi ke-2 yaitu meningkatkan daya saing ekonomi melalui pengembangan infrastruktur berkualitas
dan merata serta meningkatkan keterhubungan antar kabupaten/kota. Oleh karena itu tupoksi
Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi periode tahun 2016 – 2021 adalah
sebagai berikut :
1. Berkembangnya pusat-pusat pengembangan kawasan yang sudah tertuang dalam Rencana
Umum Tata Ruang Wilayah dengan disertai upaya peninjauan terhadap kebijakan yang sudah
ada. Terus meningkatkan infrstruktur pendukung investasi dan peningkatan kapasitas
kelembagaan dengan penyelenggaraan jalan dan jembatan yang memadai seperti
Pembangunan Jembatan Batam-Bintan dan jembatan penghubung lainnya, yang berfungsi
sebagai jalur perhubungan utama pengembangan pusat-pusat kawasan perkotaan dan
sekaligus untuk pengembangan pariwisata daerah, dan jalan lingkar pada kawasan cepat
tumbuh atau kawasan strategis lainnya maupun kawasan pusat-pusat kegiatan pada kawasan
Pulau-Pulau dengan jumlah penduduk yang banyak.
2. Pengembangan perbatasan terus dilakukan dengan pembangunan infrastruktur dasar di
pulau-pulau terluar dan perbatasan dan terus melakukan kerjasama dengan instansi terkait
baik daerah maupun pusat dalam pengembangan pulau terluar dan perbatasan.
3. Terus meningkatkan penyediaan air bersih dan minum bagi kawasan perkotaan maupun
perdesaan dengan tujuan meningkatkan kualitas perkotaan dan pedesaan yang tertinggal
dengan program percepatan pembangunan desa dan program pengembangan kecamatan.
Penyusunan Renstra SKPD Dinas Pekerjaan Umum, Panataan Ruang dan Pertanahan Provinsi
Kepulauan Riau juga memperhatikan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2015-2019 adalah
“Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Yang Handal Dalam
Mendukung Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”. Misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang merupakan rumusan
upayaupaya yang akan dilaksanakan selama periode Renstra 2015 – 2019 dalam rangka
mencapai visi serta mendukung upaya pencapaian target pembangunan nasional, berdasarkan
mandat yang diemban oleh Kementerian PU dan Perumahan Rakyat sebagaimana yang tercantum
di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi
3.4. Telaah Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS)
Sesuai dengan Perda RTRW Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017-2037 prioritas pemanfaatan
ruang dititikberatkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Perwujudan Struktur Ruang Provinsi melalui perwujudan sistem perkotaan, transportasi darat -
laut-udara, jaringan energi, telekomunikasi, sumberdaya air dan jaringan lainnya;
2. Perwujudan Pola Ruang Provinsi melalui pengendalian pemanfaatan kawasan lindung dan
budidaya darat;
3. Perwujudan Pola Ruang Laut melalui perlindungan dan pengawasan kawasan laut, serta
pengembangan dan pemanfaatan sumber daya laut; dan
4. Perwujudan Kawasan Strategis Provinsi.
Adapun indikasi program untuk mewujudkan pola ruang sesuai dengan Rancangan RTRW Provinsi
Kepulauan Riau sebagai berikut:
1. Perwujudan Sistem Pusat-Pusat Kegiatan Provinsi.
a. Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional,
Provinsi dan Kabupaten melalui Pengembangan/Peningkatan Fungsi Kota Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) selaras daya
dukung lingkungan, disertai penerapan teknologi lingkungan yang diimbangi
Wilayah pengembangan sesuai dengan arahan prioritas dalam RTRW terdiri dari :
1. WP I, seluas 812,50 Ha; terdiri dari 4 SWP (Sub Wilayah Pengembangan) yaitu : Bukit Bestari,
Tanjung Pinang Timur, Tanjung Pinang Kota, Tanjung Pinang Barat, dan Pusat Pemerintahan
Provinsi, dimana pusat pelayananannya di Pulau Dompak.
2. WP II, seluas 59.851 Ha; terdiri dari 6 SWP yaitu Teluk Sebong, Gunung Kijang, Teluk Bintan,
Bintan Utara, Bintan Timur, dan Tambelan.
3. WP III, seluas 1.570 Ha; terdiri dari 12 SWP yaitu Belakang Padang, Bulang, Galang, Sei
Beduk, Nongsa, Sekupang, Lubuk Baja, Batu Ampar, Sabulung, Batam Kota, Batu Aji, dan
Bengkong.
4. WP IV, seluas 7.984 Ha; teridir dari 9 SWP yaitu Kundur, Karimun, Kundur Utara, Kundur
Barat,
5. WP IV, seluas 7.984 Ha; teridir dari 9 SWP yaitu Kundur, Karimun, Kundur Utara, Kundur
Barat, Buru, Meral, Tebing, Durai, dan Moro.
6. WP V, seluas 40.481 Ha; terdiri dari 5 SWP yaitu Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga
Utara, dan Senayang.
7. WP VI, seluas 141.902,2 Ha; terdiri dari 11 SWP yaitu Jemaja, Siantan, Bunguran Barat,
Banguran Timur, Bunguran Utara, Midai, Serasan, Paltamak, Pulau Tiga, Pulau Laut, dan
Subi.
5. Pembangunan jembatan antar pulau Biaya pelaksanaan Ketersedian lahan Sudah memiliki
di Batam – Bintan, Palmatak – pembangunan yang sangat sulit, pengalaman
Siantan, Lingga - Selayar Singkep, sangat besar dan dan keterbatasan pembangunan
Pulau Dompak –Tanjungpinang, perlu melibatkan anggaran jembatan
Karimun – Kundur, Sedanau – Binjai peran swasta
untuk membangun
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis
yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program.
Berdasarkan KLHS layanan kinerja PD khusunya program pembangunan jalan dan jembatan
diperkirakan memberikan dampak negatif terhadap ancaman bencana alam/non alam, ketersdiaan
Hasil KLHS menjadi dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu
wilayah. Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah
terlampaui, maka:
1. Kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai dengan
rekomendasi KLHS; dan
2. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi
Dengan mempertimbangkan fungsi KLHS tersebut maka analisis terhadap dokumen hasil KLHS
ditujukan untuk mengidentifikasi apakah ada program dan kegiatan pelayanan Dinas Pekerjaan
Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau dan Dinas PU di
kabupaten/kota yang berimplikasi negatif terhadap lingkungan hidup. Jika ada, maka program dan
kegiatan tersebut perlu direvisi agar sesuai dengan rekomendasi KLHS.
Berdasarkan RPJM Nasional periode tahun 2015 – 2019 bahwa isu strategis Nasional yang perlu
diprioritaskan dalam pembangunan jangka menengah daerah Provinsi Kepulauan Riau adalah :
1. Isu urbanisasi, kesenjangan antara kota-kota Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan
Timur Indonesia (KTI), serta kesenjangan antara desa dan kota merupakan isu strategis dalam
Berdasarkan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau periode tahun 2016 – 2021, bahwa Isu strategis
daerah yang perlu diprioritaskan dalam pembangunan jangka menengah daerah Provinsi
Kepulauan Riau pada uraian berikut :
1. Pertumbuhan Ekonomi Pertubumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau cenderung
kurang stabil, fluktuatif dengan kesenjangan yang besar setiap tahunnya. Selama kurun waktu
2008 – 2013, pertubumbuhan terrendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 3,52% dan tertinggi
tahun 2012 sebesar 8,21% dan turun pada tahun 2013 sebesar 5,78%;
2. Kemiskinan Tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau cenderung menurun sebesar
0,37% dalam lima tahun terakhir (2009-2014), yaitu sebesar 7,98% pada tahun 2009 menjadi
6,70% pada tahun 2014;
3. Pengangguran Angka pengangguran cukup tinggi, yaitu sebesar 6,69% pada tahun 2014.
Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2013 dan 2012. Angka pengangguran tahun
2013 sebesar 5,63% dan tahun 2012 sebesar 5,37%. Apabila tidak memperoleh perhatian
serius angka pengangguran dapat terus meningkat;
4. Kualitas Pembangunan Manusia IPM Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan
kecenderungan meningkat. Angka IMP pada tahun 2013 sebesar 76,56 perlu terus
Strategi untuk pengembangan daya tarik wisata berdasarkan keunggulan komparatif, sebagaimana
dimaksud pada Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 19 poin 4
meliputi :
a. Pengembangan KPD Batam sebagai kawasan Wisata Kota, Wisata Bahari dan Wisata MICES
(meeting, incentive, convention, exhibition, and sports) ;
b. Pengembangan KPD Bintan sebagai kawasan Wisata Terpadu Eksklusif, Kawasan Wisata
Terbuka Umum, dan Wisata Minat Khusus;
c. Pengembangan KPD Karimun sebagai kawasan Wisata Alam, Wisata Minat Khusus dan
Wisata Agro;
d. Pengembangan KPD Tanjungpinang sebagai kawasan Wisata Sejarah, Wisata Budaya dan
Wisata Kreatif;
e. Pengembangan KPD Natuna sebagai kawasan Wisata Bahari, Minat Khusus dan Ekowisata;
f. Pengembangan KPD Anambas sebagai kawasan Wisata Bahari dan Ekowisata; dan
g. Pengembangan KPD Lingga sebagai kawasan Wisata Sejarah, Wisata Budaya, Wisata Alam
dan Wisata Bahari.
Isu strategis berdasarkan bidang Bina Marga untuk saat ini adalah :
1. Sasaran penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ini adalah tersedianya jaringan jalan
yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi di wilayah provinsi/kabupaten/
kota;
2. Tingkat kondisi jalan provinsi/kabupaten/kota baik dan sedang yang masih rendah;
3. Menangani kemacetan pada kawasan perkotaan melalui mendukung layanan jalan perkotaan
untuk transportasi massal, atau peningkatan kapasitas jalan perkotaan (Jalan Tol dalam kota,
jalan By Pass dan lain-lain);
4. Penataan jalan Pantai Gurindam 12 di Tanjungpinang
5. Jalan Lingkar di Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Natuna, Kab. Karimun, Kab.
Bintan, Kab. Kepulauan Anambas.
6. Jalan Lintas Barat Kab. Bintan.
7. Penataan Jalan dan Lansdkape di Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau.
8. Jalan Trans Batubi Klarik Kab. Natuna.
9. Jalan Bandara Letung Kab. Natuna
10. Perbaikan dan Pembangunan Jembatan di Kabupaten Kota
11. Pengembangan infrastruktur di kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Kepri.
12. Penyelesaian pembangunan jalan jalur ke2 Muka Kuning Tanjung Piayu Kota Batam.
13. Peningkatan jalan Coastal Area Kab. Karimun.
14. Untuk menjaga kemantapan Jalan, Penanganan jalan Provinsi perlu di selaraskan Surat
Keputusan Gubernur No. 1863 Tahun 2016 tentang Ruas Jalan menurut statusnya sebagai
jalan Provinsi Kepulauan Riau.
15. Jalan konektivitas Pulau Karimun, Pulau Kundur, Kabupaten Karimun
16. Pemeliharaan Berkala/Rutin Identifikasi ruas jalan prioritas yang akan di pelihara berkala/rutin
17. Pembangunan daerah irigasi identifikasi lokasi kegiatannya.
Isu strategis berdasarkan bidang Sumber Daya Air untuk saat ini adalah :
1. Meningkatkan produktifitas hasil pertanian dalam mendukung ketahanan pangan.
2. Mendorong pemenuhan kebutuhan air baku sebagai pencapaian target universal access
terutama pada wilayah rawan air.
3. Meningkatkan fungsi pengendalian daya rusak air serta mendorong kemampuan keuangan
daerah dalam penanganan infrastruktur sumber daya air.
4. Pembangunan Pengendalian Banjir di Kabupaten/ Kota melalui kegiatan Normalisasi sungai
5. Pembangunan Tanggul Pengaman Pantai
6. Pembangunan Peningkatan Sumber Air Baku yang menjadi kewenangan Provinsi
7. Pembangunan Tanggul di Pulau Kundur
8. Pembangunan saluran irigasi persawahan di kab. Lingga, Kab. Bintan, Kab. Natuna, Kab.
Karimun
Berdasarkan telaah isu strategis yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan isu
strategis/permasalahan Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang dan Pertanahan adalah sebagai
berikut :
2. Isu strategis kedua tentang penyediaan pelayanan dasar dan mendukung gerakan 100-0-100
adalah Pengentasan permukiman kumuh sebesar 0%, 100% pelayanan air minum, dan 100%
akses sanitasi layak (air limbah perkotaan, sampah dan drainase lingkungan), dan dikenal
dengan gerakan 100-0-100;
4. Isu strategis keempat tentang memberikan pelayanan jalan provinsi berkondisi baik dan
mantap, seperti yang telah diuraikan dalam isu strategis nomor 8 yaitu Tingkat kondisi jalan
baik provinsi/kabupaten/kota baik dan sedang yang masih rendah sebesar 71%, dan
menangani kemacetan pada kawasan perkotaan melalui mendukung layanan jalan perkotaan.
Tujuan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan pada level stakeholder dalam
hal ini merupakan kondisi yang mencerminkan dampak dari pengaruh hasil sasaran-sasaran
strategis (outcome/impact pada level stakeholder yang dilayani) yaitu Meningkatkan kehandalan
infrastruktur DPUPP Kepulauan Riau dalam mewujudkan : Ketahanan air dan pangan, bebasbanjir
Tabel 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Perangkat Daerah
Strategi merupakan cara yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran jangka menengah.
Strategi menjadi rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Rumusan strategi
tersebut berupa pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai yang
selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan. Sementara itu arah kebijakan
merupakan pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam
mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5 (lima) tahun. Rumusan arah kebijakan
merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya.
Strategi dan Kebijakan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau disusun dengan
memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan serta memperhatikan tahapan
RPJPD Provinsi Kepulauan Riau.
Selanjutnya Dinas Pekerjaan Umum, Pentaan Ruang dan Pertanahan untuk melihat keterkaitan
antara arahan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau dengan tujuan, sasaran yang akan dicapai (seperti
yang telah diuraikan diatas). Strategi Dinas Pekerjaan Umum, Pentaan Ruang dan Pertanahan
dalam mendukung pencapaiaan agenda pembangunan Provinsi Kepulauan Riau adalah mengacu
kepada RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016 – 2021.
1) Meningkatkan dukungan Dinas Pekerjaan Umum, Pentaan Ruang dan Pertanahan melalui
pengelolaan sumber daya air yang terpadu untuk mewujudkan Ketahanan Air, kedaulatan
pangan, dan Ketahanan Energi, yang akan diwujudkan melalui sasaran strategis (1).
Konservasi sumber daya air yang ditujukan agar terjaganya fungsi dan kapasitas tampung
sumber-sumber air alami dan buatan serta peningkatan kapasitas sumber-sumber air buatan,
(2). Pembangunan tampungan air waduk/estuari DAM yang salah satunya adalah
menyelesaian pembangunan infrastruktur Waduk Kawal di Kabupaten Bintan , (3).
Rehabilitasi/peningkatan bendungan/waduk serta embung dan bangunan penampung air
lainnya, (4). Restorasi sungai, revitalisasi danau/tampungan air dan konservasi rawa, dan (5).
Pembangunan pengendali sedimen (check dam).
2) Pendayagunaan Sumber Daya Airyang ditujukan agar terpenuhinya kebutuhan air untuk
kehidupan sehari-hari masyarakat serta untuk kebutuhan sosial dan ekonomi produktif melalui
(1). Pembangunan dan peningkatan fungsi dan kondisi sarana prasarana pengelolaan air
baku, dan (2). Rehabilitasi fungsi dan kondisi sarana prasarana pengelolaan air baku yang
salah satunya adalah Optimalisasi pada pengelolaan sumber air baku Sungai Pulai dan
Sungai Gesek.
3) Pengembangan Daerah Irigasi di Kabupaten Lingga, Natuna, dan Anambas
1) Pengendalikan Daya Rusak Air yang ditujukan untuk peningkatan ketangguhan masyarakat
dalam mengurangi risiko daya rusak air termasuk perubahan iklim, melalui penanganan
kawasan yang terkena dampak banjir, dan abrasi pantai, yang akan dicapai melalui strategi
(1). Pembangunan dan peningkatan fungsi dan kondisi sarana dan prasarana pengamanan
pantai, (2). Normalisasi sungai dan pembangunan/peningkatan tanggul yang salah satunya
adalah pembangunan lanjutan tanggul dan pintu air dalam upaya pengendalian banjir akibat
pasang surut di Pulau Kundur, dan (3). Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari
daya rusak air.
1) Peningkatan kapasitas dan kualitas sistem, sumber daya, dan tata kelola dalam
menghasilkan kebijakan dan rencana pembinan konstruksi agar efektif, terintegrasi dan
berkelanjutan;
2) Peningkatan pembinaan untuk mewujudkan BUJK yang berkualifikasi besar, sumber daya
manusia (SDM), dan masyarakat konstruksi yang unggul, mandiri, profesional, berdaya saing
tinggi;
3) Peningkatan penerapan manajemen mutu dan tertib penyelenggaraan konstruksi
infrastruktur, dan pelaksanaan pengujian laboratorium pekerjaan konstruksi yang tepat dan
handal;
4) Peningkatan pengkajian, penyebarluasan, dan penerapan inovasi teknologi, investasi, dan
ekonomi konstruksi yang berkelanjutan.
Tujuan ke-5 : Terwujudnya kepatuhan dan ketaatan dalam pelaksanaan Perda Tata Ruang
Provinsi.
1) Meningkatnya Kepatuhan dan Ketaatan Perda Tata Ruang Provinsi melalui bidang
perencanaan penataan ruang;
2) Meningkatnya Kepatuhan dan Ketaatan Perda Tata Ruang - Provinsi dalam pengendalian
dan pengwasan;dan
3) Meningkatnya Kepatuhan dan Ketaatan Perda Tata Ruang - Provinsi dalam Fasilitasi
Pengadaan Tanah;
b. Kabupaten Bintan
Strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Karimun diuraikan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan budidaya khususnya ikan kerapu
dan jenis ikan lainnya dengan sistem keramba didukung pemenuhan pasokan bibit
dan pakan ikan secara kontinyu;
2. Mengembangkan industri-industri pengolahan perikanan menjadi produk bernilai
tambah tinggi;
3. Mengembangkan industri manufaktur unggulan berorientasi ekspor;
4. Membangun akses jalan ruas kawasan industri menuju pusat-pusat distribusi logistik
(pelabuhan) dan menuju pusat-pusat kegiatan terdekat; dan
5. Menyiapkan sarana dan prasarana perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.
c. Kabupaten Natuna
Strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Natuna diuraikan sebagai
berikut:
1. Mengembangkan kawasan sesuai dengan Masterplan Kawasan Strategis Provinsi di
Kabupaten Natuna;
2. Mengembangkan infrastruktur secara berkelanjutan untuk pengelolaan dan
pengembangan kawasan yang diarahkan pada simpul transportasi laut internasional,
kawasan pelabuhan internasional, kawasan perikanan tangkap dan kawasan
perindustrian terpadu untuk mendukung pelayanan kepelabuhanan dan perindustrian
global, internasional, kawasan pelabuhan internasional, kawasan perikanan tangkap
dan kawasan perindustrian terpadu untuk mendukung pelayanan kepelabuhanan dan
perindustrian global;
3. Mengembangkan pelabuhan transit pelayaran internasional dan pusat pelayanan
akses pasar global;
4. Mengembangkan fasilitas pada alur pelayaran internasional yang melewati
Kabupaten Natuna meliputi tempat Bunkering BBM dan STS Oil;
d. Kabupaten Lingga
Strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Lingga diuraikan sebagai
berikut:
1. Mengembangkan pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan
pada zona kawasan pertanian Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Lingga
meliputi Desa Bukit Harapan, Desa Bukit Langkap, Desa Kerandin dan Desa Linau;
2. Meningkatkan produksi perikanan dengan mengoptimalkan eksploitasi pada zona
Kawasan tangkap terdapat pada seluruh perairan Kabupaten Lingga, dan
pengembangan budidaya pada zona Kawasan Perikanan budidaya meliputi
Kecamatan Lingga Timur, Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan
Senayang, Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep Selatan;
3. Melestarikan fungsi lindung pada kawasan resapan air dan mata air untuk menjaga
tatanan hydro-orologi di kawasan ini;
4. Mengembangkan infrastruktur secara berkelanjutan untuk mendukung
pengembangan pertanian;
f. Kota Batam
Strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah Kota Batam diuraikan sebagai
berikut:
1. Pada Pusat Kota dikembangkan kegiatan-kegiatan pelayanan perkotaan untuk
mendukung pengembangan fungsi-fungsi utama wilayah Kota Batam (pemerintahan,
perdagangan dan jasa, industri, alih muat angkutan laut, pariwisata, dan lain-lain),
g. Kota Tanjungpinang
Strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah Kota Tanjungpinang diuraikan
sebagai berikut:
Rencana Program dan Kegiatan adalah cara untuk melaksanakan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan serta upaya yang dilakukan untuk mengetahui capaian keberhasilan sasaran dan
tujuan. Sedangkan Program dimaksudkan sebagai kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu
untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang Dan Pertanahan
guna mencapai sasaran tertentu. Dengan adanya program dan kegiatan diharapkan pula dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Program Prioritas adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh OPD atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh pemerintah daerah untuk
mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah. Kegiatan Prioritas adalah bagian dari
program yang dilaksanakan oleh OPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil
(sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi
dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Perumusan program prioritas bagi penyelenggaraan urusan dilakukan sejak tahap awal evaluasi
kinerja pembangunan daerah secara sistematis dilakukan pada identifikasi permasalahan
pembangunan diseluruh urusan. Berdasarkan rumusan permasalahan pembangunan daerah di
tiap urusan maka dibuatlah program prioritas dengan mempertimbangkan faktor-faktor penentu
keberhasilan.
Persentase
jalan provinsi
75,00%
Program berkondisi baik
Tertib berlalu
Peningkatan pelayanan jalan Rehabilitasi/ (%)
04 lintas di Provinsi
provinsi berkondisi baik dan Pemeliharaan Persentase
Kepulauan Riau
mantap Jalan dan jembatan
cukup baik
Jembatan provinsi 84,72%
berkondisi baik
(%)
Panjang jalan
baru yang
dibangun yang
34,45 km
menghubungka
Program n antar wilayah
Kebutuhankonektivitasantarwila Pembebasanmas Pembangunan/Pe strategis
05
yah/antarpulau ih relative mudah ningkatan Jalan Panjang jalan
dan Jembatan yang
ditingkatkan
58.78 km
sesuai mutu
layanan jalan
Provinsi
Persentase
Program kab/kota yang
Meningkatkan dukungan Perda RTRW Pengendalian dan dilakukan
06
Pembangunan yang berbasis Provinsi no 1 Pengawasan evaluasi 100%
Tata Ruang Provinsi tahun 2017 Pemanfaatan kesesuaian
Ruang pemanfaatan
ruangnya
Rencana program indikatif yangyou akan dilaksanakan OPD Pekerjaan Umum, Penataan Ruang
dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau selama tahun 2016-2021 sebanyak 17 program, dimana
10 program utama (termuat dalam RPJMD Provinsi) dan 6 program rutinitas Dinas Pekerjaan
Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan. Adapun nama program yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
Program Utama
1. Program Pengelolaan Sumber Daya Air;
2. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan dan Jembatan;
3. Program Pembangunan/peningkatan Jalan dan Jembatan;
4. Program Pembinaan Pengaturan dan Pengawasan Jasa Konstruksi;
5. Program Pembinaan Pemberdayaan Jasa Konstruksi;
6. Program Layanan Pengujian Jasa Konstruksi;
7. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang;
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh suatu atau beberapa satuan kerja,
sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari
sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang berupa personil (sumber daya
manusia), barang, modal, termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa
atau ke semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa. Kegiatan-kegiatan sebagai penjabaran lebih lanjut dari program
merupakan langkah terakhir dalam upaya pencapaian tujuan. Kegiatan indikatif OPD Pekerjaan
Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 harus
mampu menghasilkan output dan outcome yang memadai sebagai syarat tercapainya tujuan OPD
Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau. Secara lebih
lengkap mengenai rencana program dan kegiatan, indikator kinerja dan pendanaan indikatif OPD
Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016-2021
dituangkan dalam format matriks Rencana Strategis OPD Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan
Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau sebagaimana tertuang dalam tabel berikut :
Awal Target
No Program Prioritas Rencana Kegiatan Indikator Kegiatan Satuan
(2016) (2021)
01. Kegiatan
Jumlah Dokumen Rencana
Perencanaan Teknis
Pengelohan Sumber Daya Dokumen 1 35
Pengelolahan Sumber
Air
Daya Air
01 Program Pengelolaan Sumber Daya Air 02. Kegiatan
Pemenuhan Kebutuhan
Pengaturan, Pembinaan,
Pembinaan, Fasilitasi dan
Fasilitasi, Koordinasi, Bulan 12 12
Koordinasi Bidang SDA
Pengawasan, dan
kepada Kab/Kota (bulan)
Pengendalian Teknis di
Berdasarkan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016 – 2021 Rencana Alokasi Anggaran
(Pagu Indikatif) Per Urusan Pemerintahan bahwa Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan
Pertanahan menangani 3 urusan yaitu urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, dan urusan
Pertanahan. Adapun Rencana Alokasi Anggaran (Pagu Indikatif) Per Urusan yang telah ditetapkan
oleh RPJMD Provinsi adalah sebagai berikut :
Urusan
Pemerintahan/
No Tahun2017 Tahun2018 Tahun2019 Tahun2020 Tahun2021
Perangkat
Daerah
Urusan Pekerjaan
1 Umum dan 212,993,307,374 299,294,422,485 354,750,000,000 366,250,000,000 319,900,000,000
Penataan Ruang
Urusan
2 363,128,750 5,850,000,000 5,850,000,000 6,400,000,000 6,100,000,000
Pertanahan
Secara rinci indikasi rencana alokasi anggaran (pagu indikatif) setiap program pada Dinas
Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan adalah sebagai berikut :
Program Pembinaan
5 660,000,000 338,876,250 1,130,400,000 1,738,000,000 1,585,000,000 3,002,000,000
Pemberdayaan Jasa Konstruksi
Program Penyelenggaraan
8 1,775,000,000 1,149,708,500 1,765,800,000 3,400,000,000 2,950,000,000 3,050,000,000
Penataan Ruang
Program peningkatan
13 pengembangan sistem pelaporan 450,000,000 224,430,200 300,000,000 400,000,000 400,000,000 400,000,000
capaian kinerja dan keuangan
Program Pengembangan
14 1,000,000,000 284,905,500 1,300,000,000 2,125,000,000 3,137,500,000 4,656,250,000
Data/Informasi
Program Perencanaan
15 250,000,000 248,017,143 300,000,000 540,000,000 572,400,000 686,880,000
Pembangunan Daerah
Mendasarkan pada hal tersebut, pelaksanaan Rencana Strategis OPD Pekerjaan Umum,
Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 sangat penting
mendukung pencapaian tujuan perencanaan pembangunan dalam 5 (lima) tahun ke depan.
Penyusunan perencanaan pembangunan yang berkualitas akan menopang dalam mewujudkan
pembangunan yang berkualitas terutama dalam mencapai visi dan misi Kepala Daerah.
Rencana Strategis OKPD Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan
Riau Tahun 2016-2021 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Gubernur dan Wakil
Gubernur hasil Pemilihan Kepala Daerah yang dilaksanakan secara langsung pada Tahun 2015
dan telah dituangkan dalam dokumen RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021.
Dokumen Renstra ini merupakan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja OPD Pekerjaan
Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau. Untuk itu perlu ditetapkan
kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut :
1. OPD Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau
berkewajiban untuk melaksanakan program-program dalam Renstra OPD Pekerjaan Umum,
Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 dengan sebaik-
baiknya;
2. OPD Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau
berkewajiban untuk menyusun rencana kerja sesuai dengan tugas dan fungsi yang disusun
dengan berpedoman pada Renstra dan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021;
3. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan Renstra OPD Pekerjaan Umum,
Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021, diwajibkan
menjabarkan Renstra ke dalam Rencana Kerja tahunan;
Renstra OPD Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun
2016-2021 merupakan indikator dalam proses evaluasi laporan pelaksanaan atas kinerja lima
tahunan dan tahunan, sehingga dapat meminimalisir pelaksanaan kegiatan yang menyimpang dari
visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2016-2021 sesuai dengan tupoksi OPD
Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau.