Daftil Osce Anestesi
Daftil Osce Anestesi
B. Soal:
Datang pasien dengan riwayat KLL ada jejas di cervikal dan clavicula (kayaknya) TTV
tunjukkan syok (tapi bradikardia). Tampak jejas dan bengkak pada femur kanan dan
abdomen.
Pertanyaan:
1. Diagnosa kerja dan diagnosa banding
2. Lakukan kanulasi vena perifer
3. 2 tatalaksana farmakologi
Jawaban:
1. Syok neurogenik (KHAS: ada trauma pada vertebra hipotensi dan bradikardi)
diagnosis banding: syok hipovolemik (curiga ada perdarahan yang tersembunyi di
abdomen dan femur)
2. Kanulasi vena perifer: SUDAH
3. Vasopressor: norepinefrin, adrenalin, epinefrin, dopamin, dobutamin
C. Soal
Seorang wanita, 68 th,masuk dengan keluhan lemah dan sesak yang dirasakan sejak 2 jam
yang lalu. Riwayat batuk dan demam sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat berobat ke poli
klinik 3 hari yang lalu, namun tidak rutin berobat. Riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung
disangkal. Batuk berdahak lendir kehijauan.
A : clear
B : Ronkhi +/+
C : 80/40 mmHg, nadi 112 cepat, lemah, reguler
D : GCS 13, pupil isokor 3 mm, RCL +/+
E : Suhu 38.5S
Lab : Wbc : 18.000, Plt : 105.000, Laktat : 4 mmol/L. Ro thorax : pneumonia bilateral
Tatalaksana awal : pasien sudah diberikan oksigen NRM 8 lpm, resusitasi 30 cc/kgbb, TD :
90/40 mmHg
Pertanyaan
1. Apa diagnosis kerja dan diagnoisis banding pasien?
2. Jelaskan prosedur pemasangan infus pada pasien!
3. Sebutkan 4 resusitasi awal yang dilakukan pada 1 jam pertama!
Jawaban
1. Diagnosis Kerja : Syok Septik
Diagnosis Banding : Syok Kardiogenik
2. Kanulasi vena perifer: SUDAH
3. Resusitasi awal yang dilakukan pada 1 jam pertama
Reaksi Anafilaksis?
Ya
- Identifikasi dan hentikan kontak dengan alergen
- Beri O2 8 L/menit. Pasang jalur intravena.
- Berikan adrenalin/epinefrin 1:1.000 secara IM
o Dewasa: 0,3-0,5 ml intramuscular pada paha sisi lateral
o Anak: 0,01 ml/kgBB. Suntikan pada kaki yang tidak diimunisasi
Ulangi 10-15 menit jika tidak ada perbaikan klinis. Maksimal 3 dosis.
Jika terdapat hipotensi atau takikardia bolus cairan
Anak : 20 mg/kgBB
Dewasa : 1 liter
Penatalaksanaan Lanjut
Antihistamin : H1 bloker mis: klorfeniramin (10 mg IV) dan H2 bloker ranitidin (50 mg
IV lambat) atau simetidin (200 mg IV lambat).
Kortikosteroid : mis. hidrokortison 200 mg IV diikuti dengan 100 – 200 mg 4 sampai 6 jam.
Steroid memakan waktu beberapa jam untuk mulai bekerja.
NYERI
Soal :
Seorang laki-laki 18 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kaki dan tangan setelah kecelakaan
sekitar 1 jam yang lalu. Pasien telah diberikan antinyeri namun dirasakan efeknya belum maksimal.
TTV .....
1) Lakukan anamnesis pada pasien
2) Jelaskan kepada penguji klasikasi berdasarkan waktu nyeri, jenis nyeri, skala nyeri, ada tidaknya
noxious
3) Berikan penatalaksanaan yang sesuai pada pasien (tulis resepnya)
4) Farmakodinamik dari terapi yang berikan
Jawab :
1) Anamnesis sesuai PQRST walaupun tidak berurutan
- Perkenalkan diri dan tanyakan identitas pasien
“Selamat pagi bapak, saya dr. Sitti Putrihutami yang sedang bertugas pada hari ini. Benar
dengan Bapak X? Umurnya berapa pak? Pekerjaannya apa? Alamatnya dimana pak?”
- Tanyakan keluhan utama
- Tanyakan PQRST
Provokes (penyebab nyeri) : kecelakaan, perkelahian, dll
Quality (kualitas nyeri) : terasa tajam, terbakar, tertusuk, kolik, dll
Radiates (penyebaran nyeri) : lokasi nyeri, apakah menyebar/tidak
Severity (derajat keparahan) : tayakan skala nyeri 1-10 (NRM)
Time (waktu terjadinya luka) : mulai munculnya, terus menerus/hilang timbul
- Riwayat berobat sebelumnya
2) Jelaskan kepada penguji :
Klasifikasi berdasarkan waktu nyeri :
nyeri akut (<3 bulan) atau nyeri kronik (>3 bulan)
Jenis nyeri :
- Nyeri visceral (berasal dari organ interna) atau
- Nyeri somatik : Somatik Permukaan (terlokalisasi jelas, tajam/menusuk/terbakar)
Somatik dalam (nyeri tumpul & lokasi kurang jelas, biasa
mengenai otot, sendi tulang)
Skala nyeri (Menggunakan Numeric Rating Scale/NRS)
4) Farmakodinamik:
INTUBASI ENDOTRACHEAL TUBE
Soal :
Pasien datang dengan luka bakar pada wajah dan leher, terdapat jelaga dan bengkak pada mulut dan
hidung. TTV .......
1) Sebutkan diagnosa pada kasus diatas
2) Lakukan intubasi
Jawab :
1) Trauma inhalasi
2) Langkah-langkah intubasi
- Pastikan jalan napas tetap bebas dan oksigenasi tetap berjalan
- Bila pasien sementara diberikan napas bantu dengan bag-valve-mask (BVM), berikan
preoksigenasi yang cukup sebelum dilakukan intubasi
- Siapkan alat dan bahan (STATICS)
Scope (Laringoscope dan Stethoscope)
Tube (Endotracheal tube)
Airway (Oropharyngeal tube (OPA) alias guedel)
Tape (Plaster)
Introducer (Mandrin/stilet)
Connector (Penghubung ett ke BVM/pipa bentuk siku)
Suction (Alat penghisap) dan Spoit 10 cc
- Lakukan cuci tangan rutin dilanjutkan menggunakan handscoen
- Kembangkan pipa ett dengan udara dari spoit 10cc untuk memastikan balon tidak bocor. Bila
tidak bocor kempiskan kembali
- Oleskan ujung ett dengan jelly secukupnya dan pasang stiletnya (jangan lupa!)
- Posisikan pasien sniffing position dengan cara kepala diekstensikan maksimal dan
menggunakan ganjalan 10 cm, tujuannya agar oral, faring dan laring menjadi satu aksis.
Usahakan kepala pasien sejajar dengan umbilikus pemeriksa
- Sambungkan daun laringoskop dengan pemegangnya kemudian periksa terangnya lampu
(pilih daun laringoskop yang paling besar karena mulut manikinnya besar)
- Pegang laringoskop dengan tangan kiri
- Masukkan laringoskop di bagian kanan mulut pasien kemudian geser lidah ke sebelah kiri
- Identifikasi secara visual epiglotis kemudian plica vocalis
- Masukkan pipa ett ke dalam plica vocalis dengan hati-hati sampai batas bagian hitam tanpa
menekan gigi atau jaringan di mulut
- Kembangkan balon dengan udara dari spoit 10 cc
- Sambungkan pipa ett ke BVM menggunakan connector kemudian pompa sambil melihat
pengembangan dada
- Auskultasi mengguanakan stetoskop pada dada kiri dan kanan (bagian apex dan basal) untuk
memastikan bunyi pernapasan sama
- Pasang Oropharyngeal tube (OPA/guedel) kemudian fiksasi dengan plester
- Bereskan alat dan bahan, lepas handscoen dan cuci tangan rutin
Exposure
- Cek suhu tubuh
- Cek tanda-tanda trauma pada tubuh pasien
2) Tatalaksana pengelolaan jalan napas
Problem : airway->listen->ada snoring!
Snoring adalah suara yang disebabkan oleh sumbatan parsial yang biasanya disebabkan oleh
jatuhnya lidah ke belakang.
Karena problemnya ada di airway maka lakukan manajemen airway baik tanpa alat maupun
menggunakan alat.
Head-tilt (dorong kepala ke belakang)
Letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah, sehingga kepala menjadi
tengadah sehingga penyangga lidah terangkat ke depan
Chin lift
Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien, kemudian angkat
dan dorong tulangnya ke depan
Jaw thrust
Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah di depan
barisan gigi atas.
Karena problemnya ada di snoring maka lakukan fiksasi pangkal lindah menggunakan
oropharingeal tube/guedel
Cara pemasangan :
- Kedua tangan sudah terpasang handscoen
- Siapkan guedel yang sesuai dengan ukuran pasien (ukur dari lobus telinga-sudut bibir)
- Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit (ke palatum)
- Masukkan separuh, putar lengkungan mengarah ke bawah lidah
- Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat
- Yakinkan lidah sudah tertopang dengan guedel dengan cara evaluasi kembali look, listen and
feel pasca pemasangan.
Apabila problemnya gargling (cairan) -> bersihkan jalan napas dengan sapuan jari atau
suction
Apabila ada sumbatan jalan napas parsial ec benda asing padat misal tesedak -> lakukan
manuver (back blow, abdominal thrust,dll) sesuai indikasi dan usia
Dll
Interpretasi patologis pasien: RR: 6x/menit, bunyi napas stridor dan gurgling, bunyi stridor
hilang dengan triple airway maneuver dan pemasangan OPA, gurgling hilang dengan suction,
SpO2 = 50%, TD: 150/90 mmHg, N: 112x/menit, CRT memanjang, Akral dingin, GCS 3.
Pasien ini mengalamani gagal napas/ henti napas/ distress napas?
Jawabannya adalah gagal napas tipe I. penurunan kesadaran, desaturasi, frekuensi napas
menurun, jika bisa dilakukan pemeriksaan PaO2.
Soal :
Seorang pasien tiba-tidak tidak sadarkan diri saat sudah tiba di IGD. Tidak ada nadi dan tidak ada
napas.
1) Lakukan resusitasi jantung paru
2) Jelaskan dan lakukan pemberian bantuan napas dengan Bag Valve Mask (BVM)
3) Jelaskan dosis dan pemberian epinefrin
Jawab :
1) Resusitasi Jantung Paru
1. Perkenalkandiri kepada keluarga pasien atau orang yang mengantar pasien
“Permisi, saya dr. Wd Vian yang bertugas hari ini. Saat ini saya akan melakukan penanganan
kepada pasien”
2. Terapakn sistem danger 3A
Amankan penolong ; menggunakan APD
Amankan Pasien ; berada di tempat yang lurus dan datar
Amankan lingkungan sekitar ; jauh dari kerumunan orang
3. Cek kesadaran pasien dengan cara memanggil/menggoyangkan tubuh pasien/dengan
rangsangan nyeri.
4. Kalau tidak ada respon call for help (kalau skenarionya di RS, minta aktifkan code blue dan
minta defibrilator atau AED)
5. Posisikan penolong di samping pasien
6. Cek nadi karotis sambil lihat pengembangan dinding dada (selama 10 detik)
7. Kalau tidak ada nadi dan napas, Informed consent kekeluarga pasien untuk di RJP
8. Tentukan titik tumpu (di pertengahan sternum bagaian bawah atau 2 cm diatas proc.
Xiphoideus)
9. “Selanjutnya kita akan melakukan RJP yang berkualiatas, yaitu :
Penekanan dengan kecepatan yang adekuat (100-120 kali/menit)
Kedalaman kompresi 5 cm
Recoil dada yang sempurna setelah setiap penekanan
Minimalkan interupsi
Hindari ventilasi yang berlebihan
Tangan penolong tegak lurus dengan dada pasien
10. (Lakukan kompresi 5 siklus (30:2 atau 2 menit)
11. Bila ada nadi, tidak ada napas -> lakukan ventilasi 10-12x/menit
12. Bila ada AED atau Defibrilator -> DC syok monofasik 360 joule, bifasik 120-200 joule
“Mohon maaf apabila ada kekeliruan, jika ada yang tidak sesuai silahkan diedit. Terima kasih”