Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR TILIK OSCE ANESTESI

KANULASI VENA PERIFER (PEMASANGAN INFUS)


Soal :
A. Seorang laki-laki dilarikanke IGD karena mengalami penurunan kesadaran setelah
disuntikkan kontras intravena.Tekanan darah 80/palpasi, nadi takikardi, pernapasan takipneu.
Tindakan awal yang telah dilakukan:
1) Melepas bantal dari kepala pasien
2) Membuka jalan napas
3) Memasang oksigen 10 lpm dengan NRM
4) Meletakkan bantal di kaki pasien sehingga pasien berada dalam posisi trendelenburg
5) Kebutuhancairan 1000cc dalam 30 menit
Lakukan :
1) Sebutkan diagnosis dan minimal 1 diagnosis banding padakasusdiatas!
2) Lakukan pemasangan infus sambil menjelaskan tindakan yang dilakukan kepada penguji!
3) Sebutkan 3 tatalaksana farmakologi yang dapat diberikan!
Jawab :
1) Diagnosis : Syok Anafilaktik
Diagnosis banding :Reaksi anafilaktoid berat
2) Kanulasi Vena Perifer
1. Memperkenalkandiridan informed consent.
“Selamat pagi pak, perkenalkan saya dr. SittiIsmina yang sedang bertugas hari ini”
Menjelaskan prosedur pemasangan pada pasien atau keluarganya
“Saya akan melakukan pemasangan infus pada bapak, gunanya untuk memasukkan cairan
ketubuh bapak melalui pembuluh darah vena. Mungkin hal ini agak kurang nyaman namun
saya akan melakukannya sebaik mungkin. Jika bapak bersedia silahkan berbaring pak”
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan:
 Sarung tangan
 Tourniquet
 Kapas alkohol
 Infus set atau transfusi set
Periksa apakah infus/transfusi set sudahd ihubungkan dengan cairan
Pastikan bahwa dalam selang tersebut tidak terdapat udara
 Larutan intravena (RL atau NS 0,9 %)
 Kateter IV polyurethane protective/ abocatch (berbagai ukuran untuk dewasa dan
anak) ->sebutkan ukuran yang ada di mejaujian
 Plester
3. Identifikasi dan melakukan penilain terhadap vena yang akan dipilih.
Pilihlah tempat yang paling distal untuk menjaga potensial yang lebih proximal, memilih
ekstremitas yang non-dominan, daerah dorsal manus, tidak becabang dan tidak di
persendian.Pilih vena yang besar untuk pasien curiga syok.
4. Cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan memakai sarung tangan
5. Memasang torniket
Tempat pemasangan tourniquet sebaiknya pada pertengahan lengan (antara pergelangan
tangan dan siku) atau pertengahan tungkai bawah sedikit dibawahnya. Bila torniket sudah
dipasang tetapi vena belum terbendung, dapat dilakukan tepukan pada vena Membersihkan
tempat insersi dengan desinfektan (alcohol) dan biarkan sampai kering Setelah kulit
dibersihkan, harus diterapkan “notouch”
6. Tangan kiri menggenggam area di bawah tempat penusukan, gunakan ibu jari untuk
menstabilisasi vena dan jaringan lunak
7. Memposisikan bevel kateter iv menghadap keatas, pegang diantara ibujari dan jari
telunjuk
8. Memegang kateter iv dengan membentuk sudut 45 diatas permukaan kulit dan gerakkan
ujung jarum melewati vena secara langsung
9. Dorong kateter iv memasuki vena dengan pelan, pastikan adanya aliran balik vena.
Apabila terasa sensasi resistensi yang segera diikuti oleh penetrasi yang mulus, maka hal
itu menandakan kateter telah memasuki vena.
10. Dorong kateter beserta mandrinnya kira kira sejauh 3-5 mm lagi untuk memastikan
kateter masuk
11. Tarik mandarin keluar, dorong kateter sampai pangkalnya menyentuh kulit
12. Buang mandarin bekas pakai di tempat yang aman
13. Lepaskan torniket
14. Hubungkan kateter dengan infuse/transfuse set. Bila tersedia dapat dihubungkan dengan
”Threeway stop cock”
15. Guyur cairan dan lihat kelancaran tetesannya
16. Rekatkan 1 plester lebar 5 mm secara menyilang sedemikian rupa sehingga berbentuk
huruf V di bawah pangkal kateter hingga menutupi tempat insersi kateter tersebut.
Gunakan 2 lembar plester ,satu untuk fiksasi kateter iv dan yang satunya untuk fiksasi
selang infus set.
17. Imobilisasi ekstremitas dengan papan pengalas bila ada indikasi (missal pada anak-anak)
18. Instruksikan pada pasien :
 Hindari gerakan-gerakan lengan yang tidak perlu
 Segera beritahu perawat/ dokter bila lengan membengkak, nyeri, perdarahan atau jika
terjadi kebocoran dari tempat insersi
19. Label bahan pembalut dengan tanggal, ukuran kateter dan inisial yang memasang infuse
20. Tulis juga distatus penderita tentang: tanggal pemasangan, ukuran kateter, inisial yang
memasang infuse, Tempat insersi, Toleransi pasien dan respon terhadap terapi

B. Soal:
Datang pasien dengan riwayat KLL ada jejas di cervikal dan clavicula (kayaknya) TTV
tunjukkan syok (tapi bradikardia). Tampak jejas dan bengkak pada femur kanan dan
abdomen.
Pertanyaan:
1. Diagnosa kerja dan diagnosa banding
2. Lakukan kanulasi vena perifer
3. 2 tatalaksana farmakologi

Jawaban:
1. Syok neurogenik (KHAS: ada trauma pada vertebra hipotensi dan bradikardi)
diagnosis banding: syok hipovolemik (curiga ada perdarahan yang tersembunyi di
abdomen dan femur)
2. Kanulasi vena perifer: SUDAH
3. Vasopressor: norepinefrin, adrenalin, epinefrin, dopamin, dobutamin

C. Soal
Seorang wanita, 68 th,masuk dengan keluhan lemah dan sesak yang dirasakan sejak 2 jam
yang lalu. Riwayat batuk dan demam sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat berobat ke poli
klinik 3 hari yang lalu, namun tidak rutin berobat. Riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung
disangkal. Batuk berdahak lendir kehijauan.
A : clear
B : Ronkhi +/+
C : 80/40 mmHg, nadi 112 cepat, lemah, reguler
D : GCS 13, pupil isokor 3 mm, RCL +/+
E : Suhu 38.5S
Lab : Wbc : 18.000, Plt : 105.000, Laktat : 4 mmol/L. Ro thorax : pneumonia bilateral
Tatalaksana awal : pasien sudah diberikan oksigen NRM 8 lpm, resusitasi 30 cc/kgbb, TD :
90/40 mmHg
Pertanyaan
1. Apa diagnosis kerja dan diagnoisis banding pasien?
2. Jelaskan prosedur pemasangan infus pada pasien!
3. Sebutkan 4 resusitasi awal yang dilakukan pada 1 jam pertama!
Jawaban
1. Diagnosis Kerja : Syok Septik
Diagnosis Banding : Syok Kardiogenik
2. Kanulasi vena perifer: SUDAH
3. Resusitasi awal yang dilakukan pada 1 jam pertama

ALGORITMA TATALAKSANA SYOK ANAFILAKTIK

Reaksi Anafilaksis?

- Posisikanpasien supine (pasienhamil miring kiri), elevasikan kaki.


- Periksa Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure
Riwayatreaksi alergiberat, onset cepat, terdapat respiratory compromisea
tau hipotensi, atau gagal fungsi end-organ, dengan perubahan pada kulit.

Ya
- Identifikasi dan hentikan kontak dengan alergen
- Beri O2 8 L/menit. Pasang jalur intravena.
- Berikan adrenalin/epinefrin 1:1.000 secara IM
o Dewasa: 0,3-0,5 ml intramuscular pada paha sisi lateral
o Anak: 0,01 ml/kgBB. Suntikan pada kaki yang tidak diimunisasi

Ulangi 10-15 menit jika tidak ada perbaikan klinis. Maksimal 3 dosis.
Jika terdapat hipotensi atau takikardia  bolus cairan
Anak : 20 mg/kgBB
Dewasa : 1 liter

Difenhidramin diberikan untuk mengatasi gejala tambahan seperti pruritus,


eritem, dan urtikaria dengan dosis 1,25 mg/kg, maksimal 50 mg IM.
Berikan1x .Diberikan hanya setelah diberikan epinefrin.

Observasi tanda-tanda vital


Cara membuat sediaan adrenalin :
1: 10.000 (10 mL larutan mengandung 1 mg adrenalin)
1: 1.000 (1 mL larutan mengandung 1 mg adrenalin)

Penatalaksanaan Lanjut
 Antihistamin : H1 bloker mis: klorfeniramin (10 mg IV) dan H2 bloker ranitidin (50 mg
IV lambat) atau simetidin (200 mg IV lambat).
 Kortikosteroid : mis. hidrokortison 200 mg IV diikuti dengan 100 – 200 mg 4 sampai 6 jam.
Steroid memakan waktu beberapa jam untuk mulai bekerja.

NYERI
Soal :
Seorang laki-laki 18 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kaki dan tangan setelah kecelakaan
sekitar 1 jam yang lalu. Pasien telah diberikan antinyeri namun dirasakan efeknya belum maksimal.
TTV .....
1) Lakukan anamnesis pada pasien
2) Jelaskan kepada penguji klasikasi berdasarkan waktu nyeri, jenis nyeri, skala nyeri, ada tidaknya
noxious
3) Berikan penatalaksanaan yang sesuai pada pasien (tulis resepnya)
4) Farmakodinamik dari terapi yang berikan
Jawab :
1) Anamnesis sesuai PQRST walaupun tidak berurutan
- Perkenalkan diri dan tanyakan identitas pasien
“Selamat pagi bapak, saya dr. Sitti Putrihutami yang sedang bertugas pada hari ini. Benar
dengan Bapak X? Umurnya berapa pak? Pekerjaannya apa? Alamatnya dimana pak?”
- Tanyakan keluhan utama
- Tanyakan PQRST
Provokes (penyebab nyeri) : kecelakaan, perkelahian, dll
Quality (kualitas nyeri) : terasa tajam, terbakar, tertusuk, kolik, dll
Radiates (penyebaran nyeri) : lokasi nyeri, apakah menyebar/tidak
Severity (derajat keparahan) : tayakan skala nyeri 1-10 (NRM)
Time (waktu terjadinya luka) : mulai munculnya, terus menerus/hilang timbul
- Riwayat berobat sebelumnya
2) Jelaskan kepada penguji :
 Klasifikasi berdasarkan waktu nyeri :
nyeri akut (<3 bulan) atau nyeri kronik (>3 bulan)
 Jenis nyeri :
- Nyeri visceral (berasal dari organ interna) atau
- Nyeri somatik : Somatik Permukaan (terlokalisasi jelas, tajam/menusuk/terbakar)
Somatik dalam (nyeri tumpul & lokasi kurang jelas, biasa
mengenai otot, sendi tulang)
 Skala nyeri (Menggunakan Numeric Rating Scale/NRS)

 Ada tidaknya noxious : Ya atau tidak


3) Tatalaksana sesuai step ladder WHO dan dosisnya

4) Farmakodinamik:
INTUBASI ENDOTRACHEAL TUBE
Soal :
Pasien datang dengan luka bakar pada wajah dan leher, terdapat jelaga dan bengkak pada mulut dan
hidung. TTV .......
1) Sebutkan diagnosa pada kasus diatas
2) Lakukan intubasi

Jawab :
1) Trauma inhalasi
2) Langkah-langkah intubasi
- Pastikan jalan napas tetap bebas dan oksigenasi tetap berjalan
- Bila pasien sementara diberikan napas bantu dengan bag-valve-mask (BVM), berikan
preoksigenasi yang cukup sebelum dilakukan intubasi
- Siapkan alat dan bahan (STATICS)
Scope (Laringoscope dan Stethoscope)
Tube (Endotracheal tube)
Airway (Oropharyngeal tube (OPA) alias guedel)
Tape (Plaster)
Introducer (Mandrin/stilet)
Connector (Penghubung ett ke BVM/pipa bentuk siku)
Suction (Alat penghisap) dan Spoit 10 cc
- Lakukan cuci tangan rutin dilanjutkan menggunakan handscoen
- Kembangkan pipa ett dengan udara dari spoit 10cc untuk memastikan balon tidak bocor. Bila
tidak bocor kempiskan kembali
- Oleskan ujung ett dengan jelly secukupnya dan pasang stiletnya (jangan lupa!)
- Posisikan pasien sniffing position dengan cara kepala diekstensikan maksimal dan
menggunakan ganjalan 10 cm, tujuannya agar oral, faring dan laring menjadi satu aksis.
Usahakan kepala pasien sejajar dengan umbilikus pemeriksa
- Sambungkan daun laringoskop dengan pemegangnya kemudian periksa terangnya lampu
(pilih daun laringoskop yang paling besar karena mulut manikinnya besar)
- Pegang laringoskop dengan tangan kiri
- Masukkan laringoskop di bagian kanan mulut pasien kemudian geser lidah ke sebelah kiri
- Identifikasi secara visual epiglotis kemudian plica vocalis
- Masukkan pipa ett ke dalam plica vocalis dengan hati-hati sampai batas bagian hitam tanpa
menekan gigi atau jaringan di mulut
- Kembangkan balon dengan udara dari spoit 10 cc
- Sambungkan pipa ett ke BVM menggunakan connector kemudian pompa sambil melihat
pengembangan dada
- Auskultasi mengguanakan stetoskop pada dada kiri dan kanan (bagian apex dan basal) untuk
memastikan bunyi pernapasan sama
- Pasang Oropharyngeal tube (OPA/guedel) kemudian fiksasi dengan plester
- Bereskan alat dan bahan, lepas handscoen dan cuci tangan rutin

PENGELOLAAN JALAN NAPAS


Soal :
Seorang Laki-laki 40 tahun datang dengan tidak sadarkan diri. Riwayat hipertensi dan diabetes tidak
terkontrol.
1) Lakukan pemeriksaan initial assessment pada pasien
2) Jelaskan tatalaksana pengelolaan jalan napas pada pasien
Jawab :
1) Pemeriksaan Primary Survey (ABCDE)
Airway
- Look (lihat)
Melihat pergerakan dinding dada dan adanya retraksi sela iga
- Listen (dengar)
Mendengar suara pernapasan (gargling, stridor, dll)
- Feel (rasa)
Merasakan ada tidaknya hembusan napas
Breathing
- Inspeksi : Menilai frekuensi pernapasan, pengembangan dada simetris/tidak
- Palpasi : Menilai krepitasi, nyeri tekan
- Perkusi : sonor, pekak, dll
- Auskultasi : vesikuler, bronchovesikuler, wheezing, ronkhi, dll
- Pasang dan nilai SpO2
Circulation
- Cek tekanan darah
- Cek frekuensi nadi, kuat angkat, reguler
- Cek CRT
- Cek akral
Disability
- Cek GCS
- Cek pupil isokor/anisokor, refleks cahaya langsung dan tidak langsung, ukuran diameter pupil

Exposure
- Cek suhu tubuh
- Cek tanda-tanda trauma pada tubuh pasien
2) Tatalaksana pengelolaan jalan napas
Problem : airway->listen->ada snoring!
Snoring adalah suara yang disebabkan oleh sumbatan parsial yang biasanya disebabkan oleh
jatuhnya lidah ke belakang.
Karena problemnya ada di airway maka lakukan manajemen airway baik tanpa alat maupun
menggunakan alat.
Head-tilt (dorong kepala ke belakang)
Letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah, sehingga kepala menjadi
tengadah sehingga penyangga lidah terangkat ke depan
Chin lift
Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien, kemudian angkat
dan dorong tulangnya ke depan
Jaw thrust
Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah di depan
barisan gigi atas.
Karena problemnya ada di snoring maka lakukan fiksasi pangkal lindah menggunakan
oropharingeal tube/guedel
Cara pemasangan :
- Kedua tangan sudah terpasang handscoen
- Siapkan guedel yang sesuai dengan ukuran pasien (ukur dari lobus telinga-sudut bibir)
- Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit (ke palatum)
- Masukkan separuh, putar lengkungan mengarah ke bawah lidah
- Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat
- Yakinkan lidah sudah tertopang dengan guedel dengan cara evaluasi kembali look, listen and
feel pasca pemasangan.

 Apabila problemnya gargling (cairan) -> bersihkan jalan napas dengan sapuan jari atau
suction
 Apabila ada sumbatan jalan napas parsial ec benda asing padat misal tesedak -> lakukan
manuver (back blow, abdominal thrust,dll) sesuai indikasi dan usia
 Dll
 Interpretasi patologis pasien: RR: 6x/menit, bunyi napas stridor dan gurgling, bunyi stridor
hilang dengan triple airway maneuver dan pemasangan OPA, gurgling hilang dengan suction,
SpO2 = 50%, TD: 150/90 mmHg, N: 112x/menit, CRT memanjang, Akral dingin, GCS 3.
Pasien ini mengalamani gagal napas/ henti napas/ distress napas?
Jawabannya adalah gagal napas tipe I. penurunan kesadaran, desaturasi, frekuensi napas
menurun, jika bisa dilakukan pemeriksaan PaO2.

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)


(Yang ini sesuai nyanyiannya kakak2 senior, sesuaikan tambahannya dengan penuntun CSL)

Soal :
Seorang pasien tiba-tidak tidak sadarkan diri saat sudah tiba di IGD. Tidak ada nadi dan tidak ada
napas.
1) Lakukan resusitasi jantung paru
2) Jelaskan dan lakukan pemberian bantuan napas dengan Bag Valve Mask (BVM)
3) Jelaskan dosis dan pemberian epinefrin

Jawab :
1) Resusitasi Jantung Paru
1. Perkenalkandiri kepada keluarga pasien atau orang yang mengantar pasien
“Permisi, saya dr. Wd Vian yang bertugas hari ini. Saat ini saya akan melakukan penanganan
kepada pasien”
2. Terapakn sistem danger 3A
 Amankan penolong ; menggunakan APD
 Amankan Pasien ; berada di tempat yang lurus dan datar
 Amankan lingkungan sekitar ; jauh dari kerumunan orang
3. Cek kesadaran pasien dengan cara memanggil/menggoyangkan tubuh pasien/dengan
rangsangan nyeri.
4. Kalau tidak ada respon call for help (kalau skenarionya di RS, minta aktifkan code blue dan
minta defibrilator atau AED)
5. Posisikan penolong di samping pasien
6. Cek nadi karotis sambil lihat pengembangan dinding dada (selama 10 detik)
7. Kalau tidak ada nadi dan napas, Informed consent kekeluarga pasien untuk di RJP
8. Tentukan titik tumpu (di pertengahan sternum bagaian bawah atau 2 cm diatas proc.
Xiphoideus)
9. “Selanjutnya kita akan melakukan RJP yang berkualiatas, yaitu :
 Penekanan dengan kecepatan yang adekuat (100-120 kali/menit)
 Kedalaman kompresi 5 cm
 Recoil dada yang sempurna setelah setiap penekanan
 Minimalkan interupsi
 Hindari ventilasi yang berlebihan
 Tangan penolong tegak lurus dengan dada pasien
10. (Lakukan kompresi 5 siklus (30:2 atau 2 menit)
11. Bila ada nadi, tidak ada napas -> lakukan ventilasi 10-12x/menit
12. Bila ada AED atau Defibrilator -> DC syok monofasik 360 joule, bifasik 120-200 joule

2) Teknik Menggunakan BVM


1. Pilih masker yang sesuai dengan ukuran pasien (menutupi mulut dan hidung)
2. Hubungkan BVM dengan masker dan selang oksigen, kemudian alirkan oksigen sebanyak 12
lpm (penolong berada di atas kepala pasien)
3. Pompa BVM dengan teknik C Clem(ibu jari dan jari telunjuk memegang masker membentuk
huruf C dan 3 jari lainnya fiksasi di angulus mandibula sambil mengangkat dagu)
4. Lakukan 2 kali ventilasi dengan memperhatikan pengembangan dinding dada

3) Dosis dan Pemberian Epinefrin


 Kapan epinefrin digunakan ? Saat asistol (versi dr. Fitriani Asrul, Sp.An)
 Dosis : 1 mg dapat diulang 3-5 menit, dapat diencerkan 1:10.000, 1 mg epinefrin (1 cc)
dicampurkan dengan 20cc NaCl iv

“Mohon maaf apabila ada kekeliruan, jika ada yang tidak sesuai silahkan diedit. Terima kasih”

Anda mungkin juga menyukai