Anda di halaman 1dari 3

Asetosal

(FI V, hal 144)

 Sinonim : Asam Asetilsalisilat


 Rumus Molekul : C9H8O4 (FI V tahun 2020, hal 144)
 BM : 180,16 (FI V tahun 2020, hal 144)
 Pemerian : Hablur, umumnya seperti jarum atau lempengan
tersusun atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau lemah. Stabil
di udara kering, di udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam
salisilat dan asam asetat (FI V tahun 2020, hal 144).
 Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
larut dalam kloroform dan dalam eter, agak sukar larut dalam eter mutlak
(FI V tahun 2020, hal 144).
 Baku perbandingan : Baku pembanding Asam asetilsalisilat BPFI;
lakukan pengeringan diatas silika gel P selama 5 jam, sebelum digunakan.
Simpan dalam wadah tertutup rapat (FI V tahun 2020, hal 144).
 Susut pengeringan : tidak lebih dari 0,5% lakukan pengeringan di atas
silika gel P selama 5 jam (FI V tahun 2020, hal 144).
 Sisa pemijaran : tidak lebih dari 0,05% (FI V tahun 2020, hal 144).
 Suhu lebur : 141oC-144 oC (FI V tahun 2020, hal 144).
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat (FI V tahun 2020, hal
144).
 Khasiat : analgesik (FI III tahun 1997, hal 43)
 DM : 1 g sekali dan 8 g sehari (FI III tahun 1997, hal 43)
 Logam berat :Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan dengan
melarutkan 2 g zat dalam 25 ml aseton P, tambahkan 1ml air dan 10 ml
hidrogen sulfida LP: warna yang terjadi tidak lebih gelap dari pembanding
yang dibuat dari 25 ml aseton P, 2 ml Larutan baku timbal dan 10 ml
hidrogen sulfida LP (FI V tahun 2020, hal 144).
 Analisa Kualitatif
A. Panaskan dengan air selama beberapa menit, dinginkan dan tambahkan
1 atau 2 tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna merah ungu (FI V tahun
2020, hal 144).
B. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium
bromida P menunjukkan maksimum sama seperti pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Asam Asetilsalisilat BPFI (FI V tahun
2020, hal 144).
 Analisa Kuantitatif
A. Titrasi
Timbang saksama lebih kurang 1,5 g zat, masukkan ke dalam labu,
tambahkan 50,0 ml natrium hidroksida 0,5 N LV, didihkan campuran
secara perlahan-lahan selama 10 menit. Tambahkan indikator Fenolftalein
LP. Titrasi kelebihan natrium hidroksida dengan asam sulfat 0,5 N LV.
Lakukan penetapan blangko (FI V tahun 2020, hal 144).
B. KCKT
Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi. Fase gerak Larutkan 2g natrium 1-
heptansulfonat P dalam campuran 850 ml air dan 150 ml asetonitril P dan
tambahkan Asam asetat glasial P hingga pH 3,4. Larutan pengencer
Campuran asetonitril P-asam format P (99:1).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam Asetilsalisilat
BPFI, larutkan dalam. Larutan pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5
mg per ml. Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk setara dengan
lebih kurang 100 mg asam asetilsalisilat, masukkan ke dalam wadah yang
sesuai. Tambahkan 20,0 ml Larutan Pengencer dan lebih kurang 10 manik
kaca; kocok kuat-kuat selama lebih kurang 10 menit dan sentrifus (larutan
persediaan). Ukur saksama sejumlah volume Larutan persediaan encerkan
secara kuantitatif dalam 9 volume Larutan pengencer (larutan Uji). Simpan
sisa larutan persediaan untuk uji asam salisilat.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi.
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
kolom berukuran 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Prosedur:simpangan baku relatif tidak lebih dari 2,0%. Dalam
kromatogram yang sesuai, faktor ikutan tidak lebih besar dari 2,0.
Prosedur Suntikan secara terpisah masing-masing lebih kurang 1,0
mikroliter Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam asetil salisilat,
C9H8O4, yang digunakan dengan rumus:

200 C {rUrS }
C adalah kadar Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg per ml Larutan
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari Larutan Uji dan
Larutan baku.
(FI V tahun 2020, hal 144).

DAFTAR PUSTAKA
RI, K. Kesehatan. (1997). Farmakope Indonesia Edisi III (III). Jakarta, Indonesia.
RI, K. Kesehatan. (2020). Farmakope Indonesia Edisi V (V). Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai