Anda di halaman 1dari 6

1

TITRASI BEBAS AIR

Titrasi asam lemah dengan basa atau basa lemah dengan asam, dalam lingkungan tidak berair.
Banyak senyawa asam lemah atau basa lemah yang mempunyai Ka/Kb lebih kecil dari 10,6
dapat ditentukan kadarnya dengan cara titrasi bebas air dengan hasil yang memuaskan,
dibandingkan apabila ditentukan dengan cara titrasi asam basa biasa menggunakan pelarut
air. Keuntungan metode titrasi bebas air adalah :

1. Senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air dapat dilarutkan dalam pelarut organik yang
sesuai untuk titrasi senyawa tersebut.
2. Karena menggunakan pelarut organik, maka terjadinya ionisasi sangat kecil dibandingkan
dengan menggunakan media air, sehingga penetapan dapat dikerjakan dengan
menggunakan sedikit zat tanpa mengurangi kepekaan pengamatan titik akhir titrasi.
3. Ketelitian dan ketepatan dapat disamakan dengan metode titrasi asam basa biasa
4. Bahan-bahan pembawa dalam tablet/pulvis seperti amilum, gula, laktosa tidak
mempengaruhi titrasi.

Hal-hal yang harus diperhatkan pada titrasi bebas air :

 Alat-alat gelas harus benar-benar kering


 Pelarut yang digunakan untuk melarutkan, pentiter dan zat yang ditentukan harus bebas
air
 Pemilihan pelarut harus tepat, untuk melarutkan zat yang bersifat asam digunakan pelarut
basa, dan sebaliknya
 Zat yang akan ditentukan kadarnya harus dapat larut sempurna dalam pelarut yang
dipakai ; demikian juga hasil titrasi harus dalam keadaan terlarut. Jadi pada titik akhir
titrasi tidak ada endapan, karena apabila ada endapan akan menyerap warna indikator
 Titik akhir titrasi harus dapat dinyatakan dengan jelas bila ditentukan secara visual.
Apabila titik akhir titrasi ditentukan secara potensiometrik, daya hantar listrik harus besar,
bila perlu dengan cara mencampurkan pelarut lain yang mempunyai daya hantar listrik
besar.
 Pelarut yang dipakai harus mempunyai konstanta dielektrik yang kecil, seperti misalnya
benzena, toluena , para dioxan atau CHCl3

Pelarut yang digunakan untuk TBA dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu :

1. Aprotik
2

Pelarut ini mempunyai tetapan dielektrik yang rendah, bersifat inert, tidak
mengadakan reaksi dengan asam atau basa, karena tidak dapat menerima atau
memberi proton.
Conto : Benzena, CHCl3, Chlorbenzen, Nitrobenzen, CCl4
2. Protofilik
Merupakan pelarut yang sifatnya basa, dapat mengadakan reaksi dengan suatu asam
membentuk solvated proton dan basa konjugasi dari asam tersebut.
HB + S ----- SH+ B-
dimana HB : asam ; S : pelarut basa ; SH + : Solvated proton dan B- : Basa konjugasi
dari asam
Conoh : Eter, Amine
3. Protogenik
Merupakan pelarut yang bersifat asam dan dapat memperbesar kebasaan suatu basa
lemah.
Contoh : Asam sulfat
4. Amfiprotolitik
Pelarut ini menunjukkan sifat protofilik dan protogenik
Contoh : Asam Asetat glasial, alkohol
Pemilihan pelarut ini sangat penting, terutama untuk senyawa asam atau basa yang
lemah sekali. Juga harus diperhatikan benar-benar bahwa zat-zat yang akan dititrasi tersebut
harus mudah melarut dalam pelarut tersebut, dan garam yang terbentuk dari hasil titrasi juga
harus mudah melarut dalam pelarut yang digunakan.

Pelarut yang sering digunakan dalam TBA


 Asam asetat glasial
Dalam perdagangan biasanya mengandung air 1-2% dan titik bekunya adalah 16oC,
digunakan untuk melarutkan zat-zat yang bersifat basa.
 Dimetil formamide (DMF)
Merupakan pelarut yang bersifat alkalis, sehingga digunakan untuk melarutkan zat yang
bersifat asam; pada umumnya untuk melarutkan golongan barbital.
 N-butilamin
Merupakan pelarut yang bersifat basa, yang sedikit lebih basa dibanding DMF, sehingga
dapat melarutkan zat-zat yang bersifat asam lemah, msalnya sulfonamida
 Pelarut inert
CHCl3, benzen, nitrobenzen, dan lain sebagainya

Larutan pentiter TBA


1. Untuk basa-basa lemah
 Asam perklorat HClO4
Dalam perdagangan asam perklorat mempunyai kadar 60-70%. Merupakan asam kuat dan
paling sering digunakan. Pembuatannya dengan cara melarutkan HClO 4 dalam asam
asetat glasial. Pembakuan dilakukan dengan menggunakan Kalium Hidrogen Phtalat
(KHP) atau Natrium Karbonat yang sudah dikeringkan pada suhu 300o C
3

 Asam para toluen sulfonat


Bersifat asam yang lebih lemah dibandingkan HClO4, sehingga kurang baik untuk
mentitrasi basa yang lemah sekali

2. Untuk asam-asam lemah


 K/Na/Li metilat
Bersifat mudah mengabsorbsi CO2 dari udara, sehingga pada waktu titrasi dan
penyimpanan harus tertutup rapat. Adanya CO2 dapat merubah pH.

Penentuan titik akhir titrasi :


Visual : dengan memakai indikator yang dapat diamati perubahan warna nya. Indikator yang
biasanya digunakan dalam titrasi bebas air adalah crystal violet, methyl vioet, methyl red,
thymol blue dan quinaldin red.
 Potensiometris
 Amperometris

Pembuatan larutan pereaksi :


 Crystal violet P
Larutkan kristal violet P 0,2% b/v dalam asam asetat glasial P
 Raksa (II) asetat P 6,06 % dalam asam asetat glasial P
 Asam Perklorat 0,1N
Campur 8,5 mL asam perklorat (HClO4) 70 % dengan 500 mL asam asetat glasial P dan
21 mL asam asetat anhidrid P, dinginkan, tambahkan asam asetat glasial P secukupnya
hingga 1000 mL
Cara lain :
Campur 11 mL asam perklorat 60% P, dengan 500 mL asam asetat glasial P dan 30 mL
asam asetat anhidrid P, dinginkan, tambahkan asam asetat glasial secukupnya hingga
1000,0 mL
Setiap 1000,0 mL larutan 0,1N mengandung 10,05 g HClO4

Pembakuan :
Timbang seksama lebih kurang 700 mg kalium biftalat P yang sebelumnya telah
dihaluskan dengan hati-hati dan dikeringkan pada suhu 120o C selama 2 jam dan
dilarutkan dalam 50 mL asam asetat glasial P dalam labu 250 mL. Tambahkan 2 tetes
kristal violet LP dan titrasi dengan larutan asam perklorat sampai warna ungu berubah
menjadi hijau biru. Lakukan penetapan blanko. Hitung normalitas larutan.
1 mL asam perklorat 0,1N setara dengan 20,42 mg kalium biftalat

Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan kadarnya dengan cara TBA adalah amina
aromatis dan alifatis , alkaloida, antihistamin, antibiotika, asam-asam barbiturat, golongan
fenol dan golongan sulfonamida.
4

MODUL-7
1. Ephedrin Hidrochlorida (FI-V Halaman 363)
Timbang seksama lebih kurang 500 mg, larutkan dalam 25 mL asam asetat glasial P.
Tambahkan 10 mL raksa (II) asetat P dan 2 tetes kistal violet P. Titrasi dengan asam
perklorat 0,1 N LV hingga berwarna hijau zamrud. Lakukan penetapan blanko.
1mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,17 mg C10H15NO.HCl

2. Papaverin Hidrochlorida (FI V Halaman 994)


Timbang seksama lebih kurang 700 mg larutkan dalam 80 mL asam asetat glasial P;
tambahkan 10 mL larutan raksa (II) asetat LP dan 1 tetes indikator crystal violet LP.
Titrasi dengan asam perklorat HClO4 0,1 N LV (yang telah dibakukan dengan kalium
hidrogen phtalat terlebih dhulu) hingga titik akhir berwarna biru hijau. Lakukan
penetapan blanko
1 mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 37,59 mg C20H21NO4.HCl

3. Khlorpromazin Hidrochlorida (FI V Halaman 712)


Timbang seksama lebih kurang 700 mg, masukkan ke dalam gelas piala, larutkan
dalam 75 mL asam asetat glasial P. Tambahkan 10 mL larutan raksa (II) asetat LP.
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Tetapkan titik akhir titrasi secara
potensiometri.
1 mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 35,53 mg C17H19ClN2S.HCl

4. Kodein (FI-V Halaman 724)


Timbang seksama lebih kurang 250 mg, larutkan dalam 10 mL asam asetat glasial P
dan tambahkan 20 mL 1,4 dioksan P. Titrasi dengan asam perklorat 0,1N LV
menggunakan indikator kristal violet LP. Lakukan penetapan blangko.
1 mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 29,9 mg C18H21NO3
5. Klorokuin (FI-V Halaman 708)
Timbang seksama lebih kurang 250 mg, larutkan dalam 50 mL asam asetat glasial P.
Tambahkan kristal violet P.dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, Lakukan
penetapan blanko.
1 mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 15,99 C18H26ClN3
6. Kuinin Hidroklorida (FI-V Halaman 747)
Timbang seksama sampel sebanyak 300,0 mg larutkan dalam campuran 50 mL asam
asetat glasial P dan 20 mL anhidrida asam asetat P. tambahkan 5 mL larutan raksa
(II) asetat P. Titrasi dengan HClO4 0,1 N (yang telah dibakukan dengan Kalium
Hidrogen Phtalat terlebih dahulu) . tetapkan titik akhir secara potensiometrik.
1mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 18,04 mg C20H24H24N2O2.HCl

7. Kuinin Sulfat (FI V Halaman 748)


5

Timbang seksama lebih kurang 200 mg zat, larutkan dalam 20 mL anhidrida asam
asetat P, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV higga warna hijau hijau,
menggunakan indikator 4 tetes p-naftolbenzein LP. Gunakan mikroburet 10 mL.
Lakukan penetapan blanko.
Tiap mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 24,90 mg garam alkaloid total, dihitung
sebagai (C20H24N2O2)2.H2SO4

8. Etambutol Hidroklorida (FI V Halaman 397)


Timbang seksama sampel sebanyak 200 mg larutkan dalam 100 mL asam asetat
glasial P dan 5 mL raksa (II) asetat LP, tambahkan crystal violet LP dan titrasi
dengan asam perklorat 0,1 N LV (yang telah dibakukan dengan Kalium Hidrogen
Phtalat terlebih dahulu) sampai warna biru menjadi biru hijau. Lakukan penetapan
blanko.
1mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 13,86 mg C10H24N2O2.2HCl
6

JURNAL PRAKTIKUM
TITRASI BEBAS AIR
Hari :
Tanggal : Jam praktikum:
Kelompok :
Kode sampel :
Penetapan :
Pustaka :

A. Penimbangan sampel :
Berat wadah kosong = ........................gram
Berat wadah = ........................gram
Berat sampel = ........................gram

B. Pembuatan larutan baku primer


Baku primer yang ditimbang .................................... Berat Molekul =.....................
Berat baku primer yang ditimbang = ....................g; dilarutkan dalam LU..........mL
Normalitas larutan baku primer = .............................

C. Pembuatan larutan baku sekunder


Baku sekunder yang ditimbang/dipipet ......................
Berat/volume baku primer ................................ dilarutkan dalam ..............mL

D. Data titrasi sampel

E. Perhitungan Kadar

F. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai