Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 3

RANDI DEWA SA PUTRA

030697844

PENGEMBANGAN ORGANISASI

1. Jelaskan mengapa organisasi di Cianjur bertransformasi menjadi organisasi belajar (LO)

Jawab :

Mentransformasikan Organisasi Menjadi Learning Organizations

Perubahan tetap dan akan terus terjadi, dengan atau tanpa adanya kita. Kesiapan untuk
menghadapi perubahan merupakan pekerjaan besar yang harus dipersiapkan agar kita bisa
bertahan akibat gilasan perubahan. Perubahan itu terjadi di luar dari diri kita dan tidak akan
berkompromi dengan diri kita. Pante rei, menurut filsafat Yunani, segalanya bergerak, segalanya
mengalir, dan segalanya berubah karena perubahan merupakan tanda kehidupan.

Apa yang harus dipersiapkan dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut? Haruskah kita
berdiam diri, menunggu, dan akhirnya dilibas oleh perubahan global tersebut? Atau kita
kemudian memberikan reaksi dengan sangat reaktif dan kemudian menantang perubahan tersebut
?

Ketika perubahan itu datang dari luar diri kita dan kemudian kita bersikap reaktif dengannya,
melawannya, bahkan antipati dengan perubahan tersebut, maka kita menjadi bagian orang-orang
yang kalah. Untuk menghadapi perubahan itu kita harus berubah, selalu antisipatif dengan
kemungkinan-kemungkinan baru, dan kreatif menghadapi perubahan. Satu hal konkrit yang bisa
kita lakukan adalah dengan BELAJAR.
Hakikat belajar adalah perubahan, sedangkan manusia yang tidak mau dan mampu lagi untuk
berubah, dia telah mati. Merasa nyaman pada posisi sekarang, terlena pada zona nyaman, dan
merasa tenang dengan kemapanan yang telah didapatkan, innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Ya…,
dia telah MATI (RIP-Rest in Peace).

Belajar menjadi kata kunci dari proses perubahan. Sekarang yang menjadi pertanyaan BESAR
adalah sudahkah kita belajar? Sudahkah kita berubah dengan kita belajar?
Kadang kita sudah merasa cukup belajar dengan hanya menghafal pelajaran, membaca buku-
buku tebal, menghapal rumus-rumus rumit, dan memahami materi-materi yang didapatkan.
Contohnya, selama ini kita hanya belajar tentang manusia, dengan alat Biologi, Sosiologi,
Antropologi, Psikologi, dan logos-logos lainya. Namun kita sering melupakan untuk belajar
melakukan dan belajar menjadi manusia, dengan memahami jati diri kita, kenapa kita ada di
muka bumi ini, kenapa kita diciptakan, dan fitrah seperti apa yang seharusnya kita lakukan. Kita
hanya berkutat mempelajari skenario kehidupan kita, namun kita lupa untuk memainkan peran
dalam skenario kehidupan tersebut.

Sekarang saatnyalah kita membenahi proses belajar kita selama ini. Mari belajar dengan
mengalami apa yang kita pelajari. Karena kita tahu bahwa belajar yang paling berarti adalah
belajar dari pengalaman, sehingga pada akhirnya kita akan bisa menjadi diri kita sendiri setelah
melewati proses pengalaman yang panjang.
Salah satu usaha untuk bisa menghadapi perubahan adalah dengan terus menyempurnakan usaha
untuk menjadi manusia pembelajar. Ciri utama manusia pembelajar adalah selalu memperkaya
kapasitas dirinya, memperbaiki kekurangannya, terbuka terhadap kritik dan masukan orang lain,
dan tidak kolot terhadap perubahan. Dia adalah sosok manusia yang dinamis, selalu
membelajarkan dirinya dan juga mengajak orang-orang di sekelilingnya untuk terus belajar.
Sampai kemudian, ketika manusia-manusia pembelajar telah banyak dan berkumpul dalam
sebuah komunitas, sebuah lembaga, kelompok binaan, ataupun sebuah organisasi, mereka
dengan kesadaran yang luar biasa, berusaha menjadikan komunitas mereka sebagai komunitas
pembelajar. Di manapun dia berada, dia selalu menggelorakan semangat belajar (lifetime
learning). Tidak ada satu kejadianpun yang terlewatkan, melainkan untuk menggali pelajaran
dan hikmah. Setiap hari adalah perbaikan (istimrorul ihsan) untuk menjadi lebih baik dan menuju
kepada kesempurnaan (Kaizen).

ADVERTISEMENT
REPORT THIS AD

Andrias Harefa menyebutkan tiga tugas utama seorang manusia, yaitu menjadi: manusia
pembelajar, pemimpin sejati dan guru. Bagaimana manusia pembelajar sudah sedikit dipaparkan,
sementara pemimpin sejati merupakan proses yang harus di awali dengan menjadi manusia
pembelajar. Pemimpin sejati adalah orang yang mampu mengorganisiasikan dirinya,
mengorganisasikan sumber-sumber di sekitarnya, dan membimbing orang-orang di sekelilinya
untuk menjadi manusia pembelajar. Setiap orang mempunyai potensi menjadi pemimpin, karena
setiap orang adalah pemimpin, dan dibalik setiap kepemimpinan ada sebuah tanggung jawab,
yang merupakan tolok ukur dari tingkat kedewasaan seseorang. Sementara untuk menjadi
dewasa, seseorang harus BELAJAR.

Sedangkan GURU merupakan tingkatan di mana dia telah mampu menjadikan hari-harinya
menjadi hari yang penuh hikmah, mampu memberikan solusi bagi orang-orang di sekelilingnya,
dari sentuhan tarbiyahnya (pendidikan), telah melahirkan pemimpin-pemimpin sejati yang
mampu menjadikan dirinya sebagai unsur perubahan (agent of change). Seorang guru dalam
proses mendidiknya mampu menjalankan fungsinya sebagai seorang: walid (orang
tua), syaikh (bapak spiritual), ustadz (guru), dan Qoid (pemimpin).

Baik manusia pembelajar, pemimpin sejati, maupun guru mengemban tugas menjadikan
masyarakatnya menjadi masyarakat pembelajar, dan menjadikan lingkungan di mana mereka
beraktivitas sebagai lingkungan pembelajar. Masyarakat pembelajar dimungkinkan akan
terwujud dengan dikembangkannya organisasi pembelajar (Learning organization).

Organisasi pembelajar adalah organisasi yang memberikan kesempatan dan mendorong setiap
individu yang ada dalam organisasi tersebut untuk terus belajar dan memperluas kapasitas
dirinya. Dia merupakan organisasi yang siap menghadapi perubahan dengan mengelola
perubahan itu sendiri (managing change).

Komponen Learning Organization (LO)


Untuk memulai mentransformasikan organisasi di mana kita berada sekarang, terlebih dulu, mari
kita cermati komponen-komponen penting yang harus ada dalam organisasi pembelajar.
1. Learning (Belajar)
2. Organization (Organisasi)
3. People (Orang)
4. Knowlegde (Pengetahuan)
5. Technology (Teknologi)

Secara kasat mata, kelima komponen tadi ada dalam organisasi manapun, baik organisasi
konvensional maupun organisasi modern yang sudah menerapkan prinsip-prinsip pengembangan
organisasi. Lalu apa bedanya? Mari kita cermati bersama.

Belajar dalam LO merupakan ruh yang memberikan gerak bagi maju mundurnya suatu
organisasi. Belajar menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan organisasi atau
perusahaan tersebut. Setiap orang yang ada dalam LO didorong untuk mengembangkan diri dan
memperkaya kapasitas dirinya. Setiap individu terlatih dalam skill-skill belajar, learning how: to
do, to learn, to be, to life together. Mereka juga dengan antusiasme yang luar biasa, terus
berusaha menerapkan metode percepatan belajar. Dinamika pembelajaran itu berkembang tidak
hanya pada diri mereka seorang, tapi juga berkembang pada kelompok, bahkan sudah menjadi
budaya organisasi.

Dari sisi Organisasi, organisasi yang mempunyai semangat LO, mereka akan memperjelas visi
organisasi mereka, yang digali dari visi-visi individu. Visi mereka adalah visi yang jelas, semua
orang menghayati visi tersebut, karena visi tersebut digali dari diri mereka. Dalam LO ada
sebuah iklim yang terbentuk yang mendorong individu-individu yang ada untuk berkembang.
Secara struktural, LO adalah organisasi yang ramping, tidak gemuk dengan birokrasi yang
njlimet dan berbelit. Struktur yang ramping memungkinkan orang-orang yang ada dapat
berkoordinasi dengan efektif dan efesien. Dalam pelaksaan program kerja dan kegiatan,
orientasinya bukan pada hasil dan target pencapaian waktu saja, tapi lebih pada proses, terlebih
pada proses pembelajarannya.

Pemberdayaan SDM di LO menjadi bagian yang penting, orang yang ada di dalam organisasi,
maupun orang-orang yang ada di luar organisasi. Tidak ada gap atasan dan bawahan. Hungungan
dengan customer dibina dengan baik.
Knowlegde Management menjadi kebutuhan pokok yang harus dijalankan dengan untuk
memudahkan sirkulasi pengetahuan sehingga bisa berkembang dengan baik. Pengetahuan
dikelola dengan baik, dari bagaimana mendapatkan pengtahuan, menciptakan pengetahuan baru,
menyimpannya, dan kemudian menyebarkan pengatahuan untuk kemudian digunakan.

Dan yang terahir adalah pemanfaatan teknologi, yaitu berupa sistem informasi, belajar
berbasikan teknologi (komputer), sistem kinerja tinggi dengan sistem pendukung. Untuk yang
terakhir ini, masih cukup sulit dikembangkan di negara berkembang.

Prinsip-prinsip Learning Organization


Organisasi Pembelajar didasarkan atas beberapa ide dan prinsip yang integral kedalam struktur
organisasi. Peter Senge dalam hal ini menyebutkan bahwa inti dari Organisasi Pembelajar adalah
Disiplin Kelima (The Fifth Discipline), kelima disiplin itu adalah:
1. Keahlian Pribadi (Personal Mastery)
2. Model Mental (Mental Model)
3. Visi Bersama (Shared Vision)
4. Pembelajaran Tim (Team Learning)
5. Pemikiran Sistem (System Thinking)

Sementara itu Michael J. Marquardt menambahkan satu disiplin lagi yaitu


dialog (dialogue). Hampir sama dengan Marquardt, Douglas Guthrie menambahkan dan
menyempurnakan apa yang sudah di sampaikan oleh Peter Senge, penambahan dan
penyempurnaan itu adalah:
1. Pembelajaran Tim dan Pembelajaran Umum (Public and Team Learning)
2. Bertindak dengan penuh makna dan kemungkinan (Acting in High Level of Ambiguity)
3. Dialog secara umum (Dialogue Generatively)
4. Melihat organisasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan (Viewing the Organization as
an Integrated Whole)

1. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)


Penguasaan pribadi adalah suatu budaya dan norma lembaga yang terdapat dalam organisasi
yang diterapkan sebagai cara bagi semua individu dalam organisasi untuk bertindak dan melihat
dirinya.
Penguasaan pribadi merupakan suatu disiplin yang antara lain menunjukkan kemampuan untuk
senantiasa mengklarifikasi dan mendalami visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan
kesabaran, dan memandang realitas secara obyektif.
Penguasaan pribadi juga merupakan kegiatan belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi kita
untuk menciptakan hasil yang paling kita inginkan, dan menciptakan suatu lingkungan organisasi
yang mendorong semua anggotanya mengembangkan diri mereka sendiri kearah sasaran-sasaran
dan tujuan-tujuan yang mereka pilih.

2. Model/pola Mental (Mental Model)


Model mental adalah suatu prinsip yang mendasar dari Organisasi Pembelajar, karena dengannya
organisasi dan individu yang ada di dalamnya diperkenankan untuk berpikir dan merefleksikan
struktur dan arahan (perintah) dalam organisasi dan juga dari dunia luar selain organisasinya.
Senge menyebutkan bahwa model mental adalah suatu aktivitas perenungan, terus menerus
mengklarifikasikan, dan memperbaiki gambaran-gambaran internal kita tentang dunia, dan
melihat bagaimana hal itu membentuk tindakan dan keputusan kita.
Model mental terkait dengan bagaimana seseorang berpikir dengan mendalam tentang mengapa
dan bagaimana dia melakukan tindakan atau aktivitas dalam berorganisasi. Model mental
merupakan suatu pembuatan peta atau model kerangka kerja dalam setiap individu untuk melihat
bagaimana melakukan pendekatan terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain, model
mental bisa dikatakan sebagai konsep diri seseorang, yang dengan konsep diri tersebut dia akan
mengambil keputusan terbaiknya.

3. Visi Bersama (Shared Vision)


Visi bersama adalah suatu gambaran umum dari organisasi dan tindakan (kegiatan) organisasi
yang mengikat orang-orang secara bersama-sama dari keseluruhan identifikasi dan perasaan
yang dituju.
Dengan visi bersama organisasi dapat membangun suatu rasa komitmen dalam suatu kelompok,
dengan membuat gambaran-gambaran bersama tentang masa depan yang coba diciptakan, dan
prinsip-prinsip serta praktek-praktek penuntun yang melaluinya kita harapkan untuk bisa
mencapai masa depan.
4. Belajar Tim dan Belajar Umum (Public and Team Learning).
Belajar Tim adalah suatu keahlian percakapan dan keahlian berpikir kolektif, sehingga
kelompok-kelompok manusia secara dapat diandalkan bisa mengembangkan kecerdasan dan
kemampuan yang lebih besar dari pada jumlah bakat para anggotanya.
Public learning sendiri mengarah pada prinsip-prinsip melalui individu-individu yang didorong
untuk belajar secara terbuka dan menggali apa yang tidak mereka ketahui sekarang.

5. Pemikiran Sistem (Systems Thinking)


Pemikiran sistem (berpikir sistem) adalah suatu kerangka kerja konseptual. Yaitu suatu cara
dalam menganalisis dan berpikir tentang suatu kesatuan dari keseluruhan prinsip-prinsip
Organisasi Pembelajar. Tanpa kemampuan menganalisis dan mengintegrasikan disiplin-disiplin
Organisasi Pembelajar, tidak mungkin dapat menerjemahkan disiplin-displin itu kedalam
tindakan (kegiatan) organsasi yang lebih luas.
Disiplin ini membantu kita melihat bagaimana kita mengubah sistem-sistem secara lebih efektif,
dan bertindak lebih selaras dengan proses-proses yang lebih besar dari alam dan dunia ekonomi.
Berpikir sistem ini pengertiannya hampir sama dengan apa yang disampaikan oleh Guthrie
tentang Melihat organisasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan (Viewing organization
as integrated whole).

6. Bertindak dengan penuh makna (Acting in High Level of Ambiguity)


Dalam Organisasi Pembelajar, setiap individu didorong untuk dapat memanfaatkan seluruh
kemampuan dan kecerdasannya untuk menyikapi tantangan yang seringkali rumit dan penuh
kemungkinan (ambiguitas). Individu yang mampu menerapkan prinsip ini mampu beradaptasi
dengan baik dengan lingkungannya yang baru sekalipun. Modal utama untuk dapat menerapkan
prinsip ini adalah memanfaatkan pengetahuan dan seluruh potensinya tersebut.
Jika pada masa manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan dan keuangan, akan menghasilkan
budaya ketelitian dalam organisasi, maka saat manajemen didasarkan pada perancangan dan
pembelajaran, harus melahirkan budaya yang menyenangkan dalam berbagai bidang
kemungkinan. Komitmen dari suatu lembaga dan budaya terhadap prinsip ini merupakan bagian
penting dari Organisasi Pembelajar, karena ini adalah kesatuan untuk menerima fakta bahwa
masa mendatang dan struktur organisasi itu sendiri adalah tetap akan terus berubah.
Pihak manajemen dan para pegawai harus merasa senang untuk bertindak dalam berbagai
kemungkinan yang sulit.

7. Dialog (Dialogue Generatively)
Dialog adalah suatu bagian yang fundamental dari Organisasi Pembelajar. Dalam arti yang
sederhana, dialog adalah komunikasi. Ini adalah gabungan dari berbagai interaksi dalam
organisasi. Melalui dialog, setiap individu dengan interaktif menggali dan menyelesaikan satu
atau seluruh aspek tindakan yang ada dalam organisasi, bagaimana mereka menerima sistem dan
struktur dari organisasi, apa visi organisasi mereka.
Dialog merupakan bagian yang penting dari Public Learning. Hanya dengan dialog, individu
dapat menggali dengan interaktif berbagai isu yang ada dalam organisasi. Poin penting dari
dialog adalah tidak hanya untuk memahami apa yang terjadi dalam organisasi, bagaimana
individu mendapatkan pengalaman struktur dan proses dalam organisasi, tapi juga untuk
mengarahkan model-model baru, keterbukaan baru, dan tujuan baru untuk mendapatkan tindakan
yang lebih efektif dan pemahaman dan keyakinan yang mendalam.

8. Melihat organisasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan (Viewing the


Organization as an Integrated Whole)
Inilah gambaran organisasi sebagai suatu gabungan dari individu-individu yang ada dalam
organisasi.

Pertama, organisasi harus dilihat sebagai satu kesatuan dari seluruh komponen yang ada dalam
organisasi. Melihat gambaran yang lebih besar dari organisasi sebagai keseluruhan yang dinamis
adalah sesuatu yang penting untuk memahami bagaimana organisasi bergerak dan bagaimana
individu-individu dalam organisasi bergerak. Tindakan para manager akan berdampak pada
budaya organisasi, begitu juga tindakan dari beberapa departemen atau bidang dalam organisasi,
akan berdampak pada keseluruhan sistem yang ada pada organisasi. Oleh karena itu, melihat
organisasi sebagai satu keseluruhan yang tak terpisahkan merupakan langkah penting untuk
memahami organisasi.
Kedua, organisasi harus dilihat sebagai sebuah sistem sosial dunia yang dibangun, di mana
proses dan keluaran merupakan hasil dari faktor jaring sosial yang semuanya bergabung dalam
jalan yang membingungkan dan ambigu. Jika sebuah organisasi ingin mengetahui usaha yang
dapat berpengaruh terhadap keluaran, maka perlu adanya pendekatan yang beragam
(multivariative approach) untuk masalah yang dihadapi dan menerima fakta dari beberapa
variabel (komponen) yang berpengaruh walaupun mungkin tidak diperhitungkan sama sekali.
2. Apa karakteristik organisasi belajar di Cianjur?

Jawab :

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan mutu guru di SMP Islam Cendekia Cianjur, tim PQD
( divisi pengembangan mutu ) SICC mengadakan pelatihan untuk semua guru reguler yang
diadakan setiap hari Sabtu, dengan beberapa orang narasumber yang didatangkan dari Dinas
Provinsi Jawa Barat. Semua kegiatan sudah terjadwal dan masing-masing narasumber sudah
mempunyai program dan materi nya masing-masing selama satu tahun pelajaran.
Dengan begitu lengkaplah sudah pembinaan yang disedikan di SMP Islama Cendekia Cianjur,
selain pembinaan rohaniah, berupa pengajian rutin bagi guru, tak lupa peningkatan mutu guru
juga lebih diperhatikan dalam rangka menyiapkan generasi islami, Qur`ani, dan mumpuni.
Begitu juga hari itu, Sabtu, 23 September 2017, semua guru yang tidak berhalangan hadir
mengikuti acara pelatihan dalam rangka meningkatkan mutu pengajar di lingkungan SMP Islam
Cendekia Cianjur. Adapun kompetensi yang dikembangkan berupa kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial serta kepribadian, adapun kompetensi pedagogik mungkin akan dilaksanakan
secara bertahap.
Acara dilaksanakan di ruang kelas 7 E lantai satu, dimulai pukul 13.00, dengan narasumber
Bapak Tatang, S.Pd. M.pd , seorang Widyaiswara dari dinas pendidikan provinsi jawa Barat.
Beliau salah seorang tim penilai pada kenaikan pangkat pegawai Kabupaten Cianjur, Bekasi dan
Provinsi jawa barat.
Dalam training kali ini, beliau memaparkan tentang Organisasi belajar, paparan disampaikan
secara santai dan penuh canda, “Di jam istirahat setelah makan siang seperti sekarang ini,
biasanya peserta mengantuk, supaya peserta tidak merasa jenuh dan mengantuk, kita santai saja,
dan nikmati saja setiap kegiatan, yang ngantuk mangga silahkan nikmati kantuk nya, “demikian
tukasnya, disambut riang dan tawa oleh peserta yang hadir, dan benar saja, 2 jam mengikuti
acara tersebut, peserta tidak merasa jenuh dan mengantuk, hingga berahirnya acara.
Pemaparan yang beliau sampaikan adalah tentang organisasi belajar, organisasi belajar (learning
organization) adalah sebagai organisasi yang memfasilitasikan pembelajaran bagi anggotanya
dan mentransformasikannya secara sadar dalam konteks organisasi ( pedler dan Dixon 2001)
sedangkan tujuan dari organisasi belajar adalah menjadikan semua individu yang terlibat dalam
organisasi menjadi manusia pembelajar ( belajar bagaimana belajar), melalui SDM yang terus
belajar bagaimana belajar, tujuan (goal) akan dapat dicapai secara efektip dan efisien.
Lebih lanjut beliau menjelaskan tentang kurikulum, “kurikulum di Indonesia mengalami banyak
sekali perubahan, dimulai dari kurikulum 1976, 1984, KBK, KTSP, dan yang paling baru yaitu
KURTILAS, hal ini wajar saja, karena kurikulum harus fleksibel dan harus mengikuti
perkembangan zaman” tukasnya.
Selain membahas kurikulum, beliau juga membahas metode pembelajaran, intinya bahwa dalam
mengajar di zaman sekarang tidak lagi sama dengan mengajar pada zaman dahulu, yang lebih
banyak menyampaikan pelajaran kepada siswa dengan ceramah, tapi sekarang, sebagai guru kita
merupakan fasilitator yang menjembatani siswa dalam menggali dan mencari sendiri materi yang
akan kita sampaikan, berbagai model pembelajaran pun beliau kupas sedikit secara ringkas,
seperti cooperative learning (CL), CTL, PBl,problem solving dan lain-lain.
Dalam uraiannya, beliau menyampaikan ciri-ciri organisasi belajar diantaranya:

1. Berfikir sistem (systems thinking)


2. Penguasa pribadi (personal mastery)
3. Pola mental ( mental model)
4. Visi bersama (shared vision)
5. Belajar beregu( team learning)

3. Bagaimana transformasi organisasi biasa menjadi organisasi belajar di Cianjur?

Jawab :

Urgensi Menjadi Organisasi Pembelajar

Perubahan organisasi-organisasi masa kini menjadi organisasi pembelajar (learning


organization) mreupakan suatu kondisi “sine qua non.” Zaman telah berubah, organisasi-
organisasi pun harus berubah. Jika tidak berubah, ada resiko kehilangan elan, bahkan terancam
eksistensinya.
Masyarakat abad 21 disebu tsebagai masyarakat pengetahuan (knowledge society). Di dalam
masyarakat ini, ekonomi pengetahuan merupakan pilar penting bagi kemajuan masyarakat.
Hanya dengan melakukan pembelajaran bersama secara terus-menerus, organisasi dapat
meningkatkan kapabilitasnya di dalam memenuhi tunutan konsumen secara unggul.
Marquardt (1996) menjabarkan organisasi pembelajar yang mampu menjawab tantangan2 di
abad 21 dengan lebih baik sebagai berikut.

… learning organisation is an organisation which learns powerfully and collectively and is


continually transforming itself to better collect, manage, and use knowledge for corporate
success. It empowers people within and outside the company to learn as they work.
Organisational learning refers to how organisational learning occurs, the skills and processes of
building and utilising knowledge.

Pengetahuan kolektif dan kapabilitas menciptakan serta memperbaharui dan medayagunkan


pengetahuan merupakan kunci sukses. Merujuk Marquardt (1996), hal ini perlu didukung oleh
seluruh komponen organisasi pembelajar, yaitu (1) pembelajaran organisasi yang cerdas dan
tangguh; (2) orang-orang, baik pimpinan organisasi dan staf maupun konsumen dan segenap
mitra bisnis yang memiliki kematangan pribadi dan model mental yang sehat serta selalu mau
belajar dan meningkatkan kapabilitas individual dan kolektif; (3) pengorganisasian yang
fleksibel dan kenyal sehingga memampukan organisasi mampu menghadapi kompleksitas dan
turbulensi lingkungan bisnis; (4) pengetahuan yang dapat diciptakan, disimpan, didesiminasikan,
dan didayagunakan secara unggul; dan (5) penggunaan teknologi yang mampu mendukung
pembelajaran dan penciptaan pengetahuan serta pelayanan yang bernilai tambah unggul,
khususnya pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Dengan menekankan perubahan paradigma di dalam menilai perkembangan bisnis, Peter M.


Senge (1990) memperkenalkan organisasi pembelajar sebagai organisasi dimana orang-orang
senantiasa belajar bersama untuk menciptakan hal-hal yang benar-benar mereka inginkan.
Definisi selengkapnya adalah sebagai berikut:

…. a learning organization is “an organization where people continually expand their capacity
to create the results they truly desire, where new and expansive patterns of thinking are
nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are continually learning how
to learn together (Senge, 1990).
Penekanan atas penggunakan paradigma organisme yang hidup di dalam memahami organisasi
pembelajar menghasilkan suatu pendekatan yang berpusat pada disiplin pemikiran
kesisteman (systems thinking). Secara utuh, hal ini saling terkait dengan empat disiplin lainnya
berupa personal mastery, mental models, team learning, shared vision.
Kondisi Organisasi dan Upaya Transformasi Menjadi Organisasi Pembelajar

Seorang pakar organisasi pembelajar membagi organiasi menjadi empat kelompok berdasarkan
kecenderungannya pada pembelajaran kolektif. Kelompok I, organisasi pembelajar, yaitu
organisasi yang pimpinan dan para staf sama-sama memiliki kemauan dan kemampuan yang
berkembang baik dalam melakukan pembelajaran kolektif.

Kelompok II, organisasi yang mengalami kekecewaaan (frustrated organization). Pimpinan pada


organisasi sangat baik di dalam pembelajaran organisasi tetapi karyawan-karyawannya tidak
mampu melakukannya.
kelompok III, organisasi yang menimbulkan kekecewaan (frustrating organization). Pada
organisasi ini, situasi sebaliknya terjadi. Para staf sangat baik di dalam melakukan pembelajaran
kolektif namun hal ini tidak dapat diimbangi oleh kelompok pimpinan. Kelompok pimpinan
justru sangat yakin dan lebih terampil dalam menerapkan pendekatan organisasi yang berakar
pada birokrasi.

Kelompok IV, organisasi yang stagnan. Organisasi ditandai oleh ketidakmampuan belajar
kolektif baik di kalangan pimpinan maupun di kalangan staf. Organisasi ini tentu lebih berat
situasinya di dalam menghadapi persaingan yang semakin meningkat.

Pertanyaannya adalah bagaimana transformasi dapat dilakukan terhadap masing-masing


organisasi dari tiga kelompok yang bukan-organisasi pembelajar? Secara teoretis, dapat
dikatakan bahwa transformasi hendaknya dilakukan secara holistik: baik dari segi sisi lunak
maupun dari sisi keras; baik pada level mikro (individu) maupun pada level makro (keseluruhan
organisasi).
Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah melalui perubahan paradigma dari segenap kalangan
di dalam organisasi. Perubahan pola pikir kolektif juga perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan
melalui upaya memperjelas visi, misi, dan nilai-nilai organisasi agar selaras dengan
perkembangan zaman. Selanjtunya dilakukan pembelajaran dalam tim yang didasari oleh
kesaling-percayaan dan keterbukaan. Perubahan sistem penugasan, penilaian kinerja, sistem
perngupahan, dan budaya organisasi sangat diperlukan untuk mengekspresikan penghargaan
yang tinggi terhadap manusia sebagai aset yang paling penting dan mewujdukan rasa keadilan di
dalam organisasi.

Pada akhirnya, pemimpin merupakan presedens atau pihak yang sangat menentukan. Mereka
harus mampu menjadi menjalankan tugas-tugas  servant ledaership.  Mereka bertanggung jawab
untuk mengembangkan suatu kepemimpinan yang menyeluruh (overall leadership). Ketika
setiap individu menerima tanggung jawab sebagai pemimpin di bagiannya masing-masing, maka
organiasi memiliki kekenyalan yang diperlukan untuk beradaptasi dan unggul dalam lingkungan
yang senantiasa berubah dengan cepat.
 

Anda mungkin juga menyukai