D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELAS XII.IPA 3
KELOMPOK 2
1. Nurliana
2. Dina Muliana
3. Endang Faradilla
4. Iin Safitri
5. Andi Sabrina
6. Nur Alfiani Riah
7. Ainul Alkausar
8. Asdar Basta
SMAN 3 SOPPENG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama dengan judul Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa
Syukur. Disamping itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, Kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-
waktu mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia, merupakan pemberian yang terus
menerus,dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia sajalah yang
kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan
sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada Allah dan tidak merasakan
bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak dari permintannya.
Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman. Termasuk orang yang
menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan nikmat Allah tidak pada
tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan. Termasuk sifat yang angkuh
terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang ada padanya adalah karena kepandaian
dan keistimewaan diri manusia itu sendiri. Perasaan seperti ini memudarkan Tauhid dari
dalam jiwanya.Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan
keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar
yang telah Allah berikan kepada kita.
Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat yang
diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa apa yang
menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah
ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-
Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
2. Ayat tentang nikmat Allah?
3. Hadist tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya?
4. Bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah?
5. Hikmah Ibadah dan Syukur?
BAB II
PEMBAHASAN
b. Penjelasan Ayat
Ayat ke 9, menurut Abu Ja’far Muhammad maksud ayat ini adalah jika
kamu tanyakan hai Muhammad kepada orang-orang Musyrik dari kaummu itu, “Siapa yang
menciptakan langit dan bumi, mengadakan dan membentuknya?” Niscaya mereka
menjawab, “Semuanya diciptakan oleh yang maha Perkasa dalam pengaruh kekuasaan dan
balasan-Nya terhadap musuh-musuhNya, yang maha mengetahui semua ciptaan itu dengan
segala yang ada di dalamNya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya.
Sedangkan Menurut Syekh Imam AL-Qurtubi dalam ayat ini Allah menjelaskan
bahwa orang-orang kafir pun mengakui bahwa pencipta langit dan bumi beserta isinya
adalah Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, namun demikian mereka
menyembah selain Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya.
Penjelasan ayat ke 10, maksudnya adalah Allah yang menjadikan bumi terhampar
bagimu.Dia menjadikan bumi bagimu pijakan yang dapat kamu pijak dengan telapak
kakimu dan kamu dapat berjalan di atasnya dengan kakimu. Allah membuatkan jalan-jalan
yang landai di atas bumi, yang dapat kamu tempuh dari satu negeri ke negeri lain untuk
keperluan penghidupan dan pendengaranmu.
Sedangkan menurut Syekh Imam Al-Qurtubi bahwa ayat ini menjelaskan bahwa
Allah menyifati Dzat-Nya yang maha suci dengan kekuasaan yang sempurna.Firman Allah
ini merupakan awal pemberitahuan dari Allah tentang dzatNya.Supaya kalian mengakui
nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dan supaya kalian mendapat petunjuk menuju
penghidupan kalian.
Ayat ke 11 dan 12, maksudnya adalah bahwa Allah menurunkan air dari langit
menurut kadar (yang diperlukan), artinya menurut Ibnu Abbas yang dikutip oleh AL-
Qurtubi yakni air yang diturunkan itu bukan seperti air yang diturunkan kepada kaum nabi
Nuh yang tidak menurut ukuran yang diperlukan sehingga air itu menenggelamkan mereka.
Akan tetapi air yang diturunkan itu sesuai dengan kadar yang diperlukan, bukan berupa
badai yang menenggelamkan bukan pula kurang dari apa yang dibutuhkan sehingga ia dapat
menjadi penghidupan bagi kalian dan binatang ternak kalian.
Ayat 12 dan 13 maksudnya adalah Dia yang menciptakan segala sesuatu, lantas
menjadikannya berpasang-pasangan yaitu dengan menciptakan perempuan sebagai
pasangan laki-laki, dan menciptakan laki-laki sebagai pasangan perempuan. …
ِ َو َج َع َل لَ ُك ْم ِمنَ ا ْلفُ ْلقmaksudnya adalah bahwa Allah menjadikan kapal-kapal bagimu yang
dapat kamu kendarai di laut kearah yang kamu kehendaki dalam perjalananmu di laut untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupmu. Sedangkan hewan ternak dapat kamu kendarai
di darat ke arah manapun yang kamu tuju, seperti unta, kuda, bighal dan keledai.
ستَ ُو ْوا عَلى ظُ ُه ْو ِر ِه
ْ َ لِتsupaya kamu dapat berada di atas punggung hewan yang kamu
kendarai. Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu yang dianugerahkan kepadamu, berupa
ditundukannya semua fasilitas kendaraan itu bagimu di darat dan di laut.
a. Penjelasan ayat
(Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu) (adalah berhala-berhala, dan
kalian membuat dusta) kalian mengatakan kebohongan, bahwa berhala-berhala itu adalah
sekutu-sekutu Allah. (Sesungguhnya yang kalian .sembah selain Allah itu tidak mampu
memberikan rezeki kepada kalian) maksudnya mereka tidak akan mampu memberi rezeki
kepada kalian (maka mintalah rezeki di sisi Allah) yakni mintalah rezeki itu kepada-Nya
(dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kalian akan
dikembalikan).
b. Asbabunnuzul ayat
Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi Ibrahim yang
tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung buatan mereka
sendiri. Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang
mereka sembah selain diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki untuk
kehidupannya.Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu sehrusnya mereka
hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka pun akan dikembalikan
kepada-Nya.
M.Quraish Shihab mengatakan bahwa ayat tersebut adalah teguran kepada umat
Nabi Ibrahim, yang menyembah berhala-berhala untuk mengharap mendapat rezeki dari apa
yang disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak mampu memberikan
rezeki dan tidak patut untuk disembah. Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo” yang
konteks kalimatnya adalah menafikan kemampuan berhala.
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu” artinya mintalah.Dan “arrizqi´
artinya rezeki secara umum (segala bentuk rezeki). Dan adanya penambahan huruf ”ta”
pada kalimat “fabtaghuu” digunakan sebagai penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki
Allah itu hendaknya dengan berusaha sungguh-sungguh. Di ayat itu juga Allah
mempertegas agar kita menyembahnya, karena hanya Dia yang patut disembah.Dia yang
memberikan segala rezeki kepada oleh karena itu Allah melanjutkan firman-Nya dengan
perintah untuk mensyukurinya.
Begitu banyak nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT.Negara ini telah
mendapatkan nikmat lahan yang subur, kandungan sumber daya alam melimpah, dan
masyarakat Muslim yang sangat banyak.Diri-diri kita telah mendapatkan nikmat hidup
berkecukupan, anak-anak yang sehat dan cerdas, pasangan hidup yang beriman. Bukan itu
saja, masih banyak nikmat-nikmat yang lain, yang jika kita mencoba menghitungnya,
niscaya tidak akan mampu. Allah SWT berfirman:
ص ْو َها اِ َن اهللَ لَغَ ُف ْو ُر َّر ِح ْي ٌم ِ ِ ِ
ُ اهلل الَ تُ ْح َُوا ْن َتعُ ُّد ْوا ن ْع َمتَه
Artinya :“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(QS An Nahl :18).
َواَل،َس َف َل ِم ْن ُك ْم ِ
ْ انْظُ ُروا إِلَى َم ْن أ :صلَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم ِ ُ ال رس
َ ول اهلل ُ َ َ َ ق:ال َ َ ق،ََع ْن أَبِي ُه َر ْي َرة
ِ ََج َدر أَ ْن اَل َت ْز َدروا نِ ْعمة
]15[اهلل َعلَْي ُك ْم َ ُ ُ ْ َف ُه َو أ،َت ْنظُُروا إِلَى َم ْن ُه َو َف ْوقَ ُك ْم
2. Terjemah Hadits
3. Penjelasan Hadits
Dalam hadits di atas, nabi menyuruh kaum muslimin agar memandang orang memandang
orang yang berada di bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan
dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya. Dengan cara
demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik keadaan mereka dibandingkan
dengan yang dibawah standar nasib mereka. Sebaliknya nabi saw. melarang kaum muslimin
memandang orang yang di atas mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah
diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan
mungkin timbul persangkaan yang buruk kepada Allah swt. bahwa Dia tidak
memperhatikan keadaan dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat. Kaum muslimin
dibenarkan melihat orang yang lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan
kenjalankan agama (dalam hal kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu
pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang bernilai agama.
Bersyukur kepada Allah ta’ala artinya adalah menjalankan ketaatan kepada Allah dengan
cara menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Yaitu dengan meyakini dan mengakui bahwa segala nikmat yang dia dapatkan pada
hakikatnya adalah berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala semata. Adapun peran manusia
yang memberikan suatu kemanfaatan kepada kita, semua itu hanyalah suatu sebab dan
perantara yang mana semuanya itu sangat bergantung kepada izin dari Allah ta’ala.
Yaitu dengan membicarakan kepada orang lain tentang nikmat yang Allah berikan
kepadanya sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan kepada Allah, bukan dengan tujuan
untuk membanggakan diri dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain.
Contohnya adalah kisah seorang yang buta lalu disembuhkan oleh Allah dan dianugerahi
kambing yang banyak. Ketika datang seorang malaikat utusan Allah untuk mengujinya
dengan meminta seekor kambingnya, lelaki itu menjawab: “Dahulu aku adalah seorang yang
buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang
miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku.
3. Bersyukur dengan anggota tubuh.
Yaitu dengan cara menggunakannya untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah
ta’ala.
Demikianlah cara-cara bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas nikmat-Nya. Dengan
bersyukur, maka nikmat Allah akan semakin bertambah. Sebaliknya, jika tidak bersyukur,
maka azab dari Allah akan datang mengancam. Allah berfirman:
ش ِدي ٌد
َ َلَئِ ْن َش َك ْرتُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َك َف ْرتُ ْم إِ َّن َع َذابِي ل
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian;
dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [QS
Ibrahim:7]
Mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain adalah bentuk mensyukuri
nikmat ilmu. Menafkahkan harta di jalan Allah adalah bentuk mensyukuri nikmat
harta.Mengonsumsi makanan untuk menyehatkan tubuh dan tidak membuangnya adalah
bentuk mensyukuri nikmat makanan.Demikianlah seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA