Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MATERI : Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELAS XII.IPA 3
KELOMPOK 2
1. Nurliana
2. Dina Muliana
3. Endang Faradilla
4. Iin Safitri
5. Andi Sabrina
6. Nur Alfiani Riah
7. Ainul Alkausar
8. Asdar Basta

SMAN 3 SOPPENG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. 

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama dengan judul Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa
Syukur. Disamping itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. 

Akhir kata, Kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-
waktu mendatang. 

                                                                            Dare Ajue, 6 Agustus 2019


                                                                                                

Penulis 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia, merupakan pemberian yang terus
menerus,dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia sajalah yang
kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan
sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada Allah dan tidak merasakan
bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak dari permintannya.
Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman. Termasuk orang yang
menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan nikmat Allah tidak pada
tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan. Termasuk sifat yang angkuh
terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang ada padanya adalah karena kepandaian
dan keistimewaan diri manusia itu sendiri. Perasaan seperti ini memudarkan Tauhid dari
dalam jiwanya.Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan
keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar
yang telah Allah berikan kepada kita.
Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat yang
diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa apa yang
menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah
ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-
Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.

B.     Rumusan Masalah
1. Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
2. Ayat tentang nikmat Allah?
3. Hadist tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya?
4. Bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah?
5. Hikmah Ibadah dan Syukur?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya


Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada kita.
Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih kepada nikmat yang
lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya akan terjadi dan
mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa untuk dibatasi atau dihitung
dengan alat secanggih apapun di masa kini.
Semua ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia dan
kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita menemukan
keadaan yang memprihatinkan. Yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran dan kekufuran
kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat dengan makhluk,
yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah.
Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt, dan
penggakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya. Nikmat yang diberikan
sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam,  disetiap detik yang dilalui maninusia
tidak pernah lepas dari nikmat allah, nikmatnya sanggat besar. Sehingga mausia tidak akan
dapat menghitungnya.

B.    Ayat al-Qur’an Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya


1. Surat az-zukhruf ayat 9-13

‫الر ِح ِيم‬ َّ ‫بِ ْس ِم اللَّ ِه‬


َّ ‫الر ْح َم ِن‬
‫} الَّ ِذي َج َع َل‬9{ ‫يم‬ ِ ِ ‫السماو‬ ِ
ُ ‫ض لََي ُقولُ َّن َخلَ َق ُه َّن ال َْع ِز ُيز ال َْعل‬ َ ‫ات َواْأل َْر‬ َ َ َّ ‫َولَئن َسأَلَْت ُهم َّم ْن َخلَ َق‬
‫آء‬ ِ َّ ‫} والَّ ِذي َن َّز َل ِمن‬10{ ‫لَ ُكم اْألَرض مه ًدا وجعل لَ ُكم فِيها سبالً لَّعلَّ ُكم َتهت ُدو َن‬
ً ‫الس َمآء َم‬ َ َ َ ْ ْ َ ُُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ
‫اج ُكلَّ َها َو َج َع َل لَ ُكم‬ ِ َّ
َ ‫} َوالذي َخلَ َق اْألَ ْز َو‬11{ ‫ك تُ ْخ َر ُجو َن‬ َ ِ‫ش ْرنَا بِ ِه َب ْل َدةً َّم ْيتًا َك َذل‬
َ ‫بَِق َد ٍر فَأَن‬
ِ ِ
ْ ‫} لتَ ْسَت ُوا َعلَى ظُ ُهو ِره ثُ َّم تَ ْذ ُك ُروا نِ ْع َمةَ َربِّ ُك ْم إِ َذا‬12{ ‫َنع ِام َماَت ْر َكبُو َن‬
‫اسَت َو ْيتُ ْم‬ ِ
َ ‫ِّم َن الْ ُفلْك َواْأل‬
ِ ِ َّ ِ
}13{  ‫ين‬ َ ‫َّر لَنَا َه َذا َو َما ُكنَّا لَهُ ُم ْق ِرن‬
َ ‫َعلَْيه َوَت ُقولُوا ُس ْب َحا َن الذي َسخ‬
Terjemah Ayat: 
(09) Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui".
(10) Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-
jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
(11)  Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami
hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari
dalam kubur).
(12) Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu
kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
(13) Supaya kamu duduk di atas punggungnya Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu
apabila kamu Telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan
yang Telah menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya,

b.      Penjelasan Ayat
Ayat ke 9, menurut Abu Ja’far Muhammad maksud ayat ini adalah jika
kamu tanyakan hai Muhammad kepada orang-orang Musyrik dari kaummu itu, “Siapa yang
menciptakan langit dan bumi, mengadakan dan membentuknya?” Niscaya mereka
menjawab, “Semuanya diciptakan oleh yang maha Perkasa dalam pengaruh kekuasaan dan
balasan-Nya terhadap musuh-musuhNya, yang maha mengetahui semua ciptaan itu dengan
segala yang ada di dalamNya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya.
Sedangkan Menurut Syekh Imam AL-Qurtubi dalam ayat ini Allah menjelaskan
bahwa orang-orang kafir pun mengakui bahwa pencipta langit dan bumi beserta isinya
adalah Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, namun demikian mereka
menyembah selain Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya.
Penjelasan ayat ke 10, maksudnya adalah Allah yang menjadikan bumi terhampar
bagimu.Dia menjadikan bumi bagimu pijakan yang dapat kamu pijak dengan telapak
kakimu dan kamu dapat berjalan di atasnya dengan kakimu. Allah membuatkan jalan-jalan
yang landai di atas bumi, yang dapat kamu tempuh dari satu negeri ke negeri lain untuk
keperluan penghidupan dan pendengaranmu.
Sedangkan menurut Syekh Imam Al-Qurtubi bahwa ayat ini menjelaskan bahwa
Allah menyifati Dzat-Nya yang maha suci dengan kekuasaan yang sempurna.Firman Allah
ini merupakan awal pemberitahuan dari Allah tentang dzatNya.Supaya kalian mengakui
nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dan supaya kalian mendapat petunjuk menuju
penghidupan kalian.

Ayat ke 11 dan 12, maksudnya adalah bahwa Allah menurunkan air dari langit
menurut kadar (yang diperlukan), artinya menurut Ibnu Abbas yang dikutip oleh AL-
Qurtubi yakni air yang diturunkan itu bukan seperti air yang diturunkan kepada kaum nabi
Nuh yang tidak menurut ukuran yang diperlukan sehingga air itu menenggelamkan mereka.
Akan tetapi air yang diturunkan itu sesuai dengan kadar yang diperlukan, bukan berupa
badai yang menenggelamkan bukan pula kurang dari apa yang dibutuhkan sehingga ia dapat
menjadi penghidupan bagi kalian dan binatang ternak kalian.
Ayat 12 dan 13 maksudnya adalah Dia yang menciptakan segala sesuatu, lantas
menjadikannya berpasang-pasangan yaitu dengan menciptakan perempuan sebagai
pasangan laki-laki, dan menciptakan laki-laki sebagai pasangan perempuan. …
ِ‫ َو َج َع َل لَ ُك ْم ِمنَ ا ْلفُ ْلق‬maksudnya adalah bahwa Allah menjadikan kapal-kapal bagimu yang
dapat kamu kendarai di laut kearah yang kamu kehendaki dalam perjalananmu di laut untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupmu. Sedangkan hewan ternak dapat kamu kendarai
di darat ke arah manapun yang kamu tuju, seperti unta, kuda, bighal dan keledai.
‫ستَ ُو ْوا عَلى ظُ ُه ْو ِر ِه‬
ْ َ‫ لِت‬supaya kamu dapat berada di atas punggung hewan yang kamu
kendarai. Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu yang dianugerahkan kepadamu, berupa
ditundukannya semua fasilitas kendaraan itu bagimu di darat dan di laut.

2.      Surat Al-Ankabut Ayat 17


ِ ‫اهلل اَ وثَا نًا َّوتَ ْخلُ ُقو َن اِفْ ًكا اِ َّن الَّ ِذيْن َت ْعب ُدو َن ِمن ُدو ِن‬
‫اهلل اَل يَ ْملِ ُك ْو َن‬ ِ ‫اِنَّما َت ْعب ُد و َن ِمن ُد و ِن‬
ْ ْ ْ ُ َ ْ ْ ْ ْ ْ ُ َ
‫اِلَْي ِه ُت ْر َجعُ ْو َن‬  ُ‫الر ْز َق َوا ْعبُ ُد ْوهُ َوا ْش ُك ُر ْوا لَه‬ ِ ‫لَ ُكم ِر ْزقًا فَ ْابَتغُوا ِع ْن َد‬
ِّ ‫اهلل‬ ْ ْ
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat
dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki
kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah
kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.
   

a.      Penjelasan ayat
 (Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu) (adalah berhala-berhala, dan
kalian membuat dusta) kalian mengatakan kebohongan, bahwa berhala-berhala itu adalah
sekutu-sekutu Allah. (Sesungguhnya yang kalian .sembah selain Allah itu tidak mampu
memberikan rezeki kepada kalian) maksudnya mereka tidak akan mampu memberi rezeki
kepada kalian (maka mintalah rezeki di sisi Allah) yakni mintalah rezeki itu kepada-Nya
(dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kalian akan
dikembalikan). 

b.        Asbabunnuzul ayat
Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi Ibrahim yang
tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung buatan mereka
sendiri. Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang
mereka sembah selain diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki untuk
kehidupannya.Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu sehrusnya mereka
hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka pun akan dikembalikan
kepada-Nya.
M.Quraish Shihab mengatakan bahwa ayat tersebut adalah teguran kepada umat
Nabi Ibrahim, yang menyembah berhala-berhala untuk mengharap mendapat rezeki dari apa
yang disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak mampu memberikan
rezeki dan tidak patut untuk disembah. Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo” yang
konteks kalimatnya adalah menafikan kemampuan berhala.
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu” artinya mintalah.Dan “arrizqi´
artinya rezeki secara umum (segala bentuk rezeki). Dan adanya penambahan huruf ”ta”
pada kalimat “fabtaghuu” digunakan sebagai penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki
Allah itu hendaknya dengan berusaha sungguh-sungguh. Di ayat itu juga Allah
mempertegas agar kita menyembahnya, karena hanya Dia yang patut disembah.Dia yang
memberikan segala rezeki kepada oleh karena itu Allah melanjutkan firman-Nya dengan
perintah untuk mensyukurinya.
Begitu banyak nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT.Negara ini telah
mendapatkan nikmat lahan yang subur, kandungan sumber daya alam melimpah, dan
masyarakat Muslim yang sangat banyak.Diri-diri kita telah mendapatkan nikmat hidup
berkecukupan, anak-anak yang sehat dan cerdas, pasangan hidup yang beriman. Bukan itu
saja, masih banyak nikmat-nikmat yang lain, yang jika kita mencoba menghitungnya,
niscaya tidak akan mampu. Allah SWT berfirman:
‫ص ْو َها اِ َن اهللَ لَغَ ُف ْو ُر َّر ِح ْي ٌم‬ ِ ِ ِ
ُ ‫اهلل الَ تُ ْح‬  ُ‫َوا ْن َتعُ ُّد ْوا ن ْع َمتَه‬
Artinya :“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(QS An Nahl :18).

C.    Hadits Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya


      Hadits Tentang Cara Mensyukuri Nikmat

1. Hadits Rasulullah SAW

‫ َواَل‬،‫َس َف َل ِم ْن ُك ْم‬ ِ
ْ ‫انْظُ ُروا إِلَى َم ْن أ‬ :‫صلَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،َ‫َع ْن أَبِي ُه َر ْي َرة‬
ِ َ‫َج َدر أَ ْن اَل َت ْز َدروا نِ ْعمة‬
]15[‫اهلل َعلَْي ُك ْم‬ َ ُ ُ ْ ‫ َف ُه َو أ‬،‫َت ْنظُُروا إِلَى َم ْن ُه َو َف ْوقَ ُك ْم‬
2.            Terjemah Hadits

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw  bersabda : lihatlah kepada orang yang lebih


rendah dari pada kamu dan janganlah kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu
lebih baik untuk tidak meremehkan nikmat Allah atasmu. (Muutafaq ‘Alaih)

3.       Penjelasan Hadits
Dalam hadits di atas, nabi menyuruh kaum muslimin agar memandang orang memandang
orang yang berada di bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan
dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya. Dengan cara
demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik keadaan mereka dibandingkan
dengan yang dibawah standar nasib mereka. Sebaliknya nabi saw. melarang kaum muslimin
memandang orang yang di atas mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah
diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan
mungkin timbul persangkaan yang buruk kepada Allah swt. bahwa Dia tidak
memperhatikan keadaan dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat. Kaum muslimin
dibenarkan melihat orang yang lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan
kenjalankan agama (dalam hal kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu
pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang bernilai agama.  

D. Cara Mensyukuri Nikmat Allah Ta’ala

Bersyukur kepada Allah ta’ala artinya adalah menjalankan ketaatan kepada Allah dengan
cara menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Bersyukur kepada Allah ta’ala atas nikmat-nikmat-Nya bukanlah sekedar dengan


mengucapkan hamdalah atau bersujud syukur. Akan tetapi ada cara lain yang lebih umum
untuk bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla. Ada tiga cara bersyukur yang disebutkan oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Al Qaulul Mufid
(1/268), yaitu:

1. Bersyukur dengan hati.

Yaitu dengan meyakini dan mengakui bahwa segala nikmat yang dia dapatkan pada
hakikatnya adalah berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala semata. Adapun peran manusia
yang memberikan suatu kemanfaatan kepada kita, semua itu hanyalah suatu sebab dan
perantara yang mana semuanya itu sangat bergantung kepada izin dari Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:


‫َو َما بِ ُك ْم ِم ْن نِ ْع َم ٍة فَ ِم َن اللَّ ِه‬
“Apa saja nikmat yang ada pada kalian, Maka dari Allah-lah (datangnya).” [QS An Nahl:
53]

2. Bersyukur dengan lisan.

Yaitu dengan membicarakan kepada orang lain tentang nikmat yang Allah berikan
kepadanya sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan kepada Allah, bukan dengan tujuan
untuk membanggakan diri dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain.

Allah ta’ala berfirman:

‫ِّث‬ َ ِّ‫َوأ ََّما بِنِ ْع َم ِة َرب‬


ْ ‫ك فَ َحد‬
“dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan.” [QS Adh Dhuha: 11]

Contohnya adalah kisah seorang yang buta lalu disembuhkan oleh Allah dan dianugerahi
kambing yang banyak. Ketika datang seorang malaikat utusan Allah untuk mengujinya
dengan meminta seekor kambingnya, lelaki itu menjawab: “Dahulu aku adalah seorang yang
buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang
miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku.
3. Bersyukur dengan anggota tubuh.

Yaitu dengan cara menggunakannya untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah
ta’ala.

Demikianlah cara-cara bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas nikmat-Nya. Dengan
bersyukur, maka nikmat Allah akan semakin bertambah. Sebaliknya, jika tidak bersyukur,
maka azab dari Allah akan datang mengancam. Allah berfirman:
‫ش ِدي ٌد‬
َ َ‫لَئِ ْن َش َك ْرتُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َك َف ْرتُ ْم إِ َّن َع َذابِي ل‬

“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian;
dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [QS
Ibrahim:7]

Mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain adalah bentuk mensyukuri
nikmat ilmu. Menafkahkan harta di jalan Allah adalah bentuk mensyukuri nikmat
harta.Mengonsumsi makanan untuk menyehatkan tubuh dan tidak membuangnya adalah
bentuk mensyukuri nikmat makanan.Demikianlah seterusnya.

E. Hikmah dan Manfaat Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt.


Tegaknya prinsip “Amar ma’ruf nahi munkar” yaitu perintah atau seruan/ajakan
melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dan saling menasihati untuk berbuat
Hikmah dan manfaat yang kita dapatkan dari sikap bersyukur dan ketulusan beribadah. Hal
itu di antaranya sebagai berikut.
1. Mendapatkan keberkahan dari setiap rizki yang kita terima, sebagaimana janji-
Nya dalam firman-Nya; “... jika kalian bersyukur, niscaya akan Kami tambah
nikmat baginya, dan jika kalian kufur (mengingkari nikmat-Ku) maka
sesungguhnya siksa-Ku itu teramat pedih” (Q.S. Ibrahim/14:7).
2. Menemukan ketenangan batin dan kedamaian hati dalam menjalani semua
aktivitas sehari-hari karena kerelaannya dalam menyikapi pemberian Allah Swt.
3. Terhindar dari siksa api neraka, karena telah menjadi hamba yang tahu diri
dengan selalu bersyukur atas karunia Allah Swt. sebagaimana yang
dijanjikanNya dalam Q.S. Ibrahim/14:7 di atas
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan 
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan ALLAH SWT kepada kita
dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia. Kita
dapat mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat
mengucapkan alhamdulillah, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat &
berkah datangnya semata hanya dari ALLAH SWT dan kita dapat mensyukuri nikmat
ALLAH SWT dengan perbuatan kita dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita kepada ALLAH SWT, 
dan manusia yang tidak mau bersyukur  maka ia akan rugi karena ALLAH SWT tidak
membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada dasarnya ALLAH SWT
maha kaya akan sesuatu melainkan orang yang bersyukur ia mensyukuri untuk dirinya
sendiri.

  
DAFTAR PUSTAKA

        Abu Ja’far, Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, (penerjemah Misbah Abdul Somad), Pustaka


Azzam, Jakarta, 2009;
        Al-Jalalain, As-Shuyuthi, Al-Mahalli, Tafsir Jalalain
        Al-Qurtubi, Syekh Imam, Tafsir Al-Qurtubi, (Penerjemah Akhmad Khotib), Pustaka
Azzam, Jakarta, 2009;
        Departemen Agama RI, Al-Hikmah AL-Qur’an dan terjemahnya, Diponegoro, Bandung,
2004;
        Matsna, Mohammad, Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits, Karya Toha Putra,
Semarang, 2009;
        Muslim, Al-Imam, Shohih Muslim Shihab, M. Quraisy, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan,
dan Keserasian Al-Qur’an), Lentera Hati, Jakarta 2002;
_ Buku PAI Kelas XII SMA/MA/SMk edisi Revisi

Anda mungkin juga menyukai