(Persiapan Supervisi) : Subjektif: Objektif
(Persiapan Supervisi) : Subjektif: Objektif
Hari
ini, saya akan melakukan supervisi terhadap kegiatan keperawatam
agar tindakan yang kita lakukan sesuai dengan standar operasional
prosedur yang berlalu. sebelumnya mari kita awali kegiatan ini dengan
membaca basmallah.
Katim : Tindakan yang akan di supervisi hari ini apa ya ners?
Karu : Di hari senin tanggal 25 Oktober 2021 ini, saya akan melakukan
supervise terhadap tindakan rawat luka. Ners D nanti akan bertugas
merawat luka klien atas nama Ny.K pada pukul 10.00 WIB. Adakah
hal yang perlu ditanyakan terlebih dahulu Ners D?
Ners D : Format penilaian supervise terkait apa poin apa saja ners?
(Persiapan Supervisi)
Karu : Assalamualaikum selamat pagi. Jadi sesuai dengan kontrak kita sebelumnya,
hari ini saya akan melakukan supervisi terkait dokumentasi asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh tim pagi ini. Dan harapannya setelah dilakukan supervisi
ini dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan agar sesuai dengan
standar dan tujuan yang ingin dicapai. Bagaimana ners apakah sudah siap?
Katim : Baik Ners, untuk saat ini kami juga sedang mempersiapkan terkait dokumen-
dokumen yang akan Ners periksa. Sambil menunggu PA 1 PA 2 yang masih
sedang melakukan tindakan ke pasien. Nah ini kebetulan mereka baru selesai bu
PA 1 2 : Selamat siang bu
Subjektif:
Objektif:
a. Dx medis: close fraktur 1/3 distal dextra
b. Hasil rontgen: close fraktur 1/3 distal dextra
Assesment:
Masalah keperawatan resiko jatuh belum teratasi belum teratasi
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi
Pencegahan jatuh (I.14540)
Observasi
a. Identifikasi faktor resiko jatuh (memiliki riwayat jatuh)
b. Hitung skala jatuh menggunakan fall morse scale = 65 (resiko jatuh tinggi)
Terapeutik
a. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
Gunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi roda, walker)
IMPLEMENTASI
1. Memonitor tanda-tanda gangguan sirkulasi; nyeri, pucat, nadi tidak teraba,
parastesia, paralisis
2. Memonitor sirkulasi dan fungsi neurologis pada bagian proksimal dan distal dari
lokasi pemasangan gips
3. Menopang gips dengan bantal sampai gips kering
4. Membersihkan kulit sekitar area pemasangan gips dan sisa material gips
5. Memposisikan gips pada bantal untuk mengurangi ketegangan
6. Meninggikan ekstremitas yang terpasang gips diatas level jantung
7. Memberikan bantalan pada tepi gips
8. Menghindari gips basah
9. Menginformasikan gips akan terasa hangat selama proses pemasangan sampai
keirng
10. Menginformasikan pembatasan aktivitas selama masa pengeringan gips
11. Menganjurkan tidak menggaruk kulit dibawah gips
Mengajarkan cara merawat gips
- Menggidentifikasi perubahan sensasi atau peningkatan nyeri area fraktur
- Memonitor tanda-tanda infeksi; eritema, gips berbau, demam
- Memonitor tanda-tanda gangguan sirkulasi; nyeri, pucat, nadi tidak teraba,
parastesia, paralisis
- Memonitor sirkulasi dan fungsi neurologis pada bagian proksimal dan distal dari
lokasi pemasangan gips
- Menopang gips dengan bantal sampai gips kering
- Membersihkan kulit sekitar area pemasangan gips dan sisa material gips
- Mengatasi segera gangguan sirkulasi; reposisi gips, lakukan rentang gerak
ekstremitas, hilangkan tekanan akibat gips
- Memposisikan gips pada bantal untuk mengurangi ketegangan
- Meninggikan ekstremitas yang terpasang gips diatas level jantung
- Memberikan bantalan pada tepi gips
- Menghindari menekan gips selama masa pengeringan
- Menghindari gips basah
- Menginformasikan gips akan terasa hangat selama proses pemasangan sampai
keirng
- Menginformasikan pembatasan aktivitas selama masa pengeringan gips
- Menganjurkan tidak menggaruk kulit dibawah gips
Mengajarkan cara merawat gipsPasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
1. Faktor sumbatan
j. T (Time ) : Klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul, nyeri dirasakan saat
mau bergerak.
1. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung
2. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Susalaningrum, R. (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF
akan dijumpai sebagai berikut.
a. Hb dan PCV meningkat (> 20 %).
b. Trmbisitopenia (< 100.000/ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponatremia.
f. Urin dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik: pCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah.
SGOT/SGPT mungkin meningkat
3. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Susalaningrum, R. (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF
akan dijumpai sebagai berikut.
h. Hb dan PCV meningkat (> 20 %).
i. Trmbisitopenia (< 100.000/ml).
j. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
k. Ig D dengue positif
l. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponatremia.
m. Urin dan pH darah mungkin meningkat.
n. Asidosis metabolik: pCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah.
o. SGOT/SGPT mungkin meningkat
1. Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) (2015),
diagnosa yang mungkin muncul pada kasua DSS yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
b. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus (D.0130)
c. Hipovolemia berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler (D.0023)
d. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit. (D.0012)
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. (D.0019)
f. Resiko syok (hipovolemik) (D.0039
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA