Anda di halaman 1dari 52

I.

SKENARIO

Seorang wanita, Ny. A, usia 42 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan gula
darah tinggi saat melakukan kontrol kadar gula darah di sebuah laboratorium swasta. Dokter
mendiagnosis Ny. A dengan Diabetes Melitus (DM). Dokter menjelasakan bahwa Ny. A
mengalami kondisi medis yang disebut sebagai DM, yang diakibatkan terjadinya malfungsi
metabolisme glukosa secara selular pada Ny. A. Salah satu mekanisme terjadinya gangguan
ini akibat dari gangguan sinyal komunikasi antar sel, terutama antara sel efektor seperti sel
otot dengan sel beta pancreas. Selain itu, gangguan ini dapat terjadi, akibat disfungsi dari
proses ekspresi insulin pada sel beta pankreas, melalui proses transkripsi dan translasi.

II. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Metabolisme: hasil gabungan semua proses fisik dan kimiawi untuk menghasilkan
dan mempertahankan substansi hidup yang terstruktur (anabolisme) dan juga
transformasi untuk menyediakan energi yang digunakan organisme (katabolisme).
2. Diabetes Melitus (DM): sindrom kronik gangguan metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak akibat sekresi insulin yang tidak mencukupi atau adanya resistensi insulin
di jaringan target.
3. Gula darah: gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam
makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.
4. Beta sel: salah satu dari sel-sel yang menyusun sebagian besar massa pulau-pulau
langerhans dan menyekresikan insulin.
5. Transkripsi: sintesis RNA dengan menggunakan cetakan DNA dikatalisis oleh RNA
polimerase.
6. Sel efektor: salah satu dari berbagai jenis sel yang secara aktif menanggapi
rangsangan dan mempengaruhi beberapa perubahan.
7. Insulin: hormon protein yang dibentuk dari proinsulin di Sel Beta Pulau langerhans
pankreas. Hormon utama pengatur bahan bakar, disekresikan ke darah dalam sebagai
respon terhadap peningkatan kadar glukosa atau asam amino darah. Insulin memacu
penyimpanan glukosa dan ambilan asam amino, meningkatkan sintesis protein dan
lipid, serta menghambat lipolisis dan glukoneogenesis. Secara singkat Insulin adalah
sebuah hormon polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat.
8. Malfungsi : suatu keadaan dimana suatu sistem bekerja tidak sebagaimana fungsi
seharusnya.
9. Translasi: genetika artinya proses konversi serangkaian kodon dalam Messenger RNA
(mRNA) menjadi sekuens asam amino berurutan yang menyusun rantai polipeptida
spesifik.
10. Ekspresi: aliran informasi genetik dari gen ke protein.

III. IDENTIFIKASI MASALAH

No Masalah Fakta atau Prioritas


. Kesenjangan
1 Seorang wanita, Ny. A, usia 42 Senjang V
tahun datang ke praktek dokter
dengan keluhan gula darah
tinggi saat melakukan kontrol
kadar gula darah di sebuah
laboratorium swasta.
2. Dokter mendiagnosis Ny. A Senjang VVVVV
dengan Diabetes Melitus
(DM)
3. Dokter menjelaskan bahwa Senjang VV
Ny. A mengalami kondisi
medis yang disebut sebagai
DM, yang diakibatkan
terjadinya malfungsi
metabolisme glukosa secara
selular pada Ny. A.
4. Salah satu mekanisme Senjang VVVV
terjadinya gangguan ini akibat
dari gangguan sinyal
komunikasi antar sel, terutama
antara sel efektor seperti sel
otot dengan sel beta pancreas.
5. Selain itu, gangguan ini dapat Senjang VVV
terjadi, akibat disfungsi dari
proses ekspresi insulin pada
sel beta pankreas, melalui
proses transkripsi dan
translasi.

IV. ANALISIS MASALAH

1. Dokter mendiagnosis Ny. A dengan Diabetes Melitus (DM)

A. Apa factor risiko seseorang terkena DM?

Riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik,
riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah.
Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2
atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya
aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.

B. Apa dampak dari diabetes melitus?

Komplikasi akut
 Hipoglikemia
 Hiperglikemia

Komplikasi Kronis
 Komplikasi makrovaskuler
 Komplikasi mikrovaskuler

C. Bagaimana gejala orang yang menderita DM ?


 Gejala akut diabetes melitus, yaitu: Poliphagia (banyak makan) polidipsia
(banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari),
nafsu makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
 Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur.

D. Apa saja jenis-jenis dari DM?


 Diabetes melitus (DM) tipe 1
DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas.
Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
 Diabetes melitus (DM) tipe 2
Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin.

E. Apa saja penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diabetes melitus ?
 Antidiabetik oral
 Pemberian insulin

2. Salah satu mekanisme terjadinya gangguan ini akibat dari gangguan sinyal
komunikasi antar sel, terutama antara sel efektor seperti sel otot dengan sel beta
pancreas.

a. Bagaimana proses terjadinya komunikasi antar sel?

Komunikasi antar sel biasnya melewati enam tahap: 1) Sintesis 2) Pelepasan hormone 3)
Transpor ke organ target 4) Pengenalan petunjuk (seiring oleh reseptor protein yang spesifik)
5) Penerjemahan 6) Respons.

b. Bagaimana mekanisme komunikasi antara sel otot dengan sel beta pancreas?

fusi
vesikel
mendistribu sehingga
Fosforilasi
sikan PI 3-
Aktivasi sub IRS dan terjadi
Insulin aktivitas kinase yang
unit beta berikatan up-take
berikatan katalitik telah
tirosin dengan
dengan sub p110 dari PI teraktivasi glukosa
kinase subunit p85
unit alpha 3-kinase ke glucose dari
dari PI-3
transporters
kinase permuka
(GLUT4)
an sel ke
intrasel
c. Mengapa gangguan sel efektor yaitu sel otot dan sel beta pankreas merupakan
faktor utama yang bila terganggu menyebabkan malfungsi metabolisme
glukosa?
Dalam melakukan metabolism, sel otot memerlukan glukosa dari
darah. Untuk dapat masuk ke dalam sel, glukosa harus melewati membrane sel
terlebih dahulu. Pengangkutan glukosa antara darah dan sel dilaksanakan oleh
suatu "kendaraan" pengangkut membran plasma yang dikenal sebagai
pengangkut glukosa atau glucose transporter (GLUT). Glucose transporter
adalah senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel yang
berperan dalam proses metabolisme glukosa. GLUT 4 diaktivasi oleh PI3–
kinase. Untuk dapat mengaktivasi PI 3-kinase diperlukan serangkai proses
aktivasi lainnya yang tidak akan terjadi tanpa adanya hormone insulin
(ligand). Jika hormone insulin tidak berikatan dengan reseptor, serangkaian
proses aktivasi tidak dapat terjadi. Akibatnya sel otot tidak mendapatkan
glukosa dan tidak terjadi metabolism sel. Glukosa pada darah juga akan
menumpuk dan mengakibatkan tingginya kadar gula dalam darah.

d. Apa penyebab terjadinya gangguan komunikasi antara sel beta pancreas dan
sel otot?
Terjadinya gangguan komunikasi antara sel beta pancreas dan sel otot
disebabkan resistensi pada hormon insulin. Resistensi adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang penggunaan glukosa tubuh atau
turunnya respon sel target/organ (otot, otot jantung, jaringan lemak dan hati)
terhadap konsentrasi insulin fisiologis.

3. Selain itu, gangguan ini dapat terjadi, akibat disfungsi dari proses ekspresi
insulin pada sel beta pankreas, melalui proses transkripsi dan translasi.

a. Apa peran nukleus pada sintesis insulin di sel beta pancreas?

Pada nukleus terdapat kromosom 11yang merupakan tempat gen

hormon insulin berada. Gen merupakan urutan basa nitrogen DNA, dimana
kode- kode tersebut akan menghasilkan hormon insulin melalui proses

translasi dan transkripsi

b. Apa peran organela pada sintesis insulin di sel beta pancreas?

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin yang terjadi pada

retikulum endoplasma kasar sel beta pankreas.

c. Bagaimana proses sintesis insulin di sel beta pancreas?

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon


insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim
peptidase, preproinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin,
yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung dalam sel
tersebut. Proinsulin kemudian diurai kembali oleh enzim peptidase menjadi
insulin dan peptide-C yang keduanya sudah siap disekresikan secara
bersamaan melalui membran sel.

d. Bagaimana proses transkripsi sintesis insulin pada sel beta pancreas?

Dalam melakukan sintesis insulin,diawali dengan proses transkripsi.Pada proses transkripsi,


terjadi sintesis RNA berdasarkan template DNA. Persis sebagai mana saat proses replikasi,
untaian DNA menyediakan suatu cetakan (template) untuk sintesis untai komplemen terbaru,
pada transkripsi juga disediakan template untuk menyusun RNA.Molekul RNA yang
dihasilkan merupakan transkrip penuh dari perintah pembangun dari gen tersebut. Jenis
molekul RNA ini disebut RNA messenger (mRNA).

e. Bagaimana proses translasi sintesis insulin pada sel beta pancreas?

Proses translasi dimulai dengan mRNA akan menuju ke ribosom. Kemudian mRNA akan di
translasi menghasilkan urutan asam amino. Rantai pertama yang dihasilkan adalah rantai
signal, kemudian rantai signal akan menuju ke Retikulum Endoplasma, sementara ribosom
akan tetap menlakukan translasi. Sehingga panjang dari rantai akan terus bertambah.Sampai
pada akhirnya akan terbentuk sebuah formasi yang terdiri dari rantai signal, rantai B, C-
peptide dan Rantai A (Pre pro insulin). Selanjutnya dalam RE akan ada endopeptidase
(dianalogikan sebagai gunting) yang akan memotong rantai signal, sehingga rantai akan
menjadi lebih pendek. Kemudian akan ada ikatan disulfida diantara rantai a dan rantai b (Pro
insulin). Pro insulin akan menuju ke aparatus golgi.DI dalam aparatus golgi akan ada lagi
pemotongan c- peptide oleh endopeptidase. Maka akan tersisa rantai a dan rantai b yang
terikat oleh ikatan disulfida( insulin) dan c- peptide. Kemudian insulin dan c-peptide akan
dibungkus oleh vesikel dari aparatus golgi kemudian keluar dan siap untuk digunakan.

f. Bagaimana proses sekresi insulin pada sel beta pancreas?

Tahap pertama adalah proses glukosa melewati membrane sel. Untuk dapat melewati
membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT) adalah
senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel yang berperan dalam proses
metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk dari luar
kedalam sel jaringan tubuh. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta
misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati membran,
ke dalam sel. Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul glukosa akan
mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian membebaskan
molekul ATP. Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk tahap selanjutnya yakni proses
mengaktifkan penutupan K channel pada membran sel. Penutupan ini berakibat
terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel yang menyebabkan terjadinya tahap
depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh tahap pembukaan Ca channel.
Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan
kadar ion Ca intrasel.

4. Dokter menjelaskan bahwa Ny. A mengalami kondisi medis yang disebut sebagai
DM, yang diakibatkan terjadinya malfungsi metabolisme glukosa secara selular
pada Ny. A.

a. Bagaimana mekanisme metabolisme glukosa secara selular?


 Glikogenesis : sintesis polymer glikogen, disimpan di otot dan hati.
 Pentose phosphat pathway : menyediakan ribosa untuk sintesis nukleotid dan asam
nukleat
 Triose phosphat : menyediakan gliserol untuk sintesis triacyl gliserol (trigliserid)
 Piruvat dan metabolit intermediate siklus asam sitrat: rantai karbon untuk sintesis
asam amino. Acetyl co-a sebagai prekursor sintesis kolesterol dan asam lemak.
 Glukoneogenesis : sintesis glukosa dari sumber non KH.

b. Bagaimana malfungsi metabolisme glukosa secara selular dapat terjadi?

Bila insulin tidak diproduksi dan disekresikan, maka akan timbul kondisi hiperglikemia
dimana kondisi glukosa yang meningkat didalam darah. Hal ini terjadi karena tidak adanya
produksi glukagon yang membentuk cAMP untuk sintesis glukosa sehingga bila kadarnya
berlebihan dan tidak di-counter oleh insulin maka kenaikan gula darah akan berlebih. Insulin
juga memengaruhi pengaktifan glikogen sintetase atau piruvat dehidrogenase yang berfungsi
dalam uptake glukosa apabila kadar glukosa berlebih di hati.

5. Ny. A, usia 42 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan gula darah tinggi
saat melakukan kontrol kadar gula darah di sebuah laboratorium swasta.
a. Faktor apa yang memengaruhi kadar gula darah tinggi?
 Olahraga
 Pola Makan
 Cemas
 Usia
 Obat
 Penyakit
 Alkohol
 Pengetahuan Diit

b. Bagaimana cara pengecekan kadar gula darah?


 Tes Darah
 Tes Urine
 Menggunakan Glukometer

c. Berapa standar gula darah yang normal?


 Kadar gula darah sewaktu : < 110 mg/dL
 Kadar gula darah puasa : 70 – 110 mg/dL
 Kadar gula darah Ketika tidur : 110-150 mg/dL
 Kadar gula darah saat 1 jam setelah makan : < 160 mg/dL
 Kadar gula darah saat 2 jam setelah makan : < 140 mg/dL
 Kadar gula darah pada wanita hamil : < 140 mg/dL

d. Bagaimana cara mengatasi gula darah tinggi?


 Rutin mengecek kadar gula darah
 Rajin berolahraga
 Menjaga pola makan gizi seimbang (meminimalisir gula)
 Meminimalisir cemas dan stress dengan melakukan hobi
 Mengawasi penggunaan obat obatan
 Menjaga pola hidup sehat
 Menghindari mengonsumsi alcohol

e. Apa gejala yang dirasakan akibat tingginya gula darah?


Sering buang air kecil (poliuria), sering haus (polidipsi), makan berlebihan
(polyphagia), kekurangan energi sehingga mudah lelah, berat badan mengalami
penurunan, pandangan yang kabur.

f. Siapa yang rentan terkena kadar gula darah tinggi?


 Orang yang jarang berolahraga
 Orang yang tidak memperhatikan pola makan
 Orang yang sering mengalami cemas
 Orang dengan usia lanjut yang fungsi tubuhnya telah menurun ( rata-rata >40
tahun)
 Orang yang sering mengonsumsi obat-obatan
 Orang yang tidak menjaga pola hidup sehat
 Orang yang sering mengonsumsi alcohol
 Orang dengan riwayat diabetes melitus

Keterkaitan Antar Masalah

Disgfungsi dari proses ekspresi insulin pada sel beta pankreas dan gangguan sinyal
komunikasi sel Malfungsi metabolisme glukosa secara selular  Keluhan gula darah
tinggi dari ny. A dan melakukan kontrol gula darah  Didiagnosis DM

IV. LEARNING ISSUES


No Learning issues What I What I Need What I Don’t Know How Will I
. Know to Prove Learn
1. Diabetes Mellitus Pengertian Jenis atau Gejala, penyebab, ciri- Jurnal dan
(DM) penggolongan ciri penderita, Text Book
penanganan
2. Komunikasi antar Pengertian Mekanisme Proses terjadi, Jurnal dan
sel terjadinya gangguan komunikasi Text Book
3. Sintesis dan Pengertian Proses terjadinya Jurnal dan
sekresi Insulin di Text Book
sel beta pancreas
4. Metabolisme Pengertian Mekanisme terjadinya, Jurnal dan
glukosa secara malfungsi, cara Text Book
seluler memperbaiki gangguan
5. Kadar gula darah Pengertian Kondisi normal, kondisi Jurnal dan
abnormal, mekanisme Text Book
pengecekan,
6. Central Dogma Pengertian Proses terjadinya, Jurnal dan
- Transkrips organel yang berperan Text Book
i
- Translasi
- Organel
7. Mekanisme Proses komunikasi Jurnal dan
Komunikasi sel antara sel otot dan sel Text Book
otot dan sel beta beta pancreas,
pankreas gangguan komunikasi
antara sel otot dan beta
pankreas

Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dikenal oleh
masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM adalah penyakit gangguan
metabolik yang terjadi secara kronis atau menahun karena tubuh tidak mempunyai hormon
insulin yang cukup akibat gangguan pada sekresi insulin, hormon insulin yang tidak bekerja
sebagaimana mestinya, atau keduanya (Kemenkes RI, 2014). Akibat abnoramalitas dan
disfungsi inilah terjadinya peningkatan kadar dula darah atau konsentrasi glukosa dalam
darah (hiperglikemia).

Insulin merupakan hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Kadar
glukosa pada orang normal saat berpuasa 60-120 mg/dl dan dibawah 140 mg/dl pada saat 2
jam sesudah makan. Ketika kadar glukosa meningkat, kelebihan glukosa tersebut akan
dikeluarkan melalui urin, sehingga terjadilah “glukosaria” atau adanya glukosa di dalam urin.
Indikasi adanya glukosa dalam urin dapat dilihat ketika kencing urin tersebut segera
dikerumuni semut, adanya atau timbul rasa gatal di daerah bekas kencing, dan yang paling
tepat dengan pemeriksaan terhadap adanya glukosa pada urin dengan reaksi fehling.

Patogenesis

Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan


insulin secara relatif maupun absolut.

Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:

a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)


b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
c. Destruksi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

Faktor Resiko DM

riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat
melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita
DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah. Faktor risiko yang dapat diubah
meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90
cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.

Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor


risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative),
umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram
atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah.
Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar
perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,
dislipidemi dan diet tidak sehat.

Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat
penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD),
konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein.

1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada
derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa
darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh
pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes.
Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat
homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia
Keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250
mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (<
35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah
> 45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000gram.
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit
ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam
hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua
atau saudara kandung mengalami penyakit ini.

8. Alkohol dan Rokok


Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan
peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat-
baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga
berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme gula
darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah
dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof
wiski, 240 ml wine atau 720 ml.

Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua.
Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik,
pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh.

Gejala Menderita DM

World Health Oragnization atau WHO (2016) menyebutkan bahwa Penyakit ini
ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu poliphagia, polidipsia dan poliuria serta
sebagian mengalami kehilangan berat badan. DM merupakan penyakit kronis yang sangat
perlu diperhatikan dengan serius. DM yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti kerusakan mata, ginjal pembuluh darah, saraf dan jantung.

Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut diabetes
melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak
kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namu berat badan turun
dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Gejala kronik diabetes
melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di
kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan
mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat
lahir lebih dari 4kg.

Klasifikasi Diabetes Melitus (DM)

Organisasi profesi yang berhubungan dengan DM seperti American Diabetes


Association (ADA) telah membagi jenis DM berdasarkan penyebabnya. PERKENI dan IDAI
sebagai organisasi yang sama di Indonesia menggunakan klasifikasi dengan dasar yang sama
seperti klasifikasi yang dibuat oleh organisasi yang lainnya (Perkeni, 2015).

Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015) adalah sebagai berikut :

a. Diabetes melitus (DM) tipe 1


DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas.
kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara absolut.
Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.

b. Diabetes melitus (DM) tipe 2


Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin. Insulin
dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal sehingga
menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat
terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi
defisiensi insulin absolut.

Komplikasi Diabetes Melitus (DM)

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan
kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

1) Komplikasi akut
a. Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal (<
50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang
dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak
berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
b. Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat
secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik
(KHNK) dan kemolakto asidosis.

2) Komplikasi Kronis
a. Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang umum
berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah
pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung kongetif, dan stroke.
b. Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada
penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan),
neuropati, dan amputasi

Obat – Obat Diabetes Melitus (DM)

a. Antidiabetik oral

Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar gula darah dan


mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan menghilangkan gejala,optimalisasi
parameter metabolik, dan mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan
insulin adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk
penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan
pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini ditambahkan
bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula darah tetap di atas
200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan upaya diet, melainkan
membantunya. Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan
keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi menggunakan antidiabetik oral dapat
dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi. Pemilihan dan penentuan regimen
antidiabetik oral yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit
DM serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan
komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah termasuk golongan
sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing.

b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia. Insulin
mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang dihubungkan dengan
jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien
yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan
obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadang kala dijadikan pilihan sementara,
misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang memburuk, penggantian
insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi
metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin antara
lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel sebagian besar jaringan, menaikkan
penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan
otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein dan lemak
dari glukosa.

Komunikasi antar sel

Jaringan komunikasi antara satu sel dengan yang lain menghasilkan suatu koordinasi
untuk mengatur pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, dan lain-lain pada berbagai jaringan
maupun organ. Sistem komunikasi ini selain dilakukan oleh sistem saraf, juga dilakukan oleh
sistem endokrin, atau bahkan sistem saraf bersama-sama dengan sistem endokrin mengontrol
aktivitas organ atau jaringan tubuh. Komunikasi antar sel terjadi pada jarak dekat (dengan
gap junction) dan pada jarak jauh (dengan impuls saraf dan mediator kimia).
Komunikasi antar sel biasnya melewati enam tahap: 1) Sintesis 2) Pelepasan hormone
3) Transpor ke organ target 4) Pengenalan petunjuk (seiring oleh reseptor protein yang
spesifik) 5) Penerjemahan 6) Respons.
Di dalam tubuh, terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu:

1)    Komunikasi langsung, adalah komunikasi antar sel yang sangat berdekatan. Komunikasi
ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal kimia melalui hubungan
yang sangat erat antara sel satu dengan lainnya. Gap junction merupakan protein saluran
khusus yang dibentuk oleh protein connexin. Gap junction memungkinkan terjadinya aliran
ion-ion (sinyal listrik) dan molekul-molekul kecil (sinyal kimia), seperti asam amino, ATP,
cAMP dalam sitoplasma kedua sel yang berhubungan.

2)    Komunikasi lokal, adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan ke
cairan ekstrasel (interstitial) untuk berkomunikasi dengan sel lain yang berdekatan (sinyal
parakrin) atau sel itu sendiri (sinyal autokrin).
3)    Komunikasi jarak jauh: adalah komunikasi antar sel yang mempunyai jarak cukup jauh.
Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel saraf dan atau dengan
sinyal kimia (hormon atau neurohormon) yang dialirkan melalui darah.

Daya tahan hidup (survival) tergantung pada terjalinnya komunikasi interseluler yang
mengkoordinasikan pertumbuhan, diferensiasi dan metabolisme. Sebagian besar sel
dikhususkan untuk melakukan satu atau lebih fungsi yang spesifik. Banyak proses biologis
memerlukan berbagai sel untuk bekerja bersama dan mengkoordinasikan kegiatannya. Untuk
memungkinkan proses ini berjalan maka sel harus berkomunikasi satu sama lain, yang
disebut pensinyalan sel. Pensinyalan sel memungkinkan sel merespons dengan cara yang
tepat terhadap stimulus atau rangsangan dari lingkungan tertentu.

Sel perlu berkomunikasi dengan sel-sel lainnya untuk bisa bertahan dan berfungsi dengan
baik. Komunikasi antar sel umumnya dilakukan dengan menggunakan molekul sinyal
kimiawi (ligan/pembawa pesan pertama) yang berupa hormon, neurotransmitter dan protein
lain seperti faktor pertumbuhan. Sel akan berkomunikasi untuk aktivitasnya sebagai berikut :

1. Untuk bertahan hidup

2. Untuk tumbuh dan membelah

3. Untuk berdiferesiansi

4. Untuk mengakhiri hidup

Terdapat 2 macam molekul sinyal, yaitu hidrofobik dan hidrofilik. Hidrofobik berarti anti air,
contohnya adalah lipid yang tidak larut dalam air. Sedangkan hidrofobik berarti suka
terhadap air, contohnya seperti molekul peptida.

Pensinyalan sel pada organisme multiseluler terjadi dalam beberapa tahapan, antara lain:

1. Dimulai dengan pelepasan molekul pembawa pesan oleh sel yang terlibat dalam
pengiriman pesan ke sel lain di dalam tubuh. Lingkungan ekstraseluler sel
mengandung ratusan molekul informasi yang berbeda, yaitu berkisar dari senyawa
kecil seperti steroid dan neurotransmiter, hingga hormon protein kecil yang larut
seperti glukagon dan insulin, hingga molekul glikoprotein besar yang terikat pada
permukaan sel lain.

2. Sel hanya dapat menanggapi atau merespon pesan ekstraseluler tertentu jika dapat
mengekspresikan reseptor yang secara khusus mengenali dan mengikat molekul
pembawa pesan (messenger) tersebut. Molekul yang berikatan dengan reseptor
disebut ligan. Jenis sel yang berbeda memiliki pelengkap reseptor yang berbeda, yang
memungkinkannya untuk merespon pembawa pesan ekstraseluler yang berbeda.
Bahkan sel-sel yang berbagi reseptor spesifik dapat merespon dengan sangat berbeda
terhadap pembawa pesan ekstraseluler yang sama. Sel hati dan sel otot polos
keduanya memiliki reseptor β2- adrenergik. Aktivasi reseptor ini dengan mensirkulasi
hormon adrenalin akan menyebabkan kerusakan glikogen dalam sel hati dan relaksasi
dalam sel otot polos. Hasil yang berbeda ini setelah interaksi dengan stimulus atau
rangsangan awal yang sama dapat ditelusuri ke protein intraseluler yang berbeda yang
menjadi terlibat dalam respons dalam dua jenis sel ini. Jadi jenis kegiatan di mana sel
terlibat tergantung pada rangsangan yang diterimanya dan mesin intraseluler yang
dimilikinya pada waktu tertentu dalam hidupnya.
3. Pada kebanyakan kasus, molekul pembawa pesan ekstraseluler terikat dengan reseptor di
permukaan luar sel yang merespons. Interaksi ini menunjukkan perubahan konformasi pada
reseptor yang menyebabkan sinyal diteruskan melintasi membran ke domain reseptor
sitoplasmik. Begitu telah mencapai permukaan bagian dalam membran plasma, ada dua rute
utama dimana sinyal ditransmisikan ke interior sel, di mana hasilnya akan memunculkan
respons yang sesuai. Rute tertentu yang diambil tergantung pada jenis reseptor yang
diaktifkan.
4. Satu jenis reseptor mentransmisikan sinyal dari domain sitoplasmiknya ke enzim terdekat.
5. Menghasilkan pembawa pesan kedua.
Oleh karena itu membawa (efek) respon seluler dengan menghasilkan pembawa pesan
kedua, enzim yang bertanggung jawab disebut sebagai efektor. Pembawa pesan kedua
adalah zat kecil yang biasanya mengaktifkan (atau menonaktifkan) protein spesifik.
Tergantung pada struktur kimianya, pembawa pesan kedua dapat berdifusi melalui
sitosol atau tetap terbenam dalam membran lapisan ganda lipid. Jenis reseptor lain
mentransmisikan sinyal dengan mengubah domain sitoplasmiknya menjadi tempat
pengambilan untuk protein pensinyalan seluler. Protein berinteraksi satu sama lain,
atau dengan komponen membran seluler, melalui jenis domain interaksi tertentu,
seperti domain SH3.

6. Apakah sinyal ditransmisikan oleh pembawa pesan kedua atau dengan pengambilan
protein, hasilnya adalah sama, protein yang diposisikan di bagian atas jalur
pensinyalan intraseluler diaktifkan. Jalur pensinyalan adalah informasi dengan jalur
yang sangat banyak di dalam sel.

7. Sinyal yang ditransmisikan di sepanjang jalur pensinyalan tersebut akhirnya mencapai


protein target.

8. Setiap jalur pensinyalan terdiri dari serangkaian protein berbeda yang beroperasi
secara berurutan. Sebagian besar protein pensinyalan dibentuk dari banyak domain,
yang memungkinkannya berinteraksi secara dinamis dengan sejumlah mitra yang
berbeda, baik secara simultan atau berurutan. Banyak protein pensinyalan juga
mengandung katalitik dan domain pengatur yang memberinya peran lebih aktif dalam
jalur pensinyalan. Setiap protein dalam jalur pensinyalan biasanya bekerja dengan
mengubah konformasi protein berikutnya dalam rangkaian, suatu peristiwa yang
mengaktifkan atau menghambat protein tersebut.

9. Terlibat dalam dasar proses seluler. Bergantung pada jenis sel dan pesan yang ada,
respons yang diawali oleh protein target dapat melibatkan perubahan ekspresi gen,
perubahan aktivitas enzim metabolik, konfigurasi ulang sitoskeleton, peningkatan atau
penurunan mobilitas sel, perubahan dalam permeabilitas ion, aktivasi sintesis DNA,
atau bahkan kematian sel. Hampir di setiap kegiatan di mana sel terlibat diatur oleh
sinyal yang berasal dari permukaan sel. Keseluruhan proses di mana informasi yang
dibawa oleh molekul pembawa pesan ekstraseluler diterjemahkan ke dalam perubahan
yang terjadi di dalam sel disebut sebagai transduksi sinyal.

Akhirnya, pensinyalan harus diakhiri. Hal ini penting karena sel harus responsif terhadap
pesan tambahan yang mungkin diterima. Urutan pertama yang harus dilakukan adalah untuk
menghilangkan molekul pembawa pesan ekstraseluler. Untuk melakukan pensinyalan ini, sel-
sel tertentu menghasilkan enzim ekstraseluler yang menghancurkan pembawa pesan
ekstraseluler tertentu. Dalam kasus lain, reseptor yang diaktifkan diinternalisasi. Begitu
berada di dalam sel, reseptor dapat terdegradasi bersama dengan ligannya, yang dapat
meninggalkan sel dengan sensitivitas menurun terhadap rangsangan berikutnya.

BENTUK KOMUNIKASI SEL

Sel yang saling berkomunikasi kemungkinan dalam keadaan berdekatan atau terpisah jauh.
Sel berkomunikasi dengan sel didekatnya dengan cara mensekresikan pengatur lokal atau sel
saraf, dan mensekresikan neurotransmitter pada sinapsis. Sel menggunakan hormon untuk
pensinyalan jarak jauh. Sel dapat berkomunikasi dengan kontak langsung melalui junction
(sambungan) celah.

Bentuk komunikasi pada sel berdasarkan letak atau jenis sel target dibedakan atas empat macam
yaitu:

 Pensinyalan jarak jauh (pensinyalan endokrin)


 Pensinyalan jarak dekat(parakrin)
 Pensinyalan autokrin
 Pensinyalan sinaptik

PENSINYALAN JARAK JAUH

Pensinyalan jarak jauh yang disebut juga pensinyalan endokrin, membutuhkan molekul sinyal dalam
bentuk hormon. Selain itu pensinyalan jarak jauh juga bekerja pada sel target yang jauh dari tempat
sintesisnya dan disalurkan melalui aliran darah.

Sinyal yang disampaikan berupa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Sel target umumnya
berada jauh dari sel penghasil sinyal, dimana sinyal dibawa melalui pembuluh darah.

Respon seluler berupa reaksi fisiologis yang berkaitan dengan kerja hormon sinyal. Contoh kerja
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) pada sel-sel folikel ovum, dimana FSH akan memicu
pembentukan sel folikel dan perkembangan sel telur.

PENSINYALAN JARAK DEKAT

Pensinyalan jarak dekat atau disebut pensinyalan parakrin bekerja pada sel target yang
berdekatan dengan pembuatnya. Biasanya diperantarai oleh neurotransmiter dan beberapa
faktor pertumbuhan.

PENSINYALAN AUTOKRIN

Pensinyalan autokrin terjadi dimana molekul sinyal bekerja mempengaruhi dirinya sendiri,
merupakan cara kerja dari sebagian besar faktor pertumbuhan. Fungsi pensinyalan autokrin
adalah mengatur proses proliferasi.

PENSINYALAN SINAPTIK

Pada pensinyalan sinaptik, sel saraf melepaskan molekul neurotransmiter ke dalam celah
sinaps yaitu ruang sempit antara dua sel saraf, yaitu sel pengirim dan sel target.
Pensinyalan yang terjadi pada sel saraf yang spesifik. Sel saraf menghasilkan sinyal kimia
melalui neurotransmitter yang berdifusi ke sel target (sel saraf) melalui ruangan sempit
(sinapsis) untuk meneruskan rangsangan.

KOMPONEN KOMUNIKASI SELULER

Ada empat komponen dasar yang terlibat di dalam komunikasi sel:

 Stimulus dalam bentuk molekul sinyal yaitu molekul kimia organik dan nonorganik di
lingkungan sel.
 Penerima sinyal yaitu reseptor. Reseptor terletak pada permukaan luar membran sel
maupun sitoplasma dan nukleus, mempunyai daya ikat tinggi dan bersifat khusus pada
molekul sinyal kimia.
 Transduser melakukan transduksi sinyal dari luar sel menjadi kegiatan biokimiawi di
dalam sel.
 Sensor dan efektor dan respons sel.

TAHAPAN PROSES PENSINYALAN SEL

Tiga tahap pensinyalan sel adalah penerimaan, transduksi dan respons.

1. PENERIMAAN

Penerimaan sinyal adalah ketika sel target mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar
sel. Sinyal kimiawi terdeteksi ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor yang
terletak di permukaan sel atau di dalam sel. Contoh proses penerimaan sinyal adalah pada
molekul sinyal (ligan) berupa hormon epinefrin yang terdapat di cairan ekstraseluler terikat
pada reseptor spesifik pada membran sel target (sel hati dan sel otot rangka).

2. TRANSDUKSI (Pengolahan Sinyal)

Transduksi sinyal atau penyaluran sinyal merupakan suatu tahapan dimana terjadi pengikatan
molekul sinyal yang mengubah protein reseptor dengan suatu cara tertentu sehingga terjadi
proses transduksi. Tahap transduksi mengubah sinyal menjadi bentuk yang dapat
menyebabkan respon seluler menjadi lebih spesifik. Transduksi kadang-kadang hanya terjadi
dalam satu langkah saja, namun lebih sering membutuhkan suatu urutan perubahan dalam
serangkaian molekul yang berbeda melalui jalur transduksi sinyal. Molekul- molekul dalam
jalur ini seringkali disebut molekul relai.

3. RESPON SEL

Sinyal yang ditransduksikan akhirnya memicu respons seluler yang spesifik. Proses
pensinyalan sel membantu memasikan bahwa aktivitas seperti ini berlangsung di dalam sel
yang benar, pada waktu yang tepat, dan dalam koordinasi yang sesuai dengan sel-sel lain.
Contoh: reaksi enzimatik pemecahan molekul glikogen oleh enzim glikogen fosforilase.

MACAM RESEPTOR SINYAL

Reseptor Terkait Protein G


Reseptor terkait protein G adalah reseptor berupa protein membran yang bekerja bersamaan
dengan protein lain (biasanya enzim). Pendeteksian sinyal berupa cahaya, bau dan deteksi
hormon serta neurotransmitter tertentu. Jalur ini dapat mengaktivasi atau menginhibisi terkait
protein G yang terikat pada reseptor. Aktivasi enzim seperti adenilil siklase yang akan
menghasilkan sejumlah second messenger yang menentukan respon seluler terhadap sinyal
yang datang.

Reseptor Tirosin Kinase

Reseptor membran yang memiliki bagian protein di sisi sitoplasmik yang berperan sebagai
enzim (tirosin kinase). Kinase adalah enzim yang mengkatalisis transfer gugus fosfat. Fungsi
untuk mengaktalisis transfer gugus fosfat (fosforilasi) dari ATP ke asam amino tirosin pada
protein substrat. Contoh pada factor pertumbuhan yang merangsang sel untuk tumbuh dan
bereproduksi. Tahapan proses transduksi sinyal yang terjadi:

Reseptor Saluran Ion

Reseptor saluran ion adalah suatu jenis reseptor membran yang memiliki bagian yang dapat
berfungsi sebagai gerbang atau pintu masuk ketika reseptor berubah bentuk. Protein membran
berupa ion-channel protein yang membuka ketika berikatan dengan ligan dan menutup ketika
ligan terlepas dari reseptor. Pengikatan ligan menyebabkan terbukanya saluran ion sehingga
ion-ion dari cairan ekstraseluler dapat masuk ke dalam sitosol sel target. Perubahan
konsentrasi menyebabkan perubahan potensial elektrik membran plasma.

Reseptor Intraseluler

Reseptor intraseluler adalah jenis reseptor berupa reseptor yang terletak di sitoplasma atau
inti sel target. Sinyal kimiawi masuk ke dalam sel melewati membran sel. Molekul sinyal
berukuran cukup kecil sehingga dapat melewati fosfolipid membran atau molekul sinyal
berupa lipid sehingga terlarut dalam membran.

Mekanisme Komunikasi Antara Sel Otot degan Sel Beta Pankreas

Komunikasi antara sel otot dan sel beta pankreas terjadi pada sekresi insulin. Proses
komunikasinya adalah tahap pertama glukosa melewati membrane sel. Untuk dapat melewati
membrane sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain. Pengangkutan glukosa antara
darah dan sel dilaksanakan oleh suatu "kendaraan" pengangkut membran
plasma yang dikenal sebagai pengangkut glukosa atau glucose transporter(GLUT).
Terdapat enam bentuk pengangkut glukosa yang telah diketahui dan dinamai sesuai urutan
penemuannya seperti GLUT-1, GLUT-2, dstnya. Pengangkut glukosa yang bertanggung
jawab atas sebagian besar penyerapan glukosa oleh mayoritas sel tubuh adalah
GLUT-4 yang sangat banyak terdapat di jaringan dengan penyerapan glukosa paling
banyak dari darah yaitu otot rangka dan sel jaringan lemak. Pengambilan glukosa oleh
jaringan otot pada keadaan istirahat membutuhkan insulin, hingga disebut sebagai
jaringan insulin-dependent. Sedang pada saat otot aktif, walau terjadi peningkatan
kebutuhan glukosa, tapi kadar insulin tidak meningkat. Sel-sel otot rangka tidak
bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa, meskipun saat istirahat mereka
memerlukannya, namun dengan mengontraksikanotot dapat memicu penyisipan GLUT-4
ke membran plasma sel otot yang aktif meskipun tidak terdapat insulin. Otot
berkontraksi meningkatkan penyerapan glukosa darah, meskipun kadar glukosa darah
biasanya dijaga oleh produksi glukosa melalui glikogenolisis hati dan glukoneogenesis dan
mobilisasi bahan bakar alternatif, seperti asam lemak bebas (FFA). Pada latihan
jasmani juga akan terjadi peningkatan aliran darah, menyebabkan lebih banyak jala-
jala kapiler terbuka hingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi
lebih aktif.

Untuk mendapatkan proses metabolisme glukosa normal, selain diperlukan


mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi insulin yang
berlangsung normal. Masalah yang mendasarinya bukan kekurangan insulin tetapi rendahnya
sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap insulin yang merupakan salah
satu faktor etiologi terjadinya diabetes, khususnya tipe 2. Pengambilan glukosa oleh jaringan
otot pada keadaan istirahat membutuhkan insulin, hingga disebut sebagai jaringan
insulindependent, sedangkan pada saat otot aktif, walau terjadi peningkatan kebutuhan
glukosa, tapi kadar insulin tidak meningkat. Sel-sel otot rangka tidak bergantung pada insulin
untuk menyerap glukosa, meskipun saat istirahat mereka memerlukannya, namun dengan
mengontraksikan otot dapat memicu penyisipan GLUT-4 ke membran plasma sel otot yang
aktif meskipun tidak terdapat insulin. Otot berkontraksi meningkatkan penyerapan glukosa
darah, meskipun kadar glukosa darah biasanya dijaga oleh produksi glukosa melalui
glikogenolisis hati dan glukoneogenesis dan mobilisasi bahan bakar alternatif, seperti asam
lemak bebas (FFA). Pada latihan jasmani juga akan terjadi peningkatan aliran darah,
menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka hingga lebih banyak tersedia reseptor
insulin dan reseptor menjadi lebih aktif.
Mekanisme kerja hormone insulin
Pada keadaan normal, insulin merangsang transport glukosa dengan mekanisme
sebagai berikut. Pada tahap awal, insulin berikatan dengan subunit  reseptor tirosin kinase.
Saat berikatan ini, insulin mengaktivasi subunit β tirosin kinase. Tirosin kinase yang telah
teraktivasi memfosforilasi protein insulin receptor substrates (IRS) pada tirosin dan kemudian
akan berikatan dengan subunit p85 dari Phosphatidil Inositol (PI) 3-kinase. Ikatan protein
IRS dengan p85 merangsang aktivitas katalitik p110 dari PI 3-kinase. Insulin
mendistribusikan PI 3-kinase yang telah teraktivasi ke glucose transporters (GLUT4) intrasel
yang mengandung vesikel. PI 3- kinase ini diduga berperan dalam fusi vesikel dengan
permukaan sel, sehingga terjadi up-take glukosa dari permukaan sel ke intrasel. PI 3-kinase
ini juga berperan dalam merangsang fosforilasi endothelial Nitric Oxide Synthase (eNOS)
untuk membentuk NO.
Resisten insulin terjadi akibat defek PI-3 (phosphatidyl inocytol) yang menyebabkan terjadinya
reduktasi translokasi dari GLUT-4 (Glukosa Transporter) ke membrane plasma untuk mengangkut
insulin. Akibtanya insulin tidak dapat diangkut ke dalam sel dan tidak dapat digunakan untuk
metabolism sel sehingga glukosa dalam darah meningkat menyebabkan hiperglikemia.
mekanisme komunikasi antara sel otot dengan sel beta pancreas:

fusi vesikel
sehingga
mendistribusik
Fosforilasi IRS
an PI 3-kinase terjadi up-
Insulin dan berikatan aktivitas take
Aktivasi sub yang telah
berikatan dengan katalitik p110
dengan sub
unit beta
subunit p85 dari PI 3-
teraktivasi ke glukosa
tirosin kinase glucose dari
unit alpha dari PI-3 kinase
transporters
kinase
(GLUT4) permukaan
sel ke
intrasel

Dalam melakukan metabolism, sel otot memerlukan glukosa dari darah. Untuk dapat masuk ke dalam
sel, glukosa harus melewati membrane sel terlebih dahulu. Pengangkutan glukosa antara darah dan sel
dilaksanakan oleh suatu "kendaraan" pengangkut membran plasma yang dikenal sebagai pengangkut
glukosa atau glucose transporter (GLUT). Glucose transporter adalah senyawa asam amino yang
terdapat di dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa. GLUT 4 diaktivasi
oleh PI3–kinase. Untuk dapat mengaktivasi PI 3-kinase diperlukan serangkai proses aktivasi lainnya
yang tidak akan terjadi tanpa adanya hormone insulin (ligand). Jika hormone insulin tidak berikatan
dengan reseptor, serangkaian proses aktivasi tidak dapat terjadi. Akibatnya sel otot tidak mendapatkan
glukosa dan tidak terjadi metabolism sel. Glukosa pada darah juga akan menumpuk dan
mengakibatkan tingginya kadar gula dalam darah.

Sintesis dan Sekresi Insulin di sel beta pancreas

Pulau Langerhans merupakan mikroorgan endokrin multihormonal di pankreas.


Pulau-pulau ini tampak sebagai kelompok bangunan bulat dengan sel-selnya terpendam di
dalam jaringan eksokrin pankreas. Pulau Langerhans tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang, tetapi jika diperfusi dengan larutan pewarna merah netral maka pulau- pulau akan
terpulas selektif , sehingga dapat dipelajari jumlah dan penyebarannya. Pulau-pulau ini
tersebar merata namun agak lebih banyak pada bagian kauda.

Gambar pulau Langerhans merupakan kelompok sel-sel endokrin berwarna pucat terpendam di dalam
jaringan asinar eksokrin agak lebih banyak pada bagian kauda. pankreas.

Pulau-pulau Langerhans tersusun oleh beberapa jenis sel berbeda yang


menghasilkan hormon berbeda pula. Sel alfa (α), sel beta (β), sel delta (δ), dan sel polipeptida
pankreas (PP) yang memproduksi glukagon, insulin, somatostatin dan polipeptida pankreatik
secara berurut. Sel- sel ini saling memengaruhi melalui efek parakrin dalam pulau
Langerhans. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antar sel yang penting untuk
mempertahankan fungsi normal pada tubuh manusia. Pada manusia, insulin promotor factor 1
(IPF-1) merupakan faktor transkripsi yang paling penting dalam hal diferensiasi spesifik dari
sel beta pankreas dan induksi sekresi insulin.
Gambar sintesis insulin

Manusia memiliki satu salinan gen insulin yang terletak pada kromosom 11. Gen ini
sudah diekspresikan di dalam sel beta pankreas dan terbentuk dari untaian DNA yang
mencakup daerah pengode dan bukan pengode. Pada manusia gen insulin memiliki tiga ekson
yang terpisah oleh dua intron. Ekson 1 dan 2 mengode bagian mRNA yang tidak mengalami
translasi, ekson 2 mengode sinyal peptida (P) dan rantai B, ekson 2 dan 3 mengode peptida C,
dan ekson 3 mengode rantai A ditambah bagian mRNA yang tidak mengalami translasi.

Preproinsulin merupakan produk translasi pertama dari gen insulin. Sinyal peptida
diikat oleh partikel pengenal sinyal (signal recognition particle, SRP), kemudian melalui
interaksi dengan reseptor SRP pada membran retikulum endoplasma (RE), terjadi penetrasi
preproinsulin ke dalam lumen RE yang diikuti pembelahan proteolitik sinyal peptida dari
preproinsulin menjadi proinsulin. Selanjutnya proinsulin akan mengalami lipatan yang sesuai
untuk membentuk ikatan disulfida. Pada saat itu proinsulin yag telah dilipat dipindahkan ke
aparatus Golgi dan dipisahkan untuk jalur konstitutif/pengaturan jalur keluarnya. Jalur
konstitutif merupakan jalur yang digunakan sebagai jalan keluar yang pengaturannya tidak
dilakukan oleh sekretagog. Selain itu, terdapat jalur lain dimana semua molekul
proinsulinnya diurutkan, termasuk di dalamnya paket-paket prohormon yang sudah dikemas
ke dalam granula sekretorik, selanjutnya akan terjadi proses eksositosis sebagai respon
terhadap sekretagog/stimulus.

SEKRESI INSULIN

Pelepasan insulin dari pulau-pulau Langerhans memerlukan pengaturan negatif


untuk memastikan tingkat terendah melepaskan insulin dalam kondisi istirahat, serta
pengaturan positif guna memfasilitasi respon kuat terhadap kondisi adanya peningkatan kadar
glukosa darah. Insulin dilepaskan dalam bentuk bifasik yang terdiri dari fase pertama yang
terjadi singkat (berlangsung sekitar 10 menit) dan diikuti oleh fase kedua yang berkelanjutan.
Pada individu normal, laju sekresi insulin selama fase pertama dan kedua telah diperkirakan
1.600 pmol/menit dan 400 pmol/menit melibatkan difusi kantung kecil dari granul- granul
pada membran plasma. Kantung- kantung tersebut mudah disekresi karena granul-granul
tersebut sudah berada di dalam membran pada keadaan basal, dan pembongkaran isi granul
-granul merupakan respon terhadap adanya nutrisi dan juga non-nutrisi sekretagog. Fase
kedua sekresi insulin umumnya ditimbulkan oleh pengaruh nutrisi, dan melibatkan mobilisasi
dari granul-granul intrasel ke tempat membran target soluble N-ethylmaleimide-sensitive
factor attachment protein receptor (t- SNARE) pada membran plasma untuk bisa memasuki
bagian distalnya dan menjalani angkah-langkah fusi eksoitosis.

Gambar proses sekresi insulin. Sumber : Jensen et al, 2008

Pada Gambar dapat dilihat bahwa glukosa akan diangkut dari dalam darah melewati membran sel
masuk ke dalam sel; proses ini memerlukan senyawa pengangkut glukosa yaitu glucose transporter 2
(GLUT-2). Dalam keadaan fisiologik, transportasi transmembran dilakukan oleh GLUT-2 yang
berfungsi sebagai pembawa glukosa dengan akses masuk ke dalam sel yang tak terbatas. Glukosa
akan mengalami proses fosforilasi dan oksidatif oleh aktivasi glukokinase (mengubah glukosa
menjadi glukosa-6 fosfat) dengan membebaskan molekul fosfat sehingga rasio ATP/ADP berubah,
kemudian terjadi depolarisasi membran.

Masalah yang dapat terjadi pada sintesis insulin antara lain :

1) ketidakmampuan pulau-pulau Langerhans untuk menghasilkan insulin.

2) Adanya stres pada RE yang melibatkan the un-folded protein response (UPR). Ketidak-
mampuan pulau-pulau Langerhans untuk menghasilkan insulin mengakibatkan insulin yang
keluar dari sel beta dan beredar di dalam darah kurang atau bahkan tidak ada.
Ketidakmampuan tersebut terjadi karena proses autoimun sel beta yang ditemukan pada
diabetes melitus tipe 1 (DMT1). Untuk mengatasi DMT1 ini harus diberikan preparat insulin
agar dapat langsung bekerja di dalam darah.

Adanya stres pada RE melibatkan UPR yang berperan dalam perkembangan selular agar sel
dapat mempertahankan kapasitas dalam proses pelipatan protein. Stres yang terjadi pada RE
akan mengakibatkan terjadinya mutasi pada pembelahan proinsulin yang berakibat kegagalan
pelipatan insulin, sehingga sel tidak dapat menghasilkan jumlah insulin yang sesuai untuk
mempertahankan homeostasis. Kegagalan sintesis insulin disini juga harus dibantu dengan
pemberian preparat insulin.

Penurunan sekresi insulin berkaitan dengan tiga fenomena berbeda: 1) desensitasi terhadap glukosa;
2) kelelahan (exhaustion) sel beta; dan 3) glucose toxicity.

Desensitasi terhadap glukosa juga di- kenal sebagai resistensi insulin yang me- rupakan
ketidaksanggupan insulin memberi efek biologik yang normal pada kadar gula darah tertentu.
Selain akibat kurangnya re- septor insulin pada sel secara kuantitas, hal ini juga disebabkan
gangguan pada pasca reseptor. Gangguan tersebut terdapat pada pembentukan (sintesis) dan
juga translokasi dari suatu faktor yang penting bagi pe- mindahan glukosa dari darah kedalam
sel untuk selanjutnya dimetabolisme yakni glucose transporter (GLUT). Pada awalnya
resistensi insulin belum menyebabkan dia- betes klinis. Sel beta pankreas masih dapat
melakukan kom-pensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia. Saat terjadi kelelahan sel beta
pankreas maka akan timbul diabetes melitus klinis yang ditandai dengan kadar glukosa darah
yang meningkat.

Metabolisme glukosa secara seluler

Glukosa merupakan sumber energi utama,dimetabolisme melalui jalur utama glikolisis.


Kelebihan glukosa dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk glikogen dan trigliserida.
Glukosa di darah dapat masuk ke dalam sel secara difusi terfasilitasi oleh glucose
transporter.

Berikut macam-macam glucose transporter

Jalur Metabolisme Glukosa


 Glikogenesis : sintesis polymer glikogen, disimpan di otot dan hati.
 Pentose phosphat pathway : menyediakan ribosa untuk sintesis nukleotid dan asam
nukleat
 Triose phosphat : menyediakan gliserol untuk sintesis triacyl gliserol (trigliserid)
 Piruvat dan metabolit intermediate siklus asam sitrat: rantai karbon untuk sintesis
asam amino. Acetyl co-a sebagai prekursor sintesis kolesterol dan asam lemak.
 Glukoneogenesis : sintesis glukosa dari sumber non KH.

1. Glikolisis
a. Merupakan jalur utama metabolisme glukosa untuk menghasilkan energi (ATP).
b. Terjadi di sitosol. Dapat terjadi dalam kondisi aerob atau anaerob.
c. Produk metabolit yang dihasilkan adalah pyruvate atau laktat.
d. Oksidasi pyruvate untuk menghasilkan energi yang lebih besar memerlukan
oksigen,
mitochondrial enzyme system (pyruvate dehydrogenase, siklus asam sitrat dan rantai
pernafasan).

Tahapan Glikolisis :
1. Phosphorilasi glukosa menjadi glukosa-6- phosphate yang dikatalisis oleh enzyme
hexokinase. Reaksi phosphorilasi ini memerlukan ATP sebagai donor phosphate.
 Enzyme hexokinase dapat diinaktivasi oleh keberadaan substrat glukosa-6-phosphate
melalui mekanisme allosteric inhibitor.
 Hepar memiliki isoenzyme hexokinase, yaitu glucokinase yang berperan untuk segera
menurunkan konsentrasi glukosa di vena porta setelah makan dengan menyediakan
glukosa6-phosphate yang akan digunakan untuk glyconesis dan lipogenesis.
 Glucokinase pada sel beta pancreas berfungsi untuk mendeteksi konsentrasi glukosa
yang tinggi. Semakin banyak glukosa yang mengalami glikolisis, maka ATP yang
dihasilkan semakin banyak lalu menutup channel potassium sehingga terjadi
depolarisasi dan terjadi pelepasan hormone insulin.
2. Perubahan glukosa-6-phosphate menjadi fructose 6-phosphate yang dikatalisis oleh enzim
phosphohexo isomerase
3. Phosphorilasi fructose 6-phosphate menjadi fructose 1,6-biphosphate, dikatalisis oleh
enzim phosphofructokinase.
4. Pemecahan fructose 1,6-biphosphate menjadi 2 triosa phosphate, glyceraldehyde 3-
phosphate, dan dihydroxyacetone phosphate oleh enzim aldolase.
5. Oksidasi glyceraldehyde 3-phosphate menjadi 1,3-biphosphoglycerate, dikatalisis oleh
enzim glyceraldehyde 3-phospho dehydrogenase. Enzim ini tergantung pada NAD
6. Transfer gugus phosphate dari 1,3- biphosphoglycerate ke adenin diphosphate (ADP)
membentuk ATP dan 3-phosphoglycerate, dikatalisis oleh enzyme phosphoglycerate kinase.
7. Perubahan 3-phosphoglycerate menjadi 2- phosphoglycerate, dikatalisis oleh enzim
phosphoglyceromutase.
8. Perubahan 2-phosphoglycerate menajdi phosphoenolpyruvate, dikatalisis oleh enzim
enolase. Enzim ini diaktivasi oleh ion Magnesium atau Mangan
9. Transfer phosphate dari phosphoenolpyruvate ke ADP untuk membentuk ATP dan
pyruvat, dikatalisis oleh enzim pyruvate kinase.

2. Sintesis Glikogen (Glikogenesis)


 Langkah awal sintesis glikogen, melibatkan protein glikogenin
 Glikogenin mengkatalisis pemindahan residu 7 glukosa uridin
diphosphate glukosa (UDP-Glc) membentuk Glikogen primer, yaitu
substrat untuk pembentukan glikogen.
 Glycogen synthase mengkatalisis pembentukan ikatan glikoside antara C-1 glukosa
dari UDP-GLc dan C-4 residu glukosa terminal dari glycogen.
3. Pemecahan Glikogen menjadi Glukosa (Glikogenolisis)
*Glikogen mengalami phosphorilasi menjadi glucose 1-phosphate, dikatalisis oleh enzim
glycogen phosphorylase. Glycogen phosphorylase memerlukan piridoksal phosphate sebagai
coenzyme
*Glucose 1-phosphate diubah menjadi glucose 6- phosphate, dikatalisis enzim
phosphoglucomutase.
*Di hati, Glucose 6-phosphate dihidrolisis menjadi glucose, dikatalisis oleh enzim glucose 6-
phosphatase.
*Glukosa dilepaskan oleh sel hati ke darah.

4. Gluconeogenesis
*Pembentukan glukosa dari sumber non KH
Sumber non KH tersebut : Glycerol ,Lactat .Asam amino (semua asam amino kecuali Lysine
dan Leusin), Asam Lemak
*Tujuan gluconeogenesis adalah menjaga keberlangsungan keberadaan glukosa di darah
*Jalur yang digunakan sebagian besar menggunakan jalur TCA cycle.

5. Siklus Kerb’s (TCA Cycle)


*Fungsi utama siklus asam sitrat: sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi KH, lipid dan
protein.
*Siklus asam sitrat juga mempunyai peranan penting dlm proses glukoneogenesis,
transaminasi, deaminasi dan lipogenesis.
*Bersifat amfibolik.
1. Pentosa Phosphat Patway

*Disebut juga Hexosa Monophosphate Shunt (HMP Shunt).


*Merupakan jalur metabolisme lain untuk oksidasi glukosa  Tidak bertujuan menghasilkan
energi ( ATP ).
*Fungsi :
*Pembetukan NADPH untuk keperluan sintesis asam lemak, melindungi eritrosit dari
hemolysis akibat stress oksidatif.
*Sintesis ribose untuk keperluan sintesis nukleotid dan asam nukleat (DNA & RNA).
*Reaksi ini terjadi di sitosol.
 Transportasi glukosa melalui membran sel
Transport glukosa melalui membran sel Glukosa harus ditransport melalui membran sel
jaringan ke dalam sitoplasma seluler, sebelum glukosa dapat digunakan oleh sel jaringan
tubuh. Namun demikian, glukosa tidak dengan mudah berdifusi melalui pori – pori dari
membran sel karena berat molekul maksimal dari partikel yang dapat langsung berdifusi
adalah sekitar 100, dan glukosa memiliki berat molekul 180. Namun glukosa tetap dapat
menembus membran sel ke dalam sel melalui mekanisme difusi terfasilitasi. Dimana yang
dapat menembus matriks lemak dari membran sel adalah sejumlah besar molekul protein
yang dapat mengikat glukosa dari satu sisi ke sisi yang lain kemudian dilepaskan. Untuk itu
jika konsentrasi glukosa lebih tinggi pada salah satu sisi dari membran sel, maka glukosa
akan ditransport dari daerah dengan konsentrasi glukosa yang lebih tinggi ke daerah dengan
konsentrasi glukosa yang lebih rendah.

 Pengaruh insulin terhadap transpor glukosa


Insulin meningkatkan difusi terfasilitasi glukosa kecepatan transportasi glukosa dan juga
transportasi dari beberapa monosakarida yang lain sangat dipengaruhi oleh insulin. Saat
sejumlah besar insulin disekresikan oleh pankreas, kecepatan transportasi glukosa ke dalam
sebagian besar sel meningkat hingga 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan kecepatan
transportasi glukosa saat insulin tidak disekresikan. Sebaliknya, jumlah glukosa yang dapat
berdifusi ke dalam sebagian besar sel tubuh saat tidak ada insulin, dengan perkecualian sel
hepar dan sel otak, sangat kecil untuk memberikan suplai glukosa untuk kebutuhan
metabolisme energi secara normal. Sehingga kecepatan penggunaan glukosa oleh sebagian
besar sel diatur oleh kecepatan sekresi insulin dari pankreas (Guyton, A.C.; Hall, J.E., 2006).
 Proses Kerja Insulin dalam Metabolisme Glukosa
Insulin memberi sinyal bila ada kelebihan kadar glukosa dan akan menginisiasi uptake dan
storage dari karbohidrat.
Insulin setelah terikat pada reseptor akan terjadi suuatu reaksi autofosforilasi dimana bagian
intraseluler dari reseptor mengalami fosforilasi tirosin oleh aktivitas protein kinase dari
reseptor yang sama.
Keadaan ini ditambah dengan beberapa macam sistem sinyal protein kinase tambahan :
1. Jalur sinyal melalui PI 3-kinase dan fosfatidilinositol (3,4,5)P3 (PI-3 kinase dan
protein kinas B / AKT ).
2. Mitogen-Activated Protein Kinase ( MAPKinase).
3. Kemungkinan interaksi via kinase-kinase itu tidak digandakan oleh protein Insulin
Receptor Substrate ( IRS ).
Kemudian, terbentuklah suatu kaskade fosforilasi yang akan memulai fosforilasi/defosforilasi
enzim yang merupakan efek dari kerja insulin. Lalu, reseptor yang aktif meningkatlan uptake
asam amino dan glukosa, mengaktifkan sintesis protein dari asam amino dan sintesis
trigliserida dari glukosa. Juga, insulin menghambat pemecahan trigliserida di jaringan
adiposa dan glukoneogenesi di hati.
Bila insulin tidak diproduksi dan disekresikan, maka akan timbul kondisi hiperglikemia
dimana kondisi glukosa yang meningkat didalam darah. Hal ini terjadi karena tidak adanya
produksi glukagon yang membentuk cAMP untuk sintesis glukosa sehingga bila kadarnya
berlebihan dan tidak di-counter oleh insulin maka kenaikan gula darah akan berlebih. Insulin
juga memengaruhi pengaktifan glikogen sintetase atau piruvat dehidrogenase yang berfungsi
dalam uptake glukosa apabila kadar glukosa berlebih di hati.

Ekspresi Gen/Central Dogma

Informasi genetik dari suatu sel dengan segala keunikannya tentunya harus dapat
diturunkan ke anakannya. Informasi gentik (genom) disimpan menggunakan asam nukleat,
yaitu DNA. Asam nukleat ini mampu menyimpan sejumlah besar informasi secara stabil
hanya melalui 4 macam yakni adenin (A), sitosin (C), guanin (G) dan timin (T), yang
tersusun menjadi rantai DNA. Informasi yang disimpan DNA tersebut akan diduplikasikan
saat terjadi pembelahan sel (Replikasi) dan akan disalin menjadi mRNA (Transkripsi), yang
selanjutnya RNA yang terjadi tersebut akan ditranslasikan menjadi urutan asam amino dari
protein (Translasi). Proses tersebut dinyatakan sebagi Dogma Sentral dari biologi molekuler.

Gambar 1. Dogma sentral biologi molekuler. (1) DNA ditranskripsi oleh enzim RNA
polymerase menjadi mRNA, (2) mRNA yang terbentuk mengalami proses pasca-
transkripsi berupa pembuangan intron sehingga menjadi RNA mature, (3) mRNA
ditranslasi menjadi urutan asam amino/protein yang terjadi di sitosol, (4) DNA
diperbanyak melalui proses replikasi melibatkan ezim DNA polymerase.

Gen memberi perintah untuk membuat protein tertentu. Tetapi gen tidak membangun
protein secara langsung. Jembatan antara DNA dan sintesis protein adalah RNA. Kita ketahui
bahwa RNA secara kimiawi serupa dengan DNA, kecuali RNA mengandung ribosa, bukan
deoksiribosa sebagai gulanya. Sedangkan untuk basa nitrogen pada RNA adalah urasil (U),
bukan timin (T). Dengan demikian, setiap nukleotida di sepanjang untai DNA memiliki
deoksiribosa sebagai gulanya dan A, G, C, T sebagai basanya. Sedangkan pada RNA
memiliki gula ribose dan A, G, C, U sebagai basanya.

Transkripsi merupakan sintesis RNA berdasarkan template DNA. Kedua asam nukleat
menggunakan bahasa yang sama dan informasinya tinggal ditranskripsi (disalin) dari satu
molekul ke molekul yang lain. Persis sebagai mana saat proses replikasi, untai DNA
menyediakan suatu cetakan (template) untuk sintesis untai komplemen terbaru, pada
transkripsi juga disediakan template untuk menyusun RNA.

Molekul RNA yang dihasilkan merupakan transkrip penuh dari perintah pembangun
protein dari gen tersebut. Jenis molekul RNA ini disebut RNA messenger (mRNA).
Translasi merupakan sintesis polipeptida yang sesungguhnya, yang terjadi
berdasarkan arahan mRNA. Selama tahapan ini terjadi perubahan bahasa, sel menerjemahkan
(mentranslasi) urutan basa molekul mRNA ke dalam urutan asam amino polipeptida. Tempat
translasi adalah ribosom yang terletak di sitoplasma.

Gambar 2. Lokasi terjadinya transkripsi dan translasi pada eukariot.


Transkripsi terjadi di nukleus dan mRNA dikirim ke sitoplasma di mana terjadi
translasi. Gen memprogram sintesis protein melalui pesan genetik dalam bentuk
mRNA. Dengan kata lain, sel diatur oleh rantai perintah molekuler: DNA RNA
protein.

1. Transkripsi

1.1. Struktur Gen


Gen-gen pada eukariot bersifat monosistronik, artinya satu transkrip yang dihasilkan
hanya mengkode satu macam produk ekspresi. Pada eukariot tidak dikenal namanya operon
karena satu gen structural dikendalikan oleh satu promoter. Secara umum hampir sama
sama prokariot yaitu adanya promotor, bagian struktural dan terminator. Bagian yang
membedakan adalah pada bagian struktural gen. Bagian struktural/coding region pada
eukariot ada bagian intron dan ekson (Gambar 10). Intron (intervening sequences)
merupakan sekuens yang tidak mengkode asam amino. Bagian ini akan dibuang saat RNA
processing. Ekson merupakan sekuen yang dikode menjadi asam amino (Gambar 10).
Gambar 3. Bagian struktural gen eukariot

1.2. Mekanisme Transkripsi Pada Eukariot


RNA polimerase pada eukariot bermacam-macam yaitu RNA polimerase I
(mentranskrip gen kelas I yaitu gen rRNA kecuali 5S rRNA), RNA Polimerase II
(mensintesis mRNA dan small nulear RNA/snRNA yang diperlukan pada saat RNA
splicing) dan RNA polymerase III (mentranskrip gen kelas III yaitu tRNA, 5S rRNA). Pada
bab ini hanya dijelaskan RNA polimerase II karena terlibat pada transkripsi semua gen.

Berbeda dengan prokariot, RNA polymerase eukariot tidak menempel secara


langsung pada DNA di daerah promoter namun melalui perantaraan protein-protein lain
disebut faktor transkripsi/transcription factor (TF). TF ada 2 macam yaitu ada yang umum
dan ada yang khusus. TF umum berfungsi mengarahkan RNA polymerase ke promoter. TF
umum meiputi TFIIA, B, D, E, F, H, J (transcription factors regulating RNA pol II).
Penempelan RNA polymerase [ada promoter oleh daktor transkripsi umum hanya
menghasilkan transkripsi pada aras dasar (basal level). Pengaturan yang lebih spesifik
dilakukan oleh FT yang khusus untuk suatu gen.

Promoter eukariot sangat beragam dan sulit untuk dikarakterisasi. Basal promoter
elements dikenal dengan TATA-box dan CCAAT-box, dinamakan berdasarkan sekuen
motifnya (G. TATA-box berada pada 20 sampai 30 basa upstream dari transcriptional start
site dan ini sama dengan sekuen pada prokariot atau Pribnow-box (sekuen konsensusnya
adalah TATAAA, TATAT/AAT/A, dimana T/A menandakan basa yang mungkin ditemukan
pada posisi tersebut). TFIID adalah faktor transkripsi pertama yang secara langsung
berikatan dengan TATA box dan penempelan ini mengarahkan faktor transkripsi lainnya
dan RNA polymerase II untuk mengenali promoter. TFIID sebenarnya merupakan
kompleks protein yang terdiri dari protein pengikat kotak TATA (TATA-box binding
protein, TBP) dan TAF (TBPassociated factors). CCAAT-box terdapat pada posisi -100.
CCAAT-box diketahui mengikat protein FT CCAAT-binding transcription factor (CTF)
dan CCAAT-enhancerbinding protein (C/EBP).

Gambar 4. Struktur umum dari gen eukariot

Ada banyak regulator lain pada urutan gen, yaitu tempat berikatannya berbagai
faktor transkripsi. Urutan regulator ini sebagian besar adalah terletak hulu (5') dari situs
inisiasi transkripsi, meskipun beberapa elemen terjadi hilir (3') atau bahkan di dalam gen itu
sendiri. Jumlah dan jenis elemen regulator ditemukan bervariasi tiap masing-masing gen.
Kombinasi yang berbeda dari faktor transkripsi ini memberikan efek yang berbeda.
Berbagai jenis sel mengekspresikan kombinasi karakteristik dari faktor transkripsi, dan ini
menghasilkan mekanisme utama untuk kekhususan tipe sel dalam regulasi ekspresi gen.

Gambar 5. Struktur bagian upstream gen eukariot. Dihipotesiskan terdiri dari 2 ekson
dan 1 intron. Diagaram menunjukkan adanya TATA-box dan CCAAT box basal element
masingmasing pada posisi -25 dan -100. FTIID terlihat berikatan dengan TATA-box
binding protein, TBP. [CREB = cAMP response element binding protein] [C/EBP =
CCAAT-box/enhancer binding protein]. Lingkaran besar hijau menggambarkan RNA
polymerase II.
2. Translasi

Translasi adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada molekul mRNA
menjadi rangkaian asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein. RNA yang
ditranslasi adalah mRNA, sedangkan tRNA dan rRNA tidak ditranslasi. Molekul rRNA
adalah salah atau molekul penyusun ribosom yaitu organel tempat berlangsungnya sintesisi
protein, sedangkan tRNA adalah pembawa asamasam amino yang akan disambungkan
menjadi rantai polipeptida.

Beberapa tipe RNA yang disintesis di nukleus pada sel eukariot, yang menarik sebagai
berikut:

1. Messenger RNA (mRNA). mRNA kemudian bisa ditranslasi menjadi


polipeptida.

2. Ribosomal RNA (rRNA). rRNA digunakan untuk membangun ribosom, yaitu


mesin untuk mensintesis protein pada saat translasi mRNA.

3. Transfer RNA (tRNA), yaitu molekul RNA yang membawa asam amino
selama pembentukan polipeptida.

4. Small nuclear RNA (snRNA). Transkripsi DNA dari gen menjadi mRNA,
rRNA, dan tRNA menghasilkan molekul prekursor dengan struktur yang
besar disebut "primary transcripts". Molekul ini harus diproses dalam nukleus
untuk menghasilkan molekul fungsional untuk diekspor ke sitosol. Beberapa
tahapan proses ini banyak melibatkan snRNA.

5. MicroRNA (miRNA). Molekul RNA yang sangat kecil (~22 nukleotida) yang
terlihat pada regulasi ekspresi mRNA.

Molekul mRNA merupakan transkrip urutan DNA yang menysusun suatu gen
dalam bentuk ORF (open reading frame, kerangka baca terbuka). Ciri-ciri ORF:

1. Kodon inisasi translasi, yaitu ATG (pada DNA) atau AUG (pada mRNA)
2. Serangkaian urutan nukleotida yang mneyusn banyak kodon
3. Kodon terminasi translasi yaitu TAA, TAG, TGA (pada DNA) atau UAA,
UAG, UGA (pada RNA).

Kodon (kode genetik) adalah urutan nukloetida yang terdiri dari 3 nukloetida berurutan
sehingga sering disebut sebagai triplet codon yang menyandi suatu asam amino tertentu.
Kodon inisiasi translasi merupakan kodon untuk asam amino metionin yang mengawali
struktur suatu polipeptida (protein). Pada prokariot, asam amino awal tidak berupa metionin
tetapi formil metionin (fMet). Dalam proses translasi, rangkaian nukleotida pada mRNA akan
dibaca tiap tiga nukleotida sebagai satu kodon untuk satu asam amino, dan pembacaan
dimulai dari urutan kodon metionin.

Gambar 6. Ilustrasi translasi kodon

Translasi berlangsung di dalam ribosom, ribosom disusun oleh molekul-molekul


rRNA dan beberapa macam protein. Ribosom tersusun atas dua subunit yaitu subunit kecil
dan subunit besar. Pada eukariot, subunit kecil mempunyai koefisien sedimentasi sebasar 30S
(unit Svedberg) dan subunit besar 50S, pada eukariot yaitu 50S dan 70S. Pada prokariot,
riosom tersebar di seluruh bagian sel, sedangkan pada eukariot ribosom terletak di sitoplsma
kususnya pada bagian permukaan membran retikulum endoplasma.

Gambar 7. Penentuan unit sedimentasi pada komponen ribosom

Pada eukariot, translasi sudah dimulai sebelum proses transkripsi (sintesis mRNA)
selesai dilakukan. Dengan demikian proses transkripsi dan translasi berlangsung hampir
serempak. Sebaliknya, pada eukariot proses translasi baru dapat berlangsung jika proses
transkripsi (sintesis mRNA yang matang) sudah selesai dilakukan. Proses transkripsi pada
eukariot berlangsung di dalam inti sel, sedangkan translasi berlangsung dalam ribosom yang
ada di dalam sitoplasma. Setelah sintesis mRNA selesai, selanjuttnya mRNA keluar dari inti
sel menuju sitoplasma untuk bergabung dengan ribosom.

Proses Translasi
Proses translasi berlangsung melalaui 3 tahapan utama:

1. Inisiasi (initiation)
2. Pemanjangan (elongation) poli-asam amino
3. Pengakhiran (termination).

Perangkat translasi yaitu molekul tRNA (aminoasil tRNA) yang berfungsi membawa
asam amino spesifik. Terdapat sekitar 20 macam tRNA yang masingmasing membawa asam
amino spesifik karena di alam ada sekitar 20 asam amino yang menyusun protein alami.
Enzim yang mengikatkan antar-asam amino adalah aminoasil tRNA sintetase.
Inisiasi
Ada beberapa perbedaan dalam hal proses inisiasi translasi antara prokariot dengan
eukariot. Pada eukariot kodon inisiasi adalah metionin, sedangkan pada prokariot adalah
formil-metionin/fMet. Molekul tRNA inisiator disebut tRNAiMet. Ribosom bersama-sama
dengan tRNAiMet dapat menemukan kodon awal dengan cara berikatan dengan ujung 5’
(tudung) kemudian melakukan scanning transkrip ke arah 3’ (arah 5’ 3’) sampai
menemukan start kodon (AUG). selama scanning, ribosom memulai translasi pada waktu
menjumpai sekuen konsensus CCRCCCAUGG (R adalah purin: A/G).

Gambar 8. Perbedaan translasi pada prokariot dan eukariot

Elongasi
Proses elongasi terjadi dalam 3 tahapan:
1. Pengikatan aminoasil-tRNA pada sisi A (aminoasil) yang ada di ribosom
2. Pemindahan rantai polipeptida yang tumbuh dari tRNA yang ada pada sisi P (peptidil)
ke arah sisi A dengan membentuk ikatan peptida
3. Translokasi ribosom sepanjang mRNA ke posisi kodon selanjutnya yang ada di sisi A.

Gambar 9. Proses elongasi translasi

Proses pemanjangan polipeptida berlangsung sangat cepat. Pada E. coli sintesis


polipeptida yang terdiri dari atas 300 asam amino hanya memelrukan waktu selama 15 detik.
Ribosom membaca kodon-kodon pada mRNA dari ujung 5’  3’. Hasil proses translasi
adlah molekul poliptida yang mempunyai ujung amino dan ujung karboksil. Ujung amino
adalaah ujung uang pertama kali disntesis dan merupakan hasil penerjemahan kodon yang
terletak pada ujung 5’ pada mRNA, sedangkan ujung yang terakhir disitesis adlah gugus
karboksil, hasil terjemahan kodn yang terletak pada ujung 3’ pada mRNA.

Terminasi
Translasi akan berakhir pada waktu salah satu dari ketiga kodon terminasi (UAA,
UGA, UAG) yang ada pada mRNA mencapai posisi A pada ribosom. Dalam keadaan
normal, tidak ada aminoasil-tRNA yang membawa asam amino sesuai dengan ketiga kodon
tersebut. Oleh karena itu, jika ribosom mencapai salah satu dari ketiga kodon terminasi
tersebut, maka proses translasi berakhir.
ORGANEL
Sel berasal dari kata latin cella, yang berarti ruangan kecil. Sel ditemukan oleh Robert
Hooke, yang melakukan pengamatan terhadap sayatan gabus (terdapat ruangan- ruangan
kecil yang meyusun gabus tersebut). Dalam biologi, sel merupakan kumpulan materi paling
sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel
tersusun atas komponen-komponen yang disebut organel.
Sel memiliki teori yang biasa disebut teori sel, yaitu:
1. Semua organisme hidup terdiri dari sel beserta produk-produknya.
2. Semua sel pada dasarnya serupa dalam susunan kimianya.
3. Sel-sel baru terbentuk dari sel-sel yang sudah ada melalui pembelahan sel.
4. Aktivitas sebuah organism merupakan hasil aktivtas dan interaksi sel-selnya.

Sel merupakan unit struktural terkecil dari organisme hidup. Sel juga mengandung materi
genetik, yaitu materi penentu sifat-sifat mahluk hidup, maka sifat mahluk hidup dapat
diwariskan kepada keturunannya.
Terdapat dua jenis sel, yaitu sel eukariotik dan sel prokariotik berikut perbedaan
antara dua sel tersebut, yaitu :
Eukariotik Prokariotik
Ukuran Sel 0,2-5 µm 2-100 µm
Membran Inti - +
Nukleolus - +
Retikulum Endoplasma - +
Mitokondria - +
Lisosom - +
Sitoskeleton - +
Dinding Sel mengandung + -
Peptidoglikan
Sel hewan dan sel tumbuhan memiliki struktur organel yang berbeda, perbedaan keduanya,
yaitu:
Sel Hewan Sel Tumbuhan
Dinding Sel - +
Plastida - +
Lisosom + -
Sentrosom + -
Kloroplas - +
Vakuola Kecil Besar

Struktur Organel Sel


1. Membran sel
Berfungsi sebagai rintangan selektif yang memungkinkan aliran oksigen,
nutrien, dan limbah yang cukup untuk melayani seluruh volume sel. Membran sel
juga berperan dalam sintesis ATP, pensinyalan sel, dan adhesi sel. Membran sel
berupa lapisan sangat tipis yang terbentuk dari molekul lipid dan protein.
2. Nukleus
Mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel. Di dalam nukleus,
DNA terorganisasi bersama dengan protein menjadi kromatin. Nukleus mengedalikan
sintesis protein di dalam sitoplasma dengan cara mengirim molekul pembawa pesan
berupa RNA, yaitu mRNA, yang disintesis berdasarkan "pesan" gen pada DNA. RNA
ini lalu dikeluarkan ke sitoplasma melalui pori nukleus dan melekat pada ribosom,
tempat pesan genetik tersebut diterjemahkan menjadi urutan asam amino protein yang
disintesis.

3. Ribosom
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Ribosom sendiri tersusun
atas berbagai jenis protein dan sejumlah molekul RNA. Sebagian besar protein yang
diproduksi ribosom bebas akan berfungsi di dalam sitosol.

4. Retikulum Endosplasma
Terdapat dua bentuk retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma kasar
dan retikulum endoplasma halus. Retikulum endoplasma kasar permukaannya
ditempeli banyak ribosom, dan berfungsi untuk mensintesis protein. Retikulum
endoplasma halus tidak memiliki ribosom pada permukaannya, dan berfungsi dalam
sintesis lipid.
5. Badan Golgi
Badan Golgi mengatur pergerakan berbagai jenis protein; ada yang
disekresikan ke luar sel, ada yang digabungkan ke membran plasma sebagai protein
transmembran, dan ada pula yang ditempatkan di dalam lisosom.

6. Vakuola
Vakuola sentral mengandung cadangan makanan, garam-garam, pigmen, dan
limbah metabolisme. Zat yang beracun bagi herbivora dapat pula disimpan dalam
vakuola sebagai mekanisme pertahanan. Vakuola juga berperan penting dalam
mempertahankan tekanan turgor tumbuhan. Vakuola memiliki banyak fungsi lain dan
juga dapat ditemukan pada sel hewan dan protista uniseluler.
7. Mitokondria
Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler, yaitu suatu
proses kimiawi yang memberi energi pada sel.

Peran organel dalam sintesis Insulin


Pada pancreas 99 % masanya adalah eksokrin dan 1 % nya adalah endokrin. Pada sistem

endokrin terdapat langerhan islet, didalam lagerhan islet terdapat beberapa sel seperti sel beta,
sel alfa, dan sel delta. Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin yang terdiriri dari

beberapa rantai, yaitu rantai sinyal, rantai beta, rantai c atau c- peptide, dan rantai A pada

retikulum endoplasma kasar sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin

mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin dengan cara menghilangkan rantai

sinyal sehingga menyiskan rantai B, rantai A, dan C- Peptide, kemudian disambung dengan

rantai disulfide, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicles)

dalam sel tersebut. Kemudian dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi

insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara

bersamaan melalui membran sel. Dalam nukleus ada kromosom 11 yaitu tempat gen hormon

insulin berada. Gen merupakan urutan basa nitrogen DNA, dimana kode- kode tersebut akan

menghasilkan hormone insulin melalui proses translasi dan transkripsi.

Kadar gula darah

Menurut Fox & Kilvert (2010), kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh:
a. Olahraga
Menurunkan resintensi insulin sehingga insulin dapat berfungsi secara normal
untuk sel di dalam tubuh serta membakar lemak untuk mencegah terjadinya obesitas.
b. Pola Makan
Makanan yang mengandung tinggi karbohidrat dan tinggi serat dapat
mempengaruhi sel beta pankreas dalam menghasilkan insulin, serta mengkonsumsi
lemak berlebihan juga dapat mempengaruhi kepekaan insulin.
c. Cemas
Kecemasan merupakan respon terhadap penyakit yang dirasakan penderita
sebagai suatu tekanan, rasa tidak nyaman, gelisah, dan kecewa. Gangguan psikologis
tersebut membuat penderita menjadi acuh terhadap peraturan pengobatan yang harus
dijalankan seperti diit, terapi medis, dan olah raga sehingga mengakibatkan kadar gula
darah tidak dapat terkontrol dengan baik (Taluta, Mulyadi, & Hamel, 2014).
d. Usia
Pertambahan usia menyebabkan terjadinya perubahan fisik dan penurunan
fungsi tubuh yang berpengaruh terhadap asupan serta penyerapan zat gizi sehingga
dapat memicu terjadinya obesitas yang berkaitan erat dengan penyakit degeneratif
khususnya diabetes mellitus (Maryam, dkk, 2008).
e. Obat
Banyak ditemukan penderita diabetes mellitus dengan berat badan berlebih
dan tidak patuh terhadap terapi yang diberikan yang mengakibatkan terjadinya
hiperglikemia sehingga diperlukan terapi medis tambahan untuk menurunkan kadar
gula darah.
f. Penyakit
Penyakit penyerta dapat memicu terjadinya cemas yang mengakibatkan
terganggunya sistem hormon di dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan kadar gula
darah (Tandra, 2007).
g. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat meningkat kadar glukosa karena mengandung
kalori yang tinggi (Tandra, 2007).
h. Pengetahuan Diit
Merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar gula darah
dimana seseorang memiliki pengetahuan diit yang baik maka kadar gula darah dapat
terkontrol dengan baik (Ozcelic, et al, 2010). Peran serta keluarga dapat memberikan
pengaruh positif maupun negatif terhadap klien diabetes mellitus terutama dalam
pengelolaan diabetes mellitus serta mencegah timbulnya masalah psikologis
(Mayberryn & Chandra, 2012).

Menurut Rudi (2013) ada beberapa cara mengetahui kadar gula darah yang bisa
dilakukan baik secara pribadi atau tes klinik antara lain :

a. Tes Darah
Bisa dilakukan di laboratorium, yang diperiksa adalah darah saat puasa dan
setelah makan. Sebelum melakukan pemeriksaan, harus berpuasa dahulu selama
12 jam. Kemudian, pengambilan darah akan dilakukan kembali 2 jam setelah
makan, bila hasilnya > 140 mg/ dL berarti menderita kencing manis atau diabetes
melitus.
b. Tes Urine
Tes ini juga dilakukan di laboratorium atau klinik yang diperiksa air kencing
atau urine yang dilihat seperti kadar albumin, gula dan mikroalbuminurea untuk
mengetahui apakah seorang menderita penyakit diabetes atau tidak.
c. Menggunakan Glukometer
Tes ini dapat dilakukan di laboratorium yang diperiksa bisa gula darah
sewaktu, gula darah puasa (puasa terlebih dahulu minimal selama 8 jam sebelum
diperiksa) ataupun gula darah 2 jam setelah makan. Tes ini juga bisa dilakukan
sendiri di rumah jika mempunyai alatnya. Caranya antara lain dengan
menusukkan jarum pada jari untuk mengambil sampel darah, kemudian sampel
darah dimasukkan ke dalam celah yang tersedia pada mesin glukometer. Hasilnya
tidak terlalu akurat, tetapi bisa digunakan untuk memantau gula bagi penderita
agar apabila ada indikasi gula darah tinggi dapat segera melakukan pengecekan di
laboratorium dan menghubungi dokter. Alat glukometer terkini sudah dirancang
begitu mudah digunakan dan tidak menimbulkan rasa sakit pada saat mengambil
sampel darah.

Kadar gula darah normal, yaitu :

 Kadar gula darah sewaktu : < 110 mg/dL


 Kadar gula darah puasa : 70 – 110 mg/dL
 Kadar gula darah Ketika tidur : 110-150 mg/dL
 Kadar gula darah saat 1 jam setelah makan : < 160 mg/dL
 Kadar gula darah saat 2 jam setelah makan : < 140 mg/dL
 Kadar gula darah pada wanita hamil : < 140 mg/dL

Berikut cara mengatasi kadar gula darah tinggi :

 Rutin mengecek kadar gula darah


 Rajin berolahraga
 Menjaga pola makan gizi seimbang (meminimalisir karbohidrat dan gula)
 Meminimalisir cemas dan stress dengan melakukan hobi
 Mengawasi penggunaan obat obatan
 Menjaga pola hidup sehat
 Menghindari mengonsumsi alcohol
Gejala yang dirasakan akibat tingginya gula darah, yaitu : sering buang air kecil
(poliuria), sering haus (polidipsi), makan berlebihan (polyphagia), kekurangan energi
sehingga mudah lelah, berat badan mengalami penurunan, pandangan yang kabur. Yang
rentan terkena kadar gula darah tinggi, yaitu :
a. Orang yang jarang berolahraga
b. Orang yang tidak memperhatikan pola makan
c. Orang yang sering mengalami cemas
d. Orang dengan usia lanjut yang fungsi tubuhnya telah menurun ( rata-rata >40
tahun)
e. Orang yang sering mengonsumsi obat-obatan
f. Orang yang tidak menjaga pola hidup sehat
g. Orang yang sering mengonsumsi alcohol

V. RESTRUKTURISASI MASALAH

VI. KESIMPULAN
Ny. A diduga menderita Diabetes Mellitus tipe II karena menunjukkan gejala berupa
tingginya kadar gula darah. Setelah Ny. A diperiksa, diketahui hal tersebut disebabkan
oleh gangguan transfer molekul sinyal pada proses komunikasi antar sel antara sel otot
dan sel beta pancreas dan disfungsi dari proses ekspresi insulin pada sel beta pankreas,
melalui proses transkripsi dan translasi.

Untuk mengontrol kadar gula darah agar tetap dalam keadaan normal, penderita DM
II dapat melakukan aktivitas fisik atau berolahraga. Dengan berolahraga, otot-otot tubuh
akan berkontraksi. Pada keadaan kontraksi, terjadi peningkatan kebutuhan glukosa, tetapi
kadar insulin tidak meningkat. Kontraksi otot dapat memicu penyisipan GLUT-4 ke
membran plasma sel otot yang aktif meskipun tidak terdapat insulin. Dengan demikian,
penyerapan glukosa darah meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliana R. , Dian. 2019. Metabolisme Kabohidrat. Semarang : Bagian Biokimia Fakultas


Kedonteran UNINSULA.
Diakses pada : https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/Metabolisme%20KH
%202019.pdf
Armijin, Abiyyu. 2020. Overview of Cell Signaling and Cell Communication.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.researchgate.net/publication/342376559_Overview_of_C
ell_Signaling_and_Cell_Communication&ved=2ahUKEwjnuKzByObsAhXFpOkKHWCEAlUQFjA
AegQIBBAB&usg=AOvVaw0clmVkNPE4osCBVhMweIxS&cshid=1604413483310. Diakses pada
tanggal 3 November 2020.

Banjarnahor, Wangko. 2012. Sel Beta Pankreas Sintesis dan Sekresi Insulin.Volume 4,
Nomor 3, hlm. 156-162

Dr. Dra. Rina Priastini Susilowati, M.Kes. 2019. Kajian Sel dan Molekuler (Hubungannya
dengan Penyakit Pada Manusia. Jawa Tengah : Pena Persada. 172-183.

Gade, Moh. 2014. Struktur, Fungsi Organel dan Komunikasi Antar Sel. Al Ulum Seri
Saintek. 2(1): 1-9

Lestari, A. A. W. (2011). Resistensi Insulin : Definisi , Mekanisme dan Pemeriksaan


Laboratoriumnya. Repositori Unud.Ac.Id, 1(2), 2–3.
Lisiswanti, R., & Cordita, R. N. (2016). Aktivitas fisik dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah pada
Diabetes Melitus Tipe 2. Majority, 5(3), 140–144.

Ma'ruf, Anwar. 2016. INOVASI PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENINGKATAN


PRODUKSI TERNAK MELALUI KOMUNIKASI SEL SECARA FISIOLOGI VETERINER. Pidato
Disampaikan Dalam Disampaikan pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Fisiologi
Veteriner. Pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga di Surabaya pada hari Sabtu,
tanggal 16 Januari 2016.

Mescher AL.2010. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas (Twelfth Edition). New York:
McGraw-Hill

Nathan, A. J., & Scobell, A. (2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA Vertigo. Foreign Affairs, 91(5),
1689–1699.

Sarmoko. (2011). From Gene To Protein: Transkripsi Dan Translasi. Farmasi Unsoed, 5, 1–
36.

Soewoto, Hafiz. 2009. Hormon-Hormon yang Berperan pada Proses Metabolisme. Depok :
Fakultas Kedokteran UI.
Diakses pada : http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2980.pdf
Subagiartha, dr. I Made. 2018. SEL STRUKTUR, FUNGSI, DAN REGULASI. Bali:
Universitas Udayana. Diakses pada
(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f4ef046ce45021f1a9cb18b4b5fffc09.
pdf
Suriani, Nidia. 2012. Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Melitus.Malang :
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Diakses pada : http://aulanni.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/dr.Nidia-Suriani-Gangguan-


metabolisme-KH-pada-DM1.pdf

Zulfa Juniarto. Achmad. 2000. Biologi Sel. Semarang : Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai