Anda di halaman 1dari 2

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Terhadap Aktivitas Reklamasi Pantai Jaya Ancol

Oleh :
Kastawi
(20181310018)

PENDAHULUAN

Reklamasi Ancol itu tertuang dalam Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 237 Tahun 2020
tentang Izin Pelaksanaan Perluasan Kawasan Rekreasi Dunia Fantasi (Dufan) Seluas sekitar 35
hektare dan Kawasan Rekreasi Taman Impian Ancol Timur Seluas 120 hektare. Surat ini diteken
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 24 Februari 2020.

Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta (11 Juli 2020) menjelaskan bahwa perluasan kawasan
daratan di Ancol berbeda dengan proyek reklamasi di teluk Jakarta. Perluasan daratan di Ancol
merupakan pemanfaatan daratan timbul di pantai Ancol akibat dari penumpukan hasil kerukan
lumpur di sungai dan waduk di Jakarta sejak 2009 hingga sekarang sejumlah 3,4 juta meter kubik
lumpur dan telah menjadi daratan timbul seluas 20 hektare. Secara teknis terbentuknya lahan 20
hektare di Ancol tersebut reklamasi, tetapi cara dan tujuannya berbeda. Lahan di Ancol terbentuk
dari salah satu program pengendalian banjir di Jakarta yaitu mengeruk sungai-sungai dan waduk
yang dangkal akibat sedimentasi. Pemanfaatan lahan untuk kepentingan publik, karena dari izin
perluasan kawasan bagi Ancol hingga 155 hektare akan dijadikan pantai yang terbuka bagi
publik dan juga museum sejarah nabi. Reklamasi Ancol tidak akan mengganggu nelayan, sebab
jauh dari permukiman nelayan.

Menurut Nirwono Joga, pengamat tata kota dari Universitas Tri Sakti (9 Juli 2020) menyoroti
tiga aspek reklamasi Ancol di Jakarta Utara, Pertama, mengenai regulasi yang tertuang dalam
mereklamasi Ancol. Kedua, kebijakan reklamasi Ancol belum mempunyai kajian analisis
dampak lingkungan. Ketiga rencana penggunaan hasil sedimentasi lima waduk dan 13 sungai
untuk membuat pulau palsu itu.

Direktur Perkumpulan Maritim dan Ekologi Marthin Hadiwinata (13 Juli 2020) menilai bahwa
nelayan tidak akan terdampak reklamasi Ancol belum terbukti. Sebab belum ada analisis
mengenai dampak lingkungan atau Amdal atas proyek tersebut. Menurut Marthin, area perairan
tangkapan nelayan tak cuma di dekat rumah atau tempat berlabuhnya perahu. Nelayan, yang
memiliki usaha kecil khususnya, mencari ikan di pinggiran pesisir pantai Teluk Jakarta. Karena
itulah, diperlukan amdal untuk mengukur seberapa besar dampak sosial dan ekonomi reklamasi
Ancol terhadap kehidupan nelayan.
Direktur Eksekutif Walhi Jakarta, Tubagus Soleh Ahmadi menegaskan, izin
reklamasi hingga 155 hektare telah menjadi preseden buruk bagi kelestarian
lingkungan di Teluk Jakarta.

Koalisi Kawali lingkungan Indonesia Lestari (KAWALI), Ketua Umum Kawali


Puput TD Putra menyebut Keputusan Gubernur no.237 tahun 2020 itu tidak
berdasar pertimbangan scientific (keilmuan). Hasil pengerukan material lumpur
baik dari sungai, waduk tanah hasil pengerukan, harus dikaji dulu
kandungannya. Karena material itu bisa diindikasikan mengandung unsur B3,
sehingga tidak boleh ditimbun di sembarang tempat seperti di pantai atau laut
karena akan mencemari pantai dan laut.

Anda mungkin juga menyukai