Anda di halaman 1dari 3

NAMA: MALEAKHI LUDJI

NIM: 2007020058

KELAS/ SEMESTER: B/ 3

KODE ETIK

BAB IX

PASAL 66

Penyampaian Data dan Hasil Asesmen


(1) Data asesmen Psikologi adalah data alat/ instrument psikologi yang berupadata
kasar,respon terhadap pertanyaan atau stimulus, catatan serta rekam psikologis.Data
asesmenini menjadi kewenangan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang melakukan
pemeriksaan.Jika diperlukan data asesmen dapat disampaikan kepada sesama profesi
untuk kepentinganmelakukan tindak lanjut bagi kesejahteraan individu yang menjalani
pemeriksaan psikologi.
(2) Hasil asesmen adalah rangkuman atau integrasi data dari seluruh proses pelaksanaan
asesmen. Hasil asesmen menjadi kewenangan Psikolog yang melakukan pemeriksaan dan
hasil dapat disampaikan kepada pengguna layanan. Hasil ini juga dapat disampaikan
kepada sesama profesi, profesi lain atau pihak lain sebagaimana yangditetapkan oleh
hukum.
(3) Psikolog harus memperhatikan kemampuan pengguna layanan dalam menjelaskan
hasil asesmen psikologi. Hal yang harus diperhatikan tikan adalah kemampuan bahasa
dan istilahPsikologi yang dipahami pengguna jasa.

CONTOH KASUS :

Seorang Ayah membawa anaknya yang masih duduk di bangku SD kelas 1 ke


psikolog di biro psikologi XXX.sang ibu meminta kepada psikolog agar anaknya diperiksa
apakah anaknya termasuk anak autisme atau tidak. Sang ayah khawatir bahwa anaknya
menderita kelainan autisme karena sang ayah melihat tingkah laku anaknya berbeda
dengan tingkah laku anak-anak seumurnya.Psikolog itu kemudian melakukan test
terhadap anaknya. Dan hasilnya sudah diberikan kepada sang ayah, tetapi sang ayah
tersebut tidak memahami istilah – istilah dalam ilmu psikologi. Ayah tersebut meminta
hasil ulang test  dengan bahasa yang lebih mudah dipahami. Setelah dilakukan hasil tes
ulang, ternyata anak tersebut didiagnosa oleh psikolog yang ada di biro psikologi itu
mengalami autis. Anak tersebut akhirnya diterapi. Setelah beberapa bulan tidak ada
perkembangan dari hasil proses terapi. Ayah tersebut membawa anaknya kembali ke biro
psikologi yang berbeda di kota Y, ternyata anak tersebut tidak mengalami autis,
tetapi slow learned. Padahal anak tersebut sudah mengkonsumsi obat-obatan dan makanan
bagi anak penyandang autis. Setelah diselediki ternyata biro psikologi XXX tersebut tidak
memiliki izin praktek dan yang menangani bukan psikolog, hanyalah sarjana psikologi
Strata 1. Ibu tersebut ingin melaporkan kepada pihak yang berwajib, tetapi ibu tersebut
dengan psikolog itu tidak melakukan draft kontrak dalam proses terapi dan juga psikologi
hanya mempunyai kode etik tetapi belum mempunyai kekuatan hukum
hal ini yg msih diperjuangkan sampai saat ini.

RESOLUSI PERMASALAHAN

1.      Melaporkan psikolog tersebut kepada HIMPSI daerah dimana biro psikologi itu berdiri
dan akan ditindak lanjuti oleh majelis psikologi sesuai dengan pasal 3 ayat 2 kode etik
psikologi Indonesia
2.      Melaporkannya kepada pihak yang berwajib dengan membawa hasil tes anak yang
didiagnosa autis tersebut dan membandingkannya dengan hasil tes anak yang didiagnosa
slow learned.
3.      Melakukan tes ulang pada psikolog yang berbeda tentang hambatan perkembangan yang
dialami oleh anak, karena mungkin saja si anak mengalami autis atau slow learned atau
gangguan yang lainnya.
4.      Ketika mengunjungi psikolog atau suatu biro psikologi, harap memperhatikan SIP dan
No Praktek dari psikolog atau biro psikologi yang bersangkutan yang dikeluarkan oleh
HIMPSI pusat.
5.      Harus meminta adanya informed consent jika klien harus melakukan terapi agar
memudahkan antara psikolog dank lien.

Anda mungkin juga menyukai