e s t a s w a r a
Stakeholder
Relations
Relations
MENGELOLA STAKEHOLDER MELALUI KOMUNIKASI STRATEGIS
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 2
1
Stakeholder Relations
The concept of organisations with values that extend from physical assets, intellectual property,
process, know-how, knowledge, brand and reputation attributes is understood as being part of the
value of companies. Most organisations have these attributes to a greater or lesser degree but only
those which lever their value through relationships can generate wealth.
— Phillips, 2006
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 3
Definisi Stakeholder
‘Stakeholder’ pada dasarnya berbeda dengan ‘publik’! ‘Stakeholder’
dapat dikatakan juga sebagai ‘publik’, namun ‘publik’ belum tentu
‘stakeholder’ atau tidak semua ‘publik’ adalah ‘stakeholder’,
walaupun kata ‘publik’ seringkali digunakan untuk menggantikan
istilah ‘stakeholder’, namun tidak sebaliknya (Guth & Marsh 2003).
Publik sendiri dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang
memiliki kepentingan atau nilai-nilai yang sama dalam situasi
tertentu. Ketika suatu publik berhubungan dengan sebuah
perusahaan, maka publik tersebut barulah dapat dikatakan sebagai
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 4
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 5
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 6
KASUS 1.1
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 7
660 pilot pada tahun 2004 dan 539 orang di tahun 2003. Sementara
perekrutan baru dilakukan hanya terhadap 60 sampai 80 pilot.
“Sekarang suasana kerja tidak enak. Banyak yang kehilangan
kepercayaan pada perusahaan. Jadi wajar saja kalau banyak yang
ancang-ancang mau keluar,” tuturnya.
Rencananya, pihak PN Pusat akan memediasi pertemuan antara
APG dengan manajemen PT GI dan Serikat Karyawan Garuda
Indonesia (Sekarga). Pada 19 Januari 2006, pihak tergugat maupun
penggugat akan saling bertemu dan masing-masing mengajukan
proposal berisi poin-poin yang diajukan dan ditawarkan. “Kita
tetap minta SK dicabut dan PKP diberlakukan. Kalau mereka mau
penuhi, masalah selesai, kalau tidak ya akan lanjut ke pengadilan,”
tegas Stephanus.
Sumber: Detikcom, 16/01/2006
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 8
KASUS 1.2
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 9
KASUS 1.3
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 10
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 11
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 12
KASUS 1.4
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 13
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 14
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 15
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 16
KASUS 1.5
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 17
Public Relations
Tugas ini menjadi tanggungjawab public relations. Lha? Mengapa
public relations harus bertanggungjawab terhadap hubungan baik
yang saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan para
stakeholder perusahaan? Marilah kita simak definisi public relations
berikut ini. Menurut Cutlip, Center dan Broom (1994:6), public
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 18
Sebagaian dari tulisan ini pernah diterbitkan di Journal of Modern Accounting & Auditing, Vol.
7(8):878-890, Agustus 2011, dengan judul: “Corporate Cyber-Crisis: A case Study of Omni International
Hospital in Indonesia.”
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 19
2
Stakeholder Relations Model
Those of you who read presentations of stakeholder issues will have been struck how
the same diagram in various guises is always appearing. The company sits in the
middle, with all the stakeholders around it….
—Lozano, 2008
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 20
Model Corporate-Centric
Model hubungan dengan para stakeholder yang berkembang saat
ini, umumnya masih berbasis pada pemahaman bahwa perusahaan
adalah pusat dari semua stakeholder atau model corporate-centric
(Lozano 2008). Sampai hari ini, paradigma ini ternyata masih
dipegang teguh dan dipraktikkan oleh banyak perusahaan besar di
dunia―termasuk juga perusahaan-perusahaan di Indonesia. Model
ini saya katakan sebagai model stakeholder relations tradisional.
Model yang masih Inside-out focus!
Inside-out merupakan bentuk apriori perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Perusahaan dengan semua kepentingannya telah
mendefinisikan dan menentukan bagaimana hubungan dengan para
stakeholder harus dibangun. Prinsipnya, hubungan dengan
stakeholder harus “menyesuaikan” dengan kebijakan perusahaan, di
mana hubungan tersebut dikelola dan diatur guna mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan.
Model ini menyiratkan adanya sedikit perhatian terhadap
pembangunan kualitas hubungan dalam jangka panjang yang saling
menguntungkan melalui kedudukan yang setara dengan para
stakeholder-nya.
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 21
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 22
KASUS 2.1
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 23
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 24
Tidak heran, di era digital society hari ini, jika perusahaan tetap
memegang teguh model corporate-centric, mereka akan selalu
mengalami masalah dalam membangun hubungan baik dengan para
stakeholder-nya (Lozano 2008). Konsepsi ini ibarat berulangnya
kembali sejarah kesalahan pemikiran manusia. Sebelum lahirnya
abad pencerahan, pandangan yang dipercaya sebagai kebenaran
pada saat itu adalah bumi merupakan pusat dari alam semesta.
Benarkah demikian? Tidak!
Lozano (2008) menolak model tersebut dengan mengajukan model
baru, yaitu system-centric. Model stakeholder relations ini
menyatakan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sentral (pusat)
dari semua stakeholder-nya. Ibarat Copernicus yang datang dan
memberikan pencerahan pengetahuan. Fakta yang sebenarnya
adalah bumi bukanlah pusat dari alam semesta. Demikian juga
dengan pandangan tentang model yang digunakan dalam
memahami stakeholder relations. Perusahaan bukanlah pusat dari
semua stakeholder. Inilah kenyataannya!
Model System-Centric
Pertanyaannya kemudian, lalu siapa yang menjadi pusat dari
hubungan dengan para stakeholder? Di mana posisi perusahaan
yang sebenarnya dalam model baru stakeholder relations ini?
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 25
KASUS 2.1
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 26
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 27
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 28
KASUS 2.2
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 29
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 30
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 31
Social Network
Di era information society hari ini, peran Internet menjadi sangat
penting. Reputasi perusahaan bisa dengan cepat luluh lantak oleh
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 32
KASUS 2.3
Obrolan hangat di kalangan ‘aktivis’ milis atau pun blogger saat ini
adalah Prita Mulyasari. Ibu dua anak yang masih kecil-kecil itu
ditahan di LP Wanita Tangerang sejak 13 Mei lalu dengan tuduhan
pencemaran nama baik RS Omni International Tangerang lewat
Internet.
Penahanan Prita yang diadili 4 Juni mendatang itu dinilai berlebihan.
Alhasil, ‘penggiat’ Internet pun ramai-ramai membelanya, termasuk
lewat Facebook. Support itu bertajuk “Dukungan bagi Ibu Prita
Mulyasari, Penulis Surat Keluhan Melalui Internet yang Dipenjara”.
Hingga pukul 11.30 WIB, Selasa (2/6/2009) grup ini telah memiliki
5.910 member. Grup ini menargetkan mengumpulkan 7.500 member.
Aspirasi kelompok perjuangan ini adalah “Bebaskan Ibu Prita
Mulyasari Dari Penjara dan Segala Tuntutan Hukum” dengan 3 poin:
1. Cabut segala ketentuan hukum pidana tentang pencemaran
nama baik karena sering disalahgunakan untuk membungkam
hak kemerdekaan mengeluarkan pendapat;
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 33
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 34
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 35
KASUS 2.4
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 36
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 37
Sebagaian besar dari tulisan ini pernah diterbitkan di International Journal of Arts & Sciences, Vol.
4(7):99-122, 2011, dengan judul: “Computer-Mediated Public Sphere” and Stakeholder Relationships
Model.
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 38
3
Mengelola atau Membangun?
Relationships with stakeholders can no longer be seen through the
lens of the consequentialist binomial "affect - be affected"
—Lozano, 2008
Sebelum menulis bukui ini, harus saya akui pemahaman saya sangat
terbatas mengenai perbedaaan antara “mengelola” dan
“membangun” terkait dengan hubungan publik dalam konteks
public relations. Memang, dalam berbagai literatur, istilah
“mengelola” banyak sekali digunakan untuk menjelaskan fungsi,
tugas dan kegiatan public relations dari pada kata “membangun”.
Atau minimal, keduanya dipakai secara bersamaan. Menariknya,
saya pun mempercayainya alih-alih berpikir untuk mengritisinya!
Demikian juga dengan para mahasiswa saya, dan saya yakin para
profesional public relations pun banyak yang masih memahami
bahwa kata “mengelola” lebih tepat digunakan dari pada kata
“membangun” dalam aktivitas public relations. Lalu, mengapa istilah
“mengelola hubungan” dalam public relations—khususnya terkait
dengan stakeholder relations—harus dipertanyakan ulang?
Dalam bab ini saya akan mendiskusikan pemahaman atas kedua
terminologi tersebut dan konsekuensinya terhadap penciptaan
hubungan baik dalam jangka waktu panjang dengan para
stakeholder perusahaan.
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 39
Mengelola (Manage)
Dalam proses penulisan buku ini dan proses saya mengajar
Matakuliah Stakeholder Relations di Universitas Persada Indonesia
(UPI) YAI, saya menemukan tulisan yang menjelaskan tentang
pergeseran pemahaman, khususnya dalam konteks stakeholder
relations, dari kata “mengelola” menjadi kata “membangun”.
Seperti yang telah diungkapkan Lozano dalam kalimat yang ada di
judul bab ini (2008:68), membangun hubungan dengan para
stakeholder tidak dapat lagi dilihat melalui kacamata binominal,
“mempengaruhi–dipengaruhi.” Apa artinya?
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 40
KASUS 3.1
Biasanya istri yang jadi bulan-bulanan suami. Tapi yang satu ini
terbalik, suami yang jadi bulan-bulanan istri. Seperti yang dilakukan
Gusma Suliza Sikumbang (30). Gusma memukuli suami ketiganya,
Helmi Padang Alias Dogol (48) hingga tewas Keterangan ibu satu
anak itu saat ditemui Metro Siantar (grup Sumut Pos) di Mapolsek
Siantar Utara, Jumat (5/3), peristiwa itu berawal saat mereka baru
bangun tidur.
Tiba-tiba sang suami mengeluarkan kata-kata kotor kepada Gusma.
Mendengar perkataan itu, Gusma langsung memukul kaki suaminya
yang kebetulan bengkak kerena asam urat. “Kami bertengkar bukan
karena cemburu. Hanya saja suami saya tiba tiba mengeluarkan kata-
kata kotor kepada saya,” kata Gusma.
Menurutnya, mendengar perkataan kotor itu, dia pun merasa seperti
dirasuki setan. Lalu dia memukul suaminya hingga telentang di lantai.
Suaminya sebenarnya sempat minta ampun, namun dia mengambil
sebatang kayu yang berada di dalam rumah dan memukul kepalanya
hingga mengeluarkan darah. Ditambahkannya, suami pertamanya
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 41
kawin lagi dengan dengan perempuan lain. Suami kedua pergi entah
ke mana dan suami ketiga tewas.
Menurutnya, dia sudah menjalin hubungan dengan suaminya sekira 4
tahun dan sudah mempunyai seorang anak. Selama menjalin
hubungan suami istri, mereka memang sering ribut kerena masalah
ekonomi, karena suaminya yang berkerja sebagai tukang jok jarang
memberikan uang belanja. Sementara dia mengemis di Kota
Pematang Siantar.
Menurut tetangganya, Fatmawati, selama mereka tinggal di tempat
itu sekira satu tahun, mereka hampir setiap harinya ribut di rumah.
Setiap mereka berkelahi pintu rumah selalu dikunci.
Kapolresta Pematang Siantar, AKBP Fatori, SiK melalui Pabungpen,
AKP Muslim MHD didampingi Kapolsek Siantar Utara, AKP B.
Sembiring, membenarkan adanya peristiwa tersebut. Namun hingga
saat ini, polisi belum bisa memastikan motif dari pembunuhan
tersebut. Namun, tersangka yakni istrinya bersama seorang anaknya
sudah diamankan di Mapolsek Siantar Utara. Tersangka,
sambungnya, diamankan dari Jalan Cokroaminoto ketika mencoba
melarikan diri dan menggendong anaknya.
Sumber: Sumut Pos, 06/03/2010
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 42
Membangun (Building)
Kata ‘membangun’ bagaimanapun juga lebih positif jika digunakan.
Istilah ini lebih merepresentasikan semangat (spirit) kesetaraan,
tidak ada dominasi, menuju satu tujuan bersama yang lebih baik di
masa depan. Makna ‘membangun’ di sini tidak sekedar menciptakan
dari yang tidak ada menjadi ada, namun hubungan yang sudah ada,
terus ditingkatkan kualitasnya. Terus dibangun agar menjadi
semakin baik, lebih baik, lebih berkualitas, semakin lebih baik dan
berkualitas dan seterusnya.
Sebagai contoh, sebelum pacaran, kita umumnya mencoba akrab
dahulu dengan tujuan untuk saling mengenal satu sama lain. Setelah
melewati masa-masa perkenalan, jika cocok, status hubungan
kemudian ditingkatkan menjadi pacaran. Pada tahap ini,
komitmennya pun juga meningkat.
Setelah itu, jika kedua pihak ternyata merasa sangat cocok dan
tentunya saling mencintai, statusnya ditingkatkan lagi menjadi
tunangan dan selanjutnya menuju pelaminan. Setelah menjadi
‘suami-istri’, status hubungannya meningkat lagi, menjadi ‘ayah-ibu’
ketika memiliki anak. Seiring dengan berjalannya waktu, ketika
anak-anaknya sudah besar trus nikah dan memiliki anak, akhirnya
menjadi ‘kakek-nenek’.
Sampai di tahap ini apakah hubungan pasangan tersebut sudah
berakhir? Belum! Tidak sedikit pasangan suami-istri yang sampai
akhir hanyatnya masih sangat mesra. Bahkan mereka berjanji untuk
terus saling setia sampai ajal memisahkan. Tidak hanya sampai di
situ, mereka berjanji akan membawa cintanya dalam kehidupan lain
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 43
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 44
KASUS 3.2
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 45
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 46
4
Co-Creation Value
The essence of stakeholder dialogue is the co-creation of shared
understanding by company and stakeholder
— Johnson-Cramer et. al., 2003
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 47
KASUS 4.1
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 48
Co-Creation Value
Bicara penciptaan value dalam perusahaan sebenarnya dapat
didekati dengan dua pendekatan. Pertama, penciptaan value yang
dilakukan tanpa melibatkan stakeholder atau sering disebut ‘value
creation’. Kedua, penciptaan value yang melibatkan stakeholder
atau disebut dengan ‘co-creation value’.
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 49
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 50
KASUS 4.2
Hermawan Kartajaya: Product is Co-Creation
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 51
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 52
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 53
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 54
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 55
5
Membangun Hubungan:
Dialogue Model
Effective and on-going symmetrical communication is intrinsic
to effective engagement of stakeholders
— Birch, 2002
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 56
S R S R S S
fb
1-way communication 2-ways communication 2-ways communication
(linear) (asymmetric) (symmetric)
Catatan: S = Sender; R = Receiver; fb = Feed Back
Model-Model Komunikasi
Dalam ilmu komunikasi, sebenarnya ada banyak sekali model-model
yang dipelajari, salah satu model komunikasi yang penting adalah
Formula Lasswell. Model ini penting karena memang menjadi model
dasar komunikasi dan secara sejarah adalah model yang lahir pada
masa-masa awal perkembangan ilmu komunikasi. Formula Laswell
mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu untuk
menghasilkan efek dengan mengharapkan umpan balik.
Walaupun penting dan mendasar, namun pemahaman komunikasi
yang mengacu pada Formula Lasswell ini memang sangat umum.
Bahkan saking umumnya, banyak orang yang memahami
komunikasi―tak ketinggalan mahasiswa komunikasi sendiri―hanya
merujuk pada model komunikasi yang digagas oleh Harold Lasswell
(1948) ini.
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 57
Lasswell Formula
Sumber: http://communicationtheory.org/lasswells-model.
Received
Message Signal Signal Message
Noise Source
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 58
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 59
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 60
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 61
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 62
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 63
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 64
6
Value is Meaning
“Meaning” about “relationship” with stakeholders is a crucial issue
— Estaswara, 2010
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 65
KASUS 6.1
Sejak Kijang naik kelas menjadi Innova, praktis Toyota tidak memiliki
kendaraan yang harganya sangat terjangkau bagi masyarakat
menengah ke bawah. Kerinduan itu pun akhirnya terjawab setelah PT.
Toyota Astra Motor (TAM) menghadirkan ‘adik’ dari Innova, yaitu
Avanza pada Januari 2004. Avanza langsung naik daun menjadi mobil
terlaris di Indonesia. Status mobil keluarga yang melekat pada Avanza
membuat MPV tujuh penumpang tersebut laris bak kacang goreng.
Bahkan hingga usianya hampir lima tahun sampai saat ini
penjualannya mencapai 270 ribu unit lebih, Avanza masih inden dan
konsumen harus menunggu dua hingga tiga bulan lamanya. Uniknya
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 66
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 67
KASUS 11.2
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 68
Langkah 1
Ada 4 prinsip dasar interaksi penting dengan pelanggan. Langkah
pertama Anda adalah mempraktekkan kesopanan. Kesopanan lebih
dari sekedar senyuman dan kontak mata. Kesopanan adalah mengenai
membangun hubungan baik dengan pelanggan yang akan selalu
dikenang oleh mereka. Kesopanan adalah tentang memberikan
kepada pelanggan “kehangatan dan kehalusan” perusahaan Anda.
Kesopanan di sini adalah tentang bagaimana menunjukkan bahwa
produk Anda bisa menjadi solusi kebutuhan konsumen dan Anda
bersedia dengan senang hati membantunya.
Untuk mendongkrak kesopanan, Anda perlu memulainya dengan
membuat kontak mata dan senyuman. Namun kuncinya adalah
berpikir bahwa Anda sedang menghadapi konsumen relasi jangka
panjang. Akankah Anda bersikap diam saja, dingin, cuma sekedar
transaksional dengan keluarga Anda? Diharapkan tidak. Bahkan jika
Anda tidak sedang bergairah, Anda perlu meretas senyum sedikit
lebih lebar. Tersenyumlah dengan mata Anda dan sedikit tertawa.
Perlakukan setiap konsumen sebagai seorang teman. Ulangi apa yang
sudah dikatakannya kepada Anda dengan menggunakan kalimat
seperti- “Saya pahami Anda mengatakan bahwa…” “Jadi maksud Anda
adalah…” Dan berikan mereka rasa bahwa Anda sedang mendengkan
dan ingin membantunya. Mereka tanpa sadar akan segera Anda
“dapatkan”. Jika mereka memberikan kepada Anda atau perusahaan
Anda suatu penghargaan, berterimakasihlah kepada mereka
sepatutnya!
Langkah 2
Keterampilan selanjutnya adalah perhatian. Jika konsumen
menelepon, biasanya karena dia mengahadapi masalah. Besar atau
kecil masalahnya, perlakukanlah dengan rasa hormat dan penting.
Sewaktu konsumen mengungkapkan perasaannya, segeralah sadari.
Tidak cukup hanya mengatakan “Saya mohon maaf”. Pecahlah rasa
marah dia dengan mengatakan, “Saya paham Anda merasa putus asa
saat ponsel Anda tidak mendapat sinyal, karena dengan demikian
mungkin Anda ketinggalan panggilan penting dan klien potensial.”
Demonstrasikan bahwa Anda memahami masalah secara keseluruhan.
Bahkan jika konsumen mengungkapkan masalah lainnya, misalnya:
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 69
“Saya kena PHK minggu lalu, dan baru saja perusahaan Anda
menghubungi saya agar melunasi segera tagihan-tagihan.” Masalah
konsumen itu adalah ia harus segera melunasi tagihannya, tapi
penting juga mencermati tiap ungkapannya. Suatu respon yang baik
adalah dengan mengatakan kepadanya bahwa Andapun pernah dalam
posisi seperti itu sebelumnya (walaupun barangkali tidak pernah.)
Dengan demikian dia tahu bahwa Anda senasib dan bisa
membantunya sebisanya, seperti halnya seorang teman. Anda akan
“mendapatkan” pelanggan dengan menunjukkan perhatian untuk
masalah-masalahnya.
Langkah 3
Setiap pelanggan ingin mendapatkan resolusi-satu-kali kontak. Betapa
repotnya jika harus menghubungi perusahaan berkali-kali untuk
masalah yang sama? Tiap orang tidak suka menghubungi layanan
pelanggan. Hal ini bisa dengan mudah dicegah dengan melakukan
segalanya secara benar pada awalnya. Selalu menyelesaikan masalah
sampai ke pusatnya dan pastikan tidak ada kesalahan yang dibuat dan
tidak ada masalah lain yang belum diselesaikan. Jangan
menyelesaikan masalah secara setengah-setengah.
Pelanggan tidak suka diminta menunggu lalu “diping-pong” dari satu
pihak ke pihak lain berkali-kali hanya untuk menjelaskan masalahnya
kembali. Biarkan ia tahu bahwa Andalah yang akan menangani
masalahnya mulai dari awal sampai akhir jika dimungkinkan. Jika
perlu “melemparnya” ke pihak lain, atau jika Anda perlu bertanya
kepada pihak lain mengenai situasi yang dihadapi, jelaskanlah
masalah pelanggan tersebut kepada pihak lain itu sehingga pelanggan
tidak perlu mengulanginya sendiri. Bahkan jika Anda tidak bisa
memberi bantuan, tetap berikan kesan Anda yang menanganinya
sampai pasti ia puas sebelum pergi atau meninggalkan Anda, jadi ia
tidak perlu menghubungi anda berulang-ulang kali mengenai suatu
masalah.
Langkah 4
Tunjukkan percaya diri, dan berikan rasa itu. Supaya pelanggan
percaya pada Anda tidak hanya berarti memiliki pengetahuan yang
lengkap atas bisnis perusahaan tetapi juga rasa keyakinan terpancar
dari suara dan bahasa tubuh Anda. Pelanggan yang ragu-ragu selalu
menelepon ulang. Agar bisa menjual atau mencegah pelanggan pergi
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 70
Multiple-Value
Di era new media hari ini hanya perusahaan yang mampu
membangun value melalui relationship yang dapat menciptakan
keuntungan (Phillips, 2006). Membangun value secara bersama-
sama melalui hubungan yang setara, co-creation! Menciptakan
interaksi yang harmonis dan personal antara perusahaan dan
stakeholder tanpa ada dominasi. Hal ini dapat dilakukan jika ada
pemahaman yang mendalam tentang stakeholder. Pemahaman
yang mendalam tentang kebutuhan dan kepentingan stakeholder!
Suatu stakeholder insight!
Pertanyaannya kemudian, apakah semua perusahaan telah
melakukan hal tersebut? Menurut William (2003) dalam tulisannya
di Advance Management Journal dengan judul: The relation
between employee perceptions of stakeholder balance and
corporate financial performance, menyatakan bahwa, the creation
of ‘value’ has long been at the heart of corporate mission
statements.
Hal senada juga diungkapkan oleh Bridges, Marcum & Harrison
(2003), menurutnya penciptaan value sebenarnya memang sudah
lama menjadi jantung dari pernyataan misi perusahaan. Namun
menariknya, misi tersebut umumnya hanya ditujukan kepada
shareholder atau pemegang saham saja. Sampai saat ini, praktik di
banyak perusahaan, shareholder selalu menjadi misi utama!
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 71
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 72
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 73
Value Equation
Sumber: De Marle (1992:10).
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 74
Sebagaian besar dari tulisan ini pernah diterbitkan di CoverAge: Journal of Strategic Communications,
Vol. 1(1):62-75, September 2010, dengan judul: “Stakeholder Relationship in Integrated Marketing
Communications (IMC): A Theoretical Perspective.”
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 75
7
Jenis & Kelompok Stakeholder
Stakeholder is any group or individual who can affect or is
affected by the achievement of the firm’s objectives.
— Freeman, 1984
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 76
Stakeholder Organisasi
Pemegang Saham Globalisasi
Manajemen
Karyawan
Persatuan Buruh
Stakeholder Economic
Pelanggan
Pemasok
Distributor
Kreditur
Stakeholder Societal
Komunitas
Regulator
LSM (NGOs)
Lingkungan
Teknologi
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 77
KASUS 12.1
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 78
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 79
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 80
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 81
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 82
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 83
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 84
8
Stakeholder Loyalty
Is loyalty dead? It definitely looks that way, be it friendships, communities or even
marriage. Businesses too seem to have entered the age of one-night stands.
—Business Monthly, 2006
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 85
tetapi pada tahun 2009, sudah mencapai lebih dari 200 ribu.
Sebagian besar (70%) justru istri yang menceraikan suami (gugat
cerai). Walah!
Apakah fenomena seperti ini yang melatarbelakangi Business
Monthly mengangkat isu loyalitas empat tahun silam? Apakah
perusahaan, konsumen, dan para stakeholder lainnya juga
mengikuti trend “cerai” seperti berbagai kasus perceraian suami-
istri di atas? Lha, cerai kok jadi trend! Tentunya tidak demikian!
Membangun loyalitas dari para stakeholder merupakan hal yang
sangat penting.
Masalahnya, dengan banyaknya isu-isu tentang turunnya perilaku
loyal individu yang ditunjukkan dengan tingginya angka perceraian,
Business Monthly kembali mengingatkan pentingnya untuk
memperhatikan loyalitas. Di samping itu, Business Monthly juga
meninjau ulang indikator kepuasan yang sering digunakan sebagai
determinan faktor dalam menentukan loyalitas.
Banyak penelitian yang telah dilakukan—termasuk di Indonesia—
yang mengangkat pengaruh tingkat kepuasan terhadap tingkat
loyalitas, yang umumnya berfokus pada konsumen. Kepuasan
merupakan pengalaman masa lalu, sementara kesetiaan adalah da-
sar dalam memprediksi (fungsi prediksi) masa depan. Terdapat
hubungan yang terputus di antara keduanya. Masa lalu tidak selalu
dapat menjadi prediksi bagi perilaku di masa depan. Mengapa
demikian? Seperti telah saya ungkapkan di muka, dunia sudah
berubah! Kondisi lingkungan bisnis hari ini menjadi sangat
unpredictable. Banyak pemain baru yang memasuki pasar, proses-
proses baru dan perkembangan pesat teknologi telah me-ngubah
cara kerja industri. Ini semua merupakan berbagai kondisi dasar
yang dapat membuat model bisnis menjadi usang.
Rahasia untuk memahami hubungan antara kepuasan dan loyalitas
terletak pada prediksi nyata dari perilaku loyalitas dan hubungannya
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 86
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 87
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 88
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 89
9
Stakeholder Equity
The essence of stakeholder dialogue is the co-creation of shared understanding by
company and stakeholder
— Johnson-Cramer et al, 2003
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 90
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 91
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 92
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 93
Factual Expectation
Condition Communication Condition
Gap
Company Stakeholder
Activities Expectation
Corporate-Centric System-Centric
Stakeholder
Satisfaction
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 94
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 95
Stakeholder
Equity
Satisfy
Satisfy Satisfy
Satisfy
Loyalty
Loyalty
Penciptaan Kepuasan Tanpa Akhir
dalam Proses Pembangunan Stakeholder Equity
Sumber: Theorizing Penulis Loyalty
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 96
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 97
Proses Sense Making dan Sense Giving dalam Stakeholder Dialogue Model
Sumber: Theorizing Penulis
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 98
10
Model & Strategi Komunikasi
What are the values and expectations of those who have
power in and around the business?
— Johnson & Scholes, 2006
Strategi
Lalu, apa yang dimaksud dengan strategi? Menurut Johnson &
Scholes dalam buku-nya yang berjudul “Exploring Corporate
Strategy: Text and Cases” (2006), strategi didefinisikan sebagai:
"Direction and scope of an organisation over the long-term: which achieves
advantage for the organisation through its configuration of resources
within a challenging environment, to meet the needs of markets and to
fulfil stakeholder expectations"
(Arah dan ruang lingkup organisasi dalam jangka panjang: yang digunakan
untuk mencapai keuntungan bagi organisasi melalui konfigurasi sumber
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 99
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 100
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 101
Strategic Analysis
Analisis strategis pada dasarnya berbicara tentang kekuatan dari
para pemikir strategis perusahaan (public relations officer/PRO atau
strategic communicator) dalam mengana-lisis posisi bisnis dan
persoalan komunikasi antara perusahaan dengan para stakeholder-
nya dengan cara memahami faktor-faktor eksternal penting yang
dapat mempengaruhi posisi bisnisnya dalam persoalan komunikasi
tersebut.
Proses analisis strategis sendiri dapat dibantu melalui alat, seperti
PEST Analysis—a technique for understanding the "environment" in
which a business operates. Analisis PEST merupakan singkatan dari
“Analisis Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi” (Political,
Economic, Social, and Technological analysis). Analisis ini
menjelaskan tentang kerangka macro-environmental factors yang
digunakan analisis strategis atas environmental scan-ning
component.
Dalam perkembangannya, beberapa elemen analisis lainnya telah
ditambahkan, se-perti Hukum (Legal), sehingga disingkat menjadi
SLEPT (The Times, 2009). Kemudian, ada juga yang memasukkan
faktor Lingkungan (Environmental) sehingga analisisnya diperluas
menjadi PESTEL atau PESTLE, di mana alat ini sangat populer
digunakan di Inggris (CIPD, 2010). Terkahir, baru-baru ini muncul
model lainnya yang lebih luas de-ngan memasukkan faktor
Pendidikan (Education), menjadi STEEPLE, dan juga Demo-grafis
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 102
Strategic Choice
Proses pemilihan strategi ini melibatkan pemahaman atas sifat
harapan (expectations) dari para stakeholder (“nilai-nilai yang
menjadi kepentingannya” atau Johnson & Scholes, (2006)
menyebutnya dengan “ground rules”), kemudian mengidentifikasi
pilihan stra-tegis, dan mengevaluasi serta memilih pilihan strategis.
Memahami sifat harapan dari para stakeholder pada dasarnya
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 103
Strategy Implementation
Seringkali, bahkan dalam banyak kasus, pengimplementasian
strategi adalah persoalan yang paling sulit. Ketika strategi telah
dianalisis dan dipilih, kemudian tugas selanjutnya adalah
menerjemahkannya ke dalam tindakan operasional perusahaan.
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 104
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 105
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 106
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 107
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 108
DAFTAR BACAAN
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 109
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 110
323‐338.
Phillips, R. (2003). Stakeholder Theory and Organizational Ethics. San
Francisco, CA: Berrett-Kohler.
Kotler, P. (1994). Marketing Management: Analysis, Planning,
Implementation, And Control. Prentice Hall.
Lovelock , C. H., & Wirtz, J. (2007). Service Marketing: People, Technology,
Strategy. New Jersey: Prentice Hall.
Tjiptono, Fandy. (2007). Service, Quality and Satisfaction. (Edisi 2).
Jogyakarta: Penerbit Andi.
Johnson, G., & Scholes, K. (2006). Exploring Corporate Strategy: Text and
Cases. (7th Ed). Prentice Hall.
Ahmet, H., Satish J., & William O. B. 2005, “Market Orientation: A Meta-
Analytic Review and Assessment of Its Antecedents and Impact on
Performance.” Journal of Marketing, Vol. 69(2).
Arndt, M. 12 July 2004. “Online Extra: Marketing in the ‘the Age of I.’”
BusinessWeek online.
Bolton, R. N. (ed.) 2005. “Marketing Renaissance: Opportunities and
Imperatives for Improving Marketing Thought, Practice, and
Infrastructure.” Journal of Marketing, 69(4).
Copulsky, et. al., 2004. “Consumer Packaged Goods Get Intimate.”
Evanston: Jurnal of Integrated Marketing Communications.
Corsten, D. & N. Kumar. 2005, “Do Suppliers Benefit from Collaborative
Relationships with Large Retailers?: An Empirical Investigation of
Efficient Consumer Response Adoption” Journal of Marketing, Vol.
69.
Duncan, T. 2002, Using Advertising and Promotion to Build Brands. NY:
McGraw-Hill Company.
Eadie, W. F. (Ed.). 2009. 21st Century Communication: A Reference
Handbook: California: Sage Publication.
Friedman, T. 2005. The World is Flat: A Brief History of the Twenty-First
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 111
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 112
Indonesia.
___________. (2010c). “Computer-Mediated Public Sphere and
Stakeholder Relationships Model.” Proceedings of IJAS
International Conference, Rome, Italy.
___________. (2011). “Corporate cyber-crisis: A case study of Omni
International in Indonesia.” Proceedings of Annual Conference on
Innovations in Business and Management, London, UK.
Freeman, R. E. (1984). Strategic Management: A Stakeholder Approach.
Marshfield, MA: Pitman.
Grunig, J. E. & Grunig, L. A. (1992). Models of public relations and
communication. In Grunig, J. E. (Ed.). Excellence in public relations
and communication management. (pp. 285-325). Hillsdale, NJ:
Lawrence Erlbaum.
Hallahan, K., D. R. Holtzhausen, B. van Ruler, D. Verčič, & K. Sriramesh.
(2007). Defining strategic communication. International Journal of
Strategic Communication, 1(1): 3-35.
Hennig-Thurau, T., Kevin P. G., Gianfranco W., & Dwayne D. G. (2004),
“Electronic Word-of-Mouth via Consumer-Opinion Platforms:
What Motivates Consumers to Articulate Themselves on the
Internet?” Journal of Interactive Marketing, 18(1), 38-52.
Jordan, K., J. Hauser, & S. Foster. (2003). “The Augmented Social Network:
Building Identity and Trust into the Next-Generation Internet.”
First Monday, Peer-Reviewed Journal in the Internet, Vol. 8(8).
http://firstmonday.org/htbin/ cgiwrap/bin/ojs/index.
Guth, D. W., & Marsh, C. (2003). Public Relations: A Value-Driven
Approach. (2nd Ed.) Boston, US: Allyn & Bacon.
Littlejohn, S. W. (1992). Theories of Human Communication. (2nd ed.).
Belmont, CA: Wadsworth.
Lozano, J. M. (2008). “Towards the Relational Corporation: From Managing
Stakeholder Relationships to Building Stakeholder Relationships
(Waiting for Copernicus)” Corporate Governance, Emerald Group
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 113
estaswara © 2012
STAKEHOLDER RELATIONS: MENGELOLA STAKEHOLDER DALAM PERUSAHAAN 114
“Responding to crisis using social media: Updating the “Dell Hell” case
study—are Dell turning opinion round?” Market Sentinel, 2007.
“Menulis di Internet Dipenjara: ’Bebaskan Prita’ Gencar di Facebook”
http://www.detiknews.com/read/2009/06/02/120204/1141289/1
0/bebaskan-prita-gencar-di-facebook. Edisi 02/06/2009. Di akses
pada tanggal 22 Agustus 2010, pukul 01.22 WIB.
estaswara © 2012