Anda di halaman 1dari 7

JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO.

1, MEI 2017: 1-7

Anam dkk., Peran Relawan dalam Penanggulangan Bencana...

PERAN RELAWAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA


ERUPSI GUNUNG KELUD

Agus Khoirul Anam, Sri Winarni, Sylvia Rosi Andriani


Poltekkes Kemenkes Malang, Jalan Besar Ijen No 77 C Malang
Email: Aguskhoirulanam@gmail.com

Role of Indonesian Red Cross Volunteer In Tackling Kelud Eruption Disaster

Abstract: In the tackling of disaster is required the role of volunteer when dusaster is not happened, is
happening, and after happened. The purpose of this research is to know role of indonesian red cross
volunteer in the tackling of Kelud eruption in Blitar. The population was all Indonesian Red Cross
volunteer in Blitar regency even Tenaga Sukarela (TSR) or Korps Sukarela (KSR) in 2016 as 150
volunteer and the sample was taken as 30 people using Purposif Sampling. the result showed that 60%
Indonesian Red Cross volunteer had enough role in tackling Mount Kelud eruption in Blitar Regency.
The role of Indonesian Red Cross volunteer when not eruption is enough catagorized as 50%, when
erupting is well catagorized as 63,3% and pasca eruption is less catagorized as 56,7%.

Keywords: role, volunteer, disaster, eruption

Abstrak: Dalam penanggulangan bencana diperlukan peran relawan pada saat tidak terjadi bencana,
saat terjadi bencana, dan pasca bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran relawan
PMI dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Blitar. Metode penelitian
menggunakan rancangan deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah semua relawan PMI Kabupaten
Blitar baik tenaga sukarela (TSR) maupun kors sukarela (KSR) pada tahun 2016 sebanyak 150 relawan
dan besar sampel yang diambil adalah sebanyak 30 orang menggunakan teknik Purposif Sampling.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa 60% relawan PMI memiliki peran cukup dalam penanggulangan
bencana erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Blitar. Peran relawan PMI pada saat tidak terjadi erupsi
dikategorikan cukup yaitu 50%, pada saat terjadi erupsi dikategorikan baik yaitu 63,3%, dan pasca
erupsi dikategorikan kurang yaitu 56,7%.

Kata Kunci: peran, relawan, bencana, erupsi

PENDAHULUAN terakhir Gunung Kelud terjadi pada tahun 2014


Indonesia menjadi negara yang paling rawan (id.wikipedia.org diakses pada tanggal 20 Sep-
terhadap bencana di dunia berdasarkan data tember 2015).
yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Wilayah terdampak letusan Gunung Kelud
Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional di Kabupaten Blitar sebanyak empat kecamatan
Pengurangan Resiko Bencana (UN-ISDR). yaitu tiga desa di Kecamatan Ponggok, empat
Provinsi Jawa Timur memiliki sebuah gunung desa di Kecamatan Nglegok, tiga desa di
berapi yang tergolong aktif yaitu Gunung Kelud. Kecamatan Garum dan tujuh desa di Kecamatan
Gunung ini berada di perbatasan antara Gandusari. Terdapat 16 desa yang terdampak
Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan secara langsung dalam radius 5-10 km dari puncak
Kabupaten Malang, ± 27 km sebelah timur Gunung Kelud. Berdasarkan data Sensus
pusat Kota Kediri. Sebagaimana Gunung Penduduk 2010 yang dilakukan oleh BPS, 16
Merapi,
ISSN Gunung Kelud merupakan salah satu
2460-0334 desa terdampak yang berada di 4 (empat)1
gunung berapi paling aktif di Indonesia. Letusan kecamatan di Kabupaten Blitar dihuni oleh lebih

1
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 1, MEI 2017: 1-7

dari 115 ribu penduduk. Warga mengungsi penanggulangan bencana. Masyarakat dan pihak
ditempat yang telah ditentukan sebelumnya yang non-pemerintah dapat berpartisipasi dalam
tersebar di 63 titik evakuasi yang telah disepakati. berbagai bentuk kerelawanan dalam penang-
Jumlah pengungsi di 63 lokasi pengungsian pada gulangan bencana dan pengurangan risiko
saat erupsi Gunung Kelud tersebar di 4 (empat) bencana. Agar keterlibatan para pemangku
kecamatan mencapai 32.846 jiwa (Gema BNPB, kepentingan dapat terarah dan terkoordinasi,
Volume 5 Nomor 1, 2014). Desa Karangrejo perlu dirumuskan aturan-aturan bagi kerja
merupakan desa paling utara di Kecamatan relawan dalam penanggulangan bencana. Aturan
Garum Kabupaten Blitar. Desa Karangrejo yang dituangkan dalam bentuk pedoman ini akan
berjarak ± 10 km dari Gunung Kelud sehingga mengatur peran, hak dan kewajiban relawan
desa tersebut termasuk dalam kawasan rawan dalam menjalankan fungsi kerelawanan pada saat
bencana erupsi Gunung Kelud (BNPB, 2014). tidak terdapat bencana, dalam masa tanggap
Undang-Undang Penanggulangan Bencana darurat, dan saat rehabilitasi-rekonstruksi pasca
nomor 24 tahun 2007 menyatakan pemerintah bencana (Peraturan Kepala Badan Nasional
pusat dan pemerintah daerah menjadi penang- Penanggulangan Bencana Nomor 17 tahun
gung jawab dalam penyelenggaraan penang- 2011).
gulangan bencana meliputi pengurangan risiko Relawan Penanggulangan Bencana, yang
bencana dan pemaduan pengurangan risiko selanjutnya disebut relawan merupakan seorang
bencana dengan program pembangunan, atau sekelompok orang yang memiliki
perlindungan masyarakat dari dampak bencana, kemampuan dan kepedulian untuk bekerja secara
penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan
pengungsi yang terkena bencana secara adil dan bencana. Sesuai dengan Peraturan Kepala
sesuai dengan standar pelayanan minimum, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana nomor
pemulihan kondisi dari dampak bencana melalui 17 tahun 2011 tentang Pedoman Relawan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Penanggulangan Bencana, peran relawan dalam
Penyelenggaraan penanggulangan bencana penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri
bertujuan untuk menjamin terselenggaranya dari peran relawan pada pra bencana yaitu
pelaksanaan penanggulangan bencana secara mendukung penyusunan kebijakan perencanaan,
terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menye- pengurangan resiko bencana, upaya pencegahan
luruh dalam rangka memberikan perlindungan dan kesiapsiagaan, dan peningkatan kapasitas
kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan bagi masyarakat, peran relawan pada saat
dampak bencana. Penyelenggaraan penang- tanggap darurat yaitu mendukung kegiatan pada
gulangan bencana meliputi tahap pra bencana, tanggap darurat seperti ransum dan evaluasi,
saat tanggap darurat, dan pascabencana kesehatan, pendidikan darurat, logistik dan lain-
(Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008). lain serta peran relawan pada saat pasca bencana
Pemerintah tentunya tidak dapat bekerja seperti perbaikan darurat dan pemulihan
sendiri dalam penyelenggaraan penanggulangan psikososial. Dengan peran yang baik dari relawan
bencana. Pasal 27 UU Penanggulangan Bencana tentunya penanggulangan bencana dapat
nomor 24 tahun 2007 menegaskan bahwa setiap dilaksanakan secara cepat, tepat, terpadu,
orang berkewajiban untuk melakukan kegiatan efektif, efisien, transparan dan bertanggung
penanggulangan bencana. UU ini juga mengatur jawab.
keterlibatan pihak swasta, lembaga-lembaga Relawan yang ada di gunung berapi memiliki
non-pemerintah dan lembaga internasional dalam peranan penting dalam penanggulangan bencana

2 ISSN 2460-0334
Anam dkk., Peran Relawan dalam Penanggulangan Bencana...

yaitu memberikan cara meredam ancaman dikenal sebelumnya (Nursalam, 2011).


gunung berapi antara lain dalam membantu
kelancaran penyebaran informasi bahaya, HASIL PENELITIAN
efektifitas evakuasi ke tempat yang paling aman. Secara umum, kesiapsiagaan pedagang
Pada saat tanggap darurat relawan dapat pasar dalam penanggulangan bencana kebakaran
menjadi pusat informasi mengenai status gunung seperti pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1
berapi dari BNPB dan memastikan bahwa sebagian besar relawan memiliki peran cukup
semua warga di area terdampak dalam kondisi dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung
aman dari ancaman bahaya (Sarwidi, 2010). Kelud di Kabupaten Blitar sebesar 60% (18
Hasil studi pendahuluan di Palang Merah relawan.
Indonesia Kabupaten Blitar, tercatat ada 150 Tabel 2 menunjukkan separuh relawan
relawan yang terdiri dari tenaga sukarela (TSR) memiliki peran baik pada saat tidak terjadi
dan korps sukarela (KSR) yang pernah menjadi bencana erupsi Gunung Kelud sebesar 50% (15
bagian dari relawan yang pernah berperan serta relawan).
dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Tabel 3 menunjukkan distribusi frekuensi
Kelud pada tahun 2014 yang tergabung dalam peran relawan pada saat terjadi bencana di PMI
tim PMI Jatim. Sedangkan di kota Blitar, tercatat Kabupaten Blitar (n=30).
ada 10 relawan. Tabel 4 menunjukkan sebagian besar relawan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran memiliki peran baik pada saat terjadi bencana
relawan dalam penyelenggaraan penanggulangan erupsi Gunung Kelud sebesar 63,3% (19
bencana erupsi Gunung Kelud di Kabupaten relawan).
Blitar.

METODE PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Peran Relawan


dalam Penanggulangan Bencana
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
Erupsi Gunung Kelud
adalah desain penelitian deskriptif. Dalam hal ini
peneliti ingin menggambarkan peran relawan
dalam penanggulangan bencana erupsi gunung
Kelud di Kabupaten Blitar. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua relawan PMI
Kabupaten Blitar baik tenaga sukarela (TSR)
maupun korps sukarela (KSR) pada tahun 2016
sebanyak 150 relawan. Sampel dalam penelitian Tabel 2. Distribusi Frekuensi Peran Relawan
ini adalah relawan PMI Kabupaten Blitar baik Saat Tidak Terjadi Bencana Erupsi
tenaga sukarela (TSR) maupun korps sukarela Gunung Kelud
(KSR) sejumlah 30 relawan. Teknik digunakan
purposive sampling yaitu suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel
di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/ masalah dalam
peneitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah

ISSN 2460-0334 3
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 1, MEI 2017: 1-7

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Peran Tabel 4. Distribusi Frekuensi Peran Relawan


Relawan pada Saat Terjadi Bencana Pasca Bencana Erupsi Gunung Kelud

Tabel 4 menunjukkan sebagian besar terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya


relawan memiliki peran kurang pada pasca jumlah gempa vulkanik, suhu kawah (solfatara/
bencana erupsi Gunung Kelud sebesar 56,7% fumarola) meningkat dari nilai normal yang
(17 relawan). informasinya didapatkan dari PBMVG.
Peran relawan yang baik pada saat tidak
PEMBAHASAN terjadi bencana erupsi Gunung Kelud didukung
Peran relawan pada saat tidak terjadi oleh jawaban pertanyaan pada kuesioner ítem
bencana dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pertanyaan nomor 4, 9 dan 10 yaitu didapatkan
pada saat mitigasi dan pada saat potensi jawaban ya sebesar masing-masing 87% dan
bencana. Peran relawan pada saat mitigasi 97%. Relawan melakukan beberapa kegiatan
adalah penyelenggaraan pelatihan bersama antara lain memberikan perbekalan kepada
masyarakat, penyuluhan kepada masyarakat, masyarakat tentang pengungsian, mengenali
penyediaan informasi kepada masyarakat, tanda-tanda peristiwa, mematuhi setiap ketentuan
peningkatan kewaspadaan masyarakat dan saat terjadi bencana dan memastikan keberadaan
pelatihan simulasi bencana. Sedangkan peran anggota keluarga, menyediakan/menyiapkan
relawan pada saat potensi bencana adalah bahan, barang, peralatan untuk pemenuhan
pemantauan perkembangan ancaman dan pemulihan prasarana/sarana berupa logistik dan
kerentanan masyarakat, penyuluhan tanggap transportasi serta menyiapkan lokasi evakuasi.
darurat, penyediaan dan penyiapan barang Berdasarkan hasil penelitian peran relawan
pemenuhan kebutuhan dasar, penyediaan dan pada saat terjadi bencana erupsi Gunung Kelud
penyiapan barang, bahan, dan peralatan didapatkan relawan memiliki peran baik sebesar
pemulihan sarana dan prasarana, penyiapan 63,3% (19 relawan), memiliki peran cukup
lokasi evakuasi serta peringatan dini (Peraturan sebesar 26,7% (8 relawan) dan peran kurang
Kepala Badan Nasional Penanggulangan sebesar 10% (3 relawan).
Bencana Nomor 17 tahun 2011). Peran relawan Peran relawan pada saat terjadi bencana
pada saat tidak terjadi bencana erupsi Gunung dapat melakukan pencarian, penyelamatan dan
Kelud dilakukan setelah adanya koordinasi evakuasi, penyediaan dapur umum, pemenuhan
dengan BPBD Kabupaten Blitar dalam rangka kebutuhan dasar, penyediaan tempat penam-
memperlancar kesiapsiagaan bencana dan pungan/hunian sementara, perlindungan kelom-
mengutamakan keselamatan masyarakat. Peran pok rentan, perbaikan/ pemulihan darurat,
relawan pada saat tidak terjadi bencana penyediaan sistem informasi dan pendampingan
dilakukan pada saat Gunung Kelud berada pada psikosoial korban bencana (Peraturan Kepala
level waspada (level 2) yaitu berdasarkan hasil Badan Nasional Penanggulangan Bencana
pengamatan visual dan instrumentasi mulai Nomor 17 tahun 2011). Pada tahun 2014, erupsi

4 ISSN 2460-0334
Anam dkk., Peran Relawan dalam Penanggulangan Bencana...

Gunung Kelud dianggap lebih dahsyat daripada dan memberikan informasi kepada dua instansi
tahun 1990, meskipun hanya berlangsung tidak tersebut.
lebih daripada dua hari dan memakan 4 korban Pada jawaban kuesioner mengenai relawan
jiwa bukan akibat langsung letusan. Erupsi melakukan pengumpulan dan pengolahan data
pertama yang terjadi merupakan tipe ledakan kerusakan dan kerugian dalam sektor peru-
(eksplosif) yang menyebabkan hujan kerikil yang mahan, infrastruktur, sosial, ekonomi dan lintas
cukup lebat dirasakan masyarakat. Minimnya sektor pada saat pasca-bencana serta melakukan
korban jiwa merupakan tujuan dari peran relawan rehabilitasi-rekonstruksi fisik dan non-fisik dalam
pada saat tanggap bencana dan sebelum masa pemulihan dini pada saat pasca-bencana
terjadinya bencana. Penyiapan lokasi evakuasi didapatkan jawaban ya masing-masing 50%. Hal
yang jauh dari titik pusat erupsi dan bahaya ini memperlihatkan peran relawan terfokus pada
dampak erupsi merupakan hal yang sangat pra bencana dan tanggap darurat bencana karena
penting. lebih untuk meminimalisasi jatuhnya korban jiwa.
Peran relawan yang baik pada saat terjadi Berdasarkan hasil penelitian peran relawan
bencana erupsi Gunung Kelud didukung oleh dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung
jawaban pertanyaan pada kuesioner ítem Kelud didapatkan relawan memiliki peran baik
pertanyaan nomor 12 dan 18 yaitu didapatkan sebesar 40% (12 relawan) dan peran cukup
jawaban ya sebesar masing-masing 90%. sebesar 60% (18 relawan). Peran merupakan
Relawan melakukan kegiatan mengkaji wilayah seperangkat perilaku yang diharapkan dari
yang terkena bencana, jumlah korban dan seseorang yang menduduki suatu posisi atau
kerusakan, kebutuhan sumber daya, keter- kedudukan tertentu dalam masyarakat. Peran
sediaan sumber daya serta prediksi perkem- dijalankan berdasarkan status sosial yang dipilih
bangan situasi ke depan. Relawan juga oleh seorang individu. Peran adalah sesuatu yang
melakukan perbaikan/pemulihan darurat untuk diharapkan secara normatif dari seseorang dalam
kelancaran pasokan kebutuhan dasar kepada situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi
korban bencana. Relawan selalu melaporkan harapan-harapan (Setiadi, 2008). Menurut L.
kegiatan tersebut kepada PMI selaku induk Green (1980), dalam Notoatmodjo (2003), ada
organisasi yang menaungi dan BPBD Kabupaten 3 faktor yang mempengaruhi terbentuknya
Blitar sebagai penanggungjawab dan koordinator perilaku yaitu: 1) Faktor predisposisi (predispos-
kegiatan tanggap darurat. ing factor), yang mencakup: pengetahuan, nilai,
Berdasarkan hasil penelitian peran relawan keyakinan, sikap, dan presepsi, berkenan dengan
pada pasca terjadi bencana erupsi Gunung Kelud motivasi seseorang atau kelompok untuk
didapatkan relawan memiliki peran baik sebesar bertindak. 2) Faktor pemungkin (enabling fac-
43,3% (13 relawan) dan peran kurang sebesar tor), yang mencakup: keterampilan dan sumber
56,7% (17 relawan). Peran relawan pasca terjadi daya yang perlu untuk perilaku kesehatan. 3)
bencana yaitu pengumpulan dan pengelolaan data Faktor penguat (reinforcing factor), faktor
kerusakan dan rehabilitasi-rekonstruksi fisik dan penguat adalah faktor yang menentukan apakah
non-fisik (Peraturan Kepala Badan Nasional seseorang memperoleh dukungan atau tidak.
Penanggulangan Bencana Nomor 17 tahun Peran relawan yang cukup dalam penelitian ini
2011). Rehabilitasi dan rekonstruksi fisik dan didukung dari peran relawan pada saat tidak
non-fisik merupakan tugas dari Pemerintah terjadi bencana, pada saat terjadi bencana dan
Daerah dan BPBD Kabupaten Blitar sehingga pada pasca bencana erupsi Gunung Kelud.
peran relawan disini hanya membantu mendata Beberapa hal yang diduga dapat mempengaruhi

ISSN 2460-0334 5
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 1, MEI 2017: 1-7

peran yang cukup ini adalah ketrampilan penanggulangan bencana. Dukungan atau
(pelatihan) dan dukungan. motivasi relawan bencana dalam melakukan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar kegiatan kebencanaan adalah faktor kemanu-
relawan mengikuti pelatihan tentang keben- siaan. Dukungan atau motivasi dapat diberikan
canaan  2 kali sebesar 67% (20 relawan). batasan sebagai proses pemberian dorongan
Keterampilan adalah kemampuan seseorang kepada seseorang untuk melakukan aktivitas
untuk menjalankan upaya yang menyangkut yang diajukan untuk mencapai beberapa sasaran
perilaku yang diharapkan. Kemampuan, yang telah ditetapkan. Dukungan dalam hal ini
ketrampilan, latar belakang keluarga, penga- mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang
laman kerja, tingkat sosial dan demografi dipandang oleh orang sebagai suatu yang dapat
seseorang mempengaruhi kinerja seseorang. diakses (Notoadmodjo, 2003).
Perilaku terjadi diawali dengan adanya Relawan bencana tentunya selalu siap
pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor– memberikan pertolongan dan bantuan jika
faktor dari luar orang tersebut (lingkungan), baik diperlukan. Namun, relawan tidak terikat oleh
fisik maupun nonfisik. Kemudian pengalaman PMI sehingga relawan berhak menolak pada saat
dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, mendapat panggilan dari PMI ketika ada
diyakini dan sebagainya, sehingga menimbulkan bencana. Karena relawan bersifat sukarela
motivasi, niat tersebut yang berupa perilaku sehingga tidak adanya paksaan dari pihak
(Notoatmodjo, 2003). Adanya keikutsertaan manapun. Seluruh kegiatan kerelawanan
relawan dalam pelatihan kebencanaan tentu akan merupakan bentuk sukarela dari masing-masing
mampu meningkatkan ketrampilan relawan individu karena relawan tidak mendapatkan upah.
tersebut. Namun, pelatihan yang ada sebagian Relawan bertindak atas dasar rasa kemanusiaan
besar terfokus pada ketrampilan relawan pada untuk membantu sesama yang memerlukan
saat tanggap bencana sehingga relawan hanya bantuan. Karena faktor relawan tidak terikat oleh
akan bekerja pada saat terjadinya bencana. PMI, maka terkadang PMI mengalami kesulitan
Sedangkan untuk pra bencana dan pasca dalam mengumpulkan relawan yang dapat segera
bencana merupakan tugas dan wewenang dikirim ke lokasi terjadinya bencana.
Pemerintah Daerah melalui BPBD. Hal itulah
yang menyebabkan peran relawan menjadi PENUTUP
kurang, terutama peran relawan pasca bencana Berdasarkan penelitian yang telah dilaksa-
meliputi melakukan pengumpulan dan pengolahan nakan dapat disimpulkan peran relawan dalam
data kerusakan dan kerugian dalam sektor penanggulangan bencana erupsi gunung kelud di
perumahan, infrastruktur, sosial, ekonomi dan Kabupaten Blitar secara keseluruhan sudah
lintas sektor pada saat pasca-bencana, melakukan cukup baik.
rehabilitasi-rekonstruksi fisik dan non-fisik dalam Saran yang diperoleh dari penelitian ini antara
masa pemulihan dini pada saat pasca-bencana lain 1) meningkatkan peran mahasiswa sebagai
ini merupakan tugas dari Pemerintah Daerah dan relawan baik pada pra bencana, saat bencana,
BPBD Kabupaten Blitar sehingga peran relawan dan pasca bencana, dan bekerjasama dengan
disini hanya membantu mendata dan memberikan PMI maupun BPBD, BNPB untuk meng-
informasi kepada dua instansi tersebut. ikutsertakan mahasiswa dalam penangulangan
Selain itu, dukungan atau motivasi relawan bencana yang ada, terutama erupsi gunung kelud.
juga dapat mempengaruhi peran relawan dalam Diharapkan relawan PMI untuk mening-

6 ISSN 2460-0334
Anam dkk., Peran Relawan dalam Penanggulangan Bencana...

katkan kerjasama maupun komunikasi dengan Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu
BPBD maupun pihak yang terkait agar peran Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
relawan lebih optimal khususnya pada saat pasca Pelaksana Harian Badan Koordinasi Nasional
bencana. Penanganan Bencana (BAKORNAS PB).
Diharapkan hasil penelitian ini dapat (2007). Pengenalan Karakteristik
digunakan sebagai dasar untuk melakukan Bencana dan Upaya Mitigasinya di In-
penelitian tentang menejemen kebencanaan donesia. Direktorat Mitigasi. Lakhar
terutama bencana gunung api. Selain itu, peneliti Bakornas PB.
lain diharapkan untuk menambah relawan Peraturan Kepala Badan Nasional Penang-
menjadi responden seperti anggota BPBD dan gulangan Bencana nomor 17 tahun 2011
tanpa memilih responden dengan kiteria relawan Tentang Pedoman Relawan Penanggulangan
yang sudah terlatih, sudah pernah mengikuti Bencana.
pelatian, dan relawan dengan sudah bekerja Pusparini, Yunastiti. (2014). Peran Pemerintah
selama  1 tahun. Agar hasil yang di dapat, dapat Daerah Terhadap Penanggulangan
di bandingkan dengan peran relawan yang belum Korban Bencana Alam Gunung Kelud Di
terlatih, belum pernah mengikuti pelatian, dan Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.
relawan yang bekerja < 1 tahun. Sehingga hasil Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Uni-
yang didapat lebih luas dan berfariasi. versitas Negeri Surabaya
Sarwidi. (2010). Penanggulangan bencana
DAFTAR PUSTAKA gunung merapi berdasarkan sistem
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Keperawatan penanggulangan bencana nasional.
Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu. Seminar nasional Pengembangan kawasan
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. merapi. DPPM dan MTS UII. Jogjakarta.
Jakarta: Rineka Cipta. Sutomo, A. H., dkk. (2011). Teknik Menyusun
BNPB. (2011). Pedoman Peran Relawan KTI-Skripsi-Tesis-Tulisan Ilmiah dalam
Penanggulangan Bencana. Jurnal Bidang Kebidanan, Keperawatan
Friedman, Marilyn, M. (1998). Keperawatan dan Kesehatn. Jakarta:Fitramaya.
Keluarga. Jakarta: EGC. Ulum, Mochamad Chazienul. (2013). Gover-
Hidayat, A. A. (2008). Riset Keperawatan dan nance dan Capacity Building Dalam
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:Salemba Manajemen Bencana Banjir Di Indonesia.
Medika. Jurnal Penanggulangan Bencana vol. 4,
Hikmawati, E. (2012). Penanganan Dampak no. 2 tahun 2013 hal. 5-12.
Sosial Psikologis Korban Bencana Merapi Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24
(Sosial Impact of Psychological Treatment tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Merapi Disaster Victims). Informasi, Vol. Bencana.
17, No. 02 Tahun 2012. Winurini, S. (2014). Kontribusi Psychological
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian First Aid (Pfa) dalam Penanganan Korban
Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. Bencana Alam. Info Singkat Kesejah-
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan teraan Sosial. Vol. VI, No. 03/I/P3DI/
Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Februari/2014.
Jakarta:Salemba Medika.

ISSN 2460-0334 7

Anda mungkin juga menyukai