Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR

AKTIVITAS DAN LATIHAN

Disusun Oleh :
Kelas A

1. Dwi Rustiningsih (202102040001)


2. Darmawati (202102040002)
3. Nelisa Luthfiani (202102040003)
4. Kiki Utari (202102040008)
5. Regina Merdekari RA (202102040010)
6. Rina Yatilah (202102040011)
7. Nailil Maghfiroh (202102040012)
8. Didi Rethodi (202102040004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. Pengertian Aktivitas dan Latihan

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia membutuhkannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Seseorang dapat dikatakan dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana

kemampuan dalam melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan

bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan

sistem persarafan dan muskuloskeletel (Rohayati, 2019). Aktivitas sendiri

sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia membutuhkan

hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Hidayat, 2012).

Menurut Hidayat (2014) penyebab gangguan aktivitas adalah

sebagai berikut :

1.      Kelainan Postur

2.      Gangguan Perkembangan Otot

3.      Kerusakan Sistem Saraf Pusat

4.      Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular

5.      Kekakuan Otot

Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang

dibutuhkkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan

postur tubuh. Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi

sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot.


Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan

aktif pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum,

mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan

ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan

harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL

merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut

dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut

pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan

intoleransi aktifitas harus diprioritaskan (Rohayati, 2019).

B. Tinjauan Anatomi dan Fisiologis

Menurut Hidayat (2014) sistem tubuh yang berperan dalam melakukan

aktivitas yaitu :

1. Tulang

Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu

fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya

berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya

kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan,

fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi

perlindungan organorgan dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu

tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti

tulang vetebra dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang

femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua

ujung dan menyempit di tengah. Bagian diujung tulang panjang


dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis terdiri atas epifisis,

metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua

ujung tulang yang terpisah dan lebih elastis pada masa anak-anak serta

akan menyatu pada masa dewasa.

2. Otot dan tendon

Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan

tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memliki origo dan

insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu

suatu jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada tempat

insersinya di tulang. 10 Terputusnya tendon akan mengakibatkan

kontraksi otot tidak dapat menggerakkan organ di tempat insersinya

tendo yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau

jahitan agar dapat berfungsi kembali.

3. Ligamen

Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan

tulang. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh

karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.

4. Sistem saraf

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula

spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat).

Setiap sraf memiliki bagian somatis dan otonom. Bagaian somatis

memiliki sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem

saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan

kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat


mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervesi, dan kerusakan

pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan

sensorik di daerah radial tangan.

5. Sendi

Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.

Sendi membuat segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan

gerakan antarsegmen dan berbagai drajat pertumbuhan tulang.

Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi sinovial yang

merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago

artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan

sinovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan

jenis sendi lain seperti sindesmosis, sinkrodosis, dan simfisis.

C. Tinjauan Medis

Pada gangguan aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara

mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki hambatan dalam

berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan. Pemenuhan kebutuhan

aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan untuk

mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua

tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah

pada orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.
Menurut Yuliana (2017) manifestasi klinik hambatan mobilitas fisik yaitu:

1.  Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:

a.  Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa

otot, atropi dan abnormalnya sendi dan gangguan metebolisme

kalsium

b.  Kardiovaskuler seperti hipotensi orthostastik, peningkatan beban

kerja jantung dan pembentukan thrombus

c.  Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea

setelah beraktivitas

d. Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolik, metabolik

karbohidrat, lemak dan protein, ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit, ketidakseimbangan kalsium dan gangguan pencernaan

e.  Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkanresiko infeksi

saluran perkemihan dan batu ginjal

f.  Keterbatasan rentan pergerakan sendi

g.  Pergerakan tidak terkoordinasi

h. Penurunan waktu reaksi (lambat)

2. Respon psikososial antara lain meningkatkan respon emosional,

intelektual, sensori dan sosiokultural.


D. Faktor yang mempengaruhi

Menurut Andri & Wahid (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi

aktivitas adalah sebagai berikut :

1. Tingkat perkembangan tubuh Usia akan mempengaruhi tingkat

perkembangan aktivitas pada tingkat usia yang berbeda.

2. Keadaan fisik cacat tubuh, dan aktivitas akan mempengaruhi

pergerakan tubuh.

3. Keadaan nutrisi Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan

pada otot, dan obesitas dapat menyebabkan pergerakan menjadi

kurang bebas.

4. Kelemahan neuromuscular dan skeletal Adanya postur abnormal

seperti scoliosis, lordosis, dan kifosis dapat berpengaruh terhadap

pergerakan.

5. Pekerjaan seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan

aktivitas bila dibandingkan dengan petani atau buruh.

E. Mekanisme/ Proses kerja

Menurut Hidayat (2014) proses terjadinya gangguan aktivitas

tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat

menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah :

1. Kerusakan Otot

Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun

fisiologis otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam

proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan
terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa

hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas

otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.

2. Gangguan pada skelet

Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat

terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau

mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran

maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang

sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.

3. Gangguan pada sistem persyarafan

Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke

otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak

dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi

gangguan penyampaian impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak

sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.

F. Keluhan-keluhan yang sering muncul

1. Respon fisiologi dari perubahan aktivitas fisik seperti kehilangan daya

tahan, dispnea setelah beraktivitas dan ketidakseimbangan kalsium dan

gangguan pencernaan.

2. Respon psikososial antara lain meningkatnya respon emosional,

intelektual, sensori dan sosiokultural.

3. Pergerakan tidak terkoordinasi


4. Keterbatasan rentan pergerakan sendi

5. Penurunan waktu reaksi (lambat).

G. Pengkajian Keperawatan

Beberapa hal yang perlu dikaji oleh perawat dalam hubungannya dengan

pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan antara lain :

1. Pengkajian Fokus

Menurut Hidayat (2014) pengkajian yang penting dalam gangguan

aktivitas sebagai berikut :

a. Biodata pasien

b. Tingkat Kesadarn

c. Postur atau bentuk tubuh: skoliosis, kifosis, lordosis, dan cara

berjalan

d. Ekstremitas : kelemahan, gangguan sensorik, tonus otot, atropi,

tremor, gerakan tak terkendali, kemampuan jalan, kemampuan

duduk, kemampuan berdiri, nyeri sendi, dan kekakuan sendi

e. Riwayat Kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola

aktivitas/latihan. Pola aktivitas atau latihan dapat dinilai dengan

tabel berikut :

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan minum

Mandi
Eliminasi

(BAK&BAB)
Berpakaian

Mobilisasi di tempat
tidur
Pindah
Ambulasi

Keterangan :

0 : mandiri

1 : alat bantu

2 : dibantu orang lain

3 : dibantu orang lain dan alat

4 : tergantung total

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Diagnostik

1) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang,

tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang).

2) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah

tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi)

3) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur

jaringan lunak melalui tulang)

b. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah dan urine

2) Pemeriksaan Hb

H. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan antara lain:


1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan

Muskuloskeletal

2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Imobilitas

3. Defisit perawatan diri: eliminasi b.d gangguan mobilitas fisik

I. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan

Muskuloskeletal

Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih

ekstremitas secara mandiri.

Gejala dan Tanda Mayor :

a. Subjektif

Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

b. Objektif

1) Kekuatan otot menurun

2) Rentang gerak (ROM) menurun

Gejala dan Tanda Minor :

a. Subjektif

1) Nyeri saat bergerak

2) Enggan melakukan pergerakan

3) Merasa cemas saat bergerak

b. Objektif

1) Sendi kaku

2) Gerakan tidak terkoordinasi


3) Gerakan terbatas

4) Fisik lemah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil :

1) Pergerakan ekstremitas meningkat

2) Kekuatan otot meningkat

3) ROM meningkat

4) Kaku sendi menurun

5) Gerakan terbatas menurun

Intervensi :

1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

2) Monitor kondisi umum selama mobilisasi

3) Fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan alat bantu

4) Fasilitasi melakukan pergerakan

5) Anjurkan melakukan mobilisasi dini

6) Ajarkan mobilisasi sederhana

2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktifitas sehari-

hari.
Gejala dan tanda mayor :

a. Subjektif

Mengeluh Lelah

b. Objektif

Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat

Gejala dan tanda minor

a. Subjektif

1) Dipsnea saat atau setelah aktifitas

2) Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas

3) Merasa lemah

b. Objektif

1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat atau setelah aktifitas

3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4) Sianosis

Setelah dilakukan tidakan perawatan 3x24 jam diharapkan intoleransi

aktifitas meningkat dengan kriteria hasil :

1) Kecepatan berjalan meningkat

2) Kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari-hari meningkat

Intervensi :

1) Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

2) Monitor kelelahan fisik


3) Lakukan ROM aktif dan pasif

4) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

3. Defisit perawatan diri : eliminasi b.d gangguan mobilitas fisik

Definisi : tidak mampu melakukan atau menyelseaikan aktifitas

perawatan diri.

Gejala dan tanda mayor

a. Subjektif

Menolak melakukan perawatan diri

b. Objektif

1) Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/toileting/berhias

secara mandiri

2) Minat melakukan perawatan diri kurang

Setelah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan perawatan

diri meningkat dengan kriteria hasil :

Kemampuan mandi, berpakaian, makan, toileting, melakukan

perawatan diri meningkat

Intervensi :

1) Observasi

2) Identifikasi kebiasaan aktifitas perawatan diri


3) Monitor tingkat kemandirian

4) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian

bersih, makan

J. Discharge Planning

Discharge Planning pasien dengan gangguan pola aktivitas dan latihan

(mobilisasi) diantaranya adalah :

1. Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas yang tidak berleihan

dan dilaukan secara mandiri.

2. Menganjurkan pasien untuk melakukan gerak secara perlahan

3. Menganjurkan pasien untuk olahraga agar otot tidak kaku.

DAFTAR PUSTAKA
Andri & Wahid, (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar, Surabaya : Mitra

Wacana Medika.

Haswita & Sulistyowati R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa

Keperawatan Dan Kebidanan. Jakarta : CV.Trans Info Media.

Hidayat, Aziz Alimul. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba

Medika.

Hidayat, Aziz Alimul. (2014). Metode Penelitian keperawatan Dan Teknis

Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta

PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta

Rohayati, Eti. (2019). Keperawatan Dasar 1. Jawa Barat : LovRinz Publishing.

Anda mungkin juga menyukai