Anda di halaman 1dari 1

kita tidak lagi mengenang kesejatian

Menembus Tingkap Kaca ekspresi pendapat maupun sikap kita. Ada


Cerpen Dewi Lestari sebagian orang berpendapat, Indonesia
belum siap untuk kebebasan individu.
Suasana 17 Agustus selalu Jelajah rasa saya mengatakan ini seperti
membangkitkan kembali pemaknaan dari fenomena telur dan ayam. Di satu sisi, kita
merdeka itu sendiri. Setidaknya, pada level tahu bagaimana riuhnya pendapat massa
ritual, setahun sekali kita diajak hasil komporan pihak yang berkepentingan
mengheningkan cipta, mengenang jasa tertentu, namun di lain sisi kita tidak bisa
pahlawan, memikirkan ulang kontribusi apa terus menerus menunda ekspresi individu
yang bisa kita beri bagi Indonesia. Tahun yang mungkin justru hadir sebagai bagian
ini, saya merenungkan konsep merdeka yang dari pendewasaan bangsa ini. Semua ini
sedikit berbeda. Konsep kedaulatan kadang akhirnya berujung pada ketidakmampuan
membuat saya bertanya-tanya, apakah kita untuk hidup secara total. Pikiran,
konsep itu nyata? Dunia yang kini perasaan, sikap dan pendapat akhirnya
menyusut, mengecil, dan tambah rekat, telah terparut oleh kelayakan sosial.
menciptakan realitas unik yang memancing Hidup ini menjadi sebagian saja. Dan
saya berpikir ulang tentang kedaulatan dan bagi yang alergi terhadap konflik, akhirnya
kemerdekaan. Sudah jadi pengetahuan lebih memilih tertidur dalam keterpenjaraan
umum bahwa era globalisasi mengubah mental, emosional maupun spiritual. Adakah
fungsi entitas negara, menggeser atau kemerdekaan sejati yang tidak menjebak kita
setidaknya membagi porsi kedaulatannya dalam ilusi tanpa batas seperti halnya
pada pasar. tingkap kaca? Saya yakin ada. Barangkali
hanya segelintir individu yang pernah
Perusahaan-perusahaan besar yang mengecapnya, banyak yang berproses untuk
mendominasi pergerakan ekonomi dunia mendapatkannya, dan lebih banyak lagi
telah memenetrasi negara hingga yang tidak mengenalnya sama sekali.
memengaruhi kebijakannya, tak jarang Sebagian besar dari kita hidup seperti
malah mendiktenya. Kemerdekaan dalam Epimenides yang terjebak dalam pilihan
konteks hari ini lebih dirasa seperti selembar dilematis tak berujung.
ijazah, surat lisensi, atau akte kelahiran Satu-satunya solusi sejati adalah
sebuah bangsa. Sekadar pijakan identitas. keluar dari perangkap konflik, menembus
Selebihnya, setiap gerak langkah satu negara tingkap kaca, dan memandang kemerdekaan
akan selalu dimonitor, dikendalikan, sebagai suara jiwa, suara individu nan
dipengaruhi, oleh kekuatan besar lain yang otentik, bukan suara sosial semata.
memayungi eksistensinya. Kemerdekaan Kemerdekaan semacam ini tidak bersuara
seperti tingkap kaca, seolah-olah tidak ada dan tidak berdarah-darah. Kemerdekaan ini
batasnya, tapi kepala kita terantuk juga. tanpa proklamasi, tanpa organisasi, tanpa
prosesi. Kemerdekaan ini bernama
Banyak nama yang mewakili era kita kesadaran. Merdeka sejati berarti
sekarang. Orang teknologi akan mengatakan mentransendensi bipolaritas nilai dan
era digital, orang poleksosbud mengatakan mengatasi tingkap kaca yang menaungi
era globalisasi, orang New Age akan kepala. Kita bisa jadi disebut bangsa
mengatakan Zaman Aquarius. Kita bisa berdaulat, tapi kita amat jauh dari manusia
melihat makin banyaknya perubahan yang yang berdaulat. Semoga suasana
dimotori grup kecil, entitas non-negara, kemerdekaan setahun sekali ini dapat
nonpartisan, non-birokrat, yang menjadikan menggelitik kita untuk mengecek sejauh
negara seperti gajah besar yang tersuruk- mana tingkap kaca di atas kepala kita, dan
suruk mengikuti kecepatan zaman. Kendati apakah kita tergerak untuk mengatasinya,
demikian, saya masih ingin menarik lebih menjadi manusia yang sungguhan merdeka
dalam lagi makna kemerdekaan, menembus dan berdaulat. Manusia otentik yang
tingkap kaca tadi hingga ke unit individu. merayakan kemerdekaannya setiap hari

Dalam kehidupan individu, kita tak 1. Apakah konflik yang terjadi dalam
luput dari himpitan harapan lingkungan kutipan cerpen di atas?
sekitar kita. Seringkali terasa sulit untuk 2. Siapakah tokoh utama dalam kutipan
bernafas bebas dari ekspektasi orang lain, cerpen di atas? Berikan buktinya.
apakah dalam bentuk norma, nilai, aturan 3. Apa komentarmu terhadap bahasa
maupun kondisi sosial yang mengikat kita. yang digunakan dalam kutipan
Bahkan terkadang keterpenjaraan ini pun cerpen di atas? Tuliskan dalam
secara halus diungkapkan sebagai paragraf
“kebebasan yang bertanggung jawab”, agar

Anda mungkin juga menyukai