Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : ERIK BAHTIAR SEHA


NIM 22010202269
KELAS : NON REGULER BJMA

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ASRYAD AL-BANJARY
BANJARMASIN
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Identitas..........................................................................................................3

2.2 Nasional..........................................................................................................6

2.3 Identitas Nasional.........................................................................................12

BAB III............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu


Wata'ala, sehingga pada akhirnya seluruh rangkaian penulisan makalah telah
selesai saya laksanakan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
mendalam kepada semua pihak yang turut memberikan dukungan dan bantuannya
dalam proses penulisan makalah ini. Sebelumnya penulis ucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Besar harapan penulis agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak khususnya penulis sendiri. Saran dan kritik yang konstruktif dari semua
pihak merupakan penghargaan bagi saya untuk memperbaiki penelitian ini.
Penulis juga berharap ada penelitian-penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
tema makalah ini.

Banjarmasin, 02 Mei 2023

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi dewasa ini


mendapat tantangan yang sangat kuat, terutama karena pengaruh
kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalis Revolution,
era globalisasi dewasa ini ideologi kapitalislah yang akan menguasai
dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan
menjadi system internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian
besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib,
social, politik dan kebudayaan (Berger, 1988). Perubahan global ini
menurut Fukuyama (1989 : 48), membawa perubahan suatu ideologi,
yaitu dari ideologi partikular kearah ideologi universal, dan dalam
kondisi seperti ini, kapitalismelah yang akan menguasainya.
Oleh karena itu, agar suatu bangsa khususnya bangsa Indonesia
tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakan
jatidiri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.
Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era
globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan
nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

1.2. Rumusan Masalah

1). Apa pengertian identitas?


2). Apa pengertian
nasional/nasionalisme? 3). Bagaimana
identitas nasional

1
1.3. Tujuan Masalah

1). Mengetahui Apa pengertian identitas.


2). Mengetahui Apa pengertian
nasional/nasionalisme. 3). Mengetahui Bagaimana
identitas nasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identitas

1. Pengertian Identitas

Secara etimologis,identitas berasal dari kata “identity” yang memiliki arti


harfiah: ciri,tanda,atau jati diri yang melekat pada seseorang,kelompok atau sesuatu
sehingga membedakan dengan yang lain. Dengan demikian identitas berarti ciri-ciri,
tanda-tanda atau jati diri yang dimiliki seorang kelompok, masyarakat bahkan suatu
bangsa sehingga dengan identitas itu bisa membedakan dengan yang lain.

Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan


dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri,
komunitas sendiri, atau negara sendiri. Mengacu pada pengertian ini identitas tidak
terbatas pada individu semata, tetapi berlaku pula pada suatu kelompok.

Identitas bagi kebanyakan orang adalah selembar kartu nama yang


mengukuhkan keberadaan mereka dengan sebuah nama, profesi dan kedudukan.
Memperhatikan khaos yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir, saya merasa ada
perlunya untuk mendalami makna identitas. Karena identitas ternyata adalah biang yang
memporakporandakan berbagai negara, memecahbelahkan bangsa-bangsa, dan
memposisikan manusia yang paling tidak politis sekali pun di satu sudut ruang
berseberangan dengan berbagai perbedaan yang berpotensi konflik. Apa yang
membedakan kita atas nama kepercayaan, suku, dan bangsa, sudah terjadi sejak kita
dilahirkan. Tanpa kita sadari ketika kita dilahirkansebuah predikat langsung melekat
pada keberadaan kita. Nama kita mengikat kita pada satu keluarga, satu kepercayaan,
satu komunitas dan satu bangsa.

2. Pentingnya Sebuah Identitas

Identitas adalah simbolisasi ciri khas yang mengandung diferensiasi dan


mewakili citra organisasi. Identitas dapat berasal dari sejarah, visi atau cita-cita, misi
atau fungsi, tujuan, strategi atau program. Berbicara mengenai identitas sebenarnya itu
adalah sebuah definisi diri dan itu bisa di berikan oleh orang lain atau kita yang
memberikanya. Pelacakan identitas akan menerangkan tentang siapa kita, karena

3
pelacakan identitas adalah upaya pendefinisian diri. Baik definisi dari orang lain maupun
dari kita sendiri. Ketika kita berbicara identitas maka mau tidak mau kita harus melihat ke
masa lalu, di dalam konteks, identitas itu bukanlah sebuah proses produksi di ruang
vakum tetapi di dalam relasi-relasi kita dengan orang lain. Kemudian kemajemukan
adalah yang mencerminkan ketinggalan diri, definisi siapa kita dan yang bukan kita
adalah definisi yang di lakukan sendiri dan definisi diri yang di nisbahkan oleh
pihak lain yang berelasi dengan kita. Cara kita mendefinisikan diri akan sangat
berpengaruh terhadap pikiran, tindakan dan keputusan yang kita ambil. Cerita menarik
yang beredar di internet menceritakan tentang seekor anak elang yang dipelihara dan
dibesarkan keluarga ayam. Tentu saja keluarga ayam ini mengajarkan kepada sang
anak elang tentang segala sesuatu yang menyangkut ke-ayam- an, antara lain ayam
memakan biji-bijian, ayam tidak bisa terbang tinggi, ayam hanya bisa begini, dan begitu
saja. Pada suatu waktu, si anak elang ini melihat burung elang yang gagah melintas
di angkasa. Dengan decak kagum, sang anak elang berkata, “Alangkah gagah dan
anggunnya burung itu.” Lalu, keluarga ayam yang mendengar komentar sang anak
elang berkata, “Itu adalah burung elang. Ia memang memiliki kemampuan untuk
terbang tinggi di angkasa. Sedangkan kita adalah ayam. Ayam hanya bisa terbang
rendah dan tak akan pernah terbang tinggi seperti elang. Singkat kata, sang anak elang
menerima bulat-bulat apa yang diajarkan keluarga ayam. Ia akhirnya mendefinisikan
dirinya sebagai anak ayam. Karena ia mendefinisikan diri sebagai anak ayam, ia pun
berpikir, berlaku, dan bertindak seperti anak ayam. Sampai akhir hayat sang anak
elang, beraktivitas, bertindak dan mengambil keputusan seperti seekor ayam sesuai
definisi yang diyakininya. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika sang anak elang ini
mencoba mengoptimalkan kemampuannya seperti impiannya untuk terbang tinggi seperti
elang yang dilihatnya. Dari ilustrasi diatas kita bisa mendapatkan beberapa pelajaran
berharga mengenai pengaruh definisi identitas diri yang kita yakini. Cara kita
mendefinisikan identitas kita akan menentukan masa depan kita melalui cara kita berpikir
dan cara kita bertindak. Definisi identitas diri mempengaruhi cara kita berpikir. Sang
elang yang mendefinisikan diri sebagai anak ayam akhirnya berpikir dan bertindak
seperti anak ayam.

edepan harus menjadi perhatian serius agar tidak menyesal dikemudian hari.

4
3. Identitas, fungsi dan peranan sosial manusia ( terjadinya interaksi sosial )

• manusia sebagai makhluk individu

• Manusia sebagai makhluk sosial

• Manusia sebagai makhluk berketuhanan

Untuk mengemban ketiga fungsi, identitas dan peranan sosial tersebut manusia
mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri,
dengan orang lain dan dengan tuhannya. Hal inilah yang mendasari terjadinya interaksi
antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Pengertian interaksi sosial :
Hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara seseorang dengan orang
lain dalam situasi sosial tertentu. Di dalam proses interaksi sosial ini juga berlangsung
proses berimbang dan berkesinambungan ( adaptif social relationship ).

4. Syarat terbentuknya interaksi sosial :

a. Komunikasi sosial

b. Kontak social

5. Dasar terjadinya interaksi sosial :

• Interaksi sosial didasari oleh adanya kebutuhan ( motivasi ) sosial dankebutuhan


individual.

• Abraham Maslow ( Hierarchi Need Theory )

o Kebutuhan fisiologis ( fisiological needs )

o Kebutuhan rasa aman ( safety needs )

o Kebutuhan cinta dan kasih sayang ( love and belonging needs )

o Kebutuhan penghargaan diri ( self esteem needs )

o Kebutuhan aktualisasi diri ( need of self actualisation )

6. Faktor Pengarah terbentuknya interaksi sosial

5
• Faktor Imitasi : ( Gabriel Trade ), seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya
berdasarkan faktor imitasi saja. Imitasi dorongan untuk meniru orang lain.

• Fakroe sugesti : sugesti berlangsung jika seseorang memberikan pandangan atau


sikap dari dirinya kepada orang lain dan diterima.

• Faktor identifikasi

• Faktor Simpati

2.2 Nasional

Nasional atau Nasionalisme adalah pilar utama dalam berbangsa dan bernegara.
Sebuah negara yang tidak ditopang dengan pilar nasionalisme yang kokoh, akan menjadi
rapuh, kemudian runtuh, dan akhirnya tinggal sejarah. Kejayaan Bangsa Romawi,
Mesir Kuno, Yunani Kuno, Mongol, Andalusia, Ottoman, Majapahit, Sriwijaya, Gowa,
dan Mataram, kini hanya tinggal kenangan yang bisa kita ketahui melalui buku
sejarah dan sisa-sisa peninggalannya. Tentu kita tidak berharap Republik Indonesia yang
tercinta ini mengalami nasib yang sama dengan bangsa-bangsa pendahulunya itu.
Nasionalisme awalnya berkembang di Eropa. Pada akhir abad 18 di Eropa mulai
berlaku suatu paham bahwa setiap bangsa harus membentuk suatu Negara sendiri dan
bahwa Negara itu harus meliputi seluruh bangsa masing-masing. Kebanyakan bangsa-
bangsa itu memiliki faktor-faktor obyektif tertentu yang membuat mereka berbeda
satu sama lain, misalnya persamaan keturunan, persamaan bahsa dan daerah budaya,
kesatuan politik, adat istiadat dan tradiri atau juga karena persamaan agama. Gerakan
nasionalisme dan cita- cita kebangsaan yang berkembang di eropa pada hakikatnya
memiliki sifat cinta kebangsaan. Nasionalisme yang berkembang di Eropa kemudian
menjalar ke seluruh dunia. Memasuki awal abad 20 nasionalisme mulai berkembang
di negara- negara Asia dan Afrika termasuk Indoensia. Nasionalisme di Asia dan
Afrika bukan hanya suatu perjuangan kemerdekaan untuk melepaskan diri dari
belenggu penjajahan, tetapi memiliki tujuan yang lebih mendalam,

Ciri-ciri Penting yang Berkaitan dengan Nasionalisme di Asia dan Afrika ;

a. Konsep Ia merupakan sarana untuk menumbuhkan semangat perlawanan terhadap


dominasi imperialisme Barat

6
b. Ia menjadi peletak dasar bafi terciptanya perubahan masyarakat Asiaterutama
dalam cara pandang tentang kedaerahan menjadi cara pandang seluruh bangsa.

c. ia ditumbuhkan oleh para pemimpin intelektual yang memperoleh pengaruh positif


dari pendidikan Barat seperti pendidikan modern, berpikir kritis, komitmen terhadap
kemajuan ilmu pengetahuan. Kaum intelektual menemukan dua aspek yang dapat mereka
manfaatkan

• human dignity / martabat manusia

• Ideologi / faham dari Barat seperti liberalisme dan demokrasi

d. Ia terus berkembang karena para pemimpin dan pengikutnya lebih melihat masa
depan dibanding masa lalu.

Yang dimaksud dominasi (asal kata dominant= lebih kuat/kuasa) politik adalah suatu
penguasaan penuh dalam bidang politik, sehingga pemerintah ada

ditangan penjajah. eksploitasi ekonomi adalah pemerasan yang dilakukan melalui


eksploitasi kekayaan alam, monopoli, memeras tenaga kerja penduduk, sedangkan
penetrasi (asal kata to penetrate = menyusup/menerobos) kebudayaan adalah suatu
pemaksaan kepada penduduk pribumi untuk mengikuti kebudayaan bangsa penjajah.
Coba Anda berikan contoh dari tindakan-tindakan tersebut.

Tekanan dan pemaksaan dari pihak penjajah menimbulkan reaksi berupa penolakan dan
perlawanan rakyat untuk mengusir penjajah. Jadi dengan adanya kolonialisme dan
imperialisme menimbulkan reaksi bangkitnya semangat berkebangsaan. Perasaan
senasib sepenanggungan dan menyatukan kehendak dan tekad untuk lepas dari
penjajah merupakan inti dari nasionalisme Indonesia. Nasionalisme tersebut lahir,
tumbuh dan berkembang seirama dengan perjalanan sejarah, bahwa perlawanan
terhadap penjajah mengalami kegagalan. Berbagai upaya telah dilakukan, namun tidak
membuat penjajah angkat kaki dari bumi Indonesia. Mengapa demikian?.Disebabkan
belum adanya kesadaran pentingnya persatuan dan kesatuan guna melawan penjajah
karena tingkat pendidikan bangsa Indonesia pada saat itu masih rendah. Akhirnya,
secara lambat laun kesadaran itu mulai muncul dan berkembang.

7
\

1. Pengertian Nasional atau Nasionalisme

a. Penegrtian Leksikal

Secara etimologis, kata nation berakar dari kata Bahasa Latin natio. Kata natio sendiri
memiliki akar kata nasci, yang dalam penggunaan klasiknya cendrung memiliki makna
negatif (peyoratif). Ini karena kata nasci digunakan masyarakat Romawi Kuno untuk
menyebut ras, suku, atau keturunan dari orang yang dianggap kasar atau yang tidak tahu
adat menurut standar atau patokan moralitas Romawi. Padanan dengan bahasa Indonesia
sekarang adalah tidak beradab, kampungan, kedaerahan, dan sejenisnya.

Kata natio dari Bahasa Latin ini kemudian diadopsi oleh bahasa-bahasa turunan Latin
seperti Perancis yang menerjemahkannya sebagai nation, yang artinya bangsa atau
tanah air. Juga Bahasa Italia yang memakai kata nascere yang artinya “tanah
kelahiran”. Bahasa Inggris pun menggunakan kata nation untuk menyebut “sekelompok
orang yang dikenal atau diidentifikasi sebagai entitas berdasarkan aspek sejarah,
bahasa, atau etnis yang dimiliki oleh mereka” (The Grolier International Dictionary:
1992).

Berdasarkan pengertian ini, suatu kelompok masyarakat menentukan sikap politik mereka
—atas dasar nasionalisme, entah nasionalisme kultural atau nasionalisme politik—untuk
memperjuangkan terbentuknya sebuah negara yang independen. Itu berarti baik kelom-
pok masyarakat yang memiliki kesamaan kultur maupun yang multi kultur dapat
memiliki nasionalisme dalam artian kedaulatan politik ini. Menurut pengertian ini,
Indonesia termasuk yang memiliki nasionalisme dalam arti kedaulatan politik. Demikian
pula halnya dengan negara-negara lain yang memiliki keragaman kultur.

Nasionalisme dalam arti semangat kebangsaan karena kesamaan kultur mula-mula


mendasarkan dirinya pada persamaan-persamaan kultur yang utama, misalnya kesamaan
darah atau keturunan, suku bangsa, daerah tempat tinggal, kepercayaan agama, bahasa
dan kebudayaan.

8
Ketika berkembang menjadi kedaulatan politik, nasionalisme merangkum atau
mengikutsertakan nilai-nilai lainnya seperti adanya persamaan hak bagi setiap orang
untuk memegang peranan dalam kelompok atau masyarakatnya serta adanya
kepentingan ekonomi. Perkembangan lebih lanjut tentu saja adalah adanya hak untuk
menentukan nasib sendiri (self determination) dan hak untuk tidak dijajah oleh bangsa
lain (freedom from slavery). Dalam sejarah, tampak jelas bahwa hak untuk mengambil
bagian secara aktif dalam kehidupan politik merupakan sebuah kesadaran baru yang
dipengaruhi oleh revolusi Prancis tahun 1789. Sementara itu, hak untuk menentukan
nasib sendiri dan hak untuk tidak dijajah bangsa lain telah menjadi dasar nasionalisme
dari negara-negara Asia–Afrika dalam membebaskan diri dari penjajahan setelah Perang
Dunia II.

b. Pengertian menurut beberapa Tokoh

• Joseph Ernest Renan dari Prancis (1822–1892)

Nasionalisme adalah sekelompok individu yang ingin bersatu dengan individu-individu


lain dengan dorongan kemauan dan kebutuhan psikis. Sebagai contoh adalah bangsa
Swiss yang terdiri dari berbagai bangsa dan budaya dapat menjadi satu bangsa dan
memiliki negara.

• Otto Bauer (Jerman, 1882–1939)

Nasionalisme adalah kesatuan perasaan dan perangai yang timbul karena persamaan
nasib, contohnya nasionalisme negaranegara Asia.

2. Bentuk-bentuk Nasionalisme

a. Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil)

adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari


penyertaan aktif rakyatnya, “kehendak rakyat”, “perwakilan politik”. Teori ini mula-
mula dibangun oleh Jean-jacques rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara
tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du Contact Sociale (atau dalam Bahasa
Indonesia “mengenai kontrak sosial”).

b. Nasionalisme Etnis

adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya
asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johan Gottfried von Herder, yang

9
memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk “rakyat”). Kepada perwujudan
budaya etnis yang menepati idealisme romantik kisah tradisi yang telah direka untuk
konsep nasionalisme romantik. Misalnya “Grimm Bersaudara” yang dinukilkan oleh
Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.

c. Nasionalisme Budaya

adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya
bersama dan bukannya “sifat keturunan” seperti warna kulit, ras, dan sebagainya.

d. Nasionalisme kenegaraan

ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme


etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi
hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik
dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah ’national state’ adalah
suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan
tersendiri. Contoh biasa adalah Nazisme, serta nasionalime Turki kontemporer, dan
dalam bentuk yang lebih kecil, Fransquisme sayap kanan di Spanyol, serta sikap ’
Jacobin ’ terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Prancis, seperti juga
nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak
kesetaraann ( equal rights ) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis
Basque atau Korsika.

e. Nasionalisme agama

ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan
agama.

3. Unsur-unsur Nasionalisme Menurut Dr. Frederick Hertz dalam bukunya yang berjudul
Nationality in History and Politics, mengidentifikasi 4 (empat) unsur nasionalisme, yaitu

a. hasrat untuk mencapai kesatuan,

b. mencapai kemerdekaan,

c. mencapai keaslian,

d. kehormatan bangsa.

1
Jadi seorang nasionalis sejatinya akan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negaranya di atas kepentingan pribadi dan golongannya.

4. Aspek-aspek Nasionalisme

a. Aspek politik

Nasionalisme bersifat menumbangkan dominasi politik imperialisme dan bertujuan


menghapus pemerintah kolonial.

b. Aspek Sosial Ekonomi

Nasionalisme bersifat menghilangkan kesenjangan sosial yang diciptakan oleh pemerintah


kolonial dan bertujuan menghentikan eksploitasi ekonomi.

c. Aspek Budaya

Nasionalisme bersifat menghilangkan pengaruh kebudayaan asing yang buruk dan


bertujuan menghidupkan kebudayaan yang mencerminkan harga diri bangsa setara
dengan bangsa lain.

5. Makna Nasionalisme

Istilah nasionalisme digunakan dala rentang arti yang kita gunakan sekarang. Diantara
penggunaan – penggunaan itu, yang paling penting adalah :

a. Suatu proses pembentukan, atau pertumbuhan bangsa-bangsa.

b. Suatu sentimen atau kesadaran memiliki bangsa bersangkutan.

c. Suatu bahasa dan simbolisme bangsa.

d. Suatu gerakan sosial dan politik demi bangsa bersangkutan.

Nasionalisme lebih merupakan sebuah fenomena budaya daripada fenomena politik


karena dia berakar pada etnisitas dan budaya pramodern. Kalaupun nasionalisme
bertransformasi menjadi sebuah gerakan politik, hal tersebut bersifat superfisial karena
gerakan-gerakan politik nasionalis pada akhirnya dilandasi oleh motivasi budaya,
khususnya ketika terjadi krisis identitas kebudayaan. Pada sudut pandang ini, gerakan
politik nasionalisme adalah sarana mendapatkan kembali harga diri etnik sebagai modal
dasar dalam membangun sebuah negara berdasarkan kesamaan budaya (John
Hutchinson, 1987).

1
6. Diskusi Kontemporer

Nasionalisme tidak akan pernah selesai diper-debatkan karena dialah satu-satunya


ideologi yang sungguh-sungguh mengikat dan mempersatukan sekelompok masyarakat
dalam sebuah perasaan yang sama dan tekad untuk untuk membangun kehidupan
bersama. Kalau diperhatikan perdebatan mengenai nasionalisme dewasa ini
(kontemporer), dikotomi nasionalisme sebagai identitas kultural atau identitas politis
akan terus mewarnai perdebat-an ini.

2.3 Identitas Nasional

Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia
senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok-
kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu organisasi
yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang besar.
Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar.

Pada mulanya manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka


membentuk kelompok lebih besar lagi sperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian
manusia hidup bernegara. Mereka membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya.
Negara merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh kelompok manusia yang
memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan
yang sama. Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda. Apabila negara adalah
organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih menunjuk
pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih ada bangsa yang
belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara yang pada mulanya
berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa. Baik
bangsa maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau negara
tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia.

Ciri khas sebuah bangsa merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri
khas yang dimiliki negara juga merupakan identitas dari negara yang bersangkutan.
Identitas-identitas yang disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional
bangsa.Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita
sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam

1
arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang
diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya
yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun
internasional. Perlu dikemukaikan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai
Identitas Nasional tadi bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan
normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka-cenderung terus menerus
bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya.

1. Pengertian Identitas Nasional

Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara


etimologis , identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “nasional”.

Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah;
ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau . sesuatu sehingga
membedakan dengan yang lain.

Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas berasal dari bahasa
Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.

Jadi, pegertian Identitas Nsaional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa,
filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan
paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah
tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara
yang merupakan norma peraturan yang harus dijnjung tinggi oleh semua warga Negara
tanpa kecuali “rule of law”, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga
Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di
Indonesia.

2. Unsur - Unsur Identitas Nasional

Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Ke-majemukan
itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa,
agama, kebudayaan, dan bahasa.

a. Suku Bangsa

1
adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang
sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak
sekali suku bangsa atau kclompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.

b. Agama

bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang


tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui
sebagai agama resmi negara, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid,
istilah agama resmi negara dihapuskan.

c. Kebudayaan

adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-
perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dala bentuk
kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

d. Bahasa

merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai
sistem perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan
manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Dari unsur-
unsur identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian
sebagai berikut :

3. Identitas Nasional Indonesia

a. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia

b. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih

c. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya

d. Lambang Negara yaitu Pancasila

e. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika

f. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila

1
g. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945

h. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

i. Konsepsi Wawasan Nusantara

4. Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional Faktor-faktor yang mendukung


kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia meliputi:

a. Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis

b. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, social, politik, dan kebudayaan

yang dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002) Menurut Robert de Ventos, dikutip
Manuel Castelles dalam bukunya “The Power of Identity” (Suryo, 2002), munculnya
identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis ada 4 faktor penting,
yaitu:

a. Faktor primer, mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya.

b. Faktor pendorong, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi,lahirnya


angkatan bersenjata modern dan pembanguanan lainnya dalam kehidupan bernegara.

c. Faktor penarik, mencakup modifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi,


tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional

d. Faktor reaktif, pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional
bangsa Indonesia yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.

5. Cita- Cita, Tujuan dan Visi Negara Indonesia.

Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Dengan rumusan singkat, negara Indonesia bercita-cita mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Hal ini sesuai dengan amanat dalam Alenia II Pembukaan UUD 1945 yaitu negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.

Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945.
Secara rinci sbagai berikut :

a. Melindungi seganap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

1
b. Memajukan kesejahteraan umum

c. Mencerdaskan Kehidupan bangsa

d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian


abadi, dan keadilan sosial Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia yang damai , demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera,
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia
Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa dan berahklak mulia, cinta tanah air,
berkesadaran hukum dan lingkungan, mengausai ilmu pengetahuandan teknologi, serta
memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.

Setelah tidak adanya GBHN makan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka


mengenah (RPJM) Nasional 2004-2009, disebutkan bahwa Visi

pembangunan nasional adalah :

a. Terwujudnya kehidupan masyarakat , bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun
dan damai.

b. Terwujudnya masyarakat , bangsa dan negara yang menjujung tinggi hukum,


kesetaraan, dan hak asasi manusia.

c. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan


penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang
berkelanjutan.

6. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional

Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tatkala bangsa Indonesia berkembang menujufase nasionalisme modern, diletakanlan
prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan
bernagara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat
dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip
dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar
pada pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula
dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh

1
bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat pancasila itu bukan muncul
secara tiba-tiba dan dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu
historis yang cukup panjang. Sejarah budaya bangsa sebagai akar Identitas Nasional.
Menurut sumber lain :

(http://unisosdem.org.kliping_detail.php/?aid=7329&coid=1&caid=52)

disebutkan bahwa: kegagalan dalam menjalankan dan medistribusikan output berbagia


agenda pembangnan nasional secaralebih adil akan berdampak negatif pada persatuan
dan kesatuan bangsa. Pada titik inilah semangat Nasionalisme akan menjadi slah satu
elemen utama dalam memperkuat eksistensi Negara/Bangsa. Study Robert I Rotberg
secara eksplisit mengidentifikasikan salah satu karakteristik penting Negara gagal
(failed states) adalah ketidakmampuan negara mengelola identitas Negara yang
tercermin dalam semangat nasionalisme dalam menyelesaikan berbagai persoalan
nasionalnya. Ketidakmampuan ini dapat memicu intra dan interstatewar secara hamper
bersamaan. Penataan, pengelolaan, bahkan pengembangan nasionalisme dalam identitas
nasional, dengan demikian akan menjadi prasyarat utama bagi upaya menciptakan
sebuah Negara kuat (strong state). Fenomena globalisasi dengan berbagai macam
aspeknya seakan telah meluluhkan batas-batas tradisional antarnegara, menghapus jarak
fisik antar negara bahkan nasionalisme sebuah negara. Alhasil, konflik komunal
menjadi fenomena umum yang terjadi diberbagai belahan dunia, khususnya negara-
negara berkembang. Konflik-konflik serupa juga melanda Indonesia. Dalam konteks
Indonesia, konflik-konflik ini kian diperuncing karekteristik geografis Indonesia.
Berbagai tindakan kekerasan (separatisme) yang dipicu sentimen etnonasionalis yang
terjadi di berbagai wilayah Indonesia bahkan menyedot perhatian internasional.
Nasionalisme bukan saja dapat dipandang sebagai sikap untuk siap mengorbankan
jiwa raga guna mempertahankan Negara dan kedaulatan nasional, tetapi juga bermakna
sikap kritis untuk member kontribusi positif terhadap segala aspek pembangunan
nasional. Dengan kata lain, sikap nasionalisame membutuhkan sebuah wisdom dalam
mlihat segala kekurangan yang masih kita miliki dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, dan sekaligus kemauan untuk terus mengoreksi diri demi
tercapainya cita-cita nasional. Makna falsafah dalam pembukaan UUD 1945, yang
berbunyi sebagai berikut:

1
a. Alinea pertama menyatakan: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan , karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Maknanya, kemerdekaan adalah
hak semua bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia.

b. Alinea kedua menyebutkan: “ dan perjuangan kemerdekaaan Indonesia telah


sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia kepada depan gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang
merdeka,berdaulat, adil, dan makmur. Maknanya: adanya masa depan yang harus diraih
(cita-cita).

c. Alinea ketiga menyebutkan: “ atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan
dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas
maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Maknanya, bila
Negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus
mendapat ridha Allah SWT yang merupakan dorongan spiritual.

d. Alinea keempat menyebutkan: “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu


pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
menmcerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan Negara republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada: ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Alinea ini mempertegas cita-cita yang harus
dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara kesatuan republik Indonesia.

1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Identitas bagi kebanyakan orang adalah selembar kartu nama yang


mengukuhkan keberadaan mereka dengan sebuah nama, profesi dan kedudukan.
Secara etimologis, kata nation berakar dari kata Bahasa Latin natio. Kata
natio sendiri memiliki akar kata nasci, yang dalam penggunaan klasiknya
cendrung memiliki makna negatif (peyoratif). Identitas Nasional secara
terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Istilah
kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-
faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu.
Sedangkan bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang
mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai
persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama
serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagi suatu “kesatuan nasional”. Oleh
karena itu, agar suatu bangsa khususnya bangsa Indonesia tetap eksis dalam
menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakan jatidiri dan identitas
nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar
pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai
negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan yang
cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali
kesadaran nasional.

1
DAFTAR PUSTAKA

H. Kaelan dan H Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan


untuk Perguruan TinggiI. Yogyakarta: Paradigma
Notonagoro. 1997. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara.
http://goecities.com/sttintim/jhontitaley.html
http://unsosdem.org.kliping_detail.php/?aid=7329&coid=1&caid-52
google.com
http://price-mienu.blogspot.com/2010/01/identitas-nasional.html
htto://ipdn-artikelratis.blogspot.com/2008/09/keterkaitan-identitas-
nasional-dengan.html
TC.Media, Edisi ke-5, Agustus 2008
Seabass86,7 mei 2009
http://www.hikmahbudhi.or.id/?p=32
http://yanel.wetpaint.com/page/Identitas+Nasional

Anda mungkin juga menyukai