PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DISUSUN OLEH :
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Identitas..........................................................................................................3
2.2 Nasional..........................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identitas
1. Pengertian Identitas
3
pelacakan identitas adalah upaya pendefinisian diri. Baik definisi dari orang lain maupun
dari kita sendiri. Ketika kita berbicara identitas maka mau tidak mau kita harus melihat ke
masa lalu, di dalam konteks, identitas itu bukanlah sebuah proses produksi di ruang
vakum tetapi di dalam relasi-relasi kita dengan orang lain. Kemudian kemajemukan
adalah yang mencerminkan ketinggalan diri, definisi siapa kita dan yang bukan kita
adalah definisi yang di lakukan sendiri dan definisi diri yang di nisbahkan oleh
pihak lain yang berelasi dengan kita. Cara kita mendefinisikan diri akan sangat
berpengaruh terhadap pikiran, tindakan dan keputusan yang kita ambil. Cerita menarik
yang beredar di internet menceritakan tentang seekor anak elang yang dipelihara dan
dibesarkan keluarga ayam. Tentu saja keluarga ayam ini mengajarkan kepada sang
anak elang tentang segala sesuatu yang menyangkut ke-ayam- an, antara lain ayam
memakan biji-bijian, ayam tidak bisa terbang tinggi, ayam hanya bisa begini, dan begitu
saja. Pada suatu waktu, si anak elang ini melihat burung elang yang gagah melintas
di angkasa. Dengan decak kagum, sang anak elang berkata, “Alangkah gagah dan
anggunnya burung itu.” Lalu, keluarga ayam yang mendengar komentar sang anak
elang berkata, “Itu adalah burung elang. Ia memang memiliki kemampuan untuk
terbang tinggi di angkasa. Sedangkan kita adalah ayam. Ayam hanya bisa terbang
rendah dan tak akan pernah terbang tinggi seperti elang. Singkat kata, sang anak elang
menerima bulat-bulat apa yang diajarkan keluarga ayam. Ia akhirnya mendefinisikan
dirinya sebagai anak ayam. Karena ia mendefinisikan diri sebagai anak ayam, ia pun
berpikir, berlaku, dan bertindak seperti anak ayam. Sampai akhir hayat sang anak
elang, beraktivitas, bertindak dan mengambil keputusan seperti seekor ayam sesuai
definisi yang diyakininya. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika sang anak elang ini
mencoba mengoptimalkan kemampuannya seperti impiannya untuk terbang tinggi seperti
elang yang dilihatnya. Dari ilustrasi diatas kita bisa mendapatkan beberapa pelajaran
berharga mengenai pengaruh definisi identitas diri yang kita yakini. Cara kita
mendefinisikan identitas kita akan menentukan masa depan kita melalui cara kita berpikir
dan cara kita bertindak. Definisi identitas diri mempengaruhi cara kita berpikir. Sang
elang yang mendefinisikan diri sebagai anak ayam akhirnya berpikir dan bertindak
seperti anak ayam.
edepan harus menjadi perhatian serius agar tidak menyesal dikemudian hari.
4
3. Identitas, fungsi dan peranan sosial manusia ( terjadinya interaksi sosial )
Untuk mengemban ketiga fungsi, identitas dan peranan sosial tersebut manusia
mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri,
dengan orang lain dan dengan tuhannya. Hal inilah yang mendasari terjadinya interaksi
antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Pengertian interaksi sosial :
Hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara seseorang dengan orang
lain dalam situasi sosial tertentu. Di dalam proses interaksi sosial ini juga berlangsung
proses berimbang dan berkesinambungan ( adaptif social relationship ).
a. Komunikasi sosial
b. Kontak social
5
• Faktor Imitasi : ( Gabriel Trade ), seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya
berdasarkan faktor imitasi saja. Imitasi dorongan untuk meniru orang lain.
• Faktor identifikasi
• Faktor Simpati
2.2 Nasional
Nasional atau Nasionalisme adalah pilar utama dalam berbangsa dan bernegara.
Sebuah negara yang tidak ditopang dengan pilar nasionalisme yang kokoh, akan menjadi
rapuh, kemudian runtuh, dan akhirnya tinggal sejarah. Kejayaan Bangsa Romawi,
Mesir Kuno, Yunani Kuno, Mongol, Andalusia, Ottoman, Majapahit, Sriwijaya, Gowa,
dan Mataram, kini hanya tinggal kenangan yang bisa kita ketahui melalui buku
sejarah dan sisa-sisa peninggalannya. Tentu kita tidak berharap Republik Indonesia yang
tercinta ini mengalami nasib yang sama dengan bangsa-bangsa pendahulunya itu.
Nasionalisme awalnya berkembang di Eropa. Pada akhir abad 18 di Eropa mulai
berlaku suatu paham bahwa setiap bangsa harus membentuk suatu Negara sendiri dan
bahwa Negara itu harus meliputi seluruh bangsa masing-masing. Kebanyakan bangsa-
bangsa itu memiliki faktor-faktor obyektif tertentu yang membuat mereka berbeda
satu sama lain, misalnya persamaan keturunan, persamaan bahsa dan daerah budaya,
kesatuan politik, adat istiadat dan tradiri atau juga karena persamaan agama. Gerakan
nasionalisme dan cita- cita kebangsaan yang berkembang di eropa pada hakikatnya
memiliki sifat cinta kebangsaan. Nasionalisme yang berkembang di Eropa kemudian
menjalar ke seluruh dunia. Memasuki awal abad 20 nasionalisme mulai berkembang
di negara- negara Asia dan Afrika termasuk Indoensia. Nasionalisme di Asia dan
Afrika bukan hanya suatu perjuangan kemerdekaan untuk melepaskan diri dari
belenggu penjajahan, tetapi memiliki tujuan yang lebih mendalam,
6
b. Ia menjadi peletak dasar bafi terciptanya perubahan masyarakat Asiaterutama
dalam cara pandang tentang kedaerahan menjadi cara pandang seluruh bangsa.
d. Ia terus berkembang karena para pemimpin dan pengikutnya lebih melihat masa
depan dibanding masa lalu.
Yang dimaksud dominasi (asal kata dominant= lebih kuat/kuasa) politik adalah suatu
penguasaan penuh dalam bidang politik, sehingga pemerintah ada
Tekanan dan pemaksaan dari pihak penjajah menimbulkan reaksi berupa penolakan dan
perlawanan rakyat untuk mengusir penjajah. Jadi dengan adanya kolonialisme dan
imperialisme menimbulkan reaksi bangkitnya semangat berkebangsaan. Perasaan
senasib sepenanggungan dan menyatukan kehendak dan tekad untuk lepas dari
penjajah merupakan inti dari nasionalisme Indonesia. Nasionalisme tersebut lahir,
tumbuh dan berkembang seirama dengan perjalanan sejarah, bahwa perlawanan
terhadap penjajah mengalami kegagalan. Berbagai upaya telah dilakukan, namun tidak
membuat penjajah angkat kaki dari bumi Indonesia. Mengapa demikian?.Disebabkan
belum adanya kesadaran pentingnya persatuan dan kesatuan guna melawan penjajah
karena tingkat pendidikan bangsa Indonesia pada saat itu masih rendah. Akhirnya,
secara lambat laun kesadaran itu mulai muncul dan berkembang.
7
\
a. Penegrtian Leksikal
Secara etimologis, kata nation berakar dari kata Bahasa Latin natio. Kata natio sendiri
memiliki akar kata nasci, yang dalam penggunaan klasiknya cendrung memiliki makna
negatif (peyoratif). Ini karena kata nasci digunakan masyarakat Romawi Kuno untuk
menyebut ras, suku, atau keturunan dari orang yang dianggap kasar atau yang tidak tahu
adat menurut standar atau patokan moralitas Romawi. Padanan dengan bahasa Indonesia
sekarang adalah tidak beradab, kampungan, kedaerahan, dan sejenisnya.
Kata natio dari Bahasa Latin ini kemudian diadopsi oleh bahasa-bahasa turunan Latin
seperti Perancis yang menerjemahkannya sebagai nation, yang artinya bangsa atau
tanah air. Juga Bahasa Italia yang memakai kata nascere yang artinya “tanah
kelahiran”. Bahasa Inggris pun menggunakan kata nation untuk menyebut “sekelompok
orang yang dikenal atau diidentifikasi sebagai entitas berdasarkan aspek sejarah,
bahasa, atau etnis yang dimiliki oleh mereka” (The Grolier International Dictionary:
1992).
Berdasarkan pengertian ini, suatu kelompok masyarakat menentukan sikap politik mereka
—atas dasar nasionalisme, entah nasionalisme kultural atau nasionalisme politik—untuk
memperjuangkan terbentuknya sebuah negara yang independen. Itu berarti baik kelom-
pok masyarakat yang memiliki kesamaan kultur maupun yang multi kultur dapat
memiliki nasionalisme dalam artian kedaulatan politik ini. Menurut pengertian ini,
Indonesia termasuk yang memiliki nasionalisme dalam arti kedaulatan politik. Demikian
pula halnya dengan negara-negara lain yang memiliki keragaman kultur.
8
Ketika berkembang menjadi kedaulatan politik, nasionalisme merangkum atau
mengikutsertakan nilai-nilai lainnya seperti adanya persamaan hak bagi setiap orang
untuk memegang peranan dalam kelompok atau masyarakatnya serta adanya
kepentingan ekonomi. Perkembangan lebih lanjut tentu saja adalah adanya hak untuk
menentukan nasib sendiri (self determination) dan hak untuk tidak dijajah oleh bangsa
lain (freedom from slavery). Dalam sejarah, tampak jelas bahwa hak untuk mengambil
bagian secara aktif dalam kehidupan politik merupakan sebuah kesadaran baru yang
dipengaruhi oleh revolusi Prancis tahun 1789. Sementara itu, hak untuk menentukan
nasib sendiri dan hak untuk tidak dijajah bangsa lain telah menjadi dasar nasionalisme
dari negara-negara Asia–Afrika dalam membebaskan diri dari penjajahan setelah Perang
Dunia II.
Nasionalisme adalah kesatuan perasaan dan perangai yang timbul karena persamaan
nasib, contohnya nasionalisme negaranegara Asia.
2. Bentuk-bentuk Nasionalisme
b. Nasionalisme Etnis
adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya
asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johan Gottfried von Herder, yang
9
memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk “rakyat”). Kepada perwujudan
budaya etnis yang menepati idealisme romantik kisah tradisi yang telah direka untuk
konsep nasionalisme romantik. Misalnya “Grimm Bersaudara” yang dinukilkan oleh
Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.
c. Nasionalisme Budaya
adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya
bersama dan bukannya “sifat keturunan” seperti warna kulit, ras, dan sebagainya.
d. Nasionalisme kenegaraan
e. Nasionalisme agama
ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan
agama.
3. Unsur-unsur Nasionalisme Menurut Dr. Frederick Hertz dalam bukunya yang berjudul
Nationality in History and Politics, mengidentifikasi 4 (empat) unsur nasionalisme, yaitu
b. mencapai kemerdekaan,
c. mencapai keaslian,
d. kehormatan bangsa.
1
Jadi seorang nasionalis sejatinya akan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negaranya di atas kepentingan pribadi dan golongannya.
4. Aspek-aspek Nasionalisme
a. Aspek politik
c. Aspek Budaya
5. Makna Nasionalisme
Istilah nasionalisme digunakan dala rentang arti yang kita gunakan sekarang. Diantara
penggunaan – penggunaan itu, yang paling penting adalah :
1
6. Diskusi Kontemporer
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia
senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok-
kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu organisasi
yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang besar.
Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar.
Ciri khas sebuah bangsa merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri
khas yang dimiliki negara juga merupakan identitas dari negara yang bersangkutan.
Identitas-identitas yang disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional
bangsa.Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita
sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam
1
arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang
diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya
yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun
internasional. Perlu dikemukaikan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai
Identitas Nasional tadi bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan
normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka-cenderung terus menerus
bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya.
Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah;
ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau . sesuatu sehingga
membedakan dengan yang lain.
Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas berasal dari bahasa
Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.
Jadi, pegertian Identitas Nsaional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa,
filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan
paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah
tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara
yang merupakan norma peraturan yang harus dijnjung tinggi oleh semua warga Negara
tanpa kecuali “rule of law”, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga
Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di
Indonesia.
Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Ke-majemukan
itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa,
agama, kebudayaan, dan bahasa.
a. Suku Bangsa
1
adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang
sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak
sekali suku bangsa atau kclompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.
b. Agama
c. Kebudayaan
adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-
perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dala bentuk
kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa
merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai
sistem perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan
manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Dari unsur-
unsur identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian
sebagai berikut :
1
g. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
yang dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002) Menurut Robert de Ventos, dikutip
Manuel Castelles dalam bukunya “The Power of Identity” (Suryo, 2002), munculnya
identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis ada 4 faktor penting,
yaitu:
a. Faktor primer, mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya.
d. Faktor reaktif, pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional
bangsa Indonesia yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.
Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Dengan rumusan singkat, negara Indonesia bercita-cita mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Hal ini sesuai dengan amanat dalam Alenia II Pembukaan UUD 1945 yaitu negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945.
Secara rinci sbagai berikut :
1
b. Memajukan kesejahteraan umum
a. Terwujudnya kehidupan masyarakat , bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun
dan damai.
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tatkala bangsa Indonesia berkembang menujufase nasionalisme modern, diletakanlan
prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan
bernagara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat
dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip
dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar
pada pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula
dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh
1
bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi, filsafat pancasila itu bukan muncul
secara tiba-tiba dan dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu
historis yang cukup panjang. Sejarah budaya bangsa sebagai akar Identitas Nasional.
Menurut sumber lain :
(http://unisosdem.org.kliping_detail.php/?aid=7329&coid=1&caid=52)
1
a. Alinea pertama menyatakan: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan , karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Maknanya, kemerdekaan adalah
hak semua bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia.
c. Alinea ketiga menyebutkan: “ atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan
dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas
maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Maknanya, bila
Negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus
mendapat ridha Allah SWT yang merupakan dorongan spiritual.
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1
DAFTAR PUSTAKA