Anda di halaman 1dari 6

JURNAL M EDIA SAINS 2 (1): 8 - 13

P-ISSN : 2549-7413
E-ISSN : 2620-3847

Identifikasi Rhodamin B Dalam Saus Sambal Yang Beredar Di Pasar


Tradisional Dan Modern Kota Denpasar
1* Ayu Saka Laksmita W, 1 Ni Putu Widayanti, 1 Maria Agustina Fitriayu Refi
1 Program Studi Teknologi Laboratorium Medik, Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali, Indonesia.
*Email: sakalaksmita@gmail.com

ABSTRAK
Rhodamin B merupakan zat adiktif yang dilarang penggunaannya pada bahan makanan.
Jika senyawa ini masuk ke dalam tubuh, bisa menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan
perubahan anatomis pada organ tubuh. Dalam penelitian ini, dilakukan identifikasi Rhodamin B
pada saus sambal yang dijual di pasar tradisional dan modern kota Denpasar. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga pasar
tradisional dan tiga pasar modern di kota Denpasar dengan total 12 sampel. Penelitian ini
menggunakan uji kualitatif yang bisa dilihat dari perubahan warna benang wol. Berdasarkan
hasil uji kualitatif, identifikasi Rhodamin B dalam saus sambal yang beredar di pasar tradisional
dan modern kota Denpasar, bahwa dari 5 sampel pasar tradisional terdeteksi 2 sampel
mengandung Rhodamin B sedangkan semua sampel di pasar modern dinyatakan aman dari zat
pewarna sintetis Rhodamin B.
Kata kunci: Saus sambal, analisis kualitatif, Rhodamin B, pasar kota Denpasar

ABSTRACT
Rhodamin B is an addictive substance that is prohibited from its use in foodstuffs. If
these compounds enter the body, it can cause liver damage, kidney, and anatomic changes in
the organs of the body. In this study, identification of Rhodamin B in chilli sauce sold in
traditional and modern markets of Denpasar. This research is descriptive -qualitative. The
location used in this study are three traditional markets and three modern markets in Denpasar
city with a total of 12 samples. This research uses qualitative test which can be seen from the
color change of wool yarn. Based on the results of qualitative tests, the identification of
Rhodamine B in chili sauce circulating in traditional and modern markets of Denpasar city, that
of 5 samples of traditional markets detected 2 samples containing Rhodamin B while all
samples in the modern market are declared safe from synthetic dyes Rhodamin B.
Keywords: chili sauce, qualitative analysis, rhodamine B, Denpasar city market

PENDAHULUAN Untuk meningkatkan kualitas produk


Keamanan pangan merupakan syarat makanan agar dapat bersaing dipasaran, maka
penting yang harus ada pada makanan yang perlu bahan tambahan pangan seperti
akan dikonsumsi oleh setiap orang. Pangan pewarna, pengawet, penyedap rasa dan aroma,
yang berkualitas dan aman dikonsumsi dapat antioksidan, pengental, dan pemanis
berasal dari pasar tradisional maupun pasar (Winarno, 2004).
modern yang ada dikalangan masyarakat. Pewarnaan pada makanan pada
Dewasa ini, banyak pengolahan bahan dasarnya adalah untuk menarik para
makanan tambahan yang telah beredar karena konsumen agar menjadi lebih berminat
semakin berkembanganya ilmu pengetahuan dengan suatu produk yang dijual atau
dan kecanggihan teknologi. Semakin dipasarkan. Namun sebagian dari mereka
banyaknya bahan makanan akan menambah menggunakan pewarna makanan yang tidak
cita rasa pada makanan itu sendiri. Bahan mendapatkan izin peredaran dari BPOM
pelengkap makanan yang saat ini digemari (Badan Pengawas Obat dan Makanan) bahkan
masyarakat, karena mampu meningkatkan cita tidak jarang mengguanakan pewarna sintetik
rasa pada makanan, salah satunya adalah saus. yang biasanya digunakan sebagai pewarna

8 J. Med.Sains – Maret 2018


Laksmita W, A. S., N. P. Widayanti, dan M . A. F. Refi / M edia Sains 2 (1) (2018)

tekstil (Pamungkas dan Nopiyanti, 2014). mengenai pewarna untuk pangan, dan juga
Menurut data dari Badan Pengawas Obat dan karena harga bahan pewarna untuk industri
Makanan (BPOM), sepanjang tahun 2012, relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan
insiden keracunan akibat mengonsumsi bahan pewarna untuk pangan. Disamping itu
makanan menduduki posisi paling tinggi, warna dari bahan pewarna tekstil biasanya
yaitu 66,7%, dibandingkan dengan keracunan lebih menarik (Yuliarti, 2007).
akibat penyebab lain, misalnya obat, Rhodamin B yaitu zat pewarna berupa
kosmetika, dan lain-lain. Salah satu penyebab serbuk kristal berwarna hijau atau ungu
keracunan makanan adalah adanya cemaran kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut
kimia dalam makanan tersebut (Paratmanitya dalam larutan warna merah terang
dan Aprilia, 2016). Observasi yang dilakukan berfluoresan digunakan sebagai bahan
oleh BPOM menunjukkan ada 4 Jenis bahan pewarna tekstil, cat, kertas atau pakaian (Khan
berbahaya yang sering ditambahkan pada dkk., 2011). Rhodamin B dapat bersifat
bahan makanan yaitu Rhodamin B, Methanyl karsinogenik dan memacu pertumbuhan sel
Yellow (pewarna tekstil), formalin dan boraks kanker jika digunakan terus menerus
(Kemenkes, 2011). Hasil penelitian (Alhamedi dkk., 2009). Sifat karsinogenik
menunjukkan temuan terbesar pada jajanan tersebut disebabkan oleh unsur N+(nitronium)
adalah Rhodamin B (BPOM, 2013). dan Cl- (klorin) yang terkandung pada
Penambahan pewarna pada makanan Rhodamin B yang bersifat sangat reaktif dan
bertujuan untuk memperbaiki warna makanan berbahaya. Rhodamin B merupakan pewarna
yang berubah atau menjadi pucat selama sintesis yang digunakan pada industry tekstil.
proses pengolahan atau memberi warna pada Pengaruh buruk Rhodamin B bagi kesehatan
makanan yang tidak berwarna agar kelihatan antara lain meimbulkan iritasi pada saluran
lebih menarik (Winarno, 1994). Akan tetapi, pernapasan, kulit, mata, dan saluran
sering kali terjadi penyalahgunaan pemakaian pencernaan (Wijaya, 2011). Penumpukan
zat warna pada makanan, misalnya untuk Rhodamin B dalam hati akan menyebabkan
tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai gangguan fungsi hati berupa kanker hati dan
bahan makanan (Cahyadi, 2008). tumor hati (Chen et al., 2012).
Pemerintah Indonesia melalui Warna merupakan daya tarik terbesar
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. untuk menikmati makanan setelah aroma.
239/Menkes/Per/V/1985 menetapkan 30 zat Aroma yang wangi, rasa yang lezat, dan
pewarna berbahaya. Rhodamin B termasuk tekstur yang lembut bisa jadi akan diabaikan
salah satu zat pewarna berbahaya dan dilarang jika warna dari makanan itu tidak menarik
digunakan pada produk pangan. Namun atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
demikian, penyalahgunaan Rhodamin B dari makanan itu. Timbulnya penyalahgunaan
sebagai zat pewarna pada makanan masih disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat
sering terjadi di lapangan dan diberitakan di mengenai pewarna untuk makanan, disamping
beberapa media massa (Abdurrahmansyah itu harga zat perwarna untuk industri jauh
dkk., 2017). Pada lain pihak, ada yang lebih murah dibandingkan harga zat perwarna
menyebutkan bahwa peraturan mengenai untuk makanan dan warna dari zat pewarna
penggunaan bahan pewarna yang diizinkan untuk industri biasanya lebih menarik.
dan yang dilarang untuk pangan diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI
SK Menteri Kesehatan RI Nomor No.1168/Menkes/PER/X/1999 meyebutkan
722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan bahwa bahan tambahan pewarna yang
tambahan makanan (BTM). Tetapi meskipun dilarang salah satunya adalah Rhodamin B
demikian sering terjadi penyalahgunaan (pewarna merah) (Cahyadi, 2008). Banyaknya
pemakaian bahan pewarna berbahaya untuk peredaran pasar tradisional dan modern di
bahan pangan, misalnya bahan pewarna untuk kota Denpasar yang menjual saus,
tekstil dipakai untuk mewarnai bahan pangan. menyebabkan banyaknya peredaran saus
Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan dikalangan masyarakat untuk dikonsumsi.
karena adanya residu bahan pewarna tersebut. Selain itu, konsumen yang membeli saus, baik
Timbulnya penyalahgunaan bahan pewarna saus karena digunakan sebagai pelengkap
disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat dalam menyantap makanan seperti bakso,

9 J. Med.Sains – Maret 2018


Laksmita W, A. S., N. P. Widayanti, dan M . A. F. Refi / M edia Sains 2 (1) (2018)

aneka gorengan, mie ayam dan lain asam (10 mL air dicampur dengan 5 ml asam
sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan asetat 10%). Benang wool dimasukkan ke
penelitian tentang identifikasi Rhodamin B dalam larutan asam dan didihkan hingga 10
dalam saus sambal yang beredar di pasar menit. Benang wool diangkat, zat warna akan
tradisional dan modern kota Denpasar. mewarnai benang wool. Benang wool dicuci
dengan air (SNI 01-2895,1992). Analisis
METODE dilakukan dengan melihat warna merah pada
Penelitian ini dilakukan di 3 pasar benang wool setelah dicuci dengan air
tradisional dan 3 pasar modern kota Denpasar mengalir. Hasil positif ditandai dengan warna
Provinsi Bali. Pengambilan sampel dilakukan merah tidak dapat dicuci oleh air.
sejumlah 6 pasar yang ada di Kota Denpasar
yaitu sebagai berikut Pasar Badung, Pasar HASIL DAN PEMBAHASAN
Sanglah, dan Pasar Kreneng untuk sampel Hasil analisis kualitatif menunjukkan
pada pasar tradisional sedangkan untuk pasar bahwa terdapat sampel saus sambal yang
Modern, yaitu Tiara Dewata, Hypermart, dan positif mengandung Rhodamin B (data pada
Pepito. Pengujian dilakukan di Laboratorium Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat
Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali. bahwa dari 5 sampel saus sambal, terdapat 2
Metode pada penelitian ini adalah sampel yang terdeteksi Rhodamin B pada
deskriptif kualitatif untuk mengetahui pasar tradisional. Hasil positif yang
gambaran apakah saus sambal yang beredar di mengandung Rhodamin B ditunjukkan dengan
kota Denpasar mengandung pewarna perubahan warna pada benang wool. Selain
Rhodamin B yang dideteksi berdasarkan itu, hasil analisis juga dibandingkan dengan
terikatnya warna Rhodamin B pada benang kontrol positif dan kontrol negatif. Sampel
wol yang tidak tercuci air. yang positif mengandung Rhodamin B
Sampel yang digunakan pada menunjukkan perubahan warna yang sama
penelitian ini berjumlah 12 sampel saus seperti kontrol positif.
sambal yang diperoleh dari 3 pasar tradisional Hasil analisis kualitatif pada sampel
dan 3 pasar modern kota Denpasar. Kemudian saus sambal yang berasal dari pasar modern
dilakukan deteksi terhadap ada tidaknya menunjukkan bahwa semua sampel tidak
Rhodamin B sampel tersebut. mengandung Rhodamin B (data disajikan
Alat dan bahan yang digunakan pada Tabel 2). Hal ini ditunjukkan dengan
batang pengaduk, beaker glass, cawan tidak adanya perubahan warna pada benang
penguap, penangas air, gelas ukur, timbangan, wol. Hasil pengujian menunjukkan warna
kompor listrik, corong, kertas saring, benang yang sama dengan kontrol negatif. Zat
wol, baku Rhodamin B, etanol 96 %, NH4OH, pewarna merupakan bahan tambahan pangan
kloroform, amonia 2%, etanol 70%, asam yang dapat memperbaiki penampilan
asetat 10%, benang wol, akuades, dan sampel makanan. Warna makanan memegang peranan
saus sambal. utama dalam penampilan makanan, meskipun
Analisis kualitatif dilaksanakan makanan tersebut lezat, tetapi penampilannya
dengan cara benang wol didihkan di dalam tidak menarik waktu disajikan, akan
akuades lalu dikeringkan, dicuci dengan mengakibatkan selera orang yang akan
kloroform, dibilas dengan akuades dan memakannya menjadi hilang (Moehyi,1992).
dikeringkan. Sampel ditimbang sebanyak 10 g Hal ini didukung oleh Sanjur (1982), bahwa
kemudian dipanaskan dalam 10 ml larutan penampakan dari makanan dan minuman
amonia 2% (dalam etanol 70%) selama merupakan hal yang paling banyak
kurang lebih 30 menit, kemudian disaring. mempengaruhi preferensi dan kesukaan
Filtrat diuapkan diatas penangas air. Residu konsumen.
dilarutkan dalam 10 ml air yang mengandung

10 J. Med.Sains – Maret 2018


Laksmita W, A. S., N. P. Widayanti, dan M . A. F. Refi / M edia Sains 2 (1) (2018)

Tabel 1. Hasil Analisis Kualitatif Sampel Saus di Pasar Tradisional kota Denpasar

Tabel 2. Hasil Analisis Kualitatif Sampel Saus di Pasar Modern kota Denpasar

Kemajuan teknologi pangan Pada penelitian identifikasi Rhodamin


memungkinkan zat pewarna dibuat secara B pada saus sambal yang diperdagangkan di
sintetis. Penggunaan bahan alami untuk pasar tradisional kota Denpasar menunjukkan
produk massal akan meningkatkan biaya bahwa terdapat 2 diantara 5 sampel yang
produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit terdeteksi mengandung Rhodamin B
karena sifat pewarna alami tidak homogen berdasarkan uji kualitatif sedangkan untuk
sehingga sulit menghasilkan warna yang identifikasi Rhodamin B pada saus sambal
stabil. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat yang diperdagangkan di pasar modern kota
kimia bisa memberi warna yang stabil pada Denpasar dinyatakan aman dari zat pewarna
produk pangan. Dengan demikian produsen sintetis Rhodamin B yang dilarang
bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna penggunaanya terhadap makanan. Hasil
untuk menarik perhatian konsumen. analisis kualitatif berdasarkan deteksi warna
Penyalahgunaan pewarna tekstil terutama yang terikat pada benang wol, bahwa semua
Rhodamin B oleh produsen makanan sampel tidak mengandung pewarna Rhodamin
disebabkan karena harga pewarna tekstil B pada pasar modern. Hal ini ditunjukkan dari
tersebut yang lebih murah dari pada pewarna warna saus sambal yang menempel pada
makanan dan dengan mudah dibeli pada toko- benang wol dapat tercuci oleh air. Selain itu,
toko bahan tekstil. Selain itu, tingkat hasil analisis juga dibandingkan dengan
pengetahuan produsen yang kurang akan kontrol positif dan kontrol negatif. Hasil
adanya pewarna makanan dan bahaya yang pengujian menunjukkan warna yang sama
ditimbulkan dari pewarna tekstil apabila dengan kontrol negatif.
terkonsumsi oleh konsumen. Warna dari zat Identifikasi Rhodamin B pada saus
pewarna tekstil yang bila digunakan akan sambal dengan menggunakan metode detekesi
menghasilkan warna yang lebih menarik pada warna yang terikat pada benang wol
makanan daripada pewarna makanan. Hal ini berdasarkan prinsip penarikan zat warna dari
menjadi pemicu penyalahgunaan pewarna sampel ke dalam benang wol bebas lemak
tekstil pada makanan (Yuliarti, 2007). dalam suasana asam dengan pemanasan,

11 J. Med.Sains – Maret 2018


Laksmita W, A. S., N. P. Widayanti, dan M . A. F. Refi / M edia Sains 2 (1) (2018)

selanjutnya akan terjadi pelunturan atau Rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam
pelarutan warna oleh suatu basa. Mekanisme waktu singkat akan terjadi gejala akut
terikatnya Rhodamin B pada benang wol keracunan Rhodamin B (Yamlean, 2011).
disebabkan karena benang wol tersusun atas Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
ikatan peptida yang didalamnya terdapat Republik Indonesia No.1168 / MENKES /
ikatan sistina, asam glutarnat, lisin asam PER / X / 1999 (Depkes RI., 1999); Peraturan
aspartik dan arginin. Rhodamin B dapat Menteri Kesehatan RI No.
melewati lapisan kutikula melalui 239/MenKes/Per/V/1985 (DepKes RI, 1985);
perombakan sistein menjadi suatu asam. dan SK Menteri Kesehatan RI No.
Sistein terbentuk melalui pemecahan ikatan S- 722/MenKes/Per/IX/88 (DepKes RI, 1988)
S sistina dalam suasana asam. Terbukanya bahwa Rhodamin B merupakan bahan
ikatan tersebut menyebabkan masuknya tambahan pangan yang dilarang digunakan
Rhodamin B ke dalam benang wol. Dengan pada makanan, namun masih sering dijumpai
demikian terjadi penyerapan warna (Utami terjadinya penyalahgunaan pewarna
dan Suhendi, 2009). Rhodamin B yang sudah Rhodamin B pada makanan yang terbukti dari
terserap pada benang wol tidak dapat tercuci beberapa penelitian (Sumarlin, 2008; Cahyadi,
oleh air. Terikatnya Rhodamin B pada benang 2009; Utami & Suhendi, 2009; dan Silalahi &
wol inilah yang menjadi prinsip analisis Rahman, 2011).
kualitatif pada penelitian ini.
Rhodamin B termasuk jenis pewarna SIMPULAN
sintetik yang bersifat toksik, sehingga Berdasarkan hasil uji kualitatif
berdampak buruk bagi kesehatan manusia identifikasi Rhodamin B dalam saus sambal
(Sumarlin, 2008). yang beredar di pasar tradisional dan modern
Penggunaan pewarna buatan dapat kota Denpasar, bahwa dari 5 sampel pasar
menyebabkan gangguan kesehatan apabila tradisional terdeteksi 2 sampel mengandung
melebihi batas yang telah ditentukan seperti Rhodamin B sedangkan semua sampel di
dapat menyebabkan tumor, hiperaktif pada pasar modern dinyatakan aman dari zat
anak-anak, alergi dan dapat menimbulkan pewarna sintetis Rhodamin B.
radang selaput lendir pada hidung, sakit
pinggang, dan muntah-muntah (Yuliarti, REFRENSI
2007). Di samping itu, walaupun memiliki Abdurrahmansyah, Aini, A. & Chrislia, D.
toksisitas yang rendah, namun (2017). Analisis Zat Pewarna Rhodamin
pengkonsumsian dalam jumlah yang besar B Pada Saus Cabai Yang Beredar Di
maupun berulang-ulang menyebabkan sifat Kampus Universitas Islam Negeri
kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, Raden Fatah Palembang. Jurnal Biota 3
iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada (1): pp 38-42.
saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan Alhamedi, F.H., Rauf, M.A. & Ashraf, S.S.
hati (Trestiati, 2003). Rhodamin B bersifat (2009). Degradation Studies of
karsinogenik sehingga dalam penggunaan Rhodamine B in The Presence of
jangka panjang dapat menyebabkan penyakit UV/H2 O2 . Desalination 238(3): 159-
kanker. Uji toksisitas Rhodamin B telah 166.
dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan BPOM RI. (2013). Laporan Tahunan Badan
injeksi subkutan dan secara oral. Rhodamin B POM RI. Jakarta.
dapat menyebabkan karsinogenik pada tikus Cahyadi, W. (2008). Analisis dan Aspek
ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
sarkoma lokal (MerckIndex, 2006). Rhodamin Jakarta: Bumi Aksara.
B juga menyebabkan aktivitas mutagenik dan Cahyadi, W. (2009). Analisis Aspek dan
kerusakan DNA pada sel ovarium tikus Kesehatan Bahan Tambahan Pangan
(Nestman et al., 1979). 2nd ed. Jakarta: Bumi Aksara.
Penggunaan Rhodamin B pada Chen, Xiaoyang, Zhiyong X., Yanlai Y.,
makanan dalam waktu yang lama akan dapat Weiping W., Fengxiang Z. & Chunlai
mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun H. (2012). Oxidation Degradation of
kanker. Namun demikian, bila terpapar Rhodamine B in Aqueous by UV/S2 O8

12 J. Med.Sains – Maret 2018


Laksmita W, A. S., N. P. Widayanti, dan M . A. F. Refi / M edia Sains 2 (1) (2018)

2 Treatment System. Int. J. of Studi Kimia FST UIN Syarif


Photoenergy Vol. 2012 Article ID Hidayatullah, Jakarta.
754691: 5. SNI. (1992). Cara Uji Pewarna Tambahan
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Makanan.
Keamanan Pangan di Sekolah Dasar. Trestiati, M. (2003). Analisis Rhodamin B
Jakarta: Direktorat Bina Gizi Ditjen pada Makanan dan Minuman Jajanan
Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak SD (Studi Kasus : Sekolah Dasar
Anak. di Kecamatan Margaasih Kabupaten
Khan, Tabrez A. Sangeeta Sharma & Imran Bandung). Thesis. ITB. Bandung.
Ali. 2011. Adsorption of Rhodamine B Utami W., dan A. Suhendi. (2009). Analisis
Dye from Aqueous Solution Onto Acid Rhodamin B Dalam Jajanan Pasar
Activated Mango (Magniferaindica) dengan Metode Kromatografi Lapis
Leaf Powder: Equilibrium, Kinetic and Tipis, Jurnal Penelitian Sains &
Thermodynamic Studies. J. of Teknologi, 10(2): 148-155.
Toxicology and Environmental Health Wijaya, D., 2011. Waspadai Zat Aditif dalam
Sciences 3(10): 286-297 Makananmu. Jogjakarta: Buku Biru.
Merck Index. (2006). An Encyclopedia of Winarno, F.G. (1994). Kimia Pangan dan
Chemicals, Drugs, and Biologicals. Gizi. Jakarta: Gramedia.
Merck Co.Inc. USA Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan
Moehyi, S. (1992). Penyelenggaraan Makanan Gizi. PT. Jakarta: Gramedia Pustaka
Institusi dan Jasa Boga. Jakarta. Bharata Utama.
Nestmann, E.R., George, R.D., Tibor, I.M., Yamlean, P. V. Y. (2011). Indentifikasi dan
Caroline, E.G. & David, J.K. (1979). Penetapan Kadar Rhodamin B pada
Mutagenic Activity of Rhodamine Dyes Jajanan Kue Berwarna Merah Muda
and Their Impuritisas Detected By yang Beredar di Kota Manado. Program
Mutation Induction in Salmonella and Studi Farmasi FMIPA Universitas Sam
DNA Damage in Chinese Hamster Ratulangi Manado. 11(2): 289-295.
Ovary Cells. Journal of Cancer Yuliarti, Nurheti. (2007). Awas Bahaya
Research. Dibalik Lezatnya Makanan.
Paratmanitya, Y., Aprilia, V. (2016). Yogyakarta: ANDI Yogyakarta
Kandungan Bahan Tambahan Pangan
Berbahya Pada Makanan Jajanan Anak
Sekolah Dasar di Kabupaten Bantul.
Jurnal Gizi dan Dietik Indonesia 4 (1):
pp 49-55.

Sanjur, D. 1982. Social and Cultural


Perspectives in Nutrition. New Jersey:
Engelwood cliffs, Prentice Hall Inc
Silalahi, J. & F. Rahman. (2011). Analisis
Rhodamin B pada jajanan Anak
Sekolah Dasar di Kabupaten Labuan
batu Selatano Sumetera Utara. J Indon
Med Assod. 61(7): 293-298
Suntaka, D.F.,A.L., Woodford, B.S.J. &
Ricky, C.S. (2014). Analisis Kandungan
Formalin dan Boraks pada Bakso yang
Disajikan Kios Bakso Permanen pada
Beberapa Tempat di Kota Blitung
Tahun 2014. 41-45.
Sumarlin, L.O. (2008). Identifikasi Pewarna
Sintetis Pada Produk Pangan Yang
Beredar di Jakarta dan Ciputat, Program

13 J. Med.Sains – Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai