NPM : 20051010057
Prodi : Arsitektur
Mata Kuliah : Perumahan dan Permukiman
Kelas :A
Dosen Pengampu : 1. Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT.
2. Yusvika Ratri Harmunisa, S. Ars., M. Ars.
Menurut Lee (dalam Yunus, 2005) terdapat 6 faktor yang mempengaruhi proses perkembangan
ruang perkotaan ke wilayah pinggiran kota. Adapun keenam faktor itu adalah sebagai berikut:
Faktor pelayanan umum merupakan salah satu faktor yang menjadi daya tarik bagi
penduduk untuk melakukan migrasi daari pusat kota ke wilayah pinggiran kota. Semakin baik
tingkat pelayanan umum yang disediakan oleh wilayah pinggiran, semakin banyak pula
penduduk yang ingin tinggal di wilayah pinggiran kota.
Karakteristik lahan berkaitan dengan kondisi geografis dari lahan di wilayah pinggiran
kota. Lahan di wilayah pinggiran kota cenderung memiliki karakteristik lahan yang subur, air
tanahnya dangkal, serta kondisi lingkungan yang masih baik dibandingkan dengan pusat kota,
sehingga lahan di wilayah pinggiran kota sering dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman.
ANALISA
Menurut pendapat saya pribadi, saya menemukan berbagai faktor yang menurut saya cukup
mempengaruhi perkembangan permukiman di Indonesia saat ini, yang pertama seperti pada
data diatas yaitu Faktor aksesibilitas, Faktor pelayanan umum, Faktor karakteristik lahan,
Faktor karakteristik pemilik lahan, Faktor peraturan tata guna lahan dan Faktor Prakarsa
pengembang. Keenam poin ini harus berjalan satu arah tanpa menitiberatkan salah satunya alias
harus seimbang. Saya mengambil contoh kasus di Indonesia khususnya di daerah Medan.
Propinsi Sumatera Utara khususnya kota Medan merupakan kota yang sedang berkembang, hal
ini tidak terlepas dari masalah penyediaan sarana hunian yakni berupa perumahan bagi
permukiman.
Banyak pembangunan perumahan yang tersebar di kota Medan dalam beberapa tahun ini
khususnya di Medan johor, Medan tembung,Tanjung morawa, dan Medan sunggal, namun
hanya sedikit yang dapat di katakan layak sebagai perumahan yang ideal di kota Medan.
Beberapa contoh masalah perumahan menengah kebawah di kota Medan, sebagai berikut :
a. Tidak adanya fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau posyandu (pos pelayanan terpadu)
padahal lokasi perumahan sangat jauh dari fasilitas umum lainnya seperti rumah sakit.
b. Tidak adanya fasilitas umum lainnya seperti lapangan bermain anak-anak (playground),
dimana fasilitas ini selain untuk anak-anak, juga sebagai sarana sosialisasi antar penduduk
setempat.
c. Tidak adanya fasilitas rekreasi bagi penghuni kawasan permukiman, seluruh lahan dijadikan
kavling rumah.
d. Tidak adanya tempat buang sampah yang memadai di kawasan Journal of Architecture and
Urbanism Research, 3 (1) Oktober 2019: 27-46 35 Permukiman, sehingga sampah-sampah
berserakan dimana-mana dan seringkali memanfaatkan lahan-lahan kosong milik orang lain
sebagai tempat buang sampah.
Saran saya untuk beberapa permasalahan yang telah disebutkan diatas adalah yang pertama kita
harus menyediakan posko atau tenda yang memilik fasilitas penunjang kesehatan untuk jangka
pendek, kenapa kita harus memikirkan jangka pendek terlebih dahulu? Karena ini menyangkut
kesehatan dan keselamatan yang merupakan aspek sangat penting bagi seluruh lapisan
masyarakat, baru setelah itu kita memikirkan jangka panjangnya seperti membangun kembali
puskesmas atau rumah sakit tentunya dengan perkiraan biaya serta material yang dibutuhkan.
Kemudian yang kedua adalah menyediakan tempat untuk beristirahat yang mungkin sekiranya
paling banyak dibutuhkan pada area area yang terkenal dengan keramaian penduduknya.
Walaupun belum tentu kita dapat memastikan apakah kita mampu mendirikan taman bermain
untuk anak-anak atau hany sekedar memberikan kursi dan meja untuk para pengunjung.
Simpulan dari saya mengenai kasus tersebut adalah menyediakan fasilitas yang layak untuk
para pengunjung sehingga pengunjung dapat menikmatinya dengan baik.