Anda di halaman 1dari 33

Kabupaten Nagekeo

RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur

Bab 2
PROFIL KABUPATEN
NAGEKEO
Profil Kabupaten Nagekeo menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek. Dari
profil Kabupaten tersebut diharapkan dapat tercermin kondisi daerah terkait dengan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM). Profil Kabupaten Nagekeo terdiri
dari gambaran kondisi geografis dan administratif wilayah, gambaran mengenai demografi,
gambaran mengenai topografi wilayah, gambaran mengenai geohidrologi, gambaran
mengenai geologi, gambaran mengenai klimatologi, dan gambaran mengenai
kondisi sosial dan ekonomi.

2.1. Gambaran Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Nagekeo


Kabupaten Nagekeo membentang antara 8˚26’ 00” LS – 8˚64’ 40” LS dan 121˚6’20”
BT – 121˚32’ 00” BT. Dengan batas-batas wilayah geografis yaitu sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Ende, bagian barat dengan Kabupaten Ngada, sebelah
utara berbatasan dengan Laut Flores dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Sawu.
Untuk akses dari Ibu Kota Provinsi ke Kabupaten Nagekeo hanya dapat dijangkau
menggunakan moda Transportasi Udara dan Laut.

Secara administrasi pemerintahan wilayah Kabupaten Nagekeo sampai dengan tahun


2015 terbagi dalam 7 Kecamatan dan 97 desa/kelurahan dengan ibu Kota adalah Mbay
yang terletak di kecamatan Aesesa. Kondisi Topografi Kabupaten ini sebagian besar
merupakan kawasan perbukitan dengan kemiringan 160 s/d 600 yang luasanya
mencapai 141.696 Km2 atau 37,16% dari luas wilayah daratan. Sebagaimana diketahui
Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 1 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi
Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
bahwa Kabupaten Nagekeo termasuk daerah yang beriklim tropis sehingga perubahan
suhu tidak dipengaruhi oleh penggantian musim, tapi ditentukan oleh perbedaan
ketinggian dari permukaan laut. Kondisi tersebut merupakan salah satu faktor yang
menentukan mata pencaharian penduduk dan jenis tanaman/ternak yang diusahakan
dan dipelihara. Secara Topografi luas wilayah yang berada diketinggian mencapai 0-500
m sebesar 72,16 % dan yang berada di ketinggian 501-1000 m sebesar 21,74 % dan
1000 m ke atas sebasar 6,11 %.

Tabel 2.1 Daftar Nama Kecamatan, Desa/Kelurahan di Kabupaten Nagekeo

NO KECAMATAN IBUKOTA NO DESA/KELURAHAN


01 02 03 04 05
1 Aewoe
2 Bela
3 Wolokisa
4 Wuliwalo
5 Maukeli
6 Lokalaba
7 Wolotelu
8 Mauponggo*)
9 Sawu
10 Jawapogo
I MAUPONGGO
11 Lajawajo
12 Ululoga
13 Lodaolo
14 Woloede
15 Woewolo
16 Selalejo
17 Ua
18 Keliwatulewa
19 Kotagana
20 Wololelu

1 Mbaenuamuri
2 Witurombaua
3 Kotawuji Timur
4 Kotawuji Barat
II KEO TENGAH
5 Udiworowatu
6 Pautola
7 Ladolima
8 Kotadirumali
9 Keli

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 2 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
10 Lewangera
11 Wajo
12 Ngera
13 Ladolima Timur
14 Ladolima Utara

1 Podenura
2 Tonggo
3 Riti
4 Wokodekororo
5 Degalea
6 Kotakeo
III NANGARORO 7 Pagomogo
8 Nangaroro*)
9 Nataute
10 Utetoto
11 Bidoa
12 Ulupulu
13 Woedoa
14 Ulupulu I

1 Rowa
2 Solo
3 Kelewae
4 Leguderu
5 Nagesepadhi*)
6 Rigi
7 Olakile*)
8 Natanage*)
9 Nageoga*)
10 Wolopogo*)
11 Rega*)
IV BOAWAE 12 Mulakoli
13 Kelimado
14 Wea Au
15 Raja
16 Wolowea
17 Ratongamobo*)
18 Dhereisa
19 Gerodhere
20 Nagerawe
21 Focolodorawe
22 Alorawe
23 Natanage Timur*)
V AESESA SELATAN

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 3 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
1 Rendutenoe
2 Langedhawe
3 Tengatiba
4 Renduwawo
5 Rendu Butowe

1 Tedamude
2 Tedakisa
3 Dhawe*)
4 Labolewa
5 Olaia
6 Ngegedhawe
7 Lape*)
8 Danga*)
VI AESESA 9 Ngolombay
10 Towak*)
11 Nggolonio
12 Waekokak
13 Mbay II*)
14 Mbay I*)
15 Tonggurambang
16 Marapokot
17 Nangadhero
18 Aeramo

1 Anakoli
2 Natatoto
VII WOLOWAE
3 Totomala
4 Tendatoto
5 Tendakinde
Sumber:RTRW Kabupaten Nagekeo

Tabel 2.2 Luas Kabupaten Nagekeo Menurut Kecamatan

Luas Wilayah
No Kecamatan Presentase
Area (Km2)
(1) (2) (3) (4)
1 Mauponggo 102,52 7,24
2 Keo Tengah 65,62 4,63
3 Nangaroro 238,02 16,80
4 Boawae 325,42 22,97
5 Aesesa Selatan 71,00 5,01

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 4 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
6 Aesesa 432,29 30,51
7 Wolowae 182,09 12,85
Nagekeo 1416,96 100,00
Sumber : Kab. Nagekeo dalam angka 2015

2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Nagekeo


2.2.1. Pertanian

2.2.1.1. Pertanian Lahan Basah


Pertanian lahan basah adalah lahan yang sepanjang tahun dapat ditanami padi karena
cukup air yang bersumber dari air irigasi. Luas sawah irigasi di Kabupaten Nagekeo sebesar
31.272,84 Ha atau 22,17 % dari luas total Kabupaten Nagekeo. Kawasan persawahan
tersebar di Kecamatan Boawae, Kecamatan Aesesa, Kecamatan Aesesa Selatan,Kecamatan
Wolowae dan Kecamatan Nangaroro.
Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Nagekeo dikembangkan berdasarkan fungsi
kawasan dan potensinya di setiap wilayah kecamatan. Pengembangan kawasan pertanian
lahan basah diarahkan untuk meningkatkan peran, efisiensi, produktivitas yang
berkelanjutan, peluang ekstensifikasi, mempertahankan saluran irigasi teknis dan
peniongkatan irigasi sederhana dalam skala wilayah.
Upaya mempertahankan luasan kawasan pertanian di Kabupaten Nagekeo juga
dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengembangan prasarana pengairan;
2. Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan pertanian yang subur; serta
3. Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lain.

Adapun arahan pengelolaan sawah di Kabupaten Nagekeo adalah sebagai berikut :


1. Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya.
2. Perubahan fungsi sawah ini hanya diijinkan pada kawasan perkotaan dengan
perubahan maksimum 50 % dan sebelum dilakukan perubahan atau alih fungsi
harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah teknis atau sederhana

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 5 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam pelayanan
daerah irigasi yang sama.
3. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sepanjang jalan
utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan maksimum 20 %
dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi setengah teknis
atau sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang akan
diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
4. Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman
pangan abadi maka tidak boleh dilakukan alih fungsi.
5. Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan
peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis; serta
6. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan cooperative
farming dan holtikultura dengan mengembangkan kawasan good agriculture
practices;

2.2.1.2.Pertanian Lahan Kering


Pertanian lahan kering adalah lahan yang ketika musim hujan ditanami padi dan saat
musim kemarau ditanami padi gogo atau palawija seperti; kacang hijau, kedelai, kacang
tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Termasuk dalam pertanian lahan kering adalah
peruntukan tegalan, kebun campuran dan lahan pertanian yang tidak mendapat layanan
irigasi atau sawah tadah hujan. Luas lahan pertanian kering di Kabupaten Nagekeo
29.694,9 Ha atau sebesar 21,05 % yang tersebar di semua wilayah kecamatan
Kabupaten Nagekeo.
Karakter lahan di Kabupaten Nagekeo banyak lahan tidur yang berupa lahan,
sehingga untuk pengembangannya diharapkan dapat dijadikan lahan produktif. Upaya
pengembangan usaha tani untuk lahan kering di Kabupaten Nagekeo antara lain :
1. Mix farming;
2. DAS Aesesa; dan
3. Teknologi konservasi air .

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 6 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Permasalahan lahan kritis terutama di DAS bagian hulu perlu mendapat
perhatian yang besar, karena 45% DAS tergolong prioritas dan 27,50% merupakan
super prioritas. Akumulasi Permasalahan terjadi karena selama ini program rehabilitasi
dan konservasi lahan kurang memadai. Petani yang umumnya miskin mempunyai lahan
garapan sempit dan menggunakan lahan tidak sesuai dengan kemampuannya serta tidak
disertai tindakan konservasi yang tepat. Di samping itu, program pemerintah kurang
memfokuskan perhatian kepada partisipasi petani karena kendala social budaya, serta
sarana/prasarana perhubungan. Berbagai program penelitian dan pengembangan model
rakitan teknologi usaha tani konservasi dapat memberikan sumbangan besar terhadap
pengelolaan DAS bagian hulu. Model yang dirancang tidak saja bertujuan meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani, tetapi juga untuk melindungi infrastruktur
di bagian hilirnya. Di DAS Aesesa bagian hulu, penerapan model yang tepat dapat
menurunkan erosi 24-69% di bawah batas ambang erosi, selain meningkatkan produksi.
Pengembangan teknologi usaha tani konservasi perlu didukung oleh pemerintah daerah,
kerja sama peneliti, penyuluh dan petani, lembaga pelayanan, dan partisipasi petani.
Dukungan yang kurang optimal akan menyebabkan pengembangan atau adopsi
teknologi usaha tani konservasi oleh petani menjadi terhambat. Untuk itu, lahan kering
dapat diarahkan dengan prospek pengembangan usaha tani konservasi lahan kering.
Hasil produksi lahan kering di Kabupaten Nagekeo diantaranya; padi ladang,
jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, ubi kayu, ubi jalar, dan sorghum.
Dari berbagai tanaman bahan makanan yang luasan tanam dan panen tertinggi adalah
padi sawah, diikuti jagung dan padi ladang. Sektor pertanian yang mendominasi adalah
padi sawah yang tersebar di berbagai kecamatan, kecuali Kecamatan Aesesa Selatan.
Tabel 2. 3 Luas LahanPertanian Lahan basah dan Keinf menurut Kecamatan di Kabupaten Nagekeo

Kecamatan Lahan Sawah Lahan Kering


Mauponggo 435 1509
Keo Tengah 57 957
Nangaroro 160 3487
Boawae 1135 21238
Aesesa 3821 4548
Aesesa Selatan 59 1300
Wolowae 575 1922
Kabupaten Nagekeo 6242 34959

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 7 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
2.2.1.3.Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Sentra pengembangan kawasan hortikultura di Kabupaten Nagekeo diarahkan di
Kecamatan Aesesa Selatan, Boawae dan Mauponggo. Setiap kecamatan akan dikembangkan
dengan spesifikasi masing-masing. Pengembangan kawasan dilakukan dengan :
1. Pada setiap kawasan sentra produksi di perdesaan akan dilengkapi dengan lumbung
desa modern, juga pasar komoditas unggulan;
2. Pengembangan sistem agopolitan dan pengembangan kawasan perdesaan khususnya
pada pusat sentra produksi pertanian, diarahkan ke Kecamatan Mauponggo sebagai
kawasan prioritas pengembangan, serta Kecamatan Aesesa Selatan dan Boawae;
3. Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan industri
pengolahan pertanian dari bahan mentah menjadi makanan dan sejenisnya, maka
sektor ini harus tetap di pacu dan dikembangkan produksinya secara intensif dan
ekstensif; serta
4. Pengembangan komoditas unggulan dengan pemasaran nasional dan eksport.

Tabel 2. 4 Luas Tanaman Holikultura di Kabupaten Nagekeo menurut Kecamatan

Kacang Kacang Ubi Ubi


Kecamatan Jagung Kedelai Sorghum Keterangan
Tanah Hijau Kayu Jalar

Mauponggo 67 15 6 12 34 14

Keo Tengah 102 3 94 50

Nangaroro 819 25 540 155

Boawae 1914 87 159 66 456 192 15

Aesesa Selatan 691 10 24 39 81 32 3

Aesesa 1183 3 1 6 286 12

Wolowae 389 6 71
Kabupaten Nagekeo 5165 121 190 151 1544 455 18

2.2.2. Perkebunan.
Kawasan perkebunan di Kabupaten Nagekeo adalah 18.607,96 Ha atau sekitar
13,19 % dari total luas wilayah Kabupaten Nagekeo. Komoditi perkebunan utamanya
adalah kelapa, kopi, kemiri, cengkeh, jambu mente, vanili, lada, dan pala yang
tersebar di semua wilayah kecamatan Kabupaten Nagekeo.

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 8 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pada beberapa lokasi perkebunan yang saat ini digunakan untuk pertanian tanaman
semusim akan dilakukan pengembalian kepada fungsi perkebunan dengan pengelolaan
bersama masyarakat. Berbagai cara dalam pemanfaatan perkebunan antara lain
adalah :
 Pengembangan perkebunan dilakukan dengan mengembangkan industri
pengolahan hasil komoditi diarahkan pada Kecamatan Nangaroro (kelapa dan
jambu mete), dan Boawae (kelapa, kopi), Wolowae (jambu mete),
Mauponggo (kopi dan kakao).
 Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat kegiatan
ekonomi di Pasar Danga Aesesa;
 Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman perkebunan
yang rusak atau pada area yang telah mengalami kerusakan yaitu
mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah menjadi peruntukan
lainnya, khususnya yang telah berubah menjadi area pertanian tanaman
pangan;
 Pengembangan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk tanaman perkebunan
sesuai dengan rencana, seperti kelapa, jambu mete, cengkeh, tembakau, kopi,
jahe, panili, lada, kemiri, dan cokelat;
 Pengembangan kawasan-kawasan potensi untuk pertanian pangan lahan
kering;
 Pengembangan pasar produksi perkebunan; serta
 Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan antar
produk.
Adapun arahan pengelolaan perkebunan di Kabupaten Nagekeo diarahkan sebagai
berikut :
 Kawasan perkebunan yang dikembangkan di Kecamatan Nangaroro, Wolowae,
Mauponggo dan Boawae tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan yang lain,
dan dapat ditingkatkan perannya sebagai penunjang pariwisata dan penelitian;
 Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui peningkatan
peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan masing-masing; serta

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 9 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
 Penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian
lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial
ekonomi dan keindahan/estetika.
Tabel 2. 5 Luas Area Perkebunan Menurut Kecamatan Di Kabupaten Nagekeo

Kecamatan Kelapa Vanila Jambu Mete Kopi Coklat

Mauponggo 878 77 160 675

Keo Tengah 1341 46 42 75

Nangaroro 1664 624 25 55

Boawae 857 207 307 133

Aesesa Selatan 80 263 7 15

Aesesa 793 368 12 21

Wolowae 130 633 38


Kabupaten Nagekeo 5743 2218 554 1021

2.2.3. Kawasan Perikanan


Untuk pengembangan perikanan sebagai salah satu sumber daya utama
direncanakan kawasan minapolitan, yang meliputi Desa Anakoli, Desa Nangadero, Desa
Marapokot, Kelurahan Nangaroro, dan Kelurahan Mauponggo. Untuk rencana kawasan
peruntukan perikanan dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Untuk perikanan tangkap atau perikanan laut akan dikembangkan sebagai berikut :
1. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Maumbawa di Kecamatan Mauponggo
2. Pengembangan kawasan perikanan pesisir selatan; Kelurahan Nangaroro, Kecamatan
Nangaroro dan di Kecamatan Mauponggo;
3. Pengembangan kawasan perikanan pesisir utara; Desa Nangadhero (Kecamatan
Aesesa), dan kawasan pesisir Kaburea dan Kuta Jogo (Kecamatan Wolowae).
4. Pengembangan TPI di Marapokot di Kecamatan Aesesa; serta
5. Pengolahan hasil ikan di Marapokot Kecamatan Aesesa.
pengelolaan kawasan perikanan di Kabupaten Nagekeo adalah :
1. Mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki potensi
pengairan untuk perikanan;
2. Pengembangan budidaya perikanan tangkap dan budidaya perikanan laut; serta

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 10 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
3. Mempertahankan, merehabilitasi dan merevitalisasi tanaman bakau untuk pemijahan
ikan dan kele
Rencana kawasan perikanan budidaya di wilayah pesisir utara dan selatan
Kabupaten Nagekeo adalah sebagai berikut:
a. Mengendalikan dan membatasi pemanfaatan lahan pantai (pesisir) untuk kegiatan
pertambakan di wilayah pesisir.
b. Mengembangkan metode budidaya yang berbasis kelestarian sumberdaya pesisir.
c. Membatasi dan merelokasi kawasan-kawasan budidaya lahan pantai (pesisir) yang
berada pada kawasan-kawasan berfungsi lindung dan di lindungi di wilayah pesisir.
d. Mengembangkan, meningkatkan dan mengoptimalkan kegiatan budidaya perikanan
di wilayah pesisir, berdasarkan potensi yang tersebar di wilayah utara.
e. Mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasil-hasil perikanan budidaya yang
didukung oleh industri pengolahan ikan dan dukungan akses yang baik ke pasar.
f. Pengembangan penerapan teknologi dalam kegiatan usaha budidaya perikanan.
g. Mendorong dan meningkatkan bantuan permodalan usaha kepada kegiatan usaha
masyarakat pertambakan
Produksi perikanan adalah semua kegiatan penangkapan ikan/binatang air lainnya yang
ditangkap dari sumber perikanan alami atau dari tempat pemeliharaan baik yang
diusahakan oleh perusahaan perikanan maupun rumah tangga perikanan yang meliputi
hasil penangkapan yang dijual ataupun yang dikonsumsi sendiri. Selama tahun 2015
produksi ikan mencapai 2.723,68 ton; dimana perikanan laut mendominasi jumlah
produksi ikan yakni sebanyak 2.547,68 ton (93,54%) dan sisanya 6,46 persen produksi
perikanan darat/budidaya ikan.
Sektor perikanan dibedakan atas tiga kelompok utama yaitu perikanan darat, non ikan
dan perikanan laut. Kegiatan dalam sub sektor perikanan meliputi penangkapan,
pembenihan, dan pembudidayaan segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang
berada di air tawar maupun air asin. Masyarakat di Kabupaten Nagekeo
membudidayakan ikan dan rumput laut dengan luas budidaya perikanan darat berupa
tambak 109 ha dan usaha budidaya rumput laut 21 ha dan kolam 2 ha. Banyaknya
rumah tangga perikanan laut di Kabupaten Nagekeo 639 rumah tangga dengan rincian
nelayan penuh 276 rumah tangga, nelayan sambilan utama 235 rumah tangga dan
Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 11 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi
Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
nelayan sambilan tambahan 181 rumah tangga. Selain itu ada rumah tangga budidaya
rumput laut sejumlah 159, usaha tambak 152 rumah tangga, kolam 27 rumah tangga dan
Usaha Kerambah 1 rumah tangga.
Sarana yang digunakan dalam usaha perikanan yaitu; perahu tanpa motor ukuran kecil
389 unit, ukuran sedang 34 unit, ukuran besar 71 unit dan Jukung 46 unit. Selain itu
terdapat motor tempel 61 unit, kapal motor ukuran 0-5 ton 25 unit, ukuran 6-10 ton: 70
unit. Jenis alat tangkap yang digunakan adalah payang/lampara 4 unit, pukat pantai 2
unit, purse seine 21 unit, gillnet 389 unit, titramell net 11 unit, bagan perahu 7 unit, sero
5 unit, pancing tonda 51 unit, pancing lain 384 unit, bubu 13 unit dan alat-alat lain 259
unit.
Jenis ikan yang merupakan hasil tangkapan adalah tongkol, tengiri, kakap, kembung,
tembang, terbang, cakalang, layur, tuna, gurita, selar, golok-golok, julung-julung, ikan
merah, alu-alu, teri. Produksi/hasil ikan laut pada tahun 2016 jumlahnya 2.547,68 ton,
perikanan tambak 168 ton dan kolam 8 ton. Sedangkan produksi non ikan berupa nener
396.000.000 ekor, cumi 1 ton, dan teripang 1,5 ton dan rumput laut 20 ton
Tabel 2.6 Jumlah Rumah Tangga dengan Mata Pencaharian sebagai Nelayan di Kabupaten Nagekeo

Perikanan Perairan
Kecamatan
Laut umum
Mauponggo 123
Keo Tengah 127
Nangaroro 164
Boawae
Aesesa Selatan
Aesesa 298
Wolowae 70

Tabel 2. 7 Produksi Perikanan Menurut Kecamatan di Kabupaten Nagekeo

Perikanan Perairan Budidaya


Kecamatan
Laut umum Ikan
Mauponggo 49350 1138
Keo Tengah 48500
Nangaroro 45900
Boawae
Aesesa Selatan
Aesesa
Wolowae 113860 44567

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 12 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur

2.2.4. Pertambangan
Potensi sektor pertambangan di Kabupaten Nagekeo meliputi pertambangan
mangan, batu gunung/vulkanik, batu gamping, tanah liat, batu pasir, dan batu kali. Pada
dasarnya pola persebaran lokasi dari Sumberdaya alam ini tergantung dari pola fisiografis
dari Kabupaten Nagekeo. Dimana Kabupaten Nagekeo merupakan daerah perbukitan dan
pegunungan di bagian utara dan barat daya dengan daerah dataran di bagian tengah dan
selatan. Kondisi tersebut karena Kabupaten Nagekeo merupakan daerah jalur gunung
kwarter.
1. Kecamatan Aesesa :
a. Desa Nggolonio : Batu besi, tembaga, mangan, indikasi emas, dan
marmer
b. Kelurahan Mbay II : Tanah lempung
c. Desa Nggolobae : Batu pasir
d. Desa Daway : Batu pasir
e. Kelurahan Mbay I : Batu pasir
2. Kecamatan Aesesa Selatan :
a. Desa Tengatiba : Batu besi, tembaga, mangan, indikasi emas
3. Kecamatan Mauponggo :
a. Desa Wolotelu : Pasir besi
b. Desa Lokalaba : Pasir besi
c. Desa Maukeli : Pasir besi
4. Kecamatan Nangaroro :
a. Desa Tonggo : Pasir besi
b. Kelurahan Nangaroro : Pasir besi, batu warna, gamping, zeolit
c. Desa Nataute : Pasir besi, batu warna, gamping, zeolit
d. Desa Podenura : Batu pasir
e. Desa Ulupulu : Batu pasir
f. Desa Woedoa : Batu pasir
5. Kecamatan Boawae :
a. Desa Kelimado : Batu pasir
b. Desa Rega : Batu pasir
c. Desa Kelewae : Batu pasir
d. Desa Natanage : Batu pasir
e. Desa Wolopogo : Batu pasir
f. Desa Gerodhere : Cadas, marmer, dan batu gamping
6. Kecamatan Wolowae :
a. Desa Tendakinde : Tanah liat
b. Desa Totomala : Tanah liat
c. Desa Tendatoto : Indikasi gipsun
7. Kecamatan Keo Tengah :

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 13 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
a. Desa Kotadirumali : Batu pasir
b. Desa Wituromba Ua : Batu pasir
c. Desa Udiworowatu : Batu pasir
d. Desa Mbaenuamuri : Batu pasir
e. Desa Kotawuji Barat : Batu pasir
f. Desa Ladolima : Batu pasir
g. Desa Pautola : Batu pasir

2.2.5. Industri
Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Nagekeo akan dikembangkan dalam
bentuk kawasan industri, lokasi industri yang telah berkembang, dan home industry.
Kawasan Industri yang dikembangkan yaitu hanya industri rumah tangga yang
berupa industri garam, dan akan dipusatkan pada dua lokasi, yakni di Kecamatan
Aesesa dan Kecamatan Wolowae (Kaburea) dengan luas kurang lebih 2.000 ha.

2.2.6. Pariwisata
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Nagekeo dikembangkan melalui
pembentukan zona-zona wisata untuk masing-masing jenis pariwisata yang secara
keseluruhan meliputi luas wilayah lebih kurang 7.109 ha.

2.2.6.1.Peruntukan Pariwisata Budaya


Peruntukan pariwisata budaya yang akan dikembangkan di Kabupaten Nagekeo meliputi
luas wilayah lebih kurang 140 ha, yaitu :
a. Zona wisata Kota Mbay, meliputi; Perkampungan Tradisional (Aesesa);
Nanganumba, Towak, Boanio, Ola Lape, dan Lambo.
b. Zona wisata kawasan tengah, meliputi; situs Arkeologi Olabula, napak tilas
Kampung Boawae-Bekas Pusat Swapraja Nagekeo, Perkampungan Tradisional
(Boawae); Boawae, Wolowea, Natameze, Nagemi, Gero, Natalea, dan Degho.
Perkampungan Tradisional (Nangaroro); Dongga Odo. Perkampungan Tradisional
(Aesesa Selatan); Rendu, Tutubhada, Dadho Wawo, Wolo Wajo, dan atraksi tinju
tradisional (etu).
c. Zona wisata pesisir selatan, meliputi; Perkampungan Tradisional (Mauponggo); Lejo,
Samu, Wuhu, Paulundu, dan Pau. Perkampungan Tradisional (Keo Tengah); Wuji,

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 14 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Keliwatuwea, Wajo, dan Morowatu, Wolosambi dan Sewu, serta atraksi Tradisional
Beghu.
Selain itu, pengembangan kawasan pariwisata dilakukan melalui pengembangan
Gedung Serbaguna untuk menunjang berbagai event wisata di Aesesa dan Boawae yang
berskala regional.
2.2.6.2. Peruntukan Pariwisata Alam
Peruntukan pariwisata alam yang akan dikembangkan di Kabupaten Nagekeo meliputi :

a. Zona wisata Kota Mbay, meliputi; sumber air panas Puta di Kecamatan Aesesa,
kawasan pantai Watundoa-Maropokot-Nangadhero-Anakoli, dan penelusuran Gua
Jepang.
b. Zona wisata kawasan tengah, meliputi; tracking dan hiking G. Ebulobo,
c. Zona wisata pesisir selatan, meliputi; panorama alam Pantai Ena Gera di Kecamatan
Mauponggo, pantai Batu, serta hiking dan tracking.
Selain itu, pengembangan kawasan pariwisata dilakukan melalui pengembangan
Gedung Serbaguna untuk menunjang berbagai event wisata di Aesesa dan Boawae yang
berskala regional yang secara keseluruhan luas wilayah meliputi luas lebih kurang 1.770
hektar.

2.2.6.3. Peruntukan Pariwisata Buatan


Peruntukan pariwisata buatan yang akan dikembangkan di Kabupaten Nagekeo meliputi
luas lebih kurang 5.199 ha yang meliputi :
a. Zona wisata Kota Mbay, meliputi; Agrowisata pertanian Mbay, peternakan domba,
dan kawasan Bendungan Sutami.
b. Zona wisata pesisir selatan, meliputi; agrowisata perkebunan (cengkeh, kopi, dan
kakao).
Selain itu, pengembangan kawasan pariwisata dilakukan melalui pengembangan
Gedung Serbaguna untuk menunjang berbagai event wisata di Aesesa dan Boawae yang
berskala regional.
Rencana pengelolaan kawasan pariwisata meliputi :

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 15 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
1. Pengembangan wisata di Kabupaten Nagekeo dilakukan dengan membentuk wisata
unggulan daerah;
2. Membentuk link wisata nasional;
3. Mengembangkan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai peristiwa atau
pertunjukan budaya, kerjasama wisata, dan peningkatan sarana-prasarana wisata
sehingga Kabupaten Nagekeo menjadi salah satu tujuan wisata;
4. Obyek wisata alam dikembangkian dengan tetap menjaga dan melestarikan alam
sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata;
5. Tidak melakukan pengerusakan terhadap obyek wisata alam seperti menebang
pohon;
6. Melestarikan perairan pantai, dengan memperkaya tanaman mangrove untuk
mengembangkan ekosistem bawah laut termasuk terumbu karang dan biota laut,
yang dapat di jadikan obyek wisata taman laut;
7. Tetap melestarikan tradisi/budaya/adat sebagai daya tarik wisata;
8. Menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah;
9. Meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah
koleksi budaya;
10. Pada obyek wisata yang tidak memiliki akses yang cukup, perlu ditingkatkan
pembangunan dan pengendalian pembangunan sarana dan prasarana transportasi ke
obyek-obyek wisata alam, budaya dan minat khusus;
11. Merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk
keserasian lingkungan; serta
12. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan
daya jual/saing.

2.3. Gambaran Demografi


2.3.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk secara keseluruhan
Jumlah penduduk kabupaten Nagekeo pada tahun 2015 adalah 139.577 jiwa.
dengan luas wilayah sebanyak 1.416,96 Km2, setiap km2 ditempati penduduk
sebanyak 98 jiwa pada tahun 2015, dengan Jumlah penduduk tertinggi adalah
kecamatan Boawae (36.382 jiwa) menyusul kecamatan Aesesa (36.363 jiwa)
Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 16 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi
Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kepadatan tertinggi. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat
dikecamatan Aesesa Selatan (6.706 jiwa) menyusul kecamatan Wolowae (5.243
jiwa).
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

LUAS KEPADATAN
PENDUDUK
NO KECAMATAN WILAYAH PENDUDUK
(JIWA)
2
(KM ) (JIWA/KM2)

1 Mauponggo 102,52 22.056 251,1


2 Keo Tengah 65,62 14.405 219,5
3 Nangaroro 238,02 18.422 77,4
4 Boawae 325,42 36.382 111,8
5 Aesesa Selatan 71,00 6.706 94,5
6 Aesesa 432,29 36.363 84,1
7 Wolowae 182,09 5.243 28,8
TOTAL 1416,96 139.577 98,5

2.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Seperti halnya penduduk NTT umumnya, penduduk wanita lebih banyak dari
penduduk pria gambaran jumlah menurut jenis kelamin dan rasio seks pada setiap
kecamatan disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2. 9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2015

Penduduk Penduduk Rasio Jenis


NO KECAMATAN Jumlah
Pria Wanita Kelamin

1 11400 22056 93,77


Mauponggo 10656
2 Keo Tengah 6735 7670 14406 87.81
3 Nangaroro 8664 9758 18422 88.79
4 Boawae 17848 18534 36382 96.30
5 Aesesa Selatan 3276 3430 6706 95.51
6 Aesesa 18142 18221 36363 99.57
7 Wolowae 2596 2647 5243 98.07
TOTAL 67.917 71.660 139.577 94.78

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 17 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
2.3.3. Penduduk Miskin

Data statistik Kabupaten Nagekeo menunjukan bahwa sampai dengan tahun 2014
presentase jumlah penduduk/KK Miskin sebesar 12% dari total jumlah penduduk.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 10 Penduduk Miskin di Kabupaten Nagekeo Tahun 2014

Garis
Penduduk
NO TAHUN Kemiskinan Persentasi
Miskin
(Rupiah)
1 2010 181.479 16.5 12.7
2 2011 204.579 16 12
3 2012 227.049 16.3 12.1
4 2013 252.083 16.5 12.1
5 2014 268.750 16.6 12
6 2015

2.3.4. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Nagekeo pada tahun 2015 mencapai 139.577 jiwa
diperkirakan pada tahun 2020 mencapai jiwa dengan tingkat pertumbuhan
penduduk sebesar 1.20%.

Tabel 2. 11 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Sampai Tahun 2020 Kabu.Nagekeo

NO KECAMATAN 2015 2016 2017 2018 2019 2020


1 Mauponggo 22056 22.321 22.589 22.860 23.134 23.412
2 Keo Tengah 14406 14.579 14.754 14.931 15.110 15.291
3 Nangaroro 18422 18.643 18.867 19.093 19.322 19.554
4 Boawae 36382 36.819 37.260 37.708 38.160 38.618
Aesesa
5 6706 6.786 6.868 6.950 7.034 7.118
Selatan
6 Aesesa 36363 36.799 37.241 37.688 38.140 38.598
7 Wolowae 5243 5.306 5.370 5.434 5.499 5.565
TOTAL 139.577 141.252 142.947 144.662 146.398 148.155

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 18 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan

2.4.1. Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten nagekeo tahun 2013


berdasarkan harga konstan 2010 adalah Rp 1.045.601.100.000,- dan tahun
2015 meningkat menjadi Rp 1.144.449.500.000,- dengan kontribusi tersebesar
pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sedangkan terkecil adalah
Pengadaan air, Pengelolaan Sampah dan Daur ulang.

Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten nagekeo atas


Dasar Harga yang Berlaku Tahun 2013 sebesar Rp. 1.317.324.100.000,- .dan
di tahun 2015 meningkat menjadi RP. 1.700.445.000.000 dengan kontribusi
terbesar penyumbang PDRB adalah pertanian, kehutanan dan perikanan dan
terendah adalah Pengadaan air, Pengelolaan Sampah dan Daur ulang . Untuk
lebih jelasnya mengenai komposisi PDRB dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut ini :

Tabel 2.12 PDR Kabupaten Nagekeo Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

PDRB (Rp.Juta)
LAPANGAN USAHA
2013 2014 2015
1. Pertanian 737.345,6 827.103 918.827,8
2. Pertambangan & Penggalian 9628,1 11.595,3 13.961,2
3. Industri Pengolahan 23.116,8 25.601 27.992,7
4. Listrik & Gas 382 481,5 596,5
5. Air, Sampah, Limbah & Daur
156,1 175,6 182,2
Ulang
6. Konstruksi 61.297 69.956,1 78.816
7. Perdagangan besar & Eceran 68.050,9 78.760,5 89.569,8
8. Transportasi & Pergudangan 42.008 44.695,2 48.559,6
9. Penyediaan Akomodasi & Makan 1.819,3 2.007,1 2357,6
10. Informasi & Komunikasi 55,088,9 65.621,8 74.074,8
11. Jasa Keuangan & Asuransi 13.307,6 20.772,4 23.506
12. Real Estate 9.315 10.747,1 12.105,4
13. Jasa Perusahaan 591,6 644,8 698
15. Administrasi Pemerintahan, dll 269.317,8 326.202,3 383.446
16. Jasa Pendidikan 17.162,4 19,348 21.298,6
17. Jasa Kesehatan & Kegiatan 1.178,8 1,289,4 1,500,8

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 19 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
PDRB (Rp.Juta)
LAPANGAN USAHA
2013 2014 2015
18. Jasa Lainnya 2.558,3 2.741,3 2.952,1
PDRB 1.317.324,1 1.507.733,3 1.700.445,0
Sumber : Kabupaten nagekeo dalam Angka 2016

2.4.2. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan produk domestik regional bruto Kabupaten Nagekeo atas


dasar harga konstan tahun 2010 menurut lapangan usaha dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2015. Pertumbuhan PDRB mengalami kenaikan meski
tidak signifikan, hal ini mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang
bertambah pada tahun 2015 dibanding tahun sebelumnya. Selanjutmya PDRB
per kapita Kabupaten nagekeo tahun 2013-2015 meningkat setiap tahun.
Tahun 2013 sebesar 1,317 triliun meningkat menjadi 1,507 triliun tahun 2014,
kemudian menjadi 1,700 triliun di tahun 2015.

2.4.3. Kondisi Lingkungan Strategis

2.4.3.1. Gambaran Topografi

Topografi Kabupaten Nagekeo sebagian besar berbukit, bergunung dan


berlembah. Memikiki lereng-lereng yang curam yang umumnya terletak di
daerah pantai. Keadaan tersebut di atas dapat dirinci:
 Topografi dengan ketinggian 0-25 m dpl, yaitu dengan luas 29.863 ha
atau sekitar 17,24% dari total luas wilayah Kabupaten Nagekeo, meliputi
daerah pesisir pantai utara (sebagian besar) dan daerah pesisir pantai
selatan serta daerah pesisir pantai pulau-pulau kecil lainnya. Topografi ini
berupa permukaan tanah datar sampai landai, Sangat rawan terhadap
pencemaran yang langsung berhubungan dengan air tanah yang cukup.
 Topografi dengan ketinggian 25-100 m dpl, yaitu dengan luas 20.843 ha
atau sekitar 12,03% dari total luas wilayah Kabupaten Nagekeo,

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 20 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
merupakan wilayah lanjutan daerah pesisir yang sebagian besar juga
terdapat di bagian utara wilayah Kabupaten Nagekeo dan sebagian
kecilnya di bagian selatan dan pulau-pulau kecil lainnya.
 Topografi dengan ketinggian 100-500 m dpl, yaitu seluas 48.171 ha atau
sekitar 27,81% dari total luas wilayah Kabupaten Nagekeo, merupakan
wilayah lereng atau kaki gunung dan perbukitan yang juga merupakan
daerah peralihan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau pegunungan.
 Topografi dengan ketinggian 500-1000 m dpl, yaitu seluas 70.216 ha atau
sekitar 40,54% dari total luas wilayah Kabupaten Nagekeo, yang
merupakan daerah pegunungan.
 Topografi dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl, yaitu seluas 4.098 ha
atau sekitar 2,37% dari total luas wilayah Kabupaten Nagekeo, yang
merupakan daerah pegunungan atau dataran tinggi dan hanya terdapat di
beberapa kecamatan saja. Untuk jelasnya, lihat Gambar I -3 (Peta Garis
Kontur), Gambar I – 4 (Peta Ketinggian Tempat ) dan Gambar I – 5
(Peta Kelerengan) .

2.4.3.2. GAMBARAN GEOHIDROLOGI


Potensi sumber air di wilayah Kabupaten Nagekeo dapat diidentifikasi dari 3
(tiga) sumber yaitu air hujan, air tanah dan air permukaan.

•Air Hujan

Kondisi iklim wilayah Kabupaten Nagekeo dan Nusa Tenggara Timur,


umumnya sangat menentukan besarnya potensi air hujan. Iklim di Kabupaten
Nagekeo adalah iklim kering yang dipengaruhi oleh angin Muson, dengan
musim hujan yang pendek, yang jatuh pada sekitar bulan Nopember hingga
bulan Mei. Wilayah Kabupaten Nagekeo mempunyai curah hujan rata-rata
sebesar 1000-1500 mm/tahun

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 21 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Konservasi sumber air tanah perlu dilakukan di daerah Kabupaten Nagekeo,
guna menjaga sumber air tetap lestari, dapat dilakukan reboisasi di daerah-
daerah tandus. Pemanfaatan air tanah secara maksimal perlu dilakukan untuk
mencukupi daerah-daerah yang rawan air, terutama pada daerah-daerah
yang mengandung aquifer produktif atau dengan memanfaatkan sumber air
yang ada.

Sumber mata air yang ada pada umumnya berasal dari daerah perbukitan
dengan debit air menurun pada musim kemarau, sehingga kebutuhan air
pada musim kemarau merupakan kendala di wilayah ini. Secara umum di
Kabupaten Nagekeo, terdapat beberapa daerah yang memungkinkan
pemanfaatan sumber air tanahnya. Daerah-daerah yang paling
memungkinkan adalah Kecamatan Talibura, Waigete, Nita dan sebagian kecil
Kecamatan Bola dan Kecamatan Lela.

•Air Permukaan

Potensi air permukaan dapat diketahui dari sumber air yang berasal dari
sungai, danau, rawa dan air genangan. Di Kabupaten Nagekeo, potensi air
permukaan sebagian besar berasal dari sungai-sungai yang berada di daerah
tersebut dalam skala sedang dan kecil. Kecenderungan iklim yang relatif
kering dan musim hujan yang berlangsung hanya 3-4 bulan dalam setahun
menyebabkan sungai-sungai tersebut juga banyak yang kering terutama pada
musim kemarau.

Pola aliran sungai di wilayah ini pada umumnya adalah dendritik, yaitu aliran
sungai yang membentuk cabang pohon, berair pada musim hujan dan
kering/berkurang debitnya pada musim kemarau. Kabupaten Nagekeo
termasuk daerah yang potensial memiliki sumber daya air. Diketahui dari
banyaknya sungai yang mengalir pada musim penghujan, baik sungai yang
besar maupun yang kecil. Kondisi ini sesuai untuk pengembangan persawahan

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 22 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan jalan pembuatan bendung-bendung dan saluran irigasi untuk
mencukupi kebutuhan air pada areal persawahan khususnya. Berdasarkan
data yang diperoleh, jumlah sungai yang mengalir di wilayah ini hampir
terdapat di semua kecamatan, tetapi kecenderungan hanya mengalir pada
musim hujan. Guna memenuhi kebutuhan air untuk konsumsi keluarga di
wilayah ini menggunakan air dari PDAM dan pembuatan sumur dan
mengambil dari sumber mata air dan Penampungan Air Hujan (PAH)

Untuk mengetahui gambaran kondisi tata air di Kabupaten Nagekeo, dapat


dilihat pada Gambar I – 10 dan I – 11 ( Peta Jaringan Sungai dan Sumber
Daya Air).

2.4.3.3. Gambaran Geologi


Berdasarkan data Geologi dan Tata Lingkungan yang meliputi sebaran
struktur geologi di wilayah Kabupaten Nagekeo terdapat beberapa batuan
dan formasi batuan sebagai berikut: Aluvium dan Endapan Pantai, Formasi
Kiro, Batuan Gunung Api Tua. Berdasarkan kondisi geologi dan faktor
kegempaan di wilayah Kabupaten Nagekeo maka dapat dibedakan menjadi 4
zona kerentanan gerakan tanah, yaitu :
 Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
Zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah adalah daerah yang
mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terkena gerakan tanah.
Zona ini sangat jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik
gerakan tanah lama maupun baru, kecuali daerah sempit di sekitar tebing
sungai. Zona ini terletak pada daerah datar sampai landai dengan kemiringan
lereng medan lebih kecil dari 15 % (0,05 0). Lereng pada umumnya terbentuk
oleh endapan aluvial pantai dan sungai berupa kerakal dan kerikil, pasir
lumpur pelapukan batu gamping koral dan batuan gunung api

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 23 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
2.4.3.4. Gambaran Klimatologi

a. Musim

Di Kabupaten nagekeo, sebagaimana daerah lainnya di NTT khususnya


daratan Timor dikenal hanya dua musim saja yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal
dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim
kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember – Maret arus angin yang datang
dari benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga
terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun
setelah melewati masa peralihan Mei–Juni dan November–Desember.
Wilayah Kabupaten nagekeo pada umumnya mempunyai iklim dan curah
hujan yang tidak merata. Curah hujan pada daerah-daerah lain relatif rendah.

b. Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun
2015 rata-rata suhu udara minimum di Kabupaten nagekeo adalah 22,8°C –
29,8°C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Nopember (34,8°C) dan
suhu udara minimum terjadi pada bulan Agustus (20,5oC). Di tahun yang
sama, Kelembaban tertinggi pada bulan Januari dan Maret (89%) dan
terendah pada bulan September (67%) dengan kelembaban udara tahunan
rata-rata 77,67 %.
c. Curah Hujan, Hari Hujan

Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan topografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu,
jumlah curah hujan jadi beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat.
Rata-rata curah hujan selama tahun 2015 tertinggi adalah pada bulan Januari

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 24 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
(469,7 mm) dan terendah ( 0 mm) adalah bulan Agustus, september,
Oktober.

Hari Hujan tertinggi pada bulan Januari (25 hari) dan selama empat bulan
dalam tahun 2015 hujan tidak pernah turun yakni pada bulan Juni, Agustus
September dan Oktober.

Berikut ini tabel-tabel menyajikan jumlah curah hujan dan hari hujan,
kelembaban udara, tekanan dan kecepatan angin serta temperatur di
Kabupaten nagekeo tahun 2011-2012

Tabel 2. 13 Rata-rata Temperatur Udara, Curah Hujan, Hari Hujan Kabupaten Nagekeo
Menurut Bulan Tahun 2015

Temperatur (C ͦ) Curah
Hari
Kelembababan Hujan
No Bulan Hujan
Minimum Maximum (mm)
(hari)
1 Januari 24,2 30,5 87 469,7 26
2 Februari 23,6 31,0 87 208,1 24
3 Maret 23,6 31,2 89 332,9 14
4 April 23,6 33,1 81 72,9 8
5 Mei 22,5 32,2 77 9,8 4
6 Juni 22,7 31,6 75 0,0 0
7 Juli 21,6 31,4 71 3,2 2
8 Agustus 20,5 32,0 70 0,0 0
9 September 21,1 33,2 67 0,0 0
10 Oktober 21,2 33,7 70 0,0 0
11 November 24,0 34,8 76 7,1 2
12 Desember 24,8 32,0 82 186,5 23

2.4.4. Gambaran Risiko Bencana Alam

Bencana secara umum merupakan kejadian diluar kondisi normal atau


rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan keduanya yang
menyebabkan korban jiwa, kerugian harta benda, kerusakan sarana prasarana dan
fasilitas umum, yang menimbulkan gangguan tata kehidupan manusia (UU No.24,

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 25 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
2007). Upaya untuk melindungi dan menyelamatkan manusia dari ancaman
bencana dapat dilakukan dengan suatu tindakan dalam mengatasi bencana baik pra
bencana, saat terjadi bencana dan pasca bencana sebagai upaya mengurangi dampak
negatif dari bencana yang diperkirakan akan terjadi. Salah satu jenis bencana dari 3
(tiga) jenis bencana yang ada adalah bencana alam (natural disaster).
Kabupaten Nagekeo merupakan wilayah yang rentan/ beresiko terjasi
bencana karena kabupaten ini merupakan bagian dari wilayah Provinsi NTT yang
berada pada wilayah rawan bencana di Indonesia. Ancaman alam (natural hazards),
diakibatkan oleh Provinsi NTT yang termasuk dalam Negara Indonesia terletak
diantara tiga pertemuaan lempeng tektonik yang sangat aktif (triple junction plate
convergence). Pertemuan lempeng ini berupa lempeng Benua Eurasia, Samudra
Pasifik dan Samudra Indo-Australia. Pergerakan lempeng-lempeng pada kerak bumi
yang berbeda arah dan jenis ini, mengakibatkan sangat rawan terkena dampak
bencana geologi pada wilayah kepulauan dan pesisir. Tsunami yang sering terjadi di
sekitar wilayah NTT bagian utara, diakibatkan oleh aktivitas lempeng Eurasia yang
berada pada bagian utara Pulau Flores yang dinamakan Patahan Pulau Flores (Flores
Fault). Patahan ini merupakan sesar Busur Muka dan Sesar Sungkup (Busur Belakang)
di bagian utara Pulau Flores. Sesar Busur Belakang ini yang sering menyebabkan
gempa dangkal.
Wilayah ini juga berada pada Ring Of Fire (jalur lintasan gunung berapi di
Indonesia). Kondisi diatas mengakibatkan Kabupaten Nagekeo juga termasuk
wilayah rawan bencana geologi (gempWilayah rawan bencana alam dan wilayah
kritis merupakan wilayah yang sering dan atau mempunyai potensi bencana alam,
seperti letusan gunung berapi, gempa bumi dan longsor yang disebabkan oleh alam.
Gunung Ebulobo merupakan gunung berapi yang masih aktif mempunyai potensi di
samping sebagai obyek wisata, juga dapat menimbulkan bencana letusan gunung
berapi. Sedangkan kawasan rawan bencana di Kabupaten Nagekeo berupa tanah

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 26 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
longsor yang terdapat di Kecamatan Nangaroro, Keo Tengah, Mauponggo, dan
Boawaea tektonik & vulkanik, tsunami, banjir, longsor dan letusan gunung berapi).

2.4.5. Isu-Isu Strategis

Isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di


Kabupaten nagekeo meliputi :
 Urbanisasi penduduk
 Desentralisasi
 Pencemaran lingkungan dan perubahan iklim
 Strandar Pelayanan Minimal
 Masuk Wilayah Strategis Nasional (Kapet Mbay)
 Masih rendahnya akses Air Minum Layak
 Masih Rendahnya Akses Sanitasi Layak
 Belum mempunyai dokumen Perencanaan Sektor

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 27 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi


Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Nagekeo

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 28 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Gambar 2. 2 Peta Rawan Bencana Kabupaten Nagekeo

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 29 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Gambar 2. 3 Potensi Wilayah Kabupaten Nagekeo

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 30 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Gambar 2. 4 Peta Kawasan Strategis di Kabupaten Nagekeo

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 31 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Gambar 2. 5 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Nagekeo

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 32 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah |
Kabupaten Nagekeo
RPIJM Provinsi Nusa Tenggara Timur
Gambar 2. 6 Peta Kawasan Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Nagekeo

Profile Kabupaten Nagekeo 2 - 33 Review Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah |

Anda mungkin juga menyukai